You are on page 1of 17

KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH

DALAM SISTEM KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA


BERDASARKAN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK
INDONESIA TAHUN 1945
AUTHORITY OF THE HOUSE OF REPRESENTATIVES
IN THE STATE SYSTEM REPUBLIC OF INDONESIA UNDER THE
CONSTITUTION OF THE REPUBLIC OF INDONESIA YEAR 1945

Ahmad Rosidi
Advokat
email : odik4@yahoo.com
Naskah diterima : 12/05/2015; direvisi : 30/06/2015; disetujui : 20/08/2015

Abstract
The purpose of the establishment of the DPD is philosophically driven more by the interests of the
colouring of national government policy to provide new space for the benefit of local communities.
Definition of the area here is certainly not an area, but geocultural area in the frame that compound
In this study described some problem formulation, among others; How Politics Law Establishment
of the Regional Representative Council in the state system in Indonesia, how the position of Regional
Representative Council in the formulation of Law, How Concept notch setting functions in the formation
of the Regional Representatives Council Act forward. Study is a normative legal research, approach
used is statutory approach, conceptual approach, doctrinal approach. Techniques of collecting legal
material accordance with the use of secondary materials in this study, the collection bahanpun done by
gathering, assessing, and treating systematically library materials and documents related. Secondary
data concerning the primary legal materials, secondary and tertiary derived from library materials,
with due regard to the principle of the update. The data is compiled systematically, in order to obtain a
relatively complete picture of the qualitative classification. Based on the results of this study suggested
that, in the field of legislative regulation of the authority of the Regional Representative Council as
stipulated by Article 22 D Paragraph (1) and (2) of the Constitution of the Republic of Indonesia in 1945
contrary to the desired status and condition of the formation of the Council Regional Representative,
then the arrangement of authority in the field of the legislation need to be changed to conform to
the status and conditions of the Regional Representative Council which is the regional representative
institutions. And As a concrete step of setting an ideal to the existence and position of the Regional
Representative Council, it is necessary to do the changes to the provisions of Article 22 D Paragraph (1)
and (2) of the Constitution of the Republic of Indonesia in 1945, by the People’s Consultative Majlis be
authorized to change and establish the Constitution.
Key word : Authority Of The House Of Representatives, State System Republic Of
Indonesia

Abstrak

Tujuan pembentukan DPD RI secara filosofis lebih didorong oleh kepentingan


mewarnai kebijakan pemerintah nasional dengan memberikan ruang baru bagi
kepentingan masyarakat daerah. Pengertian daerah di sini tentu bukanlah daerah
perdaerah, melainkan wilayah geokultural dalam bingkai yang majemuk. Dalam
penelitian ini diuraikan beberapa rumusan masalah antara lain ; Bagaimana Politik Hukum
Pembentukan Dewan Perwakilan Daerah dalam sistem ketatanegaraan di Indonesia, Bagaimana
kedudukan Dewan Perwakilan Daerah dalam pembentukan Undang-undang, Bagaimana Konsep
pengaturan kedudukan fungsi Dewan Perwakilan Daerah dalam pembentukan Undang-undang ke
depan. Penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif, Pendekatan yang digunakan

Kajian Hukum dan Keadilan 282 IUS


Ahmad Rosidi| Kewenangan Dewan Perwakilan Daerah Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik ..
adalah Pendekatan perundang-undangan, Pendekatan konseptual, pendekatan doctrinal. Tehnik
pengumpulan bahan hukum Sesuai dengan penggunaan bahan sekunder dalam penelitian ini,
maka pengumpulan bahanpun dilakukan dengan cara mengumpul, mengkaji, dan mengolah secara
sistematis bahan-bahan kepustakaan serta dokumen-dokumen yang berkaitan. Data sekunder
baik yang menyangkut bahan hukum primer, sekunder dan tersier diperoleh dari bahan pustaka,
dengan memperhatikan prinsip pemutakhiran. Data tersebut disusun secara sistematis, sehingga
diperoleh gambaran relatif lengkap dari klasifikasi secara kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian
ini disarankan agar, pengaturan tentang kewenangan dibidang legislasi dari Dewan Perwakilan
Daerah sebagaimana yang diatur menurut Pasal 22 D ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945 bertentangan dengan status dan kondisi yang dikehendaki
dari pembentukan Dewan Perwakilan Daerah tersebut, maka pengaturan tentang kewenangan
dibidang legislasi tersebut perlu untuk dilakukan perubahan untuk disesuaikan dengan status dan
kondisi Dewan Perwakilan Daerah yang merupakan lembaga perwakilan daerah. Dan Sebagai
langkah konkrit dari pengaturan yang ideal terhadap eksistensi dan kedudukan Dewan Perwakilan
Daerah tersebut, maka perlu untuk dilakukan perubahan terhadap ketentuan Pasal 22 D ayat (1) dan
(2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, oleh Majlis Permusyawaratan
Rakyat yang diberikan wewenang untuk mengubah dan menetapkan Undang-undang Dasar.
Kata kunci : Kewenangan Dewan Perwakilan Daerah, Sistem Ketatanegaraan Repub-
lik Indonesia

PENDAHULUAN yang memiliki kedudukan yang sama den-


gan DPR sebagai lembaga perwakilan raky-
Undang-Undang Dasar Negara Republik at1. Dewan Perwakilan Daerah (DPD) juga
Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) telah merupakan lembaga perwakilan daerah
mengalami empat tahapan perubahan yaitu yang berkedudukan sebagai lembaga negara
perubahan pertama tahun 1999, perubahan yang terdiri dari wakil-wakil daerah provin-
kedua tahun 2000, perubahan ketiga tahun si yang dipilih melalui pemilihan umum
2001, dan perubahan keempat tahun 2002. tanpa melibatkan peranan partai politik.
Adanya perubahan tersebut, maka terjadi Pembentukan DPD sebagai salah satu in-
pula perubahan dalam kelembagaan Negara stitusi negara yang baru bertujuan mem-
Republik Indonesia, yakni sebelum peruba- berikan kesempatan kepada orang-orang
han terhadap UUD Negara Republik Indo- daerah untuk ikut mengambil kebijakan
nesia Tahun 1945 rumusan semula Pasal 2 dalam tingkat nasional, khususnya yang
ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia terkait dengan kepentingan Daerah. Dalam
Tahun 1945 tersebut berbunyi “Majelis perjalanannya sebagai lembaga perwakilan
Permusyawaratan Rakyat terdiri atas ang- daerah, DPD mempunyai beberapa fungsi
gota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat, yaitu antara lain fungsi di bidang legislasi,
ditambah dengan utusan-utusan dari dae- fungsi di bidang pertimbangan, dan fungsi
rah dan golongan-golongan menurut aturan di bidang pengawasan.
yang ditetapkan dengan Undang-Undang”.
Keberadaan DPD Republik Indonesia
Setelah dilakukannya perubahan terhadap
tidak terlepas dari perbagai latar belakang
UUD Negara Republik Indonesia Tahun
persoalan lembaga perwakilan di Indone-
1945 Pasal 2 ayat (1) menjadi berbunyi
sia. Hal ini tentunya dimaksudkan untuk
“Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri
mendapatkan sistem kelembagaan politik
1 dari anggota-anggota Dewan Perwakilan
Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah 1
Firmansyah Arifin, dkk, 2005, Lembaga Negara
dan Sengketa Kewenangan Antarlembaga Negara, Kon-
yang dipilih melalui pemilihan umum dan sorsium Reformasi Hukum Nasional (KRHN) bekerja-
diatur lebih lanjut dengan Undang-Un- sama dengan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia
(MKRI), Jakarta, hlm.75
dang”. DPD merupakan lembaga negara

