Professional Documents
Culture Documents
Ahmad Rosidi
Advokat
email : odik4@yahoo.com
Naskah diterima : 12/05/2015; direvisi : 30/06/2015; disetujui : 20/08/2015
Abstract
The purpose of the establishment of the DPD is philosophically driven more by the interests of the
colouring of national government policy to provide new space for the benefit of local communities.
Definition of the area here is certainly not an area, but geocultural area in the frame that compound
In this study described some problem formulation, among others; How Politics Law Establishment
of the Regional Representative Council in the state system in Indonesia, how the position of Regional
Representative Council in the formulation of Law, How Concept notch setting functions in the formation
of the Regional Representatives Council Act forward. Study is a normative legal research, approach
used is statutory approach, conceptual approach, doctrinal approach. Techniques of collecting legal
material accordance with the use of secondary materials in this study, the collection bahanpun done by
gathering, assessing, and treating systematically library materials and documents related. Secondary
data concerning the primary legal materials, secondary and tertiary derived from library materials,
with due regard to the principle of the update. The data is compiled systematically, in order to obtain a
relatively complete picture of the qualitative classification. Based on the results of this study suggested
that, in the field of legislative regulation of the authority of the Regional Representative Council as
stipulated by Article 22 D Paragraph (1) and (2) of the Constitution of the Republic of Indonesia in 1945
contrary to the desired status and condition of the formation of the Council Regional Representative,
then the arrangement of authority in the field of the legislation need to be changed to conform to
the status and conditions of the Regional Representative Council which is the regional representative
institutions. And As a concrete step of setting an ideal to the existence and position of the Regional
Representative Council, it is necessary to do the changes to the provisions of Article 22 D Paragraph (1)
and (2) of the Constitution of the Republic of Indonesia in 1945, by the People’s Consultative Majlis be
authorized to change and establish the Constitution.
Key word : Authority Of The House Of Representatives, State System Republic Of
Indonesia
Abstrak
yang pas dan sesuai dengan kondisi ma- Meskipun DPD merupakan lembaga
syarakat Indonesia. Untuk menjelaskan baru dalam sistem parlemen di era refor-
soal ini tetunya tidak mudah. DPD RI baru masi, tetapi lembaga ini cukup menarik
berumur setahun jagung, tetapi harapan perhatian. Daya tarik DPD karena kara-
atas perannya sangat besar. Apalagi perso- kteristiknya mewakili teritorial/daerah
alan-persoalan yang dihadapi masyarakat yang secara “sub - culture” berbeda-beda.
Indonesia semakin dalam dan beragam, se- Bahkan aspirasi dan kepentingannyapun
bagiannya muncul dari hubungan antara berbeda. Namun, secara fenomonologis
pemerintah pusat dan pemerintah daerah perbedaan itu suatu keragaman yang akan
yang belum harmonis. Atas dasar itulah diangkat oleh DPD dalam posisinya sebagai
DPD RI diusahakan lahir, sekalipun belum kamar tersendiri dalam perjuangan parle-
melalui proses penelitian yang lama dan men. Untuk memperjuangkan aspirasi dae-
proses penampungan aspirasi yang terukur. rah secara nasional mungkin saja dilakukan
oleh DPD. Hal ini disebabkan karena DPD
Tujuan pembentukan DPD RI secara fi-
memiliki otoritas atau wewenang yang dil-
losofis lebih didorong oleh kepentingan me-
indungi dan ditentukan oleh konstitusi.
warnai kebijakan pemerintah nasional den-
gan memberikan ruang baru bagi kepentin- Dalam UUD Negara Republik Indonesia
gan masyarakat daerah. Pengertian daerah Tahun 1945 DPD diatur dalam bab tersend-
di sini tentu bukanlah daerah perdaerah, iri, yaitu dalam Bab VII A. Dalam bab ini han-
melainkan wilayah geokultural dalam bing- ya terdapat dua Pasal yang mengatur DPD.
kai yang majemuk2. Pertama, Pasal 22 C yang terdiri dari empat
ayat, kedua Pasal 22 D yang terdiri dari em-
Jika dirunut sejarahnya, lembaga per-
pat ayat. Otoritas DPD ditentukan dalam
wakilan daerah di Indonesia sebenarnya
Pasal 22 D. Berdasarkan Pasal 22 D otoritas
telah ada sejak sebelum kemerdekaan.
