You are on page 1of 17

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Berbasis Sekolah

Dosen Pengampu : H. Ali Furqoni, M. Si

Disusun Oleh:

Varra Anisah (1886208001)

Muhammad Alif (1886208079)

Ahmad Maulana (1886208117)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Yang Maha Esa. yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu. Kami berharap
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas khususnya teman-teman
seperkuliahan Universitas Muhammadiyah Tangerang.
Penulisan Makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas kelompok kami dari mata
kuliah Manajemen Berbasis Sekolah. Dalam makalah ini akan membahas mengenai latar
belakang serta pengertian manajemen berbasis sekolah berikut konsepnya.
Dalam mempersiapkan, menyusun, dan menyelesaikan makalah ini tidak terlepas dari
berbagai kesulitan dan hambatan yang dihadapi, baik dari penyusunan maupun sistematikanya.
Oleh karena itu, kami berharap kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini dengan
mengharapkan berbagai masukan yang bersifat membangun dari semua pihak, guna kelengkapan
dan kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada Bapak H. Ali Furqoni, M. Si., selaku dosen
pengampu dalam mata kuliah ini dan kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang bersangkutan yang telah membantu dalam kelancaran tahap demi tahap dalam penyusunan
makalah ini sehingga makalah ini bisa diselesaikan.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem manajemen pendidikan yang sentralistis tidak membawa kemajuan yang berarti
bagi peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya. Dalam kasus-kasus tertentu, manajemen
sentralistis telah menyebabkan terjadinya kemandulan kreativitas pada satuan pendidikan dan
berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Untuk mengatasi terjadinya stagnasi dibidang pendidikan
ini diperlukan adanya paradigma baru di bidang pendidikan.
Seiring bergulirnya era otonomi daerah, terbukalah peluang untuk melakukan reorientasi
paradigma pendidikan menuju kearah desentralisasi pengelolaan pendidikan. Peluang tersebut
semakin tampak nyata setelah dikeluarkannya kebijakan mengenai otonomi pendidikan melalui
strategi pemberlakuan manajemen berbasis sekolah (MBS). MBS bukan sekedar mengubah
pendekatan pengelolaan sekolah dari yang sentralistis ke desentralistis, tetapi lebih dari itu
melalui MBS maka akan muncul kemandirian sekolah.
Dalam makalah yang sederhana ini, penulis mencoba menjelaskan tentang pengertian
dari Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), tujuan dari pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS) tersebut. Selain itu juga akan membahas mengenai pilar Manajemen Berbasis Sekolah,
serta bagaimana karakteristik serta implementasi dalam Manajemen Berbasis Sekolah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa latar belakang, pengertian, serta tujuan manajemen berbasis sekolah?
2. Apa tiga pilar manajemen berbasis sekolah?
3. Bagaimana karakteristik manajemen berbasis sekolah?
4. Bagaimana implementasi manaejemen berbasis sekolah?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui latar belakang, pengertian, serta tujuan dari manajemen berbasis
sekolah
2. Untuk mengetahui tiga pilar dari manajemen berbasis sekolah
3. Untuk mengetahui karakteristik dan implementasi manajemen berbasis sekolah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang, Pengertian, serta tujuan Manajemen berbasis sekolah