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 283


Jurnal IUS | Vol III | Nomor 8 | Agustus; 2015 | hlm, 282~298

yang pas dan sesuai dengan kondisi ma- Meskipun DPD merupakan lembaga
syarakat Indonesia. Untuk menjelaskan baru dalam sistem parlemen di era refor-
soal ini tetunya tidak mudah. DPD RI baru masi, tetapi lembaga ini cukup menarik
berumur setahun jagung, tetapi harapan perhatian. Daya tarik DPD karena kara-
atas perannya sangat besar. Apalagi perso- kteristiknya mewakili teritorial/daerah
alan-persoalan yang dihadapi masyarakat yang secara “sub - culture” berbeda-beda.
Indonesia semakin dalam dan beragam, se- Bahkan aspirasi dan kepentingannyapun
bagiannya muncul dari hubungan antara berbeda. Namun, secara fenomonologis
pemerintah pusat dan pemerintah daerah perbedaan itu suatu keragaman yang akan
yang belum harmonis. Atas dasar itulah diangkat oleh DPD dalam posisinya sebagai
DPD RI diusahakan lahir, sekalipun belum kamar tersendiri dalam perjuangan parle-
melalui proses penelitian yang lama dan men. Untuk memperjuangkan aspirasi dae-
proses penampungan aspirasi yang terukur. rah secara nasional mungkin saja dilakukan
oleh DPD. Hal ini disebabkan karena DPD
Tujuan pembentukan DPD RI secara fi-
memiliki otoritas atau wewenang yang dil-
losofis lebih didorong oleh kepentingan me-
indungi dan ditentukan oleh konstitusi.
warnai kebijakan pemerintah nasional den-
gan memberikan ruang baru bagi kepentin- Dalam UUD Negara Republik Indonesia
gan masyarakat daerah. Pengertian daerah Tahun 1945 DPD diatur dalam bab tersend-
di sini tentu bukanlah daerah perdaerah, iri, yaitu dalam Bab VII A. Dalam bab ini han-
melainkan wilayah geokultural dalam bing- ya terdapat dua Pasal yang mengatur DPD.
kai yang majemuk2. Pertama, Pasal 22 C yang terdiri dari empat
ayat, kedua Pasal 22 D yang terdiri dari em-
Jika dirunut sejarahnya, lembaga per-
pat ayat. Otoritas DPD ditentukan dalam
wakilan daerah di Indonesia sebenarnya
Pasal 22 D. Berdasarkan Pasal 22 D otoritas
telah ada sejak sebelum kemerdekaan.
DPD terdiri dari tiga hal: 1. M e n g a j u k a n
Hanya saja persoalan utama yang selalu
kepada Dewan Pe­wa­­­ki­lan Rakyat Rancangan
merubungi lembaga ini dari masa ke masa
Un­­­da­ng - undang. 2. Membahas Rancan-
adalah tidak pernah hadirnya lembaga per-
gan Undang - undang yang berkaitan dengan
wakilan daerah yang mampu menyuarakan
otonomi daerah; 3. Melaksanakan penga-
kepentingan-kepentingn daerah di tingkat
wasan atas pelaksanaan Undang – undang.3
nasional. Berbagai versi itu adalah (a) Bika-
meral versi ‘Indonesia Berparlemen’ pada Adapun hak DPD Dalam hal pengajuan
konferensi GAPI 31 Januari 1941; (b) Uru- Rancangan Undang - Undang, DPD dapat
san daerah Founding fathers and Mothers; mengajukan kepada Dewan Perwakilan
(c) Versi Republik Indonesia Serikat; (d) Se- Rakyat Rancangan Undang – Undang yang
jarah Utusan Daerah pada era Orde Lama, berkaitan dengan: 1. Otonomi Dearah; 2.
Orde Baru, dan Reformasi; serta (e) Sejarah Hubungan pusat dan daerah; 3. Pemben-
Pembentukan DPD RI di era Reformasi tukan dan pemekaran serta penggabungan
yang terdiri dari (i) Rapat Panitia Ad Hoc daerah. 4. Pengelolaan sumberdaya
I Badan Pekerja-Majelis Permusyawaratan alam dan sumberdaya ekonomi lainnya ser-
Rakyat 1999-2000; (ii) Amandemen UUD ta; 5. Yang berkenaan dengan perimban-
1945; (iii) Pengesahan Dan Pelantikan gan keuangan pusat dan daerah.
DPD RI.
2
Indra J. Piliang dan Bivitri Susanti, Untuk apa DPD 3
Undang-Undang Dasar Negara RI tahun 1945 hlm.
RI, Kelompok DPD di MPR RI, Jakarta, 2007, hlm. 3-8 18

284 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Ahmad Rosidi| Kewenangan Dewan Perwakilan Daerah Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik ..

Melihat otoritas DPD yang pada hakekat- miliki kemampuan bekerja mengemban
nya memuat dimensi kedaerahan dan nasi- aspirasi rakyat, maka yang bersangkutan
onal, sebenarnya peran DPD itu penting dapat diberhentikan.
sekali walaupun terbatas dan tidak bisa
Kewenangan DPD berdasarkan landasan
dikatakan kecil. Peran DPD tidak dapat di-
konstitusionalnya yang kemudian direduk-
pandang kecil. Legalitas DPD dalam kon-
si oleh Undang-Undang MPR, DPR, DPD
stitusi memberi corak makna yang besar
dan DPRD (UU MD3) telah memberikan
terhadap perannya sebagai lembaga negara.
kerugian konstitusional terhadap DPD.
Tidak mungkin dengan peran yang kecil
Terdapat beberapa pasal yang telah mengu-
suatu lembaga negara di tampung eksisten-
rangi fungsi, tugas dan kewenangan DPD
sinya dalam konstitusi. Mungkin yang lebih
dari kehendak konstitusi. Kondisi ini di-
tepat dikatakan perannya adalah terbatas
anggap tidak memberikan sistem yang baik
bukan kecil. Dengan peran yang terbatas
mengingat legitimasi anggota DPD yang
itu akan memiliki gaung dan manfaat yang
sangat kuat dan kelembagaan DPD sebagai
besar jika peran anggota DPD dapat dimak-
lembaga tinggi negara, seharusnya dapat
simalkan.
bekerja dengan kewenangan signifikan se-
Fungsiolisasi DPD akan maksimal paling bagai territorial representation.
tidak harus didukung oleh beberapa faktor4:
Selanjutnya berdasarkan UU No. 8
1. Sumber daya manusia yang berkualitas. ­tahun 2012 tentang Pemilihan Umum, jum-
2. Memiliki kepekaan dan “sense of lah anggota DPD dari setiap propinsi seban-
belonging” terhadap konstituen dan yak 4 orang, yang dipilih dari calon-calon
rakyat. perorangan dengan persyaratan yang cukup
3. Sarana dan prasarana yang memadai. berat dan pemilihnya mengikuti sistem dis-
Sekurang-kurangnya tiga faktor tersebut trik berwakil banyak. Artinya prosedur dan
harus dimiliki oleh Anggota DPD jika per- proses seleksi keanggotaan DPD akan lebih
an mereka ingin dimaksimalkan. Kalau ti- ketat dan berat dibanding anggota DPR,
dak, penyakit yang sering melanda sebagian setiap anggota DPD memiliki konstituen
anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang jelas dan jumlahnya banyak, sehingga
di masa lampau yang sering disebut sebagai legitimasi politiknya kuat. Tetapi disisi lain
“4D plus 1C” (datang, duduk, dengar, diam UUD Negara Republik Indonesia Tahun
dan duit plus cerita) mudah-mudahan tidak 1945 hanya mengatur kewenangan yang
menjadi penyakit baru yang justeru tidak lemah, bahkan sama sekali tidak mengatur
diperlukan di era reformasi sekarang ini. hak-hak DPD.5 Berdasarkan uraian pada
latar belakang di atas, maka dapat diiden-
Faktor skill-capability dan morality
tifikasi 3 (tiga) permasalahan pokok yang
seorang anggota parlemen tidak dapat dia-
akan dikaji dalam penulisan ini, sebagai
baikan. Wakil Rakyat adalah pionir per-
berikut: pertama; Bagaimana Politik Hu-
juangan dan pembaharuan kepentingan
kum Pembentukan Dewan Perwakilan Dae-
dan nasib rakyat ke depan. Menyongsong
rah dalam sistem ketatanegaraan di Indone-
masa depan bangsa dan negara, DPD ha-
sia. kedua; Bagaimana kedudukan Dewan
rus memberi andil yang besar sesuai peran
Perwakilan Daerah dalam pembentukan
yang telah ditentukan oleh konstitusi. Jika
ada Anggota DPD tidak mau dan tidak me-
5
Priyatmoko, “Hubungan Kerja dan Mekanisme
Kerja DPD dengan DPR dan Lembaga negara Lainya”,
Makalah disampaikan pada ”FGD”,Malang, 26 Maret
4
Ibid, hlm.. 21 2003. hlm. 5