DPD terdiri dari tiga hal: 1. M e n g a j u k a n
Hanya saja persoalan utama yang selalu
kepada Dewan Pewakilan Rakyat Rancangan
merubungi lembaga ini dari masa ke masa
Undang - undang. 2. Membahas Rancan-
adalah tidak pernah hadirnya lembaga per-
gan Undang - undang yang berkaitan dengan
wakilan daerah yang mampu menyuarakan
otonomi daerah; 3. Melaksanakan penga-
kepentingan-kepentingn daerah di tingkat
wasan atas pelaksanaan Undang – undang.3
nasional. Berbagai versi itu adalah (a) Bika-
meral versi ‘Indonesia Berparlemen’ pada Adapun hak DPD Dalam hal pengajuan
konferensi GAPI 31 Januari 1941; (b) Uru- Rancangan Undang - Undang, DPD dapat
san daerah Founding fathers and Mothers; mengajukan kepada Dewan Perwakilan
(c) Versi Republik Indonesia Serikat; (d) Se- Rakyat Rancangan Undang – Undang yang
jarah Utusan Daerah pada era Orde Lama, berkaitan dengan: 1. Otonomi Dearah; 2.
Orde Baru, dan Reformasi; serta (e) Sejarah Hubungan pusat dan daerah; 3. Pemben-
Pembentukan DPD RI di era Reformasi tukan dan pemekaran serta penggabungan
yang terdiri dari (i) Rapat Panitia Ad Hoc daerah. 4. Pengelolaan sumberdaya
I Badan Pekerja-Majelis Permusyawaratan alam dan sumberdaya ekonomi lainnya ser-
Rakyat 1999-2000; (ii) Amandemen UUD ta; 5. Yang berkenaan dengan perimban-
1945; (iii) Pengesahan Dan Pelantikan gan keuangan pusat dan daerah.
DPD RI.
2
Indra J. Piliang dan Bivitri Susanti, Untuk apa DPD 3
Undang-Undang Dasar Negara RI tahun 1945 hlm.
RI, Kelompok DPD di MPR RI, Jakarta, 2007, hlm. 3-8 18
Melihat otoritas DPD yang pada hakekat- miliki kemampuan bekerja mengemban
nya memuat dimensi kedaerahan dan nasi- aspirasi rakyat, maka yang bersangkutan
onal, sebenarnya peran DPD itu penting dapat diberhentikan.
sekali walaupun terbatas dan tidak bisa
Kewenangan DPD berdasarkan landasan
dikatakan kecil. Peran DPD tidak dapat di-
konstitusionalnya yang kemudian direduk-
pandang kecil. Legalitas DPD dalam kon-
si oleh Undang-Undang MPR, DPR, DPD
stitusi memberi corak makna yang besar
dan DPRD (UU MD3) telah memberikan
terhadap perannya sebagai lembaga negara.
kerugian konstitusional terhadap DPD.
Tidak mungkin dengan peran yang kecil
Terdapat beberapa pasal yang telah mengu-
suatu lembaga negara di tampung eksisten-
rangi fungsi, tugas dan kewenangan DPD
sinya dalam konstitusi. Mungkin yang lebih
dari kehendak konstitusi. Kondisi ini di-
tepat dikatakan perannya adalah terbatas
anggap tidak memberikan sistem yang baik
bukan kecil. Dengan peran yang terbatas
mengingat legitimasi anggota DPD yang
itu akan memiliki gaung dan manfaat yang
sangat kuat dan kelembagaan DPD sebagai
besar jika peran anggota DPD dapat dimak-
lembaga tinggi negara, seharusnya dapat
simalkan.
bekerja dengan kewenangan signifikan se-
Fungsiolisasi DPD akan maksimal paling bagai territorial representation.
