You are on page 1of 13

TUGAS PENGENALAN PROFESI (TPP) BLOK XVIII

REVIEW ARTICLE
“Pengaruh Jalan Santai Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Pra-Lansia
Penderita Diabetes Mellitus di Posyandu Lansia Desa X”

Kelompok 2

Dosen Pembimbing : dr. Ratika Febriani, M. Biomed

Nama : Aninda Afrilia Aryani


NIM : 702018100

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-nya, laporan Tugas Pengenalan Profesi (TPP) mengenai review
article dapat saya selesaikan sebagai tugas kompetensi mandiri. Laporan ini
disusun untuk memenuhi tugas kompetensi mandiri pada pembelajaran sistem blok
XVIII di Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Palembang.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang yang sudah mendukung dan memfasilitasi penulisan
laporan ini. Ucapan yang sama juga saya sampaikan kepada dosen pembimbing
yaitu dr. Ratika Febriani, M. Biomed yang telah memberikan bimbingan teknis
dalam penulisan laporan ini. Terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan masukan dan membantu dalam proses pembuatan laporan ini serta
memberikan dorongan dan semangat. Tidak lupa pula, terima kasih saya ucapkan
kepada kedua orang tua yang selalu mendampingi, memberi semangat dan doa
sehingga laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Saya menyadari bahwa laporan ini belum sempurna. Untuk itu, kritik dan
saran dari pembaca sangat diharapkan. Semoga laporan ini bermanfaat bagi
mahasiswa/i, bapak dan ibu dosen , maupun orang yang telah membacanya.

Palembang, Juni 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 5
1.3 Tujuan ................................................................................................. 5

BAB II ISI
2.1 Metode Penelitian ............................................................................... 6
2.2 Subjek Penelitian ................................................................................ 6
2.3 Cara Pengambilan Sampel .................................................................. 6
2.4 Jumlah Sampel Penelitian ................................................................... 7
2.5 Pengumpulan Data .............................................................................. 8

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan ...........................................................................................11

DAFTAR PUSATAKA ........................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Review Article : Artikel 1


Judul
The Effects Of Elderly Gymnastics On The Blood
Glucose Level In The Elderly With Diabetes Mellitus
Type 2
Jurnal Surabaya International Health Journal
Publikasi 13-14 Juli 2017
Penulis Nety Mawarda Hatmanti

Review Article : Artikel 2


Judul
Effects of exercise on blood glucose levels in type 2
diabetic patients
Jurnal Polish Annals of Medicine
Publikasi Januari 2018
Penulis Apolinary Ginszt, Michał Ginszt, Piotr Majcher,
Zbigniew Tarkowski

1.1 Latar Belakang


Penyakit Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolik
yang dinyatakan dengan adanya konsentrasi gula darah tinggi dalam darah
(hiperglikemia), diakibatkan karena defisiensi insulin relatif maupun
absolut. Penyakit DM tidak menular yang mengalami peningkatan terus
menerus dari tahun ke tahun. WHO memprediksi kenaikan jumlahpenderita
Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) dari 8,4 juta pada tahun
2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Berdasarkan Data Badan
Pusat Statistik,diperkirakan jumlah penduduk Indonesia yang berusia di atas
20 tahun adalah sebesar 133 juta jiwa, dengan prevalensi DM pada daerah
urban sebesar 14,7% dan daerah rural sebesar7,2 %. Pada tahun 2030
diperkirakan ada 12 juta penyandang diabetes di daerah urban dan8,1 juta di
daerah rural (Soegondo et. al, 2006).

3
Efek kronik dari penyakit DM menyebabkan kerusakan organ secara
menyeluruh secara anatomis maupun fungsional. Komplikasi kronik dari
penyakit DM menyebabkan kelainan pada makrovaskular, mikrovaskular,
gastrointestinal, genito urinari, dermatologi, infeksi, katarak, glaukoma dan
sistem muskulo skeletal (Harrison, 2007).

