You are on page 1of 13

BAB1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara geogafis indonesia terletak pada koordinat geografis : 06˚ 04’ 30” LU (pulau
rondo) - 11˚ 00’ 36’’LS (pulau dana) dan dari 94˚ 58’ 21” BT (pulau benggala) – 141˚ 01’
10” BT (sungai torasi). Rincian wilaya total darat : 1.922.570 km², daratan non air :
1.825.570 km², daratan berair : 93.000 km², lautan : 3.257.483 km².
Indonesia memiliki sekitar 17.504 pulau (menurut data tahun 2004), dengan jumlah
penduduk indonesia diperkirakan sekitar 248 juta jiwa pada tahun 2014. Sekitar 6.000
pulau diantaranya tidak berpenghuni tetap. Kepulauan indonesia terletak disekitar
katulistiwa, memberikan cuaca tropis. Pulau terpadat penduduknya adalah pulau jawa,
dimana lebih dari setengah (65%) populasi indonesia. Indonesia terdiri dari 5 pulau
besar, yaitu : Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya dan rangkaian pulau-
pulau disebut pula sebagai kepulauan nusantara atau kepulauan indonesia.
Dengan luas dan besarnya negara indonesia, maka perlu penataan pemerintahan
yang baik. Untuk memaksimalkan potensi masing-masig daerah maka salah satu
kebijakan yang diambil pemerintah adalah dengan menjalankan otnomi daera. Dengan
otonoi daerah diharapkan mampu memaksimalkan tugas pemerintah karna proses
pemerintahan tidak lagi bersiat terpusat.Sehingga dengan otonomi daerah pula
diharapkan daerah bisa lebih mandiri dalam mengolah kekayaan daerahnya masing-
masing.

1.2 Rumusan Masalah


 Apa yang di maksud dengan otonomi daerah?
 Apa landsan hukum otonomi daerah?
 Bagaimana sistem otonomi daerah?
 Bagaimana peran kepala daerah dalam menjalankan otonomi daerah?
 Bagaimana pengaruh otonmi daerah terhadap pembangunan daerah?

1.3 Tujuan Penulisan


 Memberikan pengetahuan mengenai pengertian otonomi daerah, landasan dan
sistem otonomi daerah.
 Memberikan pengetahuan mengenai peran kepala daerah dalam menjalankan
otonomi daerah.
1.4 Manfaat Penulisan
 Di harapkan mampu memahami pengertian otonomi daerah.
 Setelah mengetahui proses otonomi daerah diharapkan pembaca dapat ikut
mengawasi proses otonomi daerahnya masing-masing.
BAB II
ISI

Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dankepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.Secara harafiah, otonomi daerah
berasal dari kata otonomi dan daerah. Dalam bahasa yunani, otonomi berasal dari kata
autos dan namos. Autos berarti sendiri dan Namos berarti aturan atau undang-
ndang,sehingga dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur sendiri atau
kewenangan untuk membuat aturan guna mengurs rumah tangga sendiri. Sedangkan
daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah.
Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada acan hukum, juga sebagai
implementasi tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan dengan cara memberikan
daerah kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggung jawab, terutama dalam
mengatur, memanfaatkan dan menggali sumber-sumber potensi yang ada didaerah masing-
masing.

Adapun pengertian otonomi daerah menurut para ahli adalah sebagai berikut :
 Menurut Ateng Syarifuddin
Otonomi daerah adalah kebebasan atau kemandirian tetapi bukan kemerdekaan
melainkan kebebasan yang terbatas atau kemandirian itu terwujud pemberian
kesempatan yang harus dapat dipertanggung jawabkan.
 Menurut Syarif Saleh
Otonomi daerah adalah hak mengatur dan memerintah daerah sendiri dimana hak
tersebut merupakan hak yang diperoleh dari pemerintah pusat.
 Menurut Benyamin Hoesein
Otonomi daerah adalah pemerintahan oleh dan untuk rakyat dibagian wilayah
nasional suatu negara secara informal berada diluar pemerintah pusat.
 Menurut Philip Mahwood
Otonomi daerah adalah suatu pemerintah daerah yang memiliki kewenangan sendiri
dimana keberadaannya terpisah dengan otoritas yang diserakan oleh pemerintah
guna mengalokasikan sumber material yang bersifat substansial mengenai fungsi
yang berbeda.
 Menurut Mariun
Otonomi daerah adalah kebebasan (kewenangan) yang dimiliki oleh pemerintah
daerah yang memungkinkan mereka untuk membuat inisiatif sendiri dalam ragka
mengelola dan mengoptimalkan smber daya yang dimiliki ole daerahnya sendiri.
Otonomi daerah merupakan kebebasan untuk dapat berbuat sesuai dengan
kebutuhan masyarakat setempat.