tidak harus didukung oleh beberapa faktor4:
Selanjutnya berdasarkan UU No. 8
1. Sumber daya manusia yang berkualitas. tahun 2012 tentang Pemilihan Umum, jum-
2. Memiliki kepekaan dan “sense of lah anggota DPD dari setiap propinsi seban-
belonging” terhadap konstituen dan yak 4 orang, yang dipilih dari calon-calon
rakyat. perorangan dengan persyaratan yang cukup
3. Sarana dan prasarana yang memadai. berat dan pemilihnya mengikuti sistem dis-
Sekurang-kurangnya tiga faktor tersebut trik berwakil banyak. Artinya prosedur dan
harus dimiliki oleh Anggota DPD jika per- proses seleksi keanggotaan DPD akan lebih
an mereka ingin dimaksimalkan. Kalau ti- ketat dan berat dibanding anggota DPR,
dak, penyakit yang sering melanda sebagian setiap anggota DPD memiliki konstituen
anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang jelas dan jumlahnya banyak, sehingga
di masa lampau yang sering disebut sebagai legitimasi politiknya kuat. Tetapi disisi lain
“4D plus 1C” (datang, duduk, dengar, diam UUD Negara Republik Indonesia Tahun
dan duit plus cerita) mudah-mudahan tidak 1945 hanya mengatur kewenangan yang
menjadi penyakit baru yang justeru tidak lemah, bahkan sama sekali tidak mengatur
diperlukan di era reformasi sekarang ini. hak-hak DPD.5 Berdasarkan uraian pada
latar belakang di atas, maka dapat diiden-
Faktor skill-capability dan morality
tifikasi 3 (tiga) permasalahan pokok yang
seorang anggota parlemen tidak dapat dia-
akan dikaji dalam penulisan ini, sebagai
baikan. Wakil Rakyat adalah pionir per-
berikut: pertama; Bagaimana Politik Hu-
juangan dan pembaharuan kepentingan
kum Pembentukan Dewan Perwakilan Dae-
dan nasib rakyat ke depan. Menyongsong
rah dalam sistem ketatanegaraan di Indone-
masa depan bangsa dan negara, DPD ha-
sia. kedua; Bagaimana kedudukan Dewan
rus memberi andil yang besar sesuai peran
Perwakilan Daerah dalam pembentukan
yang telah ditentukan oleh konstitusi. Jika
ada Anggota DPD tidak mau dan tidak me-
5
Priyatmoko, “Hubungan Kerja dan Mekanisme
Kerja DPD dengan DPR dan Lembaga negara Lainya”,
Makalah disampaikan pada ”FGD”,Malang, 26 Maret
4
Ibid, hlm.. 21 2003. hlm. 5
6
Bagir Manan, Teori dan Politik Konstitusi, FH-UII 7
Djuana Sulwan, Tata Negara Indonesia, Yayasan
Press, Yogyakarta, 2003, hlm. 57-58. Proklamasi, Jakarta, 1976, hlm. 43.
dipilih dan lainnya diangkat, atau dewan anggota majelis rendah. Dalam keadaan
yang satu mewakili populasi penduduk, semacam ini, tidak mustahil kedua majelis
yang lainnya mewakili wilayah.14 itu pada suatu waktu berlainan kompo-
sisinya, dalam arti bahwa majelis rendah
Kedua aspek tersebut di atas yang
dikuasai oleh suatu partai, sedangkan
menentukan kekuatan dan menunjukkan
majelis tinggi dikuasai oleh partai lain.
perbedaan antara kedua dewan tersebut,
Hal ini dapat menghambat kelancaran
sama pentingnya untuk sistem bikameral
pekerjaan lembaga perwakilan.
karena keduanya mencegah diberikannya
kekuasaan kepada satu lembaga legislatif Berbeda dengan anggota Majelis
saja. Selain itu, kedua aspek tersebut juga Tinggi, maka cara pengisian anggota
sangat kondusif bagi kelompok mayoritas Majelis Rendah, semuanya melalui pe-
dalam pembentukan kebijakan. milihan umum. Majelis Rendah dianggap
sebagai Majelis terpenting.15 Masa jabatan
Cara pengisian anggota majelis tinggi
sudah ditentukan, berdasarkan kesepaka-
dan majelis rendah berbeda. Cara mengisi
tan politik para elit politik di negara yang
anggota majelis tinggi bermacam-macam
bersangkutan.
seperti :
Wewenang Majelis Rendah, biasanya
a. Turun temurun, seperti di Inggris.
lebih besar dari pada wewenang Majelis
b. Ditunjuk, seperti di Kanada, dan seba- Tinggi, yang tercermin baik di bidang
gian Inggris. legislatif maupun di bidang pengawasan.