a) Latar belakang Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Era Reformasi yang sedang kita jalani, ditandai dengan beberapa
perubahan dibeberapa bidang kehidupan, politik, moneter, hukum sampai kepada
bidang pendidikan. Konsekuensi dari pada perubahan tersebut diantaranya
melahirkan UU No. 22 Thn 1999 tentang Otonomi daerah, dan UU No. 25 tentang
perimbangan keuangan pusat dan daerah. UU tersebut mengakibatkan
kewenangan bagi daerah untuk mengurus sejumlah potensi daerahnya termasuk
pendidikan.
Dengan di undang-undangkannya UU No. 22 Tahun 1999 diatas, pada
dasarnya memberi kewenangan dan keleluasaan kepada daerah untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut kehendak dan prakarsa
sendiri berdasarkan kebutuhan masyarakat sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku.
Kewenangan daerah kabupaten / kota, sebagaimana dirumuskan pada
pasal II, mencakup semua bidang pemerintahan, yakni pekerjaan umum,
kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri tenaga
kerja dll. Dengan demikian jelaslah bahwa kebijakan pendidikan berada dibawah
kewenangan daerah kabupaten / kota.
Di sinilah signifikansinya pemerintah daerah  mengurusi pendidikan
disebabkan setiap daerah memiliki potensi wilayah yang berbeda antara satu
dengan yang lainnya. Jika, manajemen atau lebih tepatnya kebijakan pendidikan
yang diperankan oleh pemerintah daerah  baik dengan mempertimbangkan
potensi-potensi yang ada, maka peluang pendidikan untuk maju semakin besar.
Banyak hal yang telah diluncurkan oleh pemerintah dalam kaitannya
terhadap kemajuan dan keberhasilan pendidikan di Indonesia, seperti program “
Aku Anak Sekolah” yang didukung oleh Badan-badan Internasional. Seperti Bank
Dunia, dan UNICEF, dan program DBO bagi sekolah-sekolah yang tidak mampu,
sampai kepada Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang sangat signifikan bagi
kelangsungan lembaga / insitusi Pendidikan sekarang ini.
Berbagai program yang dilaksanakan telah memberikan harapan bagi
kelangsungan dan terkendalinya kualitas pendidikan Indonesia semasa krisis.
Akan tetapi, karena pengelolaannya yang terlalu kaku dan sentralistik, program
itu pun tidak banyak memberikan dampak positif, angka partisipasi pendidikan
nasional maupun kualitas pendidikan tetap menurun. Diduga hal tesebut erat
kaitannya dengna masalah manajemen. Dalam kaitan ini, muncullah salah satu
pemikiran ke arah pengelolaan pendidikan yang memberi keleluasaan kepada
sekolah untuk mengatur dan melaksanakan berbagai kebijakan secara luas.
Pemikiran ini dalam perjalanannya disebut manajemen berbasis sekolah (MBS)
atau school based manajemen (SBM), yang telah berhasil mengangkat kondisi dan
memecahkan berbagai masalah pendidikan di beberapa negara maju, seperti
Australia dan Amerika.
Konsep “Manajemen Berbasis Sekolah” (MBS) yang dalam bahasa
Inggris disebut School Based Management, pertama kali muncul di Amerika
Serikat. Latar belakangnya diawali dengan munculnya pertanyaan masyarakat
tentang apa yang dapat diberikan sekolah kepada masyarakat dan juga relevansi
dan korelasi pendidikan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat. Kinerja sekolah
pada saat itu dianggap oleh masyarakat tidak sesuai dengan tuntutan siswa untuk
terjun ke dunia usaha dan sekolah dianggap tidak mampu memberikan hasil
dalam konteks kehidupan ekonomi yang kompetitif secara global. Fenomena
tersebut oleh pemerintah, khususnya pihak sekolah dan masyarakat, segera
diantisipasi dengan melakukan upaya perubahan dan penataan manajemen
sekolah. Untuk memenuhi kemampuan kompetitif tersebut, masyarakat dan
pemerintah sepakat melakukan reformasi terhadap manajemen sekolah yang
mengacu pada kebutuhan kompetitif.

b) Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


Manajemen Berbasis Sekolah terdiri dari tiga kata, yaitu manajemen,
berbasis dan sekolah. Kata manajemen berasal dari bahasa Inggris “Management”
yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan,  dalam Ensiklopedi
Nasional Indonesia, kata ini diartikan sebagai proses merencanakan dan
mengambil keputusan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan
sumber daya manusia, keuangan, fisik dan informasi guna mencapai sasaran
organisasi dengan cara yang efisien dan efektif atau proses dengan mana
pelaksanaan dari pada suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi.
Manajemen juga berarti keterampilan dan kemampuan untuk memperoleh hasil
melalui kegiatan bersama orang lain dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
Kata berbasis adalah akar kata dari kata basis yang berarti dasar, pokok
dasar atau pangkalan. Sedang sekolah adalah salah satu institusi manusia
terpenting tempat proses belajar mengajar berlangsung. Lembaga ini mengajar
anak didik membaca, menulis, dan keterampilan dasar lainnya yang diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, penulis dapat menarik konklusi bahwa Manajemen
Berbasis Sekolah adalah pemberian wewenang kepada sekolah untuk dapat
mengelola sumber daya yang terdapat didalamnya secara mandiri dengan
melibatkan semua person untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah menurut para ahli, antara lain :
1.      Eman Suparman mengatakan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah dapat
didefinisikan sebagai penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri
oleh sekolah dengan melibatkan semua kelompok kepentingan yang terkait
dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk
memenuhi kebutuhan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan mutu sekolah
dalam pendidikan nasional.
2.      Djam’an satori mengatakan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah merupakan
gagasan yang menempatkan kewenangan pengelolaan sekolah dalam satu
kebutuhan entitas sistem. Didalamnya terkandung adanya desentralisasi
kewenangan yang diberikan kepada sekolah untuk membuat keputusan.
3.      Lunenberg dan Ornstein mengemukakan bahwa MBS merupakan suatu
perubahan bagaimana sekolah mengatur kewenangan dan tanggung jaab antara
daerah dengan sekolah-sekolah.
4.      Peterson mengartikan MBS sebagai strategi untuk meningkatkan pendidikan
melalui pelimpahan wewenang dari pusat dan daerah kepada sekolah secara
individual.
5.      Kranz memandang MBS sebagai suatu bentuk desentralisasi yang
memposisikan sekolah sebagai unit dasar pengembangan yang bergantung pada
redistribusi otoritas pengambilan keputusan.
6.      Puslitbang Pendidikan Agama RI, mengatakan Manajemen Berbasis Sekolah
atau dikenal dengan istilah “school based manajemen” adalah model pengelolaan
yang memberikan otonomi atau kemandirian kepada sekolah dan mendorong
pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua
warga sekolah sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan pemerintah pusat,
provinsi dan pemerintah kabupaten / kota .
7.      Paul Suparno dkk mengartikan MBS sebagai pengkoordinasian dan
penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan
melibatkan semua unsur kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung
dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan mutu sekolah.

c) Tujuan Manajemen Sekolah (MBS)


Menurut E. Mulyasa, implementasi Manajemen Berbasis sekolah (MBS)
bertujuan sebagai peningkatan efisiensi antara lain diperoleh melalui keleluasaan
pengelola sumber daya partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi,
peningkatan mutu dapat diperoleh melalui partisipasi orang tua terhadap sekolah,
fleksibilitas pengelolaan sekolah dan kelas, berlakunya sistem intensif dan
disensitif, peningkatan pemerataan pendidikan antara lain diperoleh melalui
partisipasi masyarakat memungkinkan pemerintah lebih berkonsentrasi pada
kelompok tertentu. Hal ini dimungkinkan pada sebagian masyarakat tumbuh rasa
kepemilikan yang tinggi terhadap sekolah.
Nurkholis menyebutkan tujuan utama MBS adalah meningkatkan kinerja
sekolah dan terutama meningkatkan kinerja belajar siswa menjadi lebih baik .
Menurut Tim Pokja MBS Jawa Barat, implementasi MBS memiliki tujuan
sebagai berikut:
1.      Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia
2.      Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.
3.      Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, sekolah dan pemerintah
tentang mutu sekolah.
4.      Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah untuk pencapaian mutu
pendidikan yang diharapkan.
Menurut Kustini Hardi, ada tiga tujuan diterapkannya Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS), yaitu sebagai berikut:
1.      Mengembangkan kemampuan kepala sekolah bersama guru dan unsur komite
sekolah dalam aspek Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) untuk meningkatkan
mutu sekolah.
2.      Mengembangkan kemampuan kepala sekolah bersama guru dan unsur komite
sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran aktif dan menyenangkan, baik di
lingkungan sekolah maupun di masyarakat setempat.
3.      Mengembangkan peran serta masyarakat yang lebih aktif dalam masalah umum
persekolahan dari unsur komite sekolah dalam membantu peningkatan mutu
sekolah.
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa tujuan Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) adalah peningkatan mutu pendidikan, yaitu dengan memandirikan
sekolah untuk mengelola lembaga bersama pihak-pihak terkait (guru, peserta
didik, masyarakat, wali murid, dan instansi lain) sehingga sekolah dan masyarakat
tidak perlu lagi menunggu instruksi dari atas dalam mengambil langkah-langkah
untuk memajukan pendidikan. 