Diabetes adalah salah satu penyakit yang paling sering diderita dan
penyakit kronik yang serius di Indonesia saat ini. Setengah dari jumlah
kasus Diabetes Mellitus (DM) tidak terdiagnosa karena pada umumnya
diabetes tidak disertai gejala sampai terjadinya komplikasi. Prevalensi
penyakit diabetes meningkat karena terjadi perubahan gaya hidup, kenaikan
jumlah kalori yang dimakan, kurangnya aktifitas fisik dan meningkatnya
jumlah populasi manusia usia lanjut (Hiswani,2009).

Dengan makin majunya keadaan sosio ekonomi masyarakat Indonesia


serta pelayanan kesehatan yang makin baik dan merata, diperkirakan tingkat
kejadian penyakit diabetesmellitus (DM) akan makin meningkat. Penyakit
ini dapat menyerang segala lapisan umur dansosio ekonomi. Dari berbagai
penelitian epidemiologis di Indonesia di dapatkan prevalensisebesar 1,5-2,3
% pada penduduk usia lebih besar dari 15 tahun. Pada suatu penelitian
diManado didapatkan prevalensi 6,1 %. Penelitian di Jakarta pada tahun
1993 menunjukkanprevalensi 5,7% (Hiswani,2009).

Melihat tendensi kenaikan kekerapan diabetes secara global yang tadi


dibicarakan terutama disebabkan oleh karena peningkatan kemakmuran
suatu populasi, maka dengan demikian dapat di mengerti bila suatu saat atau
lebih tepat lagi dalam kurun waktu 1 atau 2 dekade yang akan datang
kekerapan DM di Indonesia akan meningkat drastis. Ini sesuai dengan
perkiraan yang dikemukakan oleh WHO seperti tampak pada tabel 1,
Indonesia akan menempati peringkat nomor 5 sedunia dengan jumlah
pengidap diabetes sebanyak 12.4 juta orang pada tahun 2025, naik 2 tingkat
dibanding tahun 1995.

4
1.2 Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan antara jalan santai dengan kadar glukosa
darah pada pasien diabetes mellitus ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Artikel 1
Untuk mengetahui hubungan antara kegiatan senam gimnastik dan
tingkat gula darah sewaktu pada orang lanjut usia dengan penyakit
diabetes mellitus tipe 2.
1.3.2 Artikel 2
Untuk mengetahui hubungan antara olahraga dan tingkat gula darah
sewaktu pada pasien diabetes mellitus tipe 2.

5
BAB II
ISI
2.1 Metode Penelitian
Metode penelitian pada artikel 1 dengan judul The Effects Of Elderly
Gymnastics On The Blood Glucose Level In The Elderly With Diabetes
Mellitus Type 2 menggunakan design penelitian studi Post Experimental.
Metode penelitian pada artikel 2 dengan judul Effects of exercise on
blood glucose levels in type 2 diabetic patients menggunakan design
penelitian studi Post Experimental.
Penelitian post experimental merupakan salah satu desain penelitian
epidemiologi. Pada rancangan ini kelompok eksperimen diberi perlakuan
sedangkan kelompok control tidak. Pengukuran hanya diberikan satu kali
yaitu setelah perlakuan diberikan kepada kelompok eksperimen
(Irmawartini, 2017).

2.2 Subjek Penelitian


Subjek penelitian pada artikel 1 dengan judul The Effects Of Elderly
Gymnastics On The Blood Glucose Level In The Elderly With Diabetes
Mellitus Type 2 terdiri dari orang dewasa lanjut usia yang melakukan
olahraga gimnastik.
Subjek penelitian pada artikel 2 dengan judul Effects of exercise on
blood glucose levels in type 2 diabetic patients terdiri dari orang yang
melakukan olahraga resistensi atletik dan yang melakukan olahraga aerobik.