Umumnya, negara-negara yang menganut
c. Dipilih, seperti di India, Amerika Seri- sistem pemerintahan parlementer, majelis
kat, Uni Soviet, Filipina. ini dapat menjatuhkan kabinet. Sedang-
Anggota majelis rendah semuanya kan, sistem pemerintahan presidensil
dipilih melalui mekanisme demokrasi, Majelis Rendah tidak memiliki wewenang
sehingga memiliki dasar legitimasi yang untuk menjatuhkan kabinet.
kuat. Oleh karena sebagian anggota majelis 1. Lembaga Perwakilan Sebagai Bagian dari
tinggidiisi dengan cara turun-temurun dan Sistem Perwakilan
ditunjuk, maka muncul kecaman dari ber-
bagai kalangan bahwa cara demikian tidak Demokrasi mengandung arti partisi-
demokratis. Menurut pendapat penulis, pasi langsung rakyat seperti pada zaman
persoalannyabukanterletakpadacarapen- Yunani kuno, Namun demikian, demokra-
gisian keanggotaan, melainkan efektivitas si yang demikian ini sudah tidak memung-
pelaksanaan tugas dan fungsi perwakilan- kinkan lagi karena luasnya wilayah suatu
nya. Mungkin saja anggota majelis tinggi negara, bertambahnya jumlah penduduk,
yang ditunjuk atau turun temurun lebih dan bertambah rumitnya masalah-ma-
mampu menyaring dan menyalurkan as- salahkenegaraan.Alternatifpenggantinya
pirasi masyarakat daripada yang dipilih adalah demokrasi tidak langsung melalui
secara demokratis. lembaga-lembaga perwakilan.
Dewan Perwakilan Rakyat, Majelis, dsb- mandataris. Teori mandat, pertama kali
nya. Walaupun terdapat perbedaan isti- muncul di Perancis sebelum revolusi
lah untuk menyebut lembaga perwakilan dan dipelopori oleh J. J. Rousseau dan
namun pada hakekatnya lembaga per- diperkuat oleh Petion. Sesuai dengan
wakilan dibentuk untuk memperjuang- perkembangan zaman, maka teori man-
kan aspirasi rakyat. Rakyat tidak terlibat dat inipun disesuaikan dengan kebutu-
langsung dalam pemerintahan, tetapi han zaman. Awal munculnya, teori ini
menyerahkan kepada wakil yang dipilih dikenal dengan
secara demokratis.
1) Mandat Imperative.
Antara wakil dan yang diwakili ter-
Menurut ajaran ini si wakil bertu-
dapat hubungan yang tidak bisa lepas. Para
gas untuk bertindak sesuai dengan
wakil terpilih dalam memutuskan segala
instruksi yang diberikan oleh yang
kebijakan kenegaraan harus menampung
diwakilinya. Si wakil tidak boleh
dan menyerap aspirasi dari mereka yang
bertindak di luar instruksi tersebut
diwakili. Sebaliknya, rakyat (masyarakat)
dan apabila ada hal-hal baru yang
ikut berpartisipasi dalam kegiatan pemer-
tidak terdapat dalam instruksi baru
intahan baik secara perorangan maupun
dan diwakilinya baru dapat melak-
kelompok. Selain itu juga, rakyat tetap
sanakannya.Setiapadamasalahbaru
berperan dalam mengawasi para wakil
harus meminta mandat baru.
dalam melaksanakan tugasnya, agar jan-
gan terjadi tindakan sewenang-wenang. Mengacu pada ajaran ini, maka para
wakil tidak bertindak bebas. Tinda-
2. Hubungan Antara Wakil dan yang Di-
kan para wakil harus sesuai dengan
wakili
apa yang dimandatkan oleh yang di-
Lembaga perwakilan merupakan rep- wakili.
resentasi dari rakyat untuk ikut terlibat
2) Mandat Bebas
dalam proses pengambilan keputusan poli-
tik. Walaupun rakyat telah memilih para Berbeda dengan mandat imperatif,
wakilnya, namun rakyat dalam menentu- maka mandat bebas si wakil dapat
kan kebijakan publik tetap ada. Dalam hal bertindak tanpa tergantung dari in-
ini berarti antara wakil dan yang diwakili struksi yang diwakilinya. Dasar pe-
terdapat hubungan yang bersifat timbal mikirannya, bahwa si wakil adalah
balik. Untuk itu, berikut ini akan diurai- orang-orang yang terpercaya dan
kan tentang teori hubungan antara lem- terpilih serta memiliki kesadaran hu-
baga perwakilan dengan rakyat. Terdapat kum masyarakat yang diwakilinya,
enam16 ajaran tentang hubungan antara sehingga si wakil dapat bertindak
wakil dan yang diwakili. atas nama mereka yang diwakilinya
atau atas nama rakyat.