B. Tiga Pilar Manajemen Berbasis Sekolah


Manajemen berbasis sekolah (MBS) merupakan suatu strategi untuk mencapai
tujuan sekolah. Implementasi MBS itu bersifat wajib bagi sekolah dengan bukti setiap
akhir tahun pelajaran atau awal tahun pelajaran sekolah wajib melaporkan pelaksanaan
MBS. Manajemen ini sangat digembor-gemborkan oleh lembaga pendidikan pemerintah
sebagai satu-satunya dasar untuk mengelola sekolah.
Untuk memenuhi kebutuhan sekolah dan masyarakat, program Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) menempatkan tiga pilar yang harus ditegakkan yaitu
Manajemen, PAKEM, serta Peran Serta Masyarakat (PSM). Manajemen merupakan
tugas pokok seorang kepala sekolah, PAKEM adalah tugas bagi seorang guru, sedang
PSM merupakan keterlibatan masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan di
sekolah. Mengacu pada program MBS tersebut kepala sekolah mempunyai tiga peran
yaitu sebagai seorang manajer. sebagai seorang edukator dan menjalin kerja sama dengan
pihak masyarakat untuk mendukung program sekolah.
Salah satu pilar MBS ‘Manajemen’ di implementasikan dengan menyusun visi dan
misi sekolah, Visi dan misi disusun bersama antara kepala sekolah dan guru, yang
selanjutnya disosialisasikan kepada semua stakeholder. Visi merupakan cita-cita yang
akan dicapai oleh sekolah, sedang misi merupakan cara/langkah yang ditempuh untuk
mencapai cita-cita. Visi dan misi hendaknya disusun dengan mengakomodir kepentingan
stakholder. Dengan visi dan misi ini sekolah akan mudah menyususn program pendidikan
yang relevan dalam rangka mencapai cita-cita sekolah.
Visi dan misi yang telah disusun oleh sekolah, kemudian dituangkan kedalam
program sekolah baik program jangka pendek, menengah, maupun jangka Panjang,
Penyusunan program sekolah juga melibatkan seluruh komponen yaitu kepala sekolah,
guru, komite sekolah, serta tokoh masyarakat. Hal ini dikandung maksud program yang
disusun dapat mengakomodir semua kebutuhan masyarakat. Realita yang ada saat ini, visi
dan misi hanya terpampang di depan sekolah.. Penyebab utama adalah ketidakmampuan
personel sekolah dalam menyusun progaram yang relevan, pengelolaan ketenagaan di
sekolah yang kurang tepat, pelaksanaan proses pembelajaran yang kurang baik, bahkan
juga karena tidak memahami makna dari visi dan misi tersebut.
Sedangkan pilar kedua dari MBS tentang Pembelajaran Aktif, Kreatif, dan
Menyenangkan (PAKEM) adalah implementasi untuk semua guru agar melaksanakan
kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. Melalui kegiatan
pembelajaran yang PAKEM diharapkan prestasi siswa di bidang akademik meningkat
yaitu presentase kelulusan dan kenaikan kelas 100%, nilai rata-rata nilai ujian sekolah
tinggi, serta peringkat nilai ujian sekolah juga baik.
Demikian pula untuk pilar ketiga Peran serta Masyarakat (PSM) sekolah bekerja
sama dengan masyarakat melalui Komite Sekolah dalam hal mengelola sekolah. Melalui
kerja sama yang efektif bersama masyarakat dapat meningkatkan prestasi sekolah.
Program kerja sama dengan masyarakat sebagai bentuk peran serta dalam mengelola
sekolah sering tidak berjalan sesuai program. Hal tersebut menyebabkan sering terjadi
kesalahpahaman dan ketidakharmonisan antar sekolah dengan masyarakat atau komite.
Keadaan demikian mengakibatkan suasana yang kurang mendukung untuk peningkatan
prestasi sekolah.

C. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah


Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) memiliki karakteristik yang harus dipahami
oleh sekolah yang menerapkan. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
didasarkan atas input, proses, dan output. Sekolah yang melaksanakan MBS adalah yang
secara efektif dapat melaksanakan semua programnya, sehingga sekolah memiliki kualitas
yang handal. Jadi sekolah bermutu seharusnya adalah sekolah efektif. Sekolah juga sebagai
sebuah system, maka pendekatan system (input-proses-output) akan digunakan untuk
menetapkan sekolah efektif tersebut.
Karakteristik manajemen berbasis sekolah dapat diketahui dengan cara bagaimana
sekolah mampu mengoptimalkan kinerja organisasi, proses belajar mengajar, pengolahan
sumber daya manusia, pengolahan administrasi dan yang lainnya.
Dalam menguraikan karakteristik, pendekatan sistem yaitu input-proses-output yang
akan digunakan untuk memandunya. Sekolah merupakan sistem sehingga penguraian
karakteristik MBS berdasarkan pada input, proses, dan output. Selanjutnya, uraian berikut
dimulai dari output lalu dilanjut dengan proses dan kemudian diakhiri input, mengingat
output memiliki tingkat kepentingan tertinggi, proses memiliki tingkat kepentingan satu
tingkat lebih rendah dari output, dan lebih tinggi dari input, dan input memiliki tingkat
kepentingan satu tingkat lebih rendah dari proses dan dua tingkat lebih rendah dari output.
Untuk mengetahui karakteristik tersebut kita harus mulai dari mengupas melalui
pendekatan sistem input-proses-output. Berikut ini penjelasan singkat karakteristik dari
MBS melalui tiga pendekatan :
1. Output (Hasil)
Output sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan melalui proses pembelajaran
dan manajemen di sekolah. Pada umumnya, Output diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
output yang berupa prestasi akademik dan output yang berupa prestasi non akademik.
Output prestasi akademik misalnya, lomba karya ilmiah, lomba (Bahasa Inggris,
Matematika,), cara berfikir (kritis, kreatif divergen, nalar, rasional, induktif, deduktif,
dan ilmiah). Output nonakademik, misalnya kepribadian yang baik/budi pekerti, bebas
narkoba, kejujuran, kerjasama yang baik, rasa kasih sayang yang tinggi terhadap sesama,
solidaritas yang tinggi, toleransi, kedisiplinan, kerajinan, prestasi olahraga, kesenian, dan
kepramukaan.
2. Tinjauan proses pendidikan
1) Proses belajar-mengajar yang efektif;
2) Kepemimpinan sekolah yang kuat;
3) Lingkungan sekolah yang aman dan tertib;
4) Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif;
5) Sekolah memiliki budaya mutu;
6) Sekolah memiliki kerjasama yang baik, cerdas, dan dinamis;
7) Sekolah memiliki kewenagan/kemandirian;
8) Partisipasi yang tinggi dari penduduk sekolah dan masyarakat;
9) Sekolah memiliki keterbukaan (transparansi) manajemen;
10) Sekolah memiliki keinginan besar untuk berubah (secara psikologis dan
fisik);
11) Sekolah melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan;
12) Sekolah responsif dan antisipatif terhadap perubahan kebutuhan;
13) Mampu memelihara dan mengembangkan komunikasi yang baik;
14) Sekolah memiliki akuntabilitas publik yang kuat.
3. Input Pendidikan
1) Memiliki Kebijakan, Tujuan, dan Sasaran Mutu yang Jelas;
2) Sumberdaya Tersedia dan Siap;
3) Staf yang Kompeten dan Berdedikasi Tinggi;
4) Memiliki Harapan Prestasi yang Tinggi;
5) Fokus pada Pelanggan (Khususnya Siswa);
6) Input Manajemen (tugas jelas, rencana rinci dan sistematis, program kerja,
aturan jelas, pengendalian mutu yang jelas).

D. Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah


Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada hakikatnya adalah
pemberian otonomi yang lebih luas kepada sekolah dengan tujuan akhirnya meningkatkan
mutu hasil penyelenggaraan pendidikan sehingga bisa menghasilkan prestasi yang
sebenarnya melalui proses manajerial yang mapan. Melalui peningkatan kinerja dan
partisipasi semua stakeholder-nya, sekolah pada semua jenjang dan semua jenis pendidikan
dengan sifat otonomistiknya tersebut akan menjadi suatu instansi pendidikan yang organic,
demokratik, kreatif, dan inovatif serta unik dengan ciri khasnya untuk melakukan
pembaharuan sendiri
(self reform). Artinya, dalam konteks ini, sekolah memiliki wewenang untuk mengambil
keputusan sebab keputusan akan benar sesuai dengan kebutuhan dan realitas proses belajar
mengajar dalam konsep.
Dalam Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) meliputi: Manajemen
kurikulum, manajemen tenaga kependidikan, manajemen kesiswaan, manajemen
pendanaan/keuangan, dan manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat.
1. Manajemen Kurikulum
Kurikulum merupakan inti bidang pendidikan dan memiliki pengaruh
terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Dalam hal ini Manajemen kurikulum dan
program pengajaran mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
kurikulum. Perencanaan dan pengembangan kurikulum nasional pada umumnya
telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional pada tingkat pusat. Oleh
karena itu, sekolah juga bertugas dan berwewenang untuk mengembangkan
kurikulum muatan lokal sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungan
setempat.
Untuk menjamin efektivitas pengembangan kurikulum dan program
pengajaran dalam MBS, kepala sekolah sebagai pengelola program pengajaran
bersama dengan guru-guru harus menjabarkan isi kurikulum secara lebih rinci dan
operasional ke dalam program tahunan, catur wulan dan bulanan. Adapun program
mingguan atau program satuan pelajaran, wajib dikembangkan guru sebelum
melakukan kegiatan belajar-mengajar agar pembelajaran dapat berjalan dengan lebih
efektif.
2. Manajemen Tenaga Kependidikan
Keberhasilan MBS sangat ditentukan oleh keberhasilan pimpinannya dalam
mengelola tenaga kependidikan tersedia di sekolah. Dalam hal ini, peningkatan
produktivitas dan prestasi kerja dapat dilakukan dengan meningkat perilaku manusia
di tempat kerja melalui aplikasi konsep dan teknik manajemen personalia modern.
Manajemen tenaga kependidikan (guru dan personil) mencakup perencanaan
pegawai, pengadaan pegawai, pembinaan dan pengembangan pegawai,
pemberhentian pegawai, evaluasi pegawai. Semua itu perlu dilakukan dengan baik
dan benar agar apa yang diharapkan tercapai, yakni tersedianya tenaga kependidikan
yang diperlukan dengan kualifikasi dan kemampuan yang sesuai serta dapat
melaksanakan pekerjaan dengan baik dan berkualitas.
3. Manajemen Kesiswaan
Manajemen kesiswaan merupakan penataan dan pengaturan terhadap
kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, yakni mulai masuk sampai dengan
keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah. Diantara dimensi manajemen
berbasis sekolah tersebut, Manajemen peserta didik (kesiswaan) menduduki tempat
yang sangat penting, karena sentral layanan pendidikan di sekolah adalah kepada
peserta didik. Dalam hal ini, para tenaga kependidikan sekolah seperti kepala
sekolah dan guru masing-masing ikut terlibat dalam kegiatan manajemen kesiswaan
pada lembaga mereka mengabdi.Keterlibatan mereka berbeda-beda sesuai dengan