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 285


Jurnal IUS | Vol III | Nomor 8 | Agustus; 2015 | hlm, 282~298

Undang-undang. dan ketiga; Bagaimana yang lainnya berdasarkan hasil kompromi


Konsep pengaturan kedudukan fungsi De- antar negara bagian, dan sebagainya. Un-
wan Perwakilan Daerah dalam pembentu- tuk memperoleh gambaran yang lebih jelas,
kan Undang-undang ke depan? maka masing-masing sistem akan diuraikan
secara lebih mendetail.
Tulisan ini merupakan hasil dari peneli-
tian hukum normatif juga biasa disebut seb- a. Sistem satu kamar
agai penelitian hukum doktriner atau pene-
Sistem satu kamar (unicameral) arti-
litian perpustakaan. Dinamakan penelitian
nya satu, apabila dalam negara itu hanya
hukum doktriner dikarenakan penelitian
dikenal satu lembaga perwakilan, dengan
ini ditujukan pada peraturan-peraturan
sebutan yang berbeda antara satu negara
tertulis sehingga penelitian ini sangat erat
dengan negara lain. Landasan berpijak
hubungannya pada perpustakaan karena
pembentukan lembaga perwakilan satu
akan membutuhkan data-data yang bersifat
kamar, bahwa kedaulatan negara tidak
sekunder pada perpustakaan.
akan terbagi-bagi, dan sistem ini memper-
Dalam penelitian hukum normatif hu- lihatkan kesederhanaan, adanya tanggung
kum yang tertulis dikaji dari berbagai aspek jawab yang dipusatkan di satu badan dan
seperti aspek teori, filosofis, perbandingan, tidak terpecah-pecah serta menunjukan
struktur/komposisi, konsistensi, penjelasan adanya perwakilan yang langsung dari
umum dan penjelasan pada tiap pasal, for- pemilih7.
malitas dan kekuatan mengikat suatu un-
b. Sistem dua kamar
dang-undang serta nbahasa yang digunakan
adalah bahasa houkum. Sehingga dapat kita Keseimbangan merupakan kunci
simpulkan pada penelitian hukum normatif kelangsungan sebuah sistem politik mod-
mempunyai cakupan yang luas. ern. Setiap konstitusi mengatur bagaima-
na pemerintahan harus berjalan dengan
PEMBAHASAN
meperhatikankeseimbangansatuinstitusi
Sistem perwakilan yang dianut oleh dengan institusi lainnya. Keseimbangan
negara-negara modern sekarang ini, pada antara legislatif, eksekutif, dan yudika-
umumnya sistem satu kamar (unicameral) tif, juga antara lembaga perwakilan yang
dan sistem dua kamar (bicameral). Namun satu dengan lembaga perwakilan lainnya.
dalam perkembangannya, dikenal pula Maka dipikirkan untuk adanya lembaga
sistem tiga kamar (three cameral). Sistem perwakilan dua kamar, sehingga terjadi
mana yang dianut, tidak tergantung dari saling kontrol antara satu kamar dengan
landasan bernegara tertentu juga tidak ter- kamar yang lainnya.
kait dengan bentuk negara, bentuk pemer- Gagasan awal munculnya lembaga
intahan, atau sistem pemerintahan terten- perwakilan dua kamar, bermaksud agar
tu.6 tidak ada satu lembaga negara pun yang
Setiap negara mempunyai pertimbangan mendominasi negara lainnya. Dengan
sendiri-sendiri, yakni ada negara yang men- demikian, segala keputusan diambil secara
jalankan sistem tertentu dengan pertimban- bersama-sama di dalam sebuah proses di-
gan latar belakang kesejarahan, sementara mana setiap orang mempunyai hak untuk

6
Bagir Manan, Teori dan Politik Konstitusi, FH-UII 7
Djuana Sulwan, Tata Negara Indonesia, Yayasan
Press, Yogyakarta, 2003, hlm. 57-58. Proklamasi, Jakarta, 1976, hlm. 43.

286 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Ahmad Rosidi| Kewenangan Dewan Perwakilan Daerah Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik ..

ikut berpartisipasi.8 Setiap lembaga memi- peluang untuk menyalahgunakan kekua-


liki kewenangan dan legitimasinya, dan saan oleh karena mudah dipengaruhi oleh
konstitusi menjadi suatu sistem Checksand situasi politik.12
Balances yang mencegah penyalahgunaan
Selain itu, menurut Frank Feulner13
dan konsentrasi kekuasaan.9
bahwa baik sistem pemerintahan parle-
Di Negara Amerika Serikat dan Aus- menter maupun sistem presidensial bisa
tralia, beberapa perwakilan bersifat dua memiliki parlemen bikameral. Namun ada
kamar, yang terdiri dari dari House of rep- suatu kecendrungan yang agak terpola,
resentative dan Senat. Sedangkan di Inggris yaitu kebanyakan negara dengan sistem
terdiri dari House of Lord (Majelis Tinggi), federalisme biasanya memiliki perwakilan
dan House of Common (Majelis Rendah). rakyat bikameral. Ada dua hal yang me-
Masing-masing negara memiliki sejarah nentukan perbedaan antar kedua kamar
tersendiri mengenai lembaga perwakilan lembaga perwakilan, yaitu:
itu.
a. Dewan tinggi (Senat, House of Lord,
Menurut Abu Daud Busroh , jika 10
Bundesrat, dan sebagainya) biasanya
bentuk negara itu kerajaan maka umum- lebih kecil jika dibandingkan dewan
nya majelis terdiri dari Majelis Tinggi rendah, seperti : House of Commons,
dan Majelis rendah. Keanggotaan Majelis House of representative, Bundestag.
Tinggi biasanya turun temurun atau
b. Masa jabatan dewan tertinggi biasanya
penunjukan, sedangkan Majelis Rendah
lebih lama dibandingkan dengan dewan
keanggotaannya berdasarkan pemilihan
rendah;
umum. Kalau bentuk negara dan bangu-
nan negaranya federal, maka majelisnya c. Anggota dewan tinggi biasanya dipilih
terdiri dari Senat dan DPR. Pembentukan- secara bertingkat dalam waktu yang
nya melalui pemilihan umum. Senat me- berbeda-beda.
wakili negara-negara bagian, sedangkan
DPR (mewakili rakyat biasa tanpa melihat Lembaga perwakilan dengan sistem
negara-negara bagiannya). bikameral memiliki kelebihan dan
kekurangan, yaitu kekuasaan konstitu-
Pendapatlainmengemukakan,bahwa tional yang diberikan kepada kedua dewan
semua negara federal memiliki sistem dua tidak berimbang, di mana dewan tinggi
kamar yaitu satu mewakili kepentingan memiliki kekuasaan yang lebih lemah dari
negara bagian dan yang lain mewakili dewan rendah. Alasannya, karena anggota
rakyat secara keseluruhan.11 Negara ke- dewan tinggi tidak dipilih langsung oleh
satuan yang memakai sistem dua kamar rakyat sehingga tidak memiliki legitimasi
biasanya terdorong oleh pertimbangan, yang kuat.
bahwa satu majelis dapat membagi dan
membatasikekuasaanmajelislain.Dikuat- Karakter mereka sebagai lembaga leg-
irkan bahwa sistem satu majelis memberi islatif bisa sama dan tidak sama. Karakter
mereka sama bila keduanya dipilih lang-
8
Frank Feulner, Menguatkan Demokrasi Per- sung dan mewakili populasi penduduk,
wakilan di Indonesia, Tinjauan Kritis Terhadap Dewan dan bukan wilayah karakter mereka tidak
Perwakilan Daerah , dimuat dalam Jentera, edisi III, Ma-
ret 2005, hlm. 25. sama bila anggota dari salah satu dewan
9
Ibid.
10
Op. cit, hlm. 150. 12
Ibid.
11
Miriam Budiardjo, op. cit, hlm. 180. 13
Op. cit, hlm. 26.