a. Teori Mandat
3) Mandat Representatif
Menurut teori ini, si wakil yang duduk
di lembaga perwakilan karena medapat Ajaran ini menentukan bahwa si
mandat dari rakyat sehingga disebut wakil dianggap bergabung dalam
16
H. Abu Daud Busroh, Op cit, hlm 144-148, Band- suatu lembaga perwakilan. Rakyat
ingkan Moh. Kusnadi dan Bintan R. Saragih, Op cit, memilih dan memberikan mandat
hlm. 254-259.
Kewenangan harus dilandasi oleh keten- Pembentukan DPD dalam sistem ket-
tuan hukum yang ada (konstitusi), sehingga atanegaraan di Indonesia secara konsti-
kewenangan tersebut merupakan kewenan- tusional diatur menurut Undang-Undang
gan yang sah. Dengan demikian, pejabat Dasar 1945 yaitu pada perubahan ketiga,
(organ) dalam mengeluarkan keputusan yang terjadi dalam Sidang Tahun 2001 yang
didukung oleh sumber kewenangan terse- diselenggarakan antara 1 November 2001
but. Stroink menjelaskan bahwa sumber ke- sampai dengan 10 November 2001.21 Na-
wenangan dapat diperoleh bagi pejabat atau mun demikian apabila ditelusuri melalui se-
organ (institusi) pemerintahan dengan cara jarah kelembagaan dalam sistem ketetaneg-
atribusi, delegasi dan mandat. Kewenangan araan di Indonesia ini, adanya lembaga
organ (institusi) pemerintah adalah suatu perwakilan yang berkedudukan untuk me-
kewenangan yang dikuatkan oleh hukum wakili kepentingan daerah sesungguhnya
positif guna mengatur dan mempertah- telah ada sebelum perubahan ketiga UUD
ankannya. Tanpa kewenangan tidak dapat 1945, meskipun harus diakui bahwa lem-
dikeluarkan suatu keputusan yuridis yang baga perwakilan tersebut mempunyai nama
benar.20 dan karakteristik yang berbeda dibanding-
kan dengan DPD. Tetapi setidaknya dari
A. Latar Belakang Terbentuknya Dewan
dan dengan mendasarkan pada lembaga per-
Perwakilan Daerah
wakilan yang pernah ada tersebut, pemben-
Dalam menganalisis permasalahan terse- tukan DPD diarahkan untuk mempunyai
but penulis menggunakan teori dari John kedudukan dan fungsi yang lebih baik dari
Locke. Dalam menganalisis permasalahan lembaga perwakilan daerah sebelumnya
tersebut penulis menggunakan teori Teori tersebut. Hal demikian ini terlihat dari be-
Pemisahan Kekuasaan Negara dari John berapa pandangan baik yang dikemukakan
Locke. oleh anggota PAH I Badan Pekerja Majelis
Permusyawaratan Rakyat, pernyataan Ket-
John Locke adalah orang pertama yang
ua dan beberapa anggota DPD Periode 2004
mengemukakan teori pemisahan kekua-
- 2009, dan beberapa pandangan pakar hu-
saan negara dalam bukunya “Two Treaties
kum dan politik lainnya.
on Civil Government” (1660). Ia membagi
kekuasaan negara menjadi tiga bidang seb- Atas dasar tersebut, maka dalam rangka
agai berikut: memberikan gambaran yang komprehensif
terhadap latar belakang pembentukan DPD
1. Legislatif: kekuasaan untuk membuat
ini, uraian terhadap sub bab ini penulis bagi
undang-undang;
dalam beberapa bagian, yaitu uraian terha-
2.
