You are on page 1of 19

Laporan Pendahulan Manajemen Asuhan Keperawatan Pada Pasien

Ketuban Pecah Dini

A. Definisi
Menurut (Sagita, 2017) ketuban pecah dini ditandai dengan keluarnya cairan
berupa air-air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu dan dapat
dinyatakan pecah dini terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Cairan
keluar melalui selaput ketuban yang mengalami robekan, muncul setelah usia
mencapai 28 minggu dan setidaknya satu jam sebelum waktu kehamilan yang
sebenarya. Jadi ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan.
Ketuban pecah dini dapat berpengaruh terhadap kehamilan, jarak antara
pecahnya ketuban dan permulaan persalinan disebut periode laten atau dengan
sebutan Lag Period. Ada beberapa perhitungan yang mengukur Lag Period
diantaranya 1 jam atau 6 jam sebelum intrapartum, dan diatas 6 jam setelah
ketuban pecah. Bila periode laten terlalu panjang dan ketuban sudah pecah, maka
dapat terjadi infeksi pada ibu dan juga bayi (Fujiyarti, 2016).
B. Etiologi
Penyebab KPD masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti.
Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan
KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Adapun
faktor predisposisi pada ketuban pecah dini adalah:
a) Faktor umum
1) Faktor umum yang mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini
yaitu: Infeksi lokal pada saluran kelamin
2) Faktor sosial seperti: perokok, peminum dan keadaan sosial
ekonomi rendah.
b) Faktor keturunan
1) Faktor keturunan yang mempengaruhi terjadinya ketuban pecah
dini yaitu kelainan genetic
2) Faktor rendahnya vitamin C dan ion Cu dalam serum karena
asupan nutrisi makanan ibu yang kurang.
c) Faktor obstetrik
Faktor obsetrik yang mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini yaitu:
1) Overdistensi uterus seperti kehamilan kembar dan hidramnion
2) Serviks inkompeten yaitu, ketidakmampuan serviks untuk
mempertahankan suatu kehamilan oleh karena defek fungsi
maupun struktur pada serviks
3) Serviks konisasi atau menjadi pendek
4) Terdapat sefalopelvik disproporsi yaitu, kepala janin belum masuk
pintu atas panggul dan kelainan Ietak janin, sehingga ketuban
bagian terendah langsung menerima tekanan intrauteri yang
dominan.
C. Manifestasi Klinis
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban melalui vagina. Aroma air
ketuban berbau amis, berbeda dengan urin yang berbau pesing seperti bau
amoniak, dengan ciri pucat. Cairan ini tidak akan habis atau kering karena terus
diproduksi sampai kelahiran. Cairan ketuban berwama jemih, kadang-kadang
bercampur lendir darah. Apabila telah terjadi infeksi, maka dapat terjadi demam,
keluamya bercak vagina yang banyak, nyeri perut, dan denyut jantung janin
bertambah cepat. Secara garis besar tanda dan gejala yang timbul pada ketuban
pecah dini yaitu:
1) Tanda maternal
Tanda pada ibu yang timbul antara lain, demam, takikardi, kontraksi
uterus, keluamya cairan ketuban melalui vagina, cairan amnion yang
keruh dan berbau serta Leukositosis.
2) Tanda Fetal
Tanda pada janin setelah dilahirkan antara lain, takikardi.
3) Tanda Cairan amnion
Tanda pada cairan amnion antara lain, volume cairan ketuban berkurang.

D. Komplikasi
Adapun pengaruh KPD terhadap ibu dan janin menurut (Sunarti, 2017) yaitu:
1. Prognosis Ibu
Komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada ibu yaitu infeksi ntrapartal/
dalam persalinan, infeksi puerperalis/ masa nifas, dry labour/ partus lama,
perdarahan post partum, meningkatnya tindakan operatif obstetric
(khususnya SC), morbiditas dan mortalitas maternal.
2. Prognosis Janin
Komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada janin itu yaitu prematuritas
(sindrom distes pernapasan, hipotermia, masalah pemberian makanan
neonatal), retinopati premturit, perdarahan intraventrikular, enterecolitis
necroticing, ganggguan otak dan risiko cerebral palsy, hiperbilirubinemia,
anemia, sepsis, prolaps funiculli/ penurunan tali pusat, hipoksia dan
asfiksia sekunder pusat, prolaps uteri, persalinan lama, skor APGAR
rendah, ensefalopati, cerebral palsy, perdarahan intrakranial, gagal ginjal,
distres pernapasan), dan oligohidromnion (sindrom deformitas janin,
hipoplasia paru, deformitas ekstremitas dan pertumbuhan janin terhambat),
morbiditas dan mortalitas perinatal (Marmi, 2016).

