You are on page 1of 63

Pemahaman Terhadap Tanggung Jawab Misioner Gereja Toraja

Mamasa Klasis Sesenapadang I Timur

SKRIPSI

Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri Toraja untuk


Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama
(S.Ag)

OLEH:

HARLES

2320154031

MISIOLOGI
ABSTRACT

Thesis with the title “The Understanding Of Missionary Responsibilities Of


The Mamasa Toraja Church Klasis Sesenapadang I East”, this was written by
Harles, NIRM 2320154031, Missiology Study Program, Sekolah Tinggi Agama
Kristen Negeri (STAKN) Toraja, with mentors Mr. Budin Nurung, M.Th, and Mr.
Ivan Sampe Buntu, M. Hum.
This research is motivated by the many church members who do not
understand the overall mission. They are still at the traditional view of seeing
“mission” identical and limited to evangelism. This understanding arises because
of the lack of knowledge of church members and the lack of reporting about the
missionary duties of the church to the members of the congregation resulting in
the church members not understanding the true meaning and meaning of
“mission”.
As for the formulation of problem in writing this thesis is how the missionary
responsibility in the Toraja Mamasa Church is Klasi Sesenapadang I east? As for
the objectives to be achieved in this paper is to analyze the understanding of the
missionary responsibilities of the Toraja Mamasa Church klasis Sesenapadang 1
East.
In order to obtain more accurate data in accordance with the topiccs discussed
by the author, the authors carry out research with a qualitative approach by means
of observation and interview with 11 informan in Toraja Mamasa Church klasis
Sesenapadang 1 East.
The results showed that the missionary responsibility of the Toraja Mamasa
Churh Klasis Sesenapadang I east is to preach the gospel, proclaim the news of
joy, witness, fellowship and serve, reach out to everyone to enter to fellowship so
that life becomes an example through words, deed or actoins.
Key words : understanding, missionary responsiility,church residents.

i
ABSTRAK

Skripsi dengan Judul “Pemahaman Terhadap Tanggung Jawab


Misioner Gereja Toraja Mamasa, Klasis Sesenapadang I Timur”, ini ditulis
oleh Harles, Nirm 2020154031, Program Studi Misiologi, Sekolah Tinggi
Agama Kristen Negeri (STAKN) Toraja, dengan pembimbing Bapak
Budin Nurung, M. Th dan Bapak Ivan Sampe Buntu, M. Hum.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh banyaknya warga gereja yang
belum memahami misi secara keseluruhan. Mereka masih pada pandangan
tradisional melihat “misi” identik dan terbatas pada penginjilan.
Pemahaman tersebut muncul karena kurangnya pengetahuan warga gereja
dan minimnya pemberitaan tentang tugas misioner gereja kepada warga
jemaat akibatnya warga jemaat kurang memahami arti dan makna “misi”
yang sesungguhnya.
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini
adalah Bagaimana tanggungjawab Misioner di Gereja Toraja Mamasa
Klasis Sesenapadang I Timur?, adapun tujuan yang hendak dicapai dalam
tulisan ini adalah untuk menganalisis pemahaman tanggungjawab
Misioner Gereja Toraja Mamasa klasis Sesenapadang I Timur.
Demi memperoleh data yang lebih akurat sesuai dengan topik yang
penulis bahas, maka penulis melaksanakan penelitian dengan pendekatan
kualitatif dengan cara observasi dan wawancara kepada 11 informan di
Klasis Sesenapadang I Timur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanggungjawab misioner di
Gereja Toraja Mamasa Klasis Sesenapadang I Timur yaitu untuk
memberitakan Injil, mewartakan kabar sukacita, bersaksi, bersekutu dan
melayani, menjangkau setiap orang untuk masuk ke dalam persekutuan
supaya hidupnya menjadi teladan lewat perkataan, perbuatan atau
tindakan.
Kata kunci: pemahaman, tanggungjawab misioner, warga gereja.

ii
KATA PENGANTAR

Behold, God is mine helper; the Lord is with them that uphold my soul

(Psalms 54:4). Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa atas kasih dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi

ini jauh dari kesempurnaan meskipun penulis telah mengerjakan dengan segala

upaya. Namun demikian penulis tetap berharap tulisan ini dapat berguna dan

menjadi berkat bagi pembaca. Dalam penyusunan skripsi ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Joni Tapingku M.Th selaku ketua Sekolah Tinggi Agama

Kristen Negeri (STAKN) Toraja.

2. Bapak Budin Nurung, M.Th bersama bapak Ivan Sampe Buntu,

M.Hum selaku dosen pembimbing, yang dengan penuh kesabaran

membimbing dan mengarahkan penulis selama penyusunan skripsi,

serta menawarkan hal-hal yang bermanfaat demi kualitas dan

kelacaran penulisan dan tulisan ini meskipun penulis kadang lalai

dalam penyusunan skrips ini.

