Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN
OLEH :
NIM : 1503101010303
2018
Perbedaan UU No 32 tahun 2004 dengan UU No 23 tahun 2014
Pemberian otonomi yang seluas-luasnya kepada Daerah diarahkan untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan
peran serta masyarakat, dalam UU No 32 tahun 2004, pemahaman dan pemaknaan
desentralisasi lebih ditekankan pada urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh
pemerintah daerah harus sesuai dengan prinsip akuntabilitas dan efisiensi. Kebebasan
pemerintah daerah dalam penyelenggaraan daerahnya harus dilakukan pembatasan, bahwa
pembatasan yang dilakukan adalah pembatasan pelaksanaan urusan daerah tersebut harus
berada dalam sistem kerangka negara kesatuan. Hal ini dimaksudkan bahwa pemerintah
pusat sebagai pemegang urusan maka mempunyai kewenangan untuk melakukan kontrol,
melakukan pembinaan dan pelatihan ke daerah-daerah agar urursan yang telah diberikan
dapak dilaksanakan dengan baik.
Sedangkan dalam UU No. 23 tahun 2014 tentang pemerintah daerah yang baru saja
diberlakukan, yang mana undang-undang ini semakin memberikan penekanan terhadap
proses desentralisasi dengan ruang lingkup yang lebih terbatas pada penyelenggaraan
otonomi daerah. Dengan perkataan lain bahwa yang dilakukan oleh pemerintah daerah
dengan asas otonomi hanyalah sebatas urusan yang termasuk dalam kategori urusan
konkuren dengan klasifikasi urusan pemerintahan wajib yang berhubungan dengan
pelayanan dasar yang meliputi pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum dan penataan ruang,
perumahan rakyat dan kawasan pemukiman, ketentraman, ketertiban umum, dan
pelindungan masyarakat, dan sosial. Urusan-urusan tersebut merupakan urusan yang menjadi
skala prioritas bagi pemerintah daerah. Apabila hal ini dikaitkan dengan asas otonomi yang
maknanya adalah kebebasan maka akan sangat sulit bagi suatu daerah untuk bebas seperti
sebelumnya walaupun daerah memiliki hak untuk membuat kebijakan dalam rangka
pelakasanaan urusan tersebut, dan dalam membuat suatu kebijakan yang terkait pelaksanaan
tersebut daerah diwajibkan agar berpedoman pada norma, kriteria, standar dan prosedur yang
sesuai atau telah ditetapkan oleh pemerintah pusat. Apabila kebijakan yang telah dibuat
bertentangan dengan apa yang sudah ditetapkan maka pemerintah pusat berhak dan
berwenang untuk membatalkan kebijakan daerah tersebut. Dalam UU No 23 tahun 2014,
untuk penyelenggaraan urusan pemerintah pusat yang termasuk dalam kategori konkuren
dilakukan dengan pola yang berbeda apabila dibandingkan dengan UU 32 tahun 2004,
karena dengan konsep dekonsetrasi yang diperluas, sehingga pemerintah pusat dapat
membentuk kembali kelembagaan pusat di daerah.
-Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas Daerah Provinsi dan Daerah Provinsi
dibagi menjadi Daerah Kabupaten dan Kota (pasal 2 ayat 1), Daerah Kabupaten Kota dibagi
atas kecamatan dan kecamatan dibagi atas kelurahan dan/atau desa (pasal 2 ayat 2)
Kekuasaan Pemerintahan
Urusan Pemerintahan
Penjelasan :
Urusan Pemerintahan Yang Tidak Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar, meliputi : tenaga
kerja, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, pangan, pertanahan, lingkungan
hidup, administrasi kependudukan dan catatan sipil, pemberdayaan masyarakat dan desa,
pengendalian penduduk dan keluarga berencana, perhubungan, komunikasi dan informatika,
koperasi;usaha kecil dan menengah, penanaman modal, kepemudaan dan olahraga, statistik,
persandian, kebudayaan, perpustakaan dan kearsipan.
Penataan Daerah
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 juga Memasukan Pembentukan Daerah Yang
Dibentuk Atas Dasar Kepentingan Strategis Nasional “pembentukan daerah berdasarkan
pertimbangan kepentingan strategis nasional sebagaimana dimaksud dalam pasal 31 ayat 4
berlaku untuk daerah perbatasan, pulau-pulau terluar dan daerah tertentu untuk menjaga
kepentingan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
-Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 membahas pula hubungan kerja antara
DPRD dan Kepala Daerah pada bagian ketujuh pasal 207 ayat 1,2 dan 3.
Perangkat Daerah
-Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Perangkat Daerah masih merupakan bagian
dari Bab IV tentang penyelenggaraan pemerintahan. Dalam Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 perangkat daerah merupakan bab sendiri yakni pada bab 8.
-Terdapat perbedaan mengenai pembentukan dan penetapan perda. Dalam Undang- Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 perda ditetapkan oleh kepala daerah setelah mendapatkan
persetujuan bersama DPRD (pasal 136 ayat 1).
-Dalam Undang Nomor 23 Tahun 2014 pembentukan perda dibentuk oleh DPRD dengan
persetujuan bersama kepala daerah (pasal 236 ayat 2).
-Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 lebih memperinci dalam pasal masing-
masing mengenai perencanaan pasal 239, penyusunan padal 240, pembahasan pasal 241,
penetapan pasal 242, pengundangan pasal 244 serta evaluasi rancangan perda pada pasal
245.
-Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 juga menjelaskan lebih terperinci dan mendetail
dalam pasal tersendiri mengenai Perkada (peraturan kepala daerah) dalam bagian kedua
pasal 246, perencanaan;penyusunan dan penetapan pasal 247 serta pengundangan pasal 248.
-Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 juga mengatur secara jelas dan terperinci mengenai
pembatalan perda dan perkada dalam pasal 249, penyebarluasan program pembentukan
perdan dan rancangan perda pasal 253.
Kesimpulan
kata kunci dari paradigma dan keberhasilan penerapan UU No 23 tahun 2014 adalah Inovasi
Daerah Majunya suatu bangsa sangat ditentukan oleh inovasi yang dilakukan bangsa
tersebut. Untuk itu maka diperlukan adanya perlindungan terhadap kegiatan yang bersifat
inovatif yang dilakukan oleh aparatur sipil negara di Daerah dalam memajukan Daerahnya.
Perlu adanya upaya memacu kreativitas Daerah untuk meningkatkan daya saing Daerah.
Untuk itu perlu adanya kriteria yang obyektif yang dapat dijadikan pegangan bagi pejabat
Daerah untuk melakukan kegiatan yang bersifat inovatif, Artinya dengan cara tersebut
inovasi akan terpacu dan berkembang tanpa ada kekhawatiran menjadi obyek pelanggaran
hukum. Pada dasarnya perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah ditujukan untuk mendorong lebih terciptanya daya guna dan hasil guna
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dalam menyejahterakan masyarakat, baik melalui
peningkatan pelayanan publik maupun melalui peningkatan daya saing Daerah. Perubahan
ini bertujuan untuk memacu sinergi dalam berbagai aspek dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah dengan Pemerintah Pusat