2.3 Cara Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel pada artikel 1 dengan judul The Effects Of Elderly
Gymnastics On The Blood Glucose Level In The Elderly With Diabetes Mellitus
Type 2 menggunakan teknik sampling cluster sampling. Cluster Sampling
merupakan sebuah teknik pengambilan sampel dimana sampel diambil
berdasarkan wilayah dimana populasi penelitian berada. Teknik Cluster
Sampling sering digunakan oleh para peneliti di lapangan yang mana
wilayahnya luas sehingga elemen-elemen dalam populasi dibagi ke dalam
cluster atau kelompok, jika ada beberapa kelompok sehingga memudahkan
peneliti dalam pengambilan datanya.
6
Pada artikel data yang diperoleh didapat dari Dinas Kesehatan Surabaya dan
dilakukan pengambilan sampel di salah satu Puskesmas yaitu Puskesmas
Gayungan Surabaya dan Posyandu LansiaAnggrek Merpati Dukuh
didapatkan kelompok pasien yang mengalami diabetes mellitus.
Pengambilan sampel pada artikel 2 dengan judul Effects of exercise on
blood glucose levels in type 2 diabetic patients menggunakan teknik
sampling simple random sampling. Margono (2004: 126) menyatakan bahwa
simple random sampling adalah teknik untuk mendapatkan sampel yang langsung
dilakukan pada unit sampling. Dengan demikian setiap unit sampling sebagai unsur
populasi yang terpencil memperoleh peluang yang sama untuk menjadi sampel atau
untuk mewakili populasi. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap
homogen. Didapatkan pada artikel sample yang melakukan olahraga aerobik dan
latihan ketahanan resistensi pada suatu populasi.

2.4 Jumlah Sampel Penelitian


Sampel pada artikel 1 dengan judul The Effects Of Elderly Gymnastics
On The Blood Glucose Level In The Elderly With Diabetes Mellitus Type 2
adalah wanita lanjut usia berusia 40-70 tahun berjumlah 16 orang. Subjek
yang diambil perempuan karena laki-laki lebih rentan terkena diabetes
mellitus pada usia lebih muda dibanding wanita.
Jumlah sampel pada artikel 2 Effects of exercise on blood glucose
levels in type 2 diabetic patients adalah pasien diabetes mellitus yang
menjalankan program latihan resistensi atletik, olahraga aerobik, serta
kombinasi resistensi dan aerobik.

7
2.5 Hasil dan Pembahasan
Pada artikel 1 dengan judul The Effects Of Elderly Gymnastics On The
Blood Glucose Level In The Elderly With Diabetes Mellitus Type 2,
kelompok yang diberikan perlakuan dan kelompok kontrol berjumlah 16
orang diberikan perlakuan sama yaitu lansia melakukan olahraga gimnastik
dan setelah itu diukur kandungan glukosa darahnya. Hasil yang didapatkan
baik kelompok yang diberikan perlakuan dan kelompok kontrol hasil
glukosa darahnya ≥ 200 mg/dL. Hasil analisis menggunakan Mann-Whitney
test pada latihan post-test kegiatan gimnastik yang hasilnya adalah Z test = -
1.903 and p = 0.287 > 0.05. Ini menunjukan tidak ada efek hasil tes glukosa
darah pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

Menurut hasil, dari 16 lansia di kelompok perlakuan, semuanya


(100%) mengikuti gerakan senam lansia dengan benar. Di distribusi
frekuensi berdasarkan jenis kelamin, semuanya responden (100%) adalah
perempuan. Responden wanita mendominasi ini studi karena Gerrich
mengklaim seperti dikutip oleh Hasnam (2001) bahwa pada usia 40-70
tahun, diabetes mellitus cenderung terjadi pada wanita; namun pada usia
yang lebih muda, frekuensi diabetes mellitus lebih banyak ditemukan pada
laki-laki. Pentingnya aktivitas mental dan fisik, seperti latihan terus menerus
(senam) dapat menjaga kesehatan selama sisa kehidupan manusia. Senam
merupakan olahraga yang dapat meningkatkan sirkulasi darah,
meningkatkan sendi elastisitas, dan melatih pengaturan pernapasan. Oleh
karena itu, latihan senam harus menjadi pertimbangan untuk dilakukan
secara teratur.