Landasan hukum pelaksanaan otonomi daerah adalah sebagai berikut :


 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
 Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 tentang penyelenggaraan otonomi daerah,
pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang berkeadilan,
serta perimbangan keuangan pusat dan daerah dalam kerangka NKRI.
 Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 tentang rekomendasi kebijakan dalam
penyelenggaraan otonomi daerah.
 UU No.31 Tahun 2004 tentang pemerinahan daerah.
 UU No.33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah.

Sistem pemerintahan daerah begitu dekat hubungannya dengan otonomi daerah yang
saat ini telah diterapkan di indonesia. Jika sebelumnya semua sistem pemerintahan bersiat
terpusat atau sentralisasi maka setelah diterapkannya otonomi daerah diarapkan daerah
bisa mengatur kehidupan pemerintahan daerah sendiri dengan cara mengoptimalkan
potensi daerah yang ada. Meskipun demikian, terdapat beberapa hal tetap diatur oleh
pemerintah pusat seperti urusan keuangan negara, agama,hubungan luarnegeri, dan lain-
lain. Sistem pemerintahan daerah juga sebetulnya merupakan salah satu wujud
penyelenggaraan pemerintahan yang efisien dan efektif. Sebab pada umumnya tidak
mungkin pemerintah pusat mengrusi semua permasalahan negara yang begitu kompleks.
Disisi lain, pemerintahan daerah juga sebagai training ground dan pengembangan
demokrasi dalam sebuah kehidupan negara. Sistem pemerintahan daerah disaradi atau
tidak sebenarnya ialah persiapan untuk karir politik level yang lebih tinggi yang umumnya
berada di pemerintahan pusat.

Adapun tujuan pemberian otonomi daerah adalah sebagai berikut :


 Peningkatan pelayanan masyarakat yang semakin baik.
 Pengembangan kehidpan demokrasi.
 Keadilan nasionl.
 Pemerataan wilayah daerah.
 Pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah
dalam rangka keutuhan NKRI.
 Mendorong pemberdayaan masyarakat.
 Menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta masyarakat,
mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Kelebihan otonomi daerah :


 Dapat lebih membrdayakan dan meningkatkan kemampuan pemerintah daerah.
 Dengan adanya kewenangan yang diberikan kepada daerah, daerah mempunyai
keleluasaan dalam melakukan pengelolaan pembangunan sesai dengan sumber
daya yang tersedia.
 Kewenangan yang dibeikan kepada juga memungkinkan bagi daerah untuk
mengambil keputusan seara cepat.
 Struktur organisasi dan personil dapat ditentukan sesuai dengan kebutuhan,
sehingga tidak terjadi penggemukan.
 Dapat meningkatkan kreativitas aparatur pemerintah baik dalam pengelolaan
pembangunan maupun dalam penggalian sumber-sumber dana pembangunan.
 Dapat meningkatkan kualitas dan efisiensi pelayanan publik.
 Dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan, baik dalam
perencanaan, pengawasan, pendanaan, maupun dalam pemanfaatan hasil-hasil
pembangunan.
 Memperepat terwujudnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru didaerah.
 Meningkatkan sosial budaya masyarakat yang selama ini kurang mendapat
perhatian karena terokus pada pertumbuhan ekonomi.