peran dan tugasnya serta tingkat keterampilan yang mereka memiliki.
4. Manajemen Pendanaan/Keuangan
Manajemen pendanaan/keuangan merupakan salah satu sumber daya secara
langsung menunjang efektivitas dan efesiensi pengelolaan pendidikan.Manajemen
keuangan juga dapat diartikan sebagai aktivitas berhubungan dengan perolehan,
pendanaan, dan pengelolaan aktivitas dengan beberapa tujuan menyeluruh.
5. Manajemen Sarana dan Prasarana
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan
menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara
optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan. Kegiatan pengelolaan ini
mencakup kegiatan perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan
inventarisasi, dan penghapusan serta penataan.
Menurut E. Mulyasa mengatakan bahwa sarana pendidikan adalah peralatan
dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses
pendidikan, khususnya proses belajar-mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja,
kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Sedangkan, yang dimaksud prasarana
pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses
pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman, dan sekolah.
6. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
Manajemen Hubungan sekolah dengan masyarakat adalah suatu pengelolaan
yang mana bertujuan untuk meningkatkan keterlibatan, kepedulian, kepemilikan,
dan dukungan dari masyarakat, terutama dukungan moral dan finansial.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen berbasis sekolah adalah suatu bentuk manajemen dimana pemerintah
memberikan otonomi atau tanggung jawab yang lebih besar kepada pihak sekolah untuk
dapat merencanakan hingga mengelola kegiatan pendidikannya untuk meningkatkan
kualitas pendidikan dengan melibatkan seluruh tenaga di sekolah sekaligus masyarakat
sekitar secara mandiri dan terbuka.
Tujuan dari penerapan manajemen berbasis sekolah:
1. Meningkatkan kualitas mutu pendidikan dan inisiatif sekolah dalam memberdayakan
dan mengelola potensi serta sumber daya yang ada.
2. Meningkatkan partisipasi warga di sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan secara
keseluruhan.
3. Meningkatkan rasa tanggung jawab pihak sekolah kepada murid, pemerintah, orang
tua/wali murid, dan masyarakat sekitar tentang kualitas sekolah.
4. Meningkatkan persaingan yang sehat antar sekolah untuk mencapai kualitas pendidikan
yang diharapkan.

B. Saran
Mengingat Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) memiliki kontribusi positif
dalam upaya peningkatan mutu Pendidikan, maka di era desentralisasi ini otonomi
pendidikan tidak hanya berhenti sampai pada birokrasi di tingkatan provinsi maupun
kabupaten/kota, melainkan perlu ada pemberian kewenangan yang lebih luas di tingkatan
sekolah agar lebih berdaya dan mandiri dalam mengelola sekolahnya dalam kerangka
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).

DAFTAR PUSTAKA

Asmani, Jamal Ma’mur. Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter Di Sekolah. Diva
Press, 2011.

Barnawi, Arifin M. “Strategi & Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter.” Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media (2012).

Mulyasa, E, and Dr M Pd. “Manajemen Berbasis Sekolah (Konsep, Strategi Dan Implementasi)
Bandung: PT.” Remaja Rosdakarya (2004).

Nurkholis. (2003). Manajemen Berbasis Sekolah: Teori, Model dan Aplikasi. Jakarta: Grasindo

Suryosubroto. 2004. Manajemen Pendidikan Di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.

You might also like