3. Bapak Pdt. Yekhonya Timbang, M.Th, dan Bapak Dr. I Made

Suardana, M.Th sebagai penguji 1 bersama Bapak Fajar Kelana,

M.Th selaku dosen penguji 2 yang telah mengarahkan penulis

melalui saran-saran demi kualitas penulisan skripsi ini.

iii
4. Bapak Rannu Sanderan, M.Th bersama bapak Feky Markus, M.Th

selaku orang tua selama di kampus ungu, yang selalu memotivasi dan

memberikan masukan bagi penulis selama melaksanakan studi di

kampus ungu STAKN Toraja.

5. Segenap dosen dan staf Program Sudi Misiologi yang telah

membekali, mengurus dan mengarahkan penulis selama masa studi di

STAKN Toraja.

6. Segenap dosen Sekolah Agama Kristen Negeri (STAKN) Toraja,

yang telah membekali penulis selama 4 tahun, dan staf pegawai yang

telah membantu dalam pengurusan administrasi selama penulis

menjadi mahasiswa STAKN Toraja.

7. Bapak Andarias Manting, S.Th selaku Ketua Perpustakaan STAKN

Toraja, dan semua pegawai yang dengan setia melayani dalam

perpustakaan serta memberikan pinjaman buku-buku.

8. Badan Pekerja Klasis Sesenapadang I Timur dan segenap oknum

Klasis Sesenapadang I Timur yang telah memberikan waktu dan

kesempatan untuk melaksanakan penelitian dan memberi masukan

untuk penulisan skripsi ini.

9. Kedua orang tua terkasih, Allokaraeng (ayah) dan Marthina Sua’

(Ibu) yang telah mendidik, membesarkan penulis dengan penuh kasih

sayang, perhatian, dan penuh kesabaran dalam mengusahakan segala

kebutuhan dan juga tidak henti-hentinya memberikan motivasi,

iv
semangat, nasihat yang begitu berarti serta doa kepada penulis.

Sehingga penulis bisa sampai pada tahap ini. Kiranya Tuhan Yesus

terus menolong dan memberkati.

10. Saudara-saudaraku yang terkasih Hardi Desryanto Genggong,

Hasmiati Limbong Bulawan, Hendrik Oktovianus Bongga Minanga,

dan Hanna Novita Langi’ lebok yang senantiasa memberi dukungan

dan motivasi kepada penulis.

11. Kekasihku Selvina Andara, S.Th yang dengan setia mendampingi dan

memotivasi dari awal menjadi Mahasiswa STAKN Toraja (Tahun

2015) sampai sekarang dan semoga selamanya. Terimakasih atas

kesabarannya menghadapi penulis yang keras kepala dan malas.

12. Terimakasih kepada sahabat-sahabatku sekaligus saudara tak sedarah

Agustinus Allopasau’ S. Th, Julian Saputra, Minor Bonggarume’ dan

Jubryantho yang menjadi teman berjuang penulis.

13. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada adik-adik Yuliana D,

Meldayanti, Sambolebok, dan Jatriani yang dengan memberikan

semangat dan mengurus penulis (memasak, mencuci dan menyapu).

Kiranya Tuhan memberkati dalam studi dan kehidupannya. Dan

segenap kawan-kawan penghuni Rumah Kost Biru.

14. Rekan-rekan seperjuangan angkatan 2015, dan saudara-saudaraku

program studi Misiologi: Jhon Ua’ Tandi Pau, Yosia Tasik Sirante

dan Eltiveny Toding Allo atas kebersamaan yang terjalin selama 4

tahun.

v
15. Segenap para Informan yang dengan penuh kerelaan yang

memberikan data yang sesungguhnya sehubungan dengan penelitian

dalam skripsi ini.

16. Kepada semua majelis dan anggota jemaat yang pernah penulis

tempati belajar, Gereja Toraja Jemaat Golgota Ke’pe’, Gereja Toraja

Jemaat Bukit Harapan Tondok Repe klasis Makale Selatan, Gereja

Toraja jemaat Kayuosing.

17. Segenap staf Yayasan Pelayanan Reformed Makassar yang telah

memberi banyak pengetahuan selama melaksanakan Kuliah Kerja

Lapangan di Makassar.

18. Seluruh keluarga dan pihak-pihak lainnya yang tidak dapat

disebutkan namanya yang turut membantu dan memotivasi penulis

dalam berproses di kampus ungu STAKN Toraja.

Penulis tidak mampu membalas satu persatu