Kelemahan otonomi daerah :


 Terbatasnya jumlah dan kualitas aparat pemerintah di adaerah.
 Penyerahan urusan sebagian belum diikuti dengan penyerahan pembiayaan,
personil dan peralatan.
 Rendahnya tingkat pendapatan asli dibeberapa daerah.
 Bias ekonomi, bias luar jawa dan bias sumber daya alam.
 Anggapan keseragaman kesiapan daerah, sehingga pelaksanaannya dilakukan
seara serempak di seluruh wilayah indonesia
 Aspirasi masyarakat yang berlebihan dapat menyebabkan tidak terjadi integrasi
antara kepentingan daerah dengan kepentingan nasional.
 Tidak ada hararkhi antara kabupaten/kota dengan propinsi yang dapat menyebabkan
timbulnya kesulitan dalam koordinasi kegiatan lintas kabupaten/kota.
 Terdapat ambivalensi dan inkonsistensi khususnya di tingkat propinsi. UU
menyebutkan otonomi luas berada di kabupaten, tetapi banayak hal di ambil
propinsi. Posisi Gubernur tidak jelas. Pada satu sisi adalah wakil pemerintah dan
oleh karena itu pejabatnya di tunjuk Presiden; pada sisi lain propinsi adalah daerah
otonom yang seharusnya Gubernur menjadi jabatan politis yang dipilih DPRD.

Dalam kerangka otonomi daerah sebenarnya pemerintahan daerah terbagi menjadi dua
tingkatan sistem perintahan yaitu pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten dan kota,
pemerintah propinsi dalam kerangka otonomi daerah hadir sebagai wakil dari pemerintah
pusat karena adanya pelimpahan kewenangan sesuai dengan asas dekonsentrasi ialah
menjalankan kewenangan pusat yang dilimpahkan kepadanya, maka pemerintah
kabupaten/kota dalam menjalankan pemerintahannya sesuai dengan asas desentralisasi
dan otonomi daerah harus berkoordinasi dengan pemerintah propinsi sebagai wakil dari
pemerintah pusat di daerah dalam menjalankan dan mengontrol kebijakan-kebijakan yang
merupakan kewenangan dari pemerintah pusat dan dalam menjalankan kewenangan
pemerintah pusat yanga di serahkan kepadanya.

Namun pada prakteknya seringkali pemerintah kabupaten/kota dalam menjalankan


roda pemerintahan di daerah kebijakannya tidak sesuai degan kebijakan pemerintah pusat,
seringkali dalam melaksanakan kewenangan pemerintah daerah pemerintah kabupaten/kota
terkesan mengabaikan aturan dan kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah pusat
sebagai pedoman bagi pemerintah daerah dalam rangka menjalankan kewenangannya
sebagai penyelenggaran pemerintah daerah. Dan pemerintah propinsi dalam hal ini
seringkali seolah olah tidak berdaya dalam menjalankan perannya sebagai wakil dari
pemerintah pusat padahal seharusnya pemerintah propinsi hadir untuk menjebatani
kebijakan-kebijakan pemerintah pusat untuk di tingkat daerah, belum lagi pemerintah
propinsi terkadang karena berbagai hal dan kepentingkan seringkali mengabaikan kebijakan
pemerintah pusat dalam rangka menjalankan kewenangannya untuk menjalankan dan
menjebatani kebijakan pemerintah pusat ditingkat pemerintah propinsi dan pemerintahan
kabupaten/kota di bawahnya.

Sengguhnya mekanisme sistem pemerintahan dengan sistem otonomi daerah dapat


dimaksimalkan dengan peranan gubernur yang maksimal sebagai wakil daripemerinta pusat
yang ada di tiap daerah, oleh karena itu kita harus mendudukkan kembali peran gubernur
dan kewenangnya bahkan mekanisme pemilihan gubernur yang bersifat pemilihan langsung
selama ini sering kali baik secara langsung maupun tidak lansung menarik gubernur pada
pusaran politik lokal yang berakibat pada kinerja dan kebijakan yang tidak seharusnya/
Gubernur sesungguhnya tidak mempunyai wilayah seperti kepala daerah setingkat
Bupati/Walikota karena sesungguhnya wilayah gubernur ialah wilayah administrasi saja
yang meliputi keseluruhan kabupaten/kota yang ada di propinsi tersebut. Namun seringkali
gubernur tidak memaknai hal tersebut dan tidak dapat menjalankan perannya dengan baik
sebagai koordinator pemerintah kabupaten/kota dalam menjalankan apa yang menjadi garis
kebijakan dan garis pembangunan dari perintah pusat. Sehingga pada intinya peran
gubernur ialah sebagai perpanjang tangan pemerintah pusat dari daerah.