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 287


Jurnal IUS | Vol III | Nomor 8 | Agustus; 2015 | hlm, 282~298

dipilih dan lainnya diangkat, atau dewan anggota majelis rendah. Dalam keadaan
yang satu mewakili populasi penduduk, semacam ini, tidak mustahil kedua majelis
yang lainnya mewakili wilayah.14 itu pada suatu waktu berlainan kompo-
sisinya, dalam arti bahwa majelis rendah
Kedua aspek tersebut di atas yang
dikuasai oleh suatu partai, sedangkan
menentukan kekuatan dan menunjukkan
majelis tinggi dikuasai oleh partai lain.
perbedaan antara kedua dewan tersebut,
Hal ini dapat menghambat kelancaran
sama pentingnya untuk sistem bikameral
pekerjaan lembaga perwakilan.
karena keduanya mencegah diberikannya
kekuasaan kepada satu lembaga legislatif Berbeda dengan anggota Majelis
saja. Selain itu, kedua aspek tersebut juga Tinggi, maka cara pengisian anggota
sangat kondusif bagi kelompok mayoritas Majelis Rendah, semuanya melalui pe-
dalam pembentukan kebijakan. milihan umum. Majelis Rendah dianggap
sebagai Majelis terpenting.15 Masa jabatan
Cara pengisian anggota majelis tinggi
sudah ditentukan, berdasarkan kesepaka-
dan majelis rendah berbeda. Cara mengisi
tan politik para elit politik di negara yang
anggota majelis tinggi bermacam-macam
bersangkutan.
seperti :
Wewenang Majelis Rendah, biasanya
a. Turun temurun, seperti di Inggris.
lebih besar dari pada wewenang Majelis
b. Ditunjuk, seperti di Kanada, dan seba- Tinggi, yang tercermin baik di bidang
gian Inggris. legislatif maupun di bidang pengawasan.
Umumnya, negara-negara yang menganut
c. Dipilih, seperti di India, Amerika Seri- sistem pemerintahan parlementer, majelis
kat, Uni Soviet, Filipina. ini dapat menjatuhkan kabinet. Sedang-
Anggota majelis rendah semuanya kan, sistem pemerintahan presidensil
dipilih melalui mekanisme demokrasi, Majelis Rendah tidak memiliki wewenang
sehingga memiliki dasar legitimasi yang untuk menjatuhkan kabinet.
kuat. Oleh karena sebagian anggota majelis 1. Lembaga Perwakilan Sebagai Bagian dari
tinggidiisi dengan cara turun-temurun dan Sistem Perwakilan
ditunjuk, maka muncul kecaman dari ber-
bagai kalangan bahwa cara demikian tidak Demokrasi mengandung arti partisi-
demokratis. Menurut pendapat penulis, pasi langsung rakyat seperti pada zaman
persoalannyabukanterletakpadacarapen- Yunani kuno, Namun demikian, demokra-
gisian keanggotaan, melainkan efektivitas si yang demikian ini sudah tidak memung-
pelaksanaan tugas dan fungsi perwakilan- kinkan lagi karena luasnya wilayah suatu
nya. Mungkin saja anggota majelis tinggi negara, bertambahnya jumlah penduduk,
yang ditunjuk atau turun temurun lebih dan bertambah rumitnya masalah-ma-
mampu menyaring dan menyalurkan as- salahkenegaraan.Alternatifpenggantinya
pirasi masyarakat daripada yang dipilih adalah demokrasi tidak langsung melalui
secara demokratis. lembaga-lembaga perwakilan.

Masa jabatan anggota majelis tinggi Istilah lembaga perwakilan, sebutan-


berbeda antara satu negara dengan negara nyaberbeda-bedauntuksetiapnegara.Ada
lainnya dan lebih lama dari masa jabatan yang menyebutnya Parlemen, Kongres,
14
Ibid, hlm. 26-27. 15
Miriam Budiardjo, Op. cit, hlm. 182.

288 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Ahmad Rosidi| Kewenangan Dewan Perwakilan Daerah Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik ..

Dewan Perwakilan Rakyat, Majelis, dsb- mandataris. Teori mandat, pertama kali
nya. Walaupun terdapat perbedaan isti- muncul di Perancis sebelum revolusi
lah untuk menyebut lembaga perwakilan dan dipelopori oleh J. J. Rousseau dan
namun pada hakekatnya lembaga per- diperkuat oleh Petion. Sesuai dengan
wakilan dibentuk untuk memperjuang- perkembangan zaman, maka teori man-
kan aspirasi rakyat. Rakyat tidak terlibat dat inipun disesuaikan dengan kebutu-
langsung dalam pemerintahan, tetapi han zaman. Awal munculnya, teori ini
menyerahkan kepada wakil yang dipilih dikenal dengan
secara demokratis.
1) Mandat Imperative.
Antara wakil dan yang diwakili ter-
Menurut ajaran ini si wakil bertu-
dapat hubungan yang tidak bisa lepas. Para
gas untuk bertindak sesuai dengan
wakil terpilih dalam memutuskan segala
instruksi yang diberikan oleh yang
kebijakan kenegaraan harus menampung
diwakilinya. Si wakil tidak boleh
dan menyerap aspirasi dari mereka yang
bertindak di luar instruksi tersebut
diwakili. Sebaliknya, rakyat (masyarakat)
dan apabila ada hal-hal baru yang
ikut berpartisipasi dalam kegiatan pemer-
tidak terdapat dalam instruksi baru
intahan baik secara perorangan maupun
dan diwakilinya baru dapat melak-
kelompok. Selain itu juga, rakyat tetap
sanakannya.Setiapadamasalahbaru
berperan dalam mengawasi para wakil
harus meminta mandat baru.
dalam melaksanakan tugasnya, agar jan-
gan terjadi tindakan sewenang-wenang. Mengacu pada ajaran ini, maka para
wakil tidak bertindak bebas. Tinda-
2. Hubungan Antara Wakil dan yang Di-
kan para wakil harus sesuai dengan
wakili
apa yang dimandatkan oleh yang di-
Lembaga perwakilan merupakan rep- wakili.
resentasi dari rakyat untuk ikut terlibat
2) Mandat Bebas
dalam proses pengambilan keputusan poli-
tik. Walaupun rakyat telah memilih para Berbeda dengan mandat imperatif,
wakilnya, namun rakyat dalam menentu- maka mandat bebas si wakil dapat
kan kebijakan publik tetap ada. Dalam hal bertindak tanpa tergantung dari in-
ini berarti antara wakil dan yang diwakili struksi yang diwakilinya. Dasar pe-
terdapat hubungan yang bersifat timbal mikirannya, bahwa si wakil adalah
balik. Untuk itu, berikut ini akan diurai- orang-orang yang terpercaya dan
kan tentang teori hubungan antara lem- terpilih serta memiliki kesadaran hu-
baga perwakilan dengan rakyat. Terdapat kum masyarakat yang diwakilinya,
enam16 ajaran tentang hubungan antara sehingga si wakil dapat bertindak
wakil dan yang diwakili. atas nama mereka yang diwakilinya
atau atas nama rakyat.
a. Teori Mandat
3) Mandat Representatif
Menurut teori ini, si wakil yang duduk
di lembaga perwakilan karena medapat Ajaran ini menentukan bahwa si
mandat dari rakyat sehingga disebut wakil dianggap bergabung dalam
16
H. Abu Daud Busroh, Op cit, hlm 144-148, Band- suatu lembaga perwakilan. Rakyat
ingkan Moh. Kusnadi dan Bintan R. Saragih, Op cit, memilih dan memberikan mandat
hlm. 254-259.

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 289


Jurnal IUS | Vol III | Nomor 8 | Agustus; 2015 | hlm, 282~298

pada lembaga perwakilan, sehingga wenang kepada organ pemerintahan


si wakil sebagai individu tidak ada yang lain. Pada mandat tidak terjadi
hubungan dengan pemilihannya. pelimpahan apapun dalam arti pembe-
Artinya, rakyat hanya berhubungan rian  wewenang,akantetapi,yangdiberi
secara kelembagaan dengan lembaga mandat bertindak atas nama pemberi
perwakilan. Selanjutnya, pertang- mandat. Dalam pemberian mandat,
gungjawaban juga secara kelem- pejabat yang diberi mandat menunjuk
bagaan, dan bukan perorangan. pejabat lain untuk bertindak atas nama
mandator (pemberi mandat).
b. Teori Kewenangan
Ada perbedaan mendasar antara ke-
Dalam literatur ilmu politik, ilmu
wenangan atribusi dan delegasi. Pada
pemerintahan, dan ilmu hukum
atribusi, kewenangan yang ada siap di-
sering ditemukan istilah kekuasaan,
limpahkan, tetapi tidak demikian pada
kewenangan, dan wewenang. Kekua-
delegasi. Berkaitan dengan asas legali-
saan sering disamakan begitu saja
tas, kewenangan tidak dapat didelegasi-
dengan kewenangan, dan kekuasaan
kan secara besar-besaran, tetapi hanya
sering dipertukarkan dengan istilah ke-
mungkin dibawah kondisi bahwa per-
wenangan, demikian pula sebaliknya.
aturan hukum menentukan mengenai
Bahkan kewenangan sering disamakan
kemungkinan delegasi tersebut. Del-
juga dengan wewenang. Kekuasaan bi-
egasi harus memenuhi syarat-syarat
asanya berbentuk hubungan dalam arti
sebagai berikut:19
bahwa “ada satu pihak yang memer-
intah dan pihak lain yang diperintah” a. delegasi harus definitif, artinya del-
(the rule and the ruled)17 . egasn tidak dapat lagi menggunakan
sendiri wewenang yang telah dilim-
Secara yuridis, pengertian wewenang
pahkan itu;
adalah kemampuan yang diberikan oleh
peraturan perundang-undangan untuk b. delegasi harus berdasarkan keten-
menimbulkan akibat-akibat hukum18. tuan perundang-undangan, artinya
delegasi hanya dimungkinkan jika
Kewenangan yang dimiliki oleh or-
ada ketentuan yang memungkinkan
gan (institusi) pemerintahan dalam
untuk itu dalam peraturan perun-
melakukan perbuatan nyata (riil),
dang-undangan;
mengadakan pengaturan atau menge-
luarkan keputusan selalu dilandasi oleh c. delegasi tidak kepada bawahan, arti-
kewenangan yang diperoleh dari kon- nya dalam hierarki kepagawaian ti-
stitusi secara atribusi, delegasi, maupun dak diperkenankan adanya delegasi;
mandat. Suatu atribusi menunjuk pada
d.
kewajiban memberi keterangan
kewenangan yang asli atas dasar konsti-
(penjelasan), artinya delegans ber-
tusi (UUD). Pada kewenangan delegasi,
wenang untuk meminta penjelasan
harus ditegaskan suatu pelimpahan we-
tentang pelaksanaan wewenang
tersebut;
17
Miriam Budiardjo,  Dasar-Dasar Ilmu Politik,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1998,  hlm. 35-36
18
Indroharto, Asas-Asas Umum Pemerintahan yang
Baik, dalam Paulus Efendie Lotulung, Himpunan Maka-
lah Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik, Citra
Aditya Bakti, Bandung ,1994, hlm. 65 19
Philipus M. Hadjon, Op Cit, h. 5

290 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Ahmad Rosidi| Kewenangan Dewan Perwakilan Daerah Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik ..

e. peraturan kebijakan (beleidsregel), 3. Federatif: kekuasaan mengadakan perseri-


artinya delegans memberikan in- katan dan aliansi serta segala tindakan
struksi (petunjuk) tentang penggu- dengan semua orang dan badan-badan di
naan wewenang tersebut. luar negeri.

Kewenangan harus dilandasi oleh keten- Pembentukan DPD dalam sistem ket-
tuan hukum yang ada (konstitusi), sehingga atanegaraan di Indonesia secara konsti-
kewenangan tersebut merupakan kewenan- tusional diatur menurut Undang-Undang
gan yang sah. Dengan demikian, pejabat Dasar 1945 yaitu pada perubahan ketiga,
(organ) dalam mengeluarkan keputusan yang terjadi dalam Sidang Tahun 2001 yang
didukung oleh sumber kewenangan terse- diselenggarakan antara 1 November 2001
but. Stroink menjelaskan bahwa sumber ke- sampai dengan 10 November 2001.21 Na-
wenangan dapat diperoleh bagi pejabat atau mun demikian apabila ditelusuri melalui se-
organ (institusi) pemerintahan dengan cara jarah kelembagaan dalam sistem ketetaneg-
atribusi, delegasi dan mandat. Kewenangan araan di Indonesia ini, adanya lembaga
organ (institusi) pemerintah adalah suatu perwakilan yang berkedudukan untuk me-
kewenangan yang dikuatkan oleh hukum wakili kepentingan daerah sesungguhnya
positif guna mengatur dan mempertah- telah ada sebelum perubahan ketiga UUD
ankannya. Tanpa kewenangan tidak dapat 1945, meskipun harus diakui bahwa lem-
dikeluarkan suatu keputusan yuridis yang baga perwakilan tersebut mempunyai nama
benar.20 dan karakteristik yang berbeda dibanding-
kan dengan DPD. Tetapi setidaknya dari
A. Latar Belakang Terbentuknya Dewan
dan dengan mendasarkan pada lembaga per-
Perwakilan Daerah
wakilan yang pernah ada tersebut, pemben-
Dalam menganalisis permasalahan terse- tukan DPD diarahkan untuk mempunyai
but penulis menggunakan teori dari John kedudukan dan fungsi yang lebih baik dari
Locke. Dalam menganalisis permasalahan lembaga perwakilan daerah sebelumnya
tersebut penulis menggunakan teori Teori tersebut. Hal demikian ini terlihat dari be-
Pemisahan Kekuasaan Negara dari John berapa pandangan baik yang dikemukakan
Locke. oleh anggota PAH I Badan Pekerja Majelis
Permusyawaratan Rakyat, pernyataan Ket-
John Locke adalah orang pertama yang
ua dan beberapa anggota DPD Periode 2004
mengemukakan teori pemisahan kekua-
- 2009, dan beberapa pandangan pakar hu-
saan negara dalam bukunya “Two Treaties
kum dan politik lainnya.
on Civil Government” (1660). Ia membagi
kekuasaan negara menjadi tiga bidang seb- Atas dasar tersebut, maka dalam rangka
agai berikut: memberikan gambaran yang komprehensif
terhadap latar belakang pembentukan DPD
1. Legislatif: kekuasaan untuk membuat
ini, uraian terhadap sub bab ini penulis bagi
undang-undang;
dalam beberapa bagian, yaitu uraian terha-
2.
Eksekutif: kekuasaan untuk melak- dap:
sanakan undang-undang;

20
F.A.M. Stroink dalam Abdul Rasyid Thalib, We-
wenang Mahkamah Konstitusi dan Aplikasinya dalam 21
Sri Soemantri. Undang-Undang Dasar 1945
Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia, Citra Ad- Kedudukan dan Aspek-aspek Perubahannya. Unpad
itya Bakti, Bandung, 2006), hlm. 219 Press. Bandung. 2002, hlm. 26

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 291


Jurnal IUS | Vol III | Nomor 8 | Agustus; 2015 | hlm, 282~298

1. Lembaga Perwakilan Daerah sebelum Pe- b. Meneguhkan persatuan kebangsaan selu-


rubahan Ketiga Undang-Undang Dasar ruh daerah-daerah;
1945;
c. Meningkatkan agregasi dan akomodasi
2. Pembentukan Dewan Perwakilan Dae- aspirasi dan kepentingan daerah-daerah
rah melalui Perubahan Ketiga Undang- dalam perumusan kebijakan nasional;
Undang Dasar 1945;
d. Mendorong percepatan demokrasi, pem-
3. Beberapa Pandangan yang Menjadi Latar bangunan, dan kemajuan daerah secara
Belakang Pembentukan Dewan Per- berkeadilan dan berkesinambungan.
wakilan Daerah di Indonesia.
Menurut Ginandjar Kartasasmita, latar
B. Politik Hukum Pembentukan Dewan belakang dibentuknya DPD ini dalam sistem
Pewakilan Daerah ketatanegaraan sesungguhnya didasarkan
atas pertimbangan adanya kondisi:24
Lahirnya Dewan Perwakilan Daerah ini
sesungguhnya tidak terlepas dari adanya ”Disintegrasi negara telah menjadi salah
beberapa pandangan yang menghendaki satu fenomena mondial yang terjadi pada
diperlukannya pembentukan Dewan Per- dasawarsa 90-an. Sehingga cukup banyak
wakilan Daerah ini. Anggota PAH I Badan negara yang pecah berkeping-keping den-
Pekerja Majelis Permusyawaratan Rakyat gan menimbulkan luka yang mendalam.
berpendapat bahwa latar belakang lahirnya Tragedi ini tentu akan menjadi pelajaran
Dewan Perwakilan Daerah sesungguhnya berharga bagi bangsa Indonesia dalam
didasarkan atas pertimbangan teoritis dan upaya menjaga keutuhan dan kesatuan
politis. Pertimbangan yang bersifat teoritis bangsa dan negara yang menjadi amanat
tersebut adalah dalam rangka:22 luhur pada pendiri negara. Hal tersebut
menimbulkan kecenderungan lain diber-
a. Membangun sebuah mekanisme kontrol
bagai belahan dunia yang sejalan den-
dan keseimbangan (checks and balances)
gan gejala demokratisasi. Salah satunya
baru antar cabang kekuasaan negara dan
adalah meningkatkan desakan agar dae-
dalam lembaga legislatif itu sendiri;
rah-daerah diberi peran lebih besar dan be-
b. Menjamin dan menampung perwakilan rarti di tingkat nasional, terutama dalam
daerah-daerah yang memadai untuk mem- merumuskan dan mengambil putusan ten-
perjuangkanaspirasidankepentingandae- tang kebijakan nasional yang terkait den-
rah dalam lembaga legislatif. gan kepentingan dan urusan daerah.

Selain pertimbangan teoritis di atas, juga Sejalan dengan hal tersebut, dengan
didasarkan atas pertimbangan yang bersifat berkaca pada pengalaman masa lalu, selama
politis, yaitu dalam rangka:23 ini kedudukan dan kekuasaan pemerintah
pusat terhadap daerah sangat besar dan
a. Memperkuat ikatan daerah-daerah dalam
menentukan. Berbagai urusan dan kepent-
wadah Negara Kesatuan Republik Indone-
ingan daerah ditentukan oleh pusat tanpa
sia;
cukup mendengarkan dan mengakomodasi
aspirasi kepentingan daerah. Pada akhirnya
22
Lihat Ginandjar Kartasasmita. Dewan Perwakilan
Daerah Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Pasca kemajemukan dan kebhinekaan bangsa
Perubahan UUD 1945 : Latar Belakang dan Masalah.
Dalam Lokakarya Nasioinal Calon Terpilih Anggota
kurang dihiraukan dan menjadikan banyak
DPD Periode 2004-2009. Jakarta. 21 Juni 2004, hlm. 2
23
Ibid 24
Ibid, hlm. 1

292 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Ahmad Rosidi| Kewenangan Dewan Perwakilan Daerah Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik ..

masyarakat di daerah merasa terabaikan daerah melalui institusi formal di tingkat


dalam kehidupan nasional. Banyak daerah nasional;
merasakan ketidakadilan dalam peman-
b. Dalam rangka memperbaiki kehidupan
faatan sumber daya alam yang bersumber
ketatanegaraan dan demokratisasi melalui
dari daerahnya.
mekanisme checks and balances antara
Akibat dari itu, antara lain telah menye- kedua kamar.
babkan:
Berdasarkan pandangan-pandangan di
a. Munculnya gerakan separatis di berbagai atas, terlihat bahwa sesungguhnya DPD
daerah seperti Aceh dan Papua; dibentuk dalam rangka dapat menampung
b. Kurang berkembangnya demokrasi, baik dan menyalurkan aspirasi dan kepentin-
di tingkat nasional maupun lokal; gan-kepentingan daerah pada tingkat Pusat.
Atas dasar kehendak dan keinginan yang
c. Berkembangnya gerakan kekecewaan dan demikian tersebut, maka sudah seharusnya
protes di daerah-daerah serta menurunnya apabila pengaturan terhadap kewenangan
partisipasi masyarakat; dan yang dimiliki oleh DPD agar lebih memu-
d. Kesenjangan pusat dan daerah yang cukup dahkan lembaga perwakilan ini untuk me-
lebar. nampung dan menyalurkan aspirasi dan
kepentingan-kepentingan daerah tersebut.
Sri Soemantri M,25 berpandangan bahwa
pembentukan Dewan Perwakilan Daerah Uraian terhadap pengaturan DPD ini,
secara praktis antara lain karena daerah penulis bedakan dalam beberapa sub bagian
juga ingin mendapatkan perhatian, diper- yang didasarkan atas beberapa peraturan pe-
hatikan identitasnya, jati dirinya, dan ke- rundang-undangan yang mengatur tentang
pentingan-kepentingan daerahnya. Dewan Perwakilan Daerah dan Keputusan
Dewan Perwakilan Daerah. Peraturan-per-
Pusat Studi Hukum dan Kebijakan
(PSHK) Indonesia, berdasarkan hasil aturan tersebut yaitu meliputi:
penelitiannya terhadap sistem parlemen 1. Undang-Undang Dasar 1945
Indonesia selama masa Orde Baru hingga
era Reformasi, berpandangan bahwa ada 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004
dua alasan utama mengenai lahirnya DPD tentang Pembentukan Peraturan Perun-
ini, yaitu:26 dang-undangan;
a. Karena adanya kebutuhan untuk men- 3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003
gartikulasikan aspirasi masyarakat dae- tentang Susunan dan Kedudukan Majelis
rah secara struktural. Dengan demikian Permusyawaratan Rakyat, Dewan Per-
diperlukan suatu badan khusus yang wakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
mempresentasikan wilayah-wilayah, Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
dan diharapkan mampu mengakomodasi Daerah;
kepentingan-kepentingan masyarakat di
4. Keputusan Dewan Perwakilan Daerah
Nomor 2/DPD/2004 tentang Peraturan
25
Janedri M. Gaffar, et.al. Dewan Perwakilan Dae-
rah dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia.
Tata Tertib Dewan Perwakilan Daerah
Sekretaris Jenderal MPR-UNDP. Jakarta. 2004, hlm. 176 Republik Indonesia sebagaimana diubah
26
PSHK Indonesia. Sekilas Mengenai Dewan Per-
wakilan Daerah : Struktur Ketatanegaraan Indonesia dengan Keputusan Dewan Perwakilan
berdasarkan Amandemen UUD 1945. http://parlemen. Daerah Nomor 4/DPD/2004 tentang Pe-
net/ind/Idetails.php.

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 293


Jurnal IUS | Vol III | Nomor 8 | Agustus; 2015 | hlm, 282~298

rubahan Tata Tertib Dewan Perwakilan bahwa Dewan Perwakilan Daerah mempu-
Daerah Republik Indonesia. nyai fungsi-fungsi yaitu:28

Ketiga peraturan perundang-undangan di 1. Fungsi legislasi atau perumusan un-


atas dan satu Keputusan Dewan Perwakilan dang-undang
Daerah, dijadikan sebagai peraturan dasar Fungsi ini seperti tercantum dalam
dalam rangka menguraikan tentang pen- Pasal 22 D ayat (1) dan (2) Undang-
gaturan DPD, dalam sistem ketatanegaraan Undang Dasar 1945.
di Indonesia.
2. Fungsi konsultasi atau fungsi pertim-
A. Konsep Pengaturan Kedudukan Fung- bangan
si Dewan Perwakilan Daerah Dalam
Pembentukan Undang-Undang Ke De- Fungsi ini seperti tercantum dalam
pan Pasal 22 D ayat (2) Undang-Undang
Dasar 1945, dan termasuk pula dalam
Istilah fungsi dalam bahasa Indonesia memberikan pertimbangan kepada De-
dapat mengandung beberapa arti, yaitu: 27 wan Perwakilan Rakyat dalam pemili-
1. Jabatan (pekerjaan) yang dilakukan; han anggota Badan Pemeriksa Keuan-
gan.
2. Faal (kerja suatu bagian tubuh);
3. Fungsi kontrol
3. Mat besaran yang berhubungan, jika
besaran yang satu berubah, besaran Fungsi ini seperti tercantum dalam
yang lain juga berubah; Pasal 22 D ayat (3) Undang-Undang
Dasar 1945.
4. Kegunaan suatu hal;
4. Fungsi anggaran
5. Peran sebuah unsur bahasa dalam sat-
uan sintaksis yang lebih luas (seperti Fungsi ini terlihat dari diberikannya
nomina berfungsi sebagai subjek). wewenang kepada Dewan Perwakilan
Daerah untuk mengajukan rancangan
Berdasarkan beberapa arti fungsi di atas, undang-undang tentang perimbangan
maka arti fungsi yang peneliti anggap tepat keuangan pusat dan daerah, wewenang
dipergunakan dalam konteks bahasan ini untuk memberikan pertimbangan ter-
adalah arti yang pertama yaitu jabatan (pe- hadap rancangan undang-undang
kerjaan) yang dilakukan. Oleh karena itu, anggaran pendapatan dan belanja
berdasarkan arti fungsi tersebut maka dapat negara, serta wewenang untuk dapat
dimaknai bahwa fungsi mengandung arti ikut melakukan pengawasan terhadap
pada jabatan (pekerjaan) yang dilakukan, pelaksanaan anggaran pendapatan
yaitu dalam hal ini jabatan (pekerjaan) yang dan belanja negara tersebut.
dilakukan oleh DPD sebagaimana yang dia-
tur menurut Undang-Undang Dasar 1945. Berdasarkan uraian di atas, maka menu-
rut pandangan penulis perlu untuk diam-
Berbeda halnya dengan pandangan yang bil langkah lebih lanjut berupa perubahan
dikemukakan di atas, I Dewa Gede Palguna berkaitan dengan fungsi legislasi yang di-
menyatakan bahwa berdasarkan ketentuan miliki oleh DPD ini. Adalah dimungkinkan
dalam Pasal 22 D, maka dapat dikatakan 28
I Dewa Palguna, dalam kumpulan tulisan buku:
Dewan Perwakilan Daerah dalam Sistem Ketatanegara-
an Republik Indonesia. Susunan dan Kedudukan Dewan
Perwakilan Daerah. Sekretariat Negara. Jakarta. 2004,
27
Ibid, hlm. 322 hlm. 64-65

294 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Ahmad Rosidi| Kewenangan Dewan Perwakilan Daerah Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik ..

apabila fungsi legislasi yang dimiliki oleh bukan pada bentuk kewenangannya, se-
DPD tersebut diberikan batasan ruang ling- hingga dengan pembatasan yang demikian
kupnya yaitu hanya terhadap rancangan ini, maka dapat dihindarkan terjadinya
undang-undang tertentu yang berkaitan pengaturan fungsi dari lembaga perwakilan
dengan kepentingan-kepentingan daerah tersebut yang tidak sesuai dengan situasi
saja. Sedangkan bentuk kewenangan yang dan kondisi yang seharusnya dikehendaki
melekat sebagai wujud atau penjelmaan atas pembentukan DPD tersebut atau den-
dari fungsi legislasi tersebut, seharusnya gan kata lain, fungsi legislasi dan fungsi
diberikan secara penuh kepada DPD, oleh pengawasan yang seharusnya melekat pada
karenanya DPD berkaitan dengan fungsi setiap lembaga perwakilan termasuk dalam
legislasi tersebut, tidak hanya terbatas pada hal ini DPD dapat dimilikinya secara opti-
kewenangan untuk mengajukan usulan mal. Sementara ini, berdasarkan ketentuan
rancangan undang-undang, ikut membahas Pasal 22 D ayat (1) dan (2) Undang-Undang
dan memberikan pertimbangan atas ran- Dasar 1945, sebagaimana telah penulis ke-
cangan undang-undang saja, tetapi lebih mukakan sebelumnya, dapat diidentifikasi
dari itu juga diberikan kewenangan untuk bahwa fungsi legislasi yang dimiliki oleh
ikut memberikan keputusan rancangan un- DPD tersebut dapat dikategorikan sebagai
dang-undang mana yang akan diterima un- fungsi legislasi lemah, karena tidak diberi-
tuk dijadikan sebagai undang-undang. kannya kewenangan kepada DPD untuk
ikut memutuskan rancangan undang-
B. Pengaturan Mengenai Eksistensi dan
undang mana dan bagaimana yang dapat
Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah
dalam Pembentukan Undang-Undang diterima untuk dijadikan sebagai undang-
undang.
Pada uraian di kedua sub bab sebelum-
nya, telah dilakukan identifikasi bahwa Dengan pengaturan sebagaimana yang
DPD secara konstitusional mempunyai dikemukakan di atas, penulis menilai ter-
kewenangan-kewenangan baik sebagai ben- dapat beberapa kelemahan yang akan mun-
tuk dari jelmaan fungsi legislasi yang lemah cul, yaitu:
dan terbatas maupun fungsi pengawasan 1. Diberikannya fungsi legislasi yang lemah
yang terbatas. pada DPD, maka mengakibatkan DPD
Pengaturan yang demikian ini, seb- akan kehilangan status dan kondisi yang
agaimana telah penulis uraikan sebelumnya seharusnya melekat pada DPD tersebut se-
sesungguhnya disatu sisi akan bertentan- bagai suatu lembaga yang bertindak untuk
gan dengan status dan kondisi yang dike- mewakiliaspirasidankepentingandaerah;
hendaki dari pembentukan DPD tersebut. 2. Daerah akan kehilangan sarana yang op-
Secara teoritis tidak menjadi permasalahan timal untuk menyalurkan aspirasi dan
apabila dalam tataran praktis ditemukan melindungi kepentingan-kepentingan
adanya sistem bikameral lemah (weak bi- daerah berkaitan dengan kebijakan-kebi-
cameralism) atas sistem perwakilan yang jakan yang diambil pada tingkat pusat;
dianut. Namun demikian penentuan sistem
bikameral lemah tersebut seharusnya hanya 3. Tidak terdapatnya mekanisme check and
didasarkan pada pembatasan terhadap ling- balance yang dikehendaki dari pembentu-
kup kewenangan dari lembaga perwakilan kan sistem perwakilan bikameral, karena
yang ada termasuk dalam hal ini DPD, DPD hanya diberikan kewenangan yang

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 295


Jurnal IUS | Vol III | Nomor 8 | Agustus; 2015 | hlm, 282~298

terbatas sebagai jelmaan dari fungsi leg- Selain pertimbangan teoritis di atas, juga
islasi yang lemah; didasarkan atas pertimbangan yang bersifat
politis, yaitu dalam rangka:30
4. Tujuan pembentukan Dewan Perwakilan
Daerah untuk lebih memberikan kesempa- a.
Memperkuat ikatan daerah-daerah
tan yang besar bagi daerah untuk lebih ak- dalam wadah Negara Kesatuan Repub-
tif ikut berpartisipasi sehingga persatuan lik Indonesia;
dan kesatuan bangsa dapat terwujud, akan b. Meneguhkan persatuan kebangsaan se-
sulit tercapai, karena sangat dimungkink- luruh daerah-daerah;
an dengan pengaturan kewenangan DPD c. Meningkatkan agregasi dan akomodasi
yang demikian tersebut, akan menimbul- aspirasi dan kepentingan daerah-dae-
kan gejolak bagi daerah yang merasakan rah dalam perumusan kebijakan nasi-
bahwa saluran untuk ikut memberikan onal;
aspirasi dan melindungi kepentingan-
d. Mendorong percepatan demokrasi, pem-
kepentingannya sulit tercapai.
bangunan, dan kemajuan daerah secara
SIMPULAN berkeadilan dan berkesinambungan.
Kedua; Kedudukan Dewan Perwakilan
Berdasarkan uraian sebagaimana yang Daerah sebagai lembaga legislatif dalam
telah penulis kemukakan sebelumnya, dan rangka pembentukan Undang-Undang
berkaitan dengan permasalahan yang di- menurut Undang-Undang Dasar 1945
angkat dalam tulisan ini, maka dapat di- adalah terbatas baik dilihat dari bentuk
tarik kesimpulan sebagai berikut: Pertama: kedudukan maupun dilihat dari lingkup
Politik hukum lahirnya Dewan Perwakilan kewenangannya. Pembatasan terhadap
Daerah ini sesungguhnya tidak terlepas dari lingkup kewenangan, yaitu hanya terhadap
adanya beberapa pandangan yang mengh- rancangan undang-undang tertentu yang
endaki diperlukannya pembentukan De- berkaitan dengan kepentingan-kepentin-
wan Perwakilan Daerah ini. Anggota PAH gan daerah dimungkinkan untuk dilaku-
I Badan Pekerja Majelis Permusyawaratan kan mengingat Dewan Perwakilan Dae-
Rakyat berpendapat bahwa latar belakang rah merupakan wakil-wakil daerah dalam
lahirnya Dewan Perwakilan Daerah sesung- rangka menjamin aspirasi dan kepentingan
guhnya didasarkan atas pertimbangan teo- daerah, sehingga perlu dibatasi lingkup ke-
ritis dan politis. Pertimbangan yang bersifat wenangannya hanya terhadap rancangan
teoritis tersebut adalah dalam rangka:29 a. undang-undang tertentu tersebut. Namun
Membangun sebuah mekanisme kontrol demikian, adanya pembatasan berkaitan
dan keseimbangan (checks and balances) dengan bentuk kewenangan yang diberikan,
baru antar cabang kekuasaan negara dan sesungguhnya akan berpengaruh pada opti-
dalam lembaga legislatif itu sendiri; b. Men- malisasi pelaksanaan fungsi legislasi yang
jamin dan menampung perwakilan daerah- dimiliki oleh Dewan Perwakilan Daerah.
daerah yang memadai untuk memperjuang- Oleh karena itu adanya pembatasan terha-
kan aspirasi dan kepentingan daerah dalam dap bentuk kewenangan dibidang legislasi
lembaga legislatif. tersebut, yaitu hanya terhadap mengajukan
rancangan undang-undang, ikut memba-
29
Lihat Ginandjar Kartasasmita. Dewan Perwakilan
Daerah Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia Pasca has, dan memberikan pertimbangan, adalah
Perubahan UUD 1945 : Latar Belakang dan Masalah.
Dalam Lokakarya Nasioinal Calon Terpilih Anggota
DPD Periode 2004-2009. Jakarta. 21 Juni 2004, hlm. 2 30
Ibid

296 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Ahmad Rosidi| Kewenangan Dewan Perwakilan Daerah Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik ..

jelas merupakan penyimpangan dari status wan Perwakilan Daerah lebih kuat maka
dan kondisi yang dikehendaki dari pem- kedepan Dewan Perwakilan Daerah harus
bentukan Dewan Perwakilan Daerah yang diberi kewenagan ikut menetapkan Un-
merupakan lembaga perwakilan; dang-undang khususnya yang menjadi ke-
wenangan Dewan Perwakilan Daerah sep-
Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah
erti yang berkaitan dengan otonomi daerah,
dalam pembentukan undang-undang san-
hubungan pusat dan daerah, pembentukan
gat lemah. Artinya bentuk kewenangan
dan pemekaran serta penggabungan daerah,
yang melekat pada Dewan Perwakilan Dae-
pengelolaan sumber daya ekonomi lainnya,
rah tersebut hanya terbatas pada kegiatan
serta yang berkaitan dengan perimbangan
untuk mengajukan rancangan undang-
keuangan pusat dan daerah. Sehingga De-
undang, ikut membahas, dan memberikan
wan Perwakilan Daerah akan mampu mem-
pertimbangan, tetapi tidak diberi kewenan-
posisikan dirinya sebagai lembaga legislatif
gan untuk ikut memutuskan rancangan
wakil dari Daerah untuk menyalurkan as-
undang-undang. Bagaimana yang dapat
pirasi dan kepentingan-kepentingan daerah
diterima untuk dijadikan sebagai undang-
secara optimal.
undang, sehingga dengan pengaturan yang
demikian tersebut Agar kedudukan De-

Daftar Pustaka
Djuana Sulwan, Tata Negara Indonesia, Yayasan Proklamasi, Jakarta,
1976, Bagir Manan, Teori dan Politik Konstitusi, FH-UII Press,
Yogyakarta, 2003,
F.A.M. Stroink dalam Abdul Rasyid Thalib, Wewenang Mahkamah
Konstitusi dan Aplikasinya dalam Sistem Ketatanegaraan Republik
Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006), Firmansyah
Arifin, dkk, 2005, Lembaga Negara dan Sengketa Kewenangan
Antarlembaga Negara, Konsorsium Reformasi Hukum Nasional
(KRHN) bekerjasama dengan Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia (MKRI), Jakarta,
Frank Feulner, Menguatkan Demokrasi Perwakilan di Indonesia,
Tinjauan Kritis Terhadap Dewan Perwakilan Daerah , dimuat
dalam Jentera, edisi III, Maret 2005,
H. Abu Daud Busroh, Op cit, hlm 144-148, Bandingkan Moh. Kusnadi dan
Bintan R. Saragih,
I Dewa Palguna, dalam kumpulan tulisan buku: Dewan Perwakilan Daerah
dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia. Susunan dan
Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah. Sekretariat Negara.
Jakarta. 2004,
Indra J. Piliang dan Bivitri Susanti, Untuk apa DPD RI, Jakarta, Kelompok
DPD di MPR RI, 2007,
Indroharto, Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik, dalam Paulus
Efendie Lotulung, Himpunan Makalah Asas-Asas Umum
Pemerintahan yang Baik, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994),

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 297


Jurnal IUS | Vol III | Nomor 8 | Agustus; 2015 | hlm, 282~298

Janedri M. Gaffar, et.al. Dewan Perwakilan Daerah dalam Sistem


Ketatanegaraan Republik Indonesia. Sekretaris Jenderal MPR-
UNDP. Jakarta. 2004,
Lihat Ginandjar Kartasasmita. Dewan Perwakilan Daerah Dalam Sistem
Ketatanegaraan Indonesia Pasca Perubahan UUD 1945 : Latar
Belakang dan Masalah. Dalam Lokakarya Nasioinal Calon
Terpilih Anggota DPD Periode 2004-2009. Jakarta. 21 Juni 2004,
Lihat Ginandjar Kartasasmita. Dewan Perwakilan Daerah Dalam Sistem
Ketatanegaraan Indonesia Pasca Perubahan UUD 1945 : Latar
Belakang dan Masalah. Dalam Lokakarya Nasioinal Calon
Terpilih Anggota DPD Periode 2004-2009. Jakarta. 21 Juni 2004,
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1998),
Priyatmoko, “Hubungan Kerja dan Mekanisme Kerja DPD dengan
DPR dan Lembaga negara Lainya”, Makalah disampaikan pada
”FGD”,Malang, 26 Maret 2003.
PSHK Indonesia. Sekilas Mengenai Dewan Perwakilan Daerah : Struktur
Ketatanegaraan Indonesia berdasarkan Amandemen UUD 1945.
http://parlemen.net/ind/Idetails.php.
Sri Soemantri. Undang-Undang Dasar 1945 Kedudukan dan Aspek-aspek
Perubahannya. Unpad Press. Bandung. 2002,
Undang-Undang Dasar Negara RI tahun 1945

298 IUS Kajian Hukum dan Keadilan

You might also like