E. Patofisiologi
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi
uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah
tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior
rapuh. Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraseluler matriks.
Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas
kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah.
Faktor risiko untuk terjadinya ketuban pecah dini adalah berkurangnya asam
askorbik sebagai komponen kolagen serta kekurangan tembaga dan asam askorbik
yang berakibat pertumbuhan struktur abnormal karena antara lain merokok.
Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metalloproteinase (MMP) yang
dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease (TIMP-1).
Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-1 mengarah
pada degradasi proteolitik dari matriks ekstraseluler dan membran janin. Aktivitas
degradasi proteolitik ini meningkat menjelang persalinan.
Pada penyakit periodontitis dimana terdapat peningkatan MMP, cenderung
terjadi ketuban pecah dini. Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda.
Pada trimester ketiga, selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan
selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim dan
gerakan janin. Pada trisemester terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput
ketuban. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis.
Ketuban pecah dini prematur sering terjadi pada polihidramnion, inkompetens
serviks dan solusio plasenta. Selain itu, faktor yang paling sering menyebabkan
ketuban pecah dini adalah faktor ekstemal misalnya infeksi. Pecahnya selaput
ketuban berkaitan dengan proses biokimia yang terjadi dalam kolagen matriks
ektraseluler amnion, kotion dan apoptosis membran janin.
F. Pathway
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu :
1) Analisis urin dan kultur untuk infeksi saluran kemih
2) Pemeriksaan serviks atau kultur Chlamydia trachomatis atau Neisseria
Gonorrhoea
3) Pemeriksaan vagina untuk vaginosis bacterial (VB) dan trikomoniasis
4) Lakukan pemeriksaan pH dengan kerlas nitriazin. pH vagina yang asam
(4,5) akan berubah menjadi basa (7.0-7,7) dan tampak warna biru pada
kertas nitriazin
5) Pemeriksaan mikroskopik akan tampak kristalisasi cairan amnion saat
mengering.