Saat kepala daerah menjakankan perannya dengan baikdiharapkan otonomi daerah


dapat berjalan denga baik. Sehingga pembangunan daerah dapat berjalan maksimal sesuai
dengan undang undang ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 yang mengatur tentang
penyelenggaraan otonomi daerah, pengaturan, pembagian, dan pemanaatan sumber daya
nasional yang berkaedilan, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah dalam kerangka
NKRI.

Sesuai denngan asas desentrila maka daerah mempunyai kewenangan untuk


menyusun, mengatur, dan mengurus daerahnya sendiri tanpa ada ampur tangan serta
bantuan dari pemerintah pusat. Jadi dengan adanya desentralisasi, maka akan berdampak
positif pada pembangunan daerah-daerah yang tertinggal dalam suatu negara. Agar daerah
tersebut dapat ,mandiri dan secara otomatis dapat memajukan pembangunan nasional.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Melimpahnya sumber daya alam yang tidak diimbangi dengan kemampuan sumber
daya manusia yang memumpuni. Tentu menimbulkan ketimpangan hingga pada akhirnya
memberikan peluang bagi perusahaan suwasta untuk bekerja sama dengan pemerintah
daerah dalam mengelola kekayaan sumber daya alam. Namun ada beberapa hal yang
disayangkan dari pengambilan keputusan tersebut seperti pembagian keuntungan yang
tidak menguntungkan pendapatan daerah, masalah limbah, kerusakan alam, penyerapan
tenaga kerja yang tidak memberdayakan masyarakat sekitar hingga dampak yang secara
langsung di rasakan masyarakat seperti timbulnya bencana kekeringan,kerusakan sumber
air bahkan kebakaran hutan.

Dalam proses otonomi daerah, beberapa gejolak politik seperti gerakan Aceh
merdeka, Republik Maluku Selatan dan gerakan Papua Merdeka muncul sebagai akibat
tidakpuasnya daerah tersebut dengan pelaksanaan otonomi daerah. Daerah tersebut
merupakan daerah yang kaya dan potensial namun tertinggal dalam hal pembangunan. Hal
tersebutlah yang memunculkan kecemburuan dengan daerah lain yang lebih maju dalam hal
pembangunan. Selama ini pemerintah masih berhasil meredam kelompok-kelompok
tersebut demi menjaga keutuhan NKRI namun tidak memungkinkan jika suatu saat nanti
muncul gerakan-gerakan pemberontakan serupa yang mengancam keutuhan NKRI

3.2 Saran
Dalam pengambilan kebijakan mengenai pengelolaan SDA hendaknya pemerintah
daerah berlaku bijaksana dan terus melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan dan
dampak lingkungan yang di timbulkan oleh perusahaan tersebut. Pemerintah juga
hendaknya tidak segan-segan mencabut kontrak, atau bahkan menindak tegas dan pinalti
kepada perusahaan yang telah terbukti melanggar peraturan dan menyimpang dari
perjanjian awal.

Pemerintah juga sengganya mampu melakukan keadilan dalam hal pembangunan


terhadap daerah tertinggal sehingga tidak akan muncul kecemburuan. TNI juga berperan
penting dalam meredam gerakan-gerakan yang mengancam kesatuan NKRI
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org

http://www.dosenpendidikan.com/7-pengertian-otonomi-daerah-menurut-para-ahli/

http://www.umm.ac.id/id/detail-380-memaknai-peran-gubernur-di-era-otonomi-daerah-opini-
umma.html
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala RahmatNYA sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai.
Dan harapan kami dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca,untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini,oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi Kesempurnaan Maklah ini.

Kupang,April 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................

DAFTAR ISI........................................................

BAB 1 PENDAHULUAN....................................

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan

1.4 Manfaat Penulisan

BAB II ISI..............................................................

BAB III PENUTUP ..............................................

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA..........................................
MAKALAH

KAITAN KEPEMIMPINAN KEPALAH DAERAH ,OTONOMI DAERAH,


DAN PEMBANGUNAN DAERAH

NAMA: ALDO A SAKBANA


NIM :1701130056
PRODI: TEKNIK ELEKTRO
TUGAS: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
SEMESTER/KELAS: II/A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2018

You might also like