Eksekutif: kekuasaan untuk melak- dap:
sanakan undang-undang;
20
F.A.M. Stroink dalam Abdul Rasyid Thalib, We-
wenang Mahkamah Konstitusi dan Aplikasinya dalam 21
Sri Soemantri. Undang-Undang Dasar 1945
Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia, Citra Ad- Kedudukan dan Aspek-aspek Perubahannya. Unpad
itya Bakti, Bandung, 2006), hlm. 219 Press. Bandung. 2002, hlm. 26
Selain pertimbangan teoritis di atas, juga Sejalan dengan hal tersebut, dengan
didasarkan atas pertimbangan yang bersifat berkaca pada pengalaman masa lalu, selama
politis, yaitu dalam rangka:23 ini kedudukan dan kekuasaan pemerintah
pusat terhadap daerah sangat besar dan
a. Memperkuat ikatan daerah-daerah dalam
menentukan. Berbagai urusan dan kepent-
wadah Negara Kesatuan Republik Indone-
ingan daerah ditentukan oleh pusat tanpa
sia;
cukup mendengarkan dan mengakomodasi
aspirasi kepentingan daerah. Pada akhirnya
22
Lihat Ginandjar Kartasasmita. Dewan Perwakilan
Daerah Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Pasca kemajemukan dan kebhinekaan bangsa
Perubahan UUD 1945 : Latar Belakang dan Masalah.
Dalam Lokakarya Nasioinal Calon Terpilih Anggota
kurang dihiraukan dan menjadikan banyak
DPD Periode 2004-2009. Jakarta. 21 Juni 2004, hlm. 2
23
Ibid 24
Ibid, hlm. 1
rubahan Tata Tertib Dewan Perwakilan bahwa Dewan Perwakilan Daerah mempu-
Daerah Republik Indonesia. nyai fungsi-fungsi yaitu:28
apabila fungsi legislasi yang dimiliki oleh bukan pada bentuk kewenangannya, se-
DPD tersebut diberikan batasan ruang ling- hingga dengan pembatasan yang demikian
kupnya yaitu hanya terhadap rancangan ini, maka dapat dihindarkan terjadinya
undang-undang tertentu yang berkaitan pengaturan fungsi dari lembaga perwakilan
dengan kepentingan-kepentingan daerah tersebut yang tidak sesuai dengan situasi
saja. Sedangkan bentuk kewenangan yang dan kondisi yang seharusnya dikehendaki
melekat sebagai wujud atau penjelmaan atas pembentukan DPD tersebut atau den-
dari fungsi legislasi tersebut, seharusnya gan kata lain, fungsi legislasi dan fungsi
diberikan secara penuh kepada DPD, oleh pengawasan yang seharusnya melekat pada
karenanya DPD berkaitan dengan fungsi setiap lembaga perwakilan termasuk dalam
legislasi tersebut, tidak hanya terbatas pada hal ini DPD dapat dimilikinya secara opti-
kewenangan untuk mengajukan usulan mal. Sementara ini, berdasarkan ketentuan
rancangan undang-undang, ikut membahas Pasal 22 D ayat (1) dan (2) Undang-Undang
dan memberikan pertimbangan atas ran- Dasar 1945, sebagaimana telah penulis ke-
cangan undang-undang saja, tetapi lebih mukakan sebelumnya, dapat diidentifikasi
dari itu juga diberikan kewenangan untuk bahwa fungsi legislasi yang dimiliki oleh
ikut memberikan keputusan rancangan un- DPD tersebut dapat dikategorikan sebagai
dang-undang mana yang akan diterima un- fungsi legislasi lemah, karena tidak diberi-
tuk dijadikan sebagai undang-undang. kannya kewenangan kepada DPD untuk
ikut memutuskan rancangan undang-
B. Pengaturan Mengenai Eksistensi dan
undang mana dan bagaimana yang dapat
Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah
dalam Pembentukan Undang-Undang diterima untuk dijadikan sebagai undang-
undang.