H. Penatalaksanaan Medik
Pastikan diagnosis terlebih dahulu kemudian tentukan umur kehamilan,
evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin serta dalam keadaan
inpartu terdapat gawat janin. Penanganan ketuban pecah dini dilakukan secara
konservatif dan aktif, pada penanganan konservatif yaitu rawat di rumah sakit
(Prawirohardjo, 2009). Masalah berat pada ketuban pecah dini adalah kehamilan
dibawah 26 minggu karena mempertahankannya memerlukan waktu lama.
Apabila sudah mencapai berat 2000 gram dapat dipertimbangkan untuk diinduksi.
Apabila terjadi kegagalan dalam induksi makan akan disetai infeksi yang diikuti
histerektomi.
Pemberian kortikosteroid dengan pertimbangan akan menambah reseptor
pematangan paru, menambah pematangan paru janin. Pemberian batametason 12
mg dengan interval 24 jam, 12 mg tambahan, maksimum dosis 24 mg, dan masa
kerjanya 2-3 hari, pemberian betakortison dapat diulang apabila setelah satu
minggu janin belum lahir. Pemberian tokolitik untuk mengurangi kontraksi uterus
dapat diberikan apabila sudah dapat dipastikan tidak terjadi infeksi korioamninitis.
Meghindari sepsis dengan pemberian antibiotik profilaksis (Manuaba, 20008).
Penatalaksanaan ketuban pecah dini pada ibu hamil aterm atau preterm dengan
atau tanpa komplikasi harus dirujuk ke rumah sakit. Apabila janin hidup serta
terdapat prolaps tali pusat, pasien dirujuk dengan posisi panggul lebih tinggi dari
badannya, bila mungkin dengan posisi sujud. Dorong kepala janin keatas dengan
2 jari agar tali pusat tidak tertekan kepala janin. Tali pusat di vulva di bungkus
kain hangat yang dilapisi plastik. Apabila terdapat demam atau dikhawatirkan
terjadinya infeksi saat rujukan atau ketuban pecah lebih dari 6 jam, makan berikan
antibiotik penisilin prokain 1,2 juta UI intramuskular dan ampisislin 1 g peroral.
Pada kehamilan kurang 32 minggu dilakukan tindakan konservatif, yaitu tidah
baring, diberikan sedatif berupa fenobarbital 3 x 30 mg. Berikan antibiotik selama
5 hari dan glukokortikosteroid, seperti deksametason 3 x 5 mg selama 2 hari.
Berikan pula tokolisis, apanila terjadi infeksi maka akhiri kehamilan. Pada
kehamilan 33-35 miggu, lakukan terapi konservatif selama 24 jam kemudian
induksi persalinan. Pada kehamilan lebih dari 36 minggu dan ada his maka pimpin
meneran dan apabila tidak ada his maka lakukan induksi persalinan. Apabila
ketuban pecah kurang dari 6 jam dan pembukaan kurang dari 5 cm atau ketuban
pecah lebih dari 5 jam pembukaan kurang dari 5 cm (Sukarni, 2013). Sedangkan
untuk penanganan aktif yaitu untuk kehamilan > 37 minggu induksi dengan
oksitosin, apabila gagal lakukan seksio sesarea. Dapat diberikan misoprostol 25µg
– 50µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali (Khafidoh, 2014).
I. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap pertama dalam proses keperawatan
dan merupakan suatu proses yang sitematis dalam mengumpulkan data
dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien. Pengkajian keperawatan ditunjukan pada respon klien
terhadap masalah kesehatan yang berhubungan dengan kebutuhan dasar
manusia ( Nursalam 2001 ).
a. Identitas Pasien
Nama, umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, golongan darah,
pendidikan terakhir, agama, suku, status perkawinan, pekerjaan,
TB/BB, alamat.
b. Keluhan utama
Keluhan utama ini dikaji untuk menanyakan keluhan yang berkaitan
dengan terjadinya KPD, yaitu ibu mangatakan danya air yang mengalir
dari vagina yang tidak bisa dibendung lagi, keruh dan bercampur
dengan lanugo (rambut halus dari janin) dan mengandung fernik
kaseossa (lemak pada kulit janin). Jika kebocoran kulit ketuban tidak
disadari maka sedikit demi sedikit air ketuban akan habis yang dapat
menimbulkan rasa sakit jika janin bergerak karena janin langsung
berhubungan dengan uterus
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Menurut Sujiyatini, Muflidah, dan Hidayat (2009) perlu
ditanyakan tentang riwayat infeksi pada organ reproduksi
wanita dan kehamilan ganda
2) Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit diabetes militus, anemia dan tekanan darah tinggi
dapat meyebabkan kelainan genetik seperti atresia duodeni
yang menyebabkan bayi mengalami ganguan dalam menelan
sehingga terjadi hidramnion. Hidramnion adalah salah satu
faktor penyebab KPD.
d. Riwayat Obstetri
1) Riwayat Haid
Hari pertama haid terakhir dikaji untuk mengetahui haid terakhir
ibu yang berguna untuk menentukan perkiraan bayi lahir apakah
termasuk preterm atau sudah aterm. Hal ini berguna untuk
menyesuaikan penatalaksanaan pada KPD seperti penatalaksanaan
pada KPD yaitu penatalaksanan diberikan berdasarkan usia
kehamilan kurang dari 37 minggu atau lebih dari 37 minggu.
2) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Perlu mengetahui riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu
yang berkaitan dengan KPD yaitu jumlah kehamilan (prmigavida
atau multi gravida), kehamilan ganda, riwayat KPD sebelumnya
dan hidramnion yang merupakan faktor predisposisi dan penyebab
KPD.
3) Riwayat kehamilan sekarang
Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan pemeriksaan
kehamilan. Pemeriksaan kehamilan sangat diperlukan untuk
mendeteksi adanya fakto-faktor yang dapat menyebabkan KPD.
Faktor tersebut seperti kehamilan kembar, hidramnion,
ketidaksesuaian kepala dengan panggul dan penyakit ibu selama
kehamilan seperti anemia gizi buruk, hipertensi, dan infeksi pada
alat genetalia. Selain untuk mengetahui tentang faktor yang dapat
menyebabkan KPD juga untuk mengetahi supleman yang didapat
selama kehamilan yaitu vitamin c dan tablet Fe.
e. Pola kebutuhan sehari-hari
1) Pola Nutrisi
Faktor lain yang dapat menyebabkan KPD adalah ketidaksesuaian
panggul dengan kepala bayi, kehamilan multigravida dan kurang
gizi terutama dari tembaga dan vitamin c. Zat besi yang diperoleh
dari makanan seperti sayuran hijau, buah-buahan telur, daging, dan
hati mengandung 10 – 15 % zat besi tetapi yang dapat diserap
hanya 5 – 10 % dan penyerapan zat besi sangat dipengaruhi oleh
adalanya protein hewani dan vitamin c. Tablet Fe adalah suplemen
yang berguna untuk mencegah anemia yang merupakan penyebab
dari kelainan genetik seperti atresia duodeni sehingga bayi
mengalami gangguan menelan yang dapat menyebabkan
hidramnion yang meerupakan salah satu faktor penyebab KPD.
2) Pola aktivitas
Ibu hamil sebaiknya mengurangi aktifitas. Terutama pada akhir
trimester kedua dan trimester ketiga kehamilanya.
3) Pola seksual
Hubungan seksual selama kehamilan merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan KPD, seperti infeksi kuman (Chlamydia
trachomatis), kehamilan ganda dan hubungan seks saat kehamilan.
f. Data Objektif
1) Pemeriksaan Umum
Menurut Depkes RI (2008) pemeriksaan tanda-tanda vital
dilakukan setiap 4 jam untuk mengetahui lebih cepat adanya
komplikasi. Biasanya komplikasi infeksi terjadi bila kulit
ketuban pecah lebih dari 6 jam, jika selaput ketuban telah pecah
beberapa jam sebelum dimilainya persalinan atau terjadi
peningkatan suhu ringan pada ibu dengan KPD maka suhu
diperiksa setiap jam.
2) Status obstertikus
a) Inspeksi
Pemeriksaan inspeksi yang dilakukan pada ketuban pecah
dini adalah dengan adanya air yang mengalir dari vagina
yang tidak bisa dibendung lagi. Untuk membedakan antara
air ketuban dengan air seni dapat diketahui dari bentuk dan
warnanya. Biasanya, air seni berwarna kekuning-kuningan
dan bening, sedangkan air ketuban keruh dan bercampur
dengan lanugo (Rambut halus dari janin) dan mengandung
fernik kaseossa (lemak pada kulit janin).
b) Palpasi
Pemeriksaan dengan palpasi dilakukan untuk menentukan
letak janin sungsang atau lintang. Bahwa salah satu
penyebab KPD adalah kelainan letak janin dalam rahim
seperti letak sungsang dan letak lintang. Untuk itu
diperlukan
pemeriksaan palpasi menggunakan pemeriksaan menurut
Leopold yaitu:
- Leopold 1 untuk menetukan tinggi fundus uteri
sehingga perkiraan umur kehamilan dapat disesuaikan
dengan haid terkhir. Dan untuk menentukan bagian apa
yang terletak difundus uteri kepala atau bokong.
- Leopold ll untuk menentukan bagian yang terletak
disamping. Pada letak membujur dapat menetukan
punggung anak dan pada letak lintang dapat menetukan
kepala janin.
- Leopold lll menetukan bagian janin yang berada diatas
simpisis pubis. Pada janin dengan letak lintang maka
simpisis pubis akan kosong.
- Leopold 1V untuk menentukan bagian terendah janin
yang masuk kedalam pintu atas panggul. Jika air
ketuban habis dapat menimbulkan rasa sakit ketika
janin bergerak karena janin langsung berhubungan
dengan uterus.
c) Auskultasi
Pada pemeriksaan auskultasi dilakukan pemantauan denyut
jantung janin (DJJ). DJJ yang normal adalah antara 120-160
x / menit. Jika frekwensi turun sampai 100/ menit apalagi
tidak teratur merupakan tanda bahaya janin. Pendapat lain
mengenai pemeriksaan DJJ adalah menurut Depkes RI
(2008) yaitu jika DJJ kurang dari 100 atau lebih dari 180x/
menit pada dua kali penilaian dengna jarak 5 menit maka
terjadi gawat janin. Janin mengalami takikardi mungkin
mengalami infeksi intrauterine.
d) Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam yang dilakukan pada ibu dengan KPD
akan mendapatkan cairan dalam vagina dan selaput ketuban
sudah tidak ada lagi. Bahwa jumlah pemeriksaan vagina
selama persalinan berkorelasi dengan morbiditas infeksi,
terutama pada kasus KPD. Pemeriksaan dalam pada ibu
bersalin adalah untuk menilai dinding vagina, pembukaan
servik, kapasitas panggul, pecah atau tidaknya ketuban,
presentasi kepala janin, turunya kepala janin, penilaian
besarnya kepala terhadap panggul dan sampai mana partus
telah berlangsung.

J. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan kanker paru
atau meningioma adalah sebagai berikut:
1) Gangguan rasa nyaman b.d kehamilan (D.0074)
2) Ansietas ditandai dengan kekhawatiran mengalami kegagalan (D.0080)
3) Defisit Pengetahuan i/d kurang terpapar informasi (D.0111)
4) Risiko Infeksi i/d ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) (D.0142).
K. Intervensi

No. Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan
1. Gangguan rasa 1. Status Kenyamanan .1. Manajemen Nyeri (I.08238)
nyaman b.d kehamilan (L.08064)
(D.0074) Definisi :
Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola
Definisi : Keseluruhan rasa nyaman dan pengalaman sensorik atau
Perasaan kurang senang, aman secara fisik, psikologis, emosional yang berkaitan dengan
lega dan sempurna spiritual, sosia, budaya dan kerusakan jaringan atau
dalam dimensi fisik, lingkungan. fungsional dengan onset
psikospritual, mendadak atau lambat dan
lingkungan sosial. Setelah dilakukan intervensi beritensitas ringan hingga berat
perawatan selama... 3x24 jam dan konstan.
Penyebab makampasien menunjukkan
1. Gangguan adaptasi indikator: Tindakan
kehamilan Observasi :
. Kriteria Hasil : - Identifikasi lokasi,
Kondisi Klinis 1. Kebisingan {4} karakteristik, durasi,
Terkait : 2. Keluhan sulit tidur {4} frekuensi, kualitas,
1. Kehamilan 3. Merintih {4} intensitas
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
- Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup.

Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Fasilitas istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilahan strategi
meredakan nyeri.

Edukasi
- Jelaskan penyebab.
Periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgesik

2. Ansietas ditandai 1. Tingkat Ansietas 1. Terapi Relaksasi (I.09326)


dengan kekhawatiran (L.090903)
mengalami kegagalan Definisi :
(D.0080) Definisi : Menggunakan teknik peregangan
Kondisi emosi dan untuk mengurangi tanda dan
Definisi : pengalaman subyektif gejala ketidaknyamanan seperti
Kondisi emosi dan terhadap objek yang tidak jelas nyeri, ketegangan otot, atau
pengalaman subyektif dan spesifik akibat antisipasi kecemasan.
individu terhadap objek bahaya yang memungkinkan
yang tidak jelas dan individu melakukan tindakan Tindakan :
spesifik akibat antisipasi untuk menghadapi ancaman. Observasi
bahaya yang - Identifikasi penurunan
memungkinan individu Setelah dilakukan intervensi tingkat energy,
melakukan tindak untuk perawatan selama... 3x24 jam ketidakmampuan
menghadapi ancaman. berkonsentrasi, atau gejala
makampasien menunjukkan lain yang menganggu
Penyebab : indikator: kemampuan kognitif
1. Ancaman terhadap - Identifikaso teknik
konsep diri Kriteria Hasil : relaksasi yang pernah
1. Verbalisasi kebingunan efektif digunakan
{5} - Identifikasi kesediaan,
2. Verbalisasi khawatir kemampuan, dan
akibat kondisi yang pengunaan teknik
dihadapi {5} sebelumnya
3. Perilaku Gelisah {5}
4. Perilaku Tegang {5} Terapeutik
- Berikan informasi tertulis
Keterangan : tentang persiapan dan
1. Meningkat prosedur teknik relaksasi
2. Cukup Meningkat - Gunakan pakaian longgar
3. Sedang - Gunakan relaksasi sebagai
4. Cukup Menurun strategi penunjang dengan
5. Menurun aanalgetik atau tindakan
medis lain, jika sesuai

Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat,
batasan, dan jenis
relaksasi yang tersedia
(mis. music, meditasi,
nafas dalam, relaksasi otot
progresif)
- Jelaskan secara rinci
intervensi yang dipilih
- Anjurkan mengambil
posisi nyaman
- Anjurkan sering
mengulangi atau melatih
teknik yang dipilih.

3. Defisit Pengetahuan Tingkat Pengetahuan Edukasi Kesehatan (I.12383)


(L.12111)
i/d kurang terpapar Definisi:
Definisi : Mengajarkan pengelolaan faktor
informasi (D.0111)
Kecukupan informasi kognitif risiko penyakit dan perilaku
yang berkaitan dengan topic hidup bersih serta sehat.
Definisi :
tertentu.
Ketiadaan atau Tindakan :
kurangnya informasi Setelah dilakukan intervensi Observasi
kognitif yang berkaitan perawatan selama... 3x24 jam - Identifikasi kesiapan dan
dengan topik tertentu. makampasien menunjukkan kemampuan menerima
indikator: informasi
Penyebab : - Identifikasi faktor-faktor
1. Kurang terpapar Kriteria Hasil : yang dapat meningkatkan
informasi 1. Perilaku sesuai anjuran dan menurunkan motivasi
{5} perilaku hidup bersih dan
2. Verbalisasi minat sehat
dalam belajar {5}
3. Kemampuan Terapeutik
menjelaskan - Sediakan materi dan
pengetahuan tentang media pendidikan
suatu topik {5} kesehatan
4. Perilaku sesuai dengan - Jadwalkan pendidikan
pengetahuan {5} kesehatan sesuai
kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk
bertanya.
Keterangan :
1. Menurun Edukasi
2. Cukup Menurun - Jelaskan faktor risiko
3. Sedang yang dapat mempengaruhi
4. Cukup Meningkat - Ajarkan perilaku hidup
5. Meningkat bersih dan sehat
- Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkat perilaku hidup
besih dan.
4. Risiko Infeksi i/d 1. Tingkat Infeksi (L.14137) 1. Pencegahan Infeksi (I.14539)
ketuban pecah
sebelum waktunya Definisi : Definisi :
(KPSW) (D.0142) Derajat infeksi berdasarkan Mengidentifikasi dan
observasi atau sumber informasi. menurunkan risiko terserang
Definisi : organisme patogenik.
Berisiko mengalami Setelah dilakukan intervensi
peningkatan terserang perawatan selama... 3x24 jam Tindakan
organisme patogenik. makampasien menunjukkan Observasi :
indikator: - Monitor tanda dan gejala
Penyebab : infeksi lokal dan sistemik
1. Peningkatan paparan Kriteria Hasil :
1. Kebersihan {4}
organisme pathogen Terapeutik
2. Kebersihan badan {4}
lingkungan. - Batasi jumlah pengunjung
Keterangan : - Berikan perawatan kulit
1. Menurun pada area edema
2. Cukup Menurun - Cuci tangan sebelum dan
3. Sedang sesudah kontak dengan
4. Cukup Meningkat pasien dan lingkungan
5. Meningkat pasien
- Pertahankan teknik
aseptik pada pasien
berisiko tinggi

Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
- Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
L. Implementasi
Pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada tahap perencanaan ( intervensi ). Proses pelaksanaan implementasi harus
berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan dan kegiatan
komunikasi. Tujuan implementasi adalah Melaksanakan hasil dari rencana
keperawatan untuk selanjutnya di evaluasi untuk mengetahui kondisi kesehatan
pasien dalam periode yang singkat, mempertahankan daya tahan tubuh, mencegah
komplikasi, dan menemukan perubahan sistem tubuh.
M. Evaluasi
Menurut Griffith dan cristense evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan
dan perbandingan yang sistematik pada status kesehatan klien. Evaluasi adalah
proses penilaian, pencapaian, tujuan serta pengkajian ulang rencana keperawatan.
Menurut Dinarti evaluasi terdiri dari dua tingkat yaitu:
1. Evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap respon yang
segera timbul setelah intervensi dilakukan. Respon yang dimaksud
adalah bagaimana reaksi pasien secara fisik, emosi, sosial dan spiritual
terhadap intervensi yang baru dilakukan.
2. Evaluasi sumatif disebut juga respon jangka panjang yaitu penilaian
terhadap perkembangan kemajuan ke arah yang tujuan atau hasil yang
diharapkan. Tujuannya adalah memberikan umpan balik rencana
keperawatan, menilai apakan tujuan dalam rencana tercapai atau tidak,
menentukan efektif atau tidaknya tindakan yang telah diberikan.
DAFTAR PUSTAKA

Syarwani, T. I., Tendean, H. M., & Wantania, J. J. E. (2020). Gambaran Kejadian


Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado Tahun
2018. Medical Scope Journal (MSJ, Volume 1, Nomor 2, 24-29
W, I. A., Febrianti, M., & Octaviani, A. (2019). Faktor yang Berhubungan
Terhadap Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di RSIA Sitti Khadijah I
Makassar Tahun 2019. Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia, Vol. 3, No.1,
September 2019, 51-60.
Aprilla, N. (2018). Faktor Risiko Ibu Bersalin yang Mengalami Ketuban Pecah
Dini di RSUD Bangkinang Tahun 2017. Jurnal Kesehatan Masyarakat,Volume 2,
Nomor 1, 48-57.
Idaman, M., Darma, I. Y., & Zaimy, S. (2019). Hubungan Faktor Risiko dengan
Ketuban Pecah Dini. Jurnal Kesehatan Medika Saintika, Volume 11, Nomor 1,
111-124.
Novianti Rahmat, N. I. (2017). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Hamil di RSKDIA Pertiwi Makassar. Jurnal
Kesehatan Delima Pelamonia, Volume I, Nomor 1, 71-78.
Widyandini, M., Nugraheny, E., & Supahar. (2017). Kejadian Ketuban Pecah
Dini Pada Ibu Bersalin Di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.145-
157.
Wulandari, E. (2016). Analisis Faktor Risiko Terhadap Kejadian Ketuban Pecah
Dini Pada Ibu Melahirkan di RSUD Tugurejo Semarang. Skripsi.Universitas
Muhammadiyah Semarang
Natsir, F., Rismayana, & Wahyuntari, E. (2019). Hubungan Paritas Dan Anemia
Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) Pada Ibu Bersalin Di RSUD
Panembahan Senopati Bantul. The Indonesian Journal of Health Promotion ,
Volume 2, Nomor 2, 89-92.
Subriyani, ST. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Bahagia Makassar. Makassar.
Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia, Vol.1, No.2, 149-156.
Habibah, W. N. (2018). Hubungan Usia Ibu, Paritas dan Kadar Hemoglobin
Terhadap Kejadian Ketuban Pecah Dini Pada Kehamilan Aterm di RSU Aghisna
Medika Cilacap. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta
Susanti, B. N., Kridawati, A., & Wahyuni Raharjo, T. B. (2018). Analisis
Kejadian Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Bersalin di Klinik Pratama Melania
Pademangan Jakarta Utara. Jurnal Formil (Forum Ilmiah) Kesmas Respati,
Volume 3, Nomor 2.

You might also like