Lansia di kelompok perlakuan dan kontrol, semuanya responden (100%)


memiliki kadar glukosa darah diatas normal; dan setelah melakukan senam,
kadar glukosa darah kelompok perlakuan masih di atas normal. Itu terjadi
pada lansia disebabkan oleh penurunan insulin sekresi atau resistensi insulin
yang cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun. Dalam penelitian ini,
semua responden mengalami peningkatan kadar glukosa darah di atas
normal setelah melakukan latihan senam.

Uji statistik menggunakan Mann-Whitney tes menggambarkan bahwa


pemeriksaan acak kadar glukosa darah dalam pengobatan dan kelompok
8
kontrol tidak menunjukkan perbedaan meskipun perbedaan skor yang
meningkat dari tingkat normal di mana glukosa darah tingkat kelompok
kontrol meningkat lebih tinggi daripada kelompok perlakuan.

Guelfi KJ, dkk. (2007) menyatakan bahwa berolahraga dengan intensitas


sedang selama 30 menit dapat menurunkan kadar glukosa darah lebih
maksimal daripada melakukan olahraga dengan tinggi intensitas karena
katekolamin dan hormon pertumbuhan meningkat lebih tinggi saat
melakukan olahraga dengan intensitas tinggi agar darah kadar glukosa
meningkat. Dalam penelitian ini, hasilnya menunjukkan tidak ada
penurunan kadar glukosa darah di bawah normal karena tidak ada
pemeriksaan darah kadar glukosa dilakukan sebelum melakukan senam
lansia. Kadar glukosa darah yang meningkat jauh di atas normal tidak bisa
berkurang dengan melakukan hanya satu sesi senam karena perlu dibarengi
dengan konsumsi obat-obatan.
Pada artikel 2 dengan judul Effects of exercise on blood glucose levels
in type 2 diabetic patients, data didapatkan dari latihan olahraga resistensi
seperti angkat beban, treadmill dan senam aerobik. latihan resistensi adalah
jenis latihan anaerobik, yang digunakan untuk meningkatkan kekuatan,
kekuatan, dan daya tahan otot latihan yang terencana dengan baik dapat
meningkatkan tingkat metabolisme istirahat sebesar 7% dan mengurangi
berat lemak sebesar 1,8 kg. Dengan mengurangi kandungan lemak dalam
tubuh dan meningkatkan sensitivitas insulin dan kontrol glukosa, pelatihan
resistensi dapat menjadi alat yang berguna dalam pengobatan diabetes
mellitus tipe 2. Selain itu, orang dewasa dengan diabetes harus terlibat
dalam 2-3 sesi/minggu latihan resistensi pada hari-hari yang berurutan.
Selain itu, Ishiguro et al. (2016) menunjukkan bahwa pelatihan resistensi
dapat direkomendasikan pada tahap awal diabetes mellitus tipe 2, terutama
untuk pasien dengan kontrol glikemik yang relatif buruk. Namun, tidak ada
kesepakatan tentang durasi, dosis, dan resistensi yang terperinci pada
program latihan tersebut.
Latihan aerobik merupakan tipe latihan yang melibatkan kelompok
otot besar dengan intensitas rendah dan menengah dapat dilakukan dengan
aman oleh penderita diabetes. Latihan aerobik seperti berlari, berjalan,
bersepeda, berenang, dan mendayung, biasanya termasuk dalam kategori
9
pelatihan ini. Kelompok penderita diabetes internasional direkomendasikan
150 menit latihan aerobik minimal tiga hari per minggu dengan intensitas
sedang (40%–59% dari minimal detak jantung, 64%–76% dari maksimum
denyut jantung) dengan tidak lebih dari dua hari berturut-turut tanpa
olahraga. Direkomendasikan oleh Asosiasi Diabetes Amerika untuk orang
dewasa dengan aktivitas aerobik reguler T2D yang berlangsung selama
setidaknya 10 menit, dengan target 30 menit/hari atau lebih paling banyak
dalam seminggu.
Baik latihan resistensi maupun aerobik memiliki efek terapeutik yang
positif efek dalam pengobatan dan kontrol T2D. Namun, kombinasi dari
kedua jenis pelatihan tampaknya memiliki dampak yang lebih besar pada
kontrol glikemik daripada kedua jenis olahraga sendirian. Kang dkk. (2016)
pada studinya menegaskan efektivitas latihan gabungan dalam peningkatan
resistensi insulin dan meningkatkan kontrol glukosa darah. 12 minggu
latihan digabungkan pada program pelatihan aerobik dan resistensi
menghasilkan berkurangnya konsentrasi glukosa darah puasa yang
signifikan (Pra: 139,5 ± 12,3 mg/dL, Pos: 132,9 ± 11,6 mg/dL; P < 0,001).
Penulis mengamati pengurangan kadar glukosa darah postprandial setelah
digabungkan pelatihan dibandingkan dengan kelompok terapi konvensional
(masing-masing 9,00 ± 1,91 mmol/L vs. 7,30 ± 0,98 mmol/L; P < 0,01).