Pada uraian di kedua sub bab sebelum-
nya, telah dilakukan identifikasi bahwa Dengan pengaturan sebagaimana yang
DPD secara konstitusional mempunyai dikemukakan di atas, penulis menilai ter-
kewenangan-kewenangan baik sebagai ben- dapat beberapa kelemahan yang akan mun-
tuk dari jelmaan fungsi legislasi yang lemah cul, yaitu:
dan terbatas maupun fungsi pengawasan 1. Diberikannya fungsi legislasi yang lemah
yang terbatas. pada DPD, maka mengakibatkan DPD
Pengaturan yang demikian ini, seb- akan kehilangan status dan kondisi yang
agaimana telah penulis uraikan sebelumnya seharusnya melekat pada DPD tersebut se-
sesungguhnya disatu sisi akan bertentan- bagai suatu lembaga yang bertindak untuk
gan dengan status dan kondisi yang dike- mewakiliaspirasidankepentingandaerah;
hendaki dari pembentukan DPD tersebut. 2. Daerah akan kehilangan sarana yang op-
Secara teoritis tidak menjadi permasalahan timal untuk menyalurkan aspirasi dan
apabila dalam tataran praktis ditemukan melindungi kepentingan-kepentingan
adanya sistem bikameral lemah (weak bi- daerah berkaitan dengan kebijakan-kebi-
cameralism) atas sistem perwakilan yang jakan yang diambil pada tingkat pusat;
dianut. Namun demikian penentuan sistem
bikameral lemah tersebut seharusnya hanya 3. Tidak terdapatnya mekanisme check and
didasarkan pada pembatasan terhadap ling- balance yang dikehendaki dari pembentu-
kup kewenangan dari lembaga perwakilan kan sistem perwakilan bikameral, karena
yang ada termasuk dalam hal ini DPD, DPD hanya diberikan kewenangan yang
terbatas sebagai jelmaan dari fungsi leg- Selain pertimbangan teoritis di atas, juga
islasi yang lemah; didasarkan atas pertimbangan yang bersifat
politis, yaitu dalam rangka:30
4. Tujuan pembentukan Dewan Perwakilan
Daerah untuk lebih memberikan kesempa- a.
Memperkuat ikatan daerah-daerah
tan yang besar bagi daerah untuk lebih ak- dalam wadah Negara Kesatuan Repub-
tif ikut berpartisipasi sehingga persatuan lik Indonesia;
dan kesatuan bangsa dapat terwujud, akan b. Meneguhkan persatuan kebangsaan se-
sulit tercapai, karena sangat dimungkink- luruh daerah-daerah;
an dengan pengaturan kewenangan DPD c. Meningkatkan agregasi dan akomodasi
yang demikian tersebut, akan menimbul- aspirasi dan kepentingan daerah-dae-
kan gejolak bagi daerah yang merasakan rah dalam perumusan kebijakan nasi-
bahwa saluran untuk ikut memberikan onal;
aspirasi dan melindungi kepentingan-
d. Mendorong percepatan demokrasi, pem-
kepentingannya sulit tercapai.
bangunan, dan kemajuan daerah secara
SIMPULAN berkeadilan dan berkesinambungan.
Kedua; Kedudukan Dewan Perwakilan
Berdasarkan uraian sebagaimana yang Daerah sebagai lembaga legislatif dalam
telah penulis kemukakan sebelumnya, dan rangka pembentukan Undang-Undang
berkaitan dengan permasalahan yang di- menurut Undang-Undang Dasar 1945
angkat dalam tulisan ini, maka dapat di- adalah terbatas baik dilihat dari bentuk
tarik kesimpulan sebagai berikut: Pertama: kedudukan maupun dilihat dari lingkup
Politik hukum lahirnya Dewan Perwakilan kewenangannya. Pembatasan terhadap
Daerah ini sesungguhnya tidak terlepas dari lingkup kewenangan, yaitu hanya terhadap
adanya beberapa pandangan yang mengh- rancangan undang-undang tertentu yang
endaki diperlukannya pembentukan De- berkaitan dengan kepentingan-kepentin-
wan Perwakilan Daerah ini. Anggota PAH gan daerah dimungkinkan untuk dilaku-
I Badan Pekerja Majelis Permusyawaratan kan mengingat Dewan Perwakilan Dae-
Rakyat berpendapat bahwa latar belakang rah merupakan wakil-wakil daerah dalam
lahirnya Dewan Perwakilan Daerah sesung- rangka menjamin aspirasi dan kepentingan
guhnya didasarkan atas pertimbangan teo- daerah, sehingga perlu dibatasi lingkup ke-
ritis dan politis. Pertimbangan yang bersifat wenangannya hanya terhadap rancangan
teoritis tersebut adalah dalam rangka:29 a. undang-undang tertentu tersebut. Namun
Membangun sebuah mekanisme kontrol demikian, adanya pembatasan berkaitan
dan keseimbangan (checks and balances) dengan bentuk kewenangan yang diberikan,
baru antar cabang kekuasaan negara dan sesungguhnya akan berpengaruh pada opti-
dalam lembaga legislatif itu sendiri; b. Men- malisasi pelaksanaan fungsi legislasi yang
jamin dan menampung perwakilan daerah- dimiliki oleh Dewan Perwakilan Daerah.