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Pada jurnal penelitian The Effects Of Elderly Gymnastics On The Blood


Glucose Level In The Elderly With Diabetes Mellitus Type 2 dilakukan dengan design
post eksperimental, terdapat 16 subjek penelitian, berusia antara 40-70 tahun,
direkrut dalam penelitian ini. Temuan penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak
ada efek dari senam lansia tentang kadar glukosa darah pada lansia yang
menderita diabetes melitus tipe 2 di Posyandu Lansia Anggrek Merpati
Puskesmas Gayungan Surabaya.
Pada jurnal penelitian Effects of exercise on blood glucose levels in type 2
diabetic patients menggunakan teknik sampling simple random sampling. Bahwa
simple random sampling adalah teknik untuk mendapatkan sampel yang langsung
dilakukan pada unit sampling, terdiri dari orang yang melakukan olahraga resistensi
atletik dan yang melakukan olahraga aerobik. Dalam studi klinis, didapatkan
bahwa baik latihan resistensi, aerobik, dan kombinasi memiliki manfaat dalam
kontrol glukosa darah untuk pasien diabetes tipe 2. Jenis olahraga yang dipilih
untuk pengobatan diabetes harus dicocokkan sesuai dengan klinis individu profil
pasien. Studi lebih lanjut diperlukan untuk menilai efek dari intensitas tinggi
latihan pada kadar glukosa darah pad apasien penderita diabetes mellitus tipe 2.

11
DAFTAR PUSTAKA

Soegondo, Sidartawan. Soewondo, Pradana. Subekti, Imam. 2006. Penatalaksanaan


Diabetes Melitus Terpadu. Cetakan kelima, 2005. Jakarta:Balai Penerbit
FKUI.
Fauci, Anthony S. Braunwald, Eugene. Kasper, Dennis L. Hauser, Stephen
L.Harrison’s. 2007. Principle of Internal Medicine. 17th Edition. The
McGraw-HillCompanies.
Hiswani. 2009. Peranan Gizi Dalam Diabetes Mellitus.
Irmawartini., Nurhaedah. 2017. Bahan Ajar Kesehatan Lingkungan Metodologi
Penelitian. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pusat
Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Margono, 2004, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta :Rineka Cipta.

Guelfi KJ, et all. (2007). Effect of Intermittent High-Intesity Compared with


Continous Moderate Exercise on Glucose Production and Utilization in
Indoviduals with Type 1 Diabetes. Am J Physiol Endocrinal Metabolism
292 : E865-E870. Diakses tanggal 20 Juni 2014 pukul 10.00 WIB

Hasnam. (2001). Endokrinologi. Bandung : Angkasa offset

Ishiguro H, Kodama S, Horikawa C, et al. 2016. In Search of the Ideal Resistance


Training Program to Improve Glycemic Control and its Indication for
Patients with Type 2 Diabetes Mellitus: A Systematic Review and Meta-
Analysis. Sports Med Auckl NZ.

Kang S-J, Ko K-J, Baek U-H. 2016. Effects of 12 weeks combined aerobic and
resistance exercise on heart rate variability in type 2 diabetes mellitus
patients. J Phys Ther Sci.

12

You might also like