daerah yang memadai untuk memperjuang- Oleh karena itu adanya pembatasan terha-
kan aspirasi dan kepentingan daerah dalam dap bentuk kewenangan dibidang legislasi
lembaga legislatif. tersebut, yaitu hanya terhadap mengajukan
rancangan undang-undang, ikut memba-
29
Lihat Ginandjar Kartasasmita. Dewan Perwakilan
Daerah Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Pasca has, dan memberikan pertimbangan, adalah
Perubahan UUD 1945 : Latar Belakang dan Masalah.
Dalam Lokakarya Nasioinal Calon Terpilih Anggota
DPD Periode 2004-2009. Jakarta. 21 Juni 2004, hlm. 2 30
Ibid
jelas merupakan penyimpangan dari status wan Perwakilan Daerah lebih kuat maka
dan kondisi yang dikehendaki dari pem- kedepan Dewan Perwakilan Daerah harus
bentukan Dewan Perwakilan Daerah yang diberi kewenagan ikut menetapkan Un-
merupakan lembaga perwakilan; dang-undang khususnya yang menjadi ke-
wenangan Dewan Perwakilan Daerah sep-
Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah
erti yang berkaitan dengan otonomi daerah,
dalam pembentukan undang-undang san-
hubungan pusat dan daerah, pembentukan
gat lemah. Artinya bentuk kewenangan
dan pemekaran serta penggabungan daerah,
yang melekat pada Dewan Perwakilan Dae-
pengelolaan sumber daya ekonomi lainnya,
rah tersebut hanya terbatas pada kegiatan
serta yang berkaitan dengan perimbangan
untuk mengajukan rancangan undang-
keuangan pusat dan daerah. Sehingga De-
undang, ikut membahas, dan memberikan
wan Perwakilan Daerah akan mampu mem-
pertimbangan, tetapi tidak diberi kewenan-
posisikan dirinya sebagai lembaga legislatif
gan untuk ikut memutuskan rancangan
wakil dari Daerah untuk menyalurkan as-
undang-undang. Bagaimana yang dapat
pirasi dan kepentingan-kepentingan daerah
diterima untuk dijadikan sebagai undang-
secara optimal.
undang, sehingga dengan pengaturan yang
demikian tersebut Agar kedudukan De-
Daftar Pustaka
Djuana Sulwan, Tata Negara Indonesia, Yayasan Proklamasi, Jakarta,
1976, Bagir Manan, Teori dan Politik Konstitusi, FH-UII Press,
Yogyakarta, 2003,
F.A.M. Stroink dalam Abdul Rasyid Thalib, Wewenang Mahkamah
Konstitusi dan Aplikasinya dalam Sistem Ketatanegaraan Republik
Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006), Firmansyah
Arifin, dkk, 2005, Lembaga Negara dan Sengketa Kewenangan
Antarlembaga Negara, Konsorsium Reformasi Hukum Nasional
(KRHN) bekerjasama dengan Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia (MKRI), Jakarta,
Frank Feulner, Menguatkan Demokrasi Perwakilan di Indonesia,
Tinjauan Kritis Terhadap Dewan Perwakilan Daerah , dimuat
dalam Jentera, edisi III, Maret 2005,
H. Abu Daud Busroh, Op cit, hlm 144-148, Bandingkan Moh. Kusnadi dan
Bintan R. Saragih,
I Dewa Palguna, dalam kumpulan tulisan buku: Dewan Perwakilan Daerah
dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia. Susunan dan
Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah. Sekretariat Negara.
Jakarta. 2004,
Indra J. Piliang dan Bivitri Susanti, Untuk apa DPD RI, Jakarta, Kelompok
DPD di MPR RI, 2007,
Indroharto, Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik, dalam Paulus
Efendie Lotulung, Himpunan Makalah Asas-Asas Umum
Pemerintahan yang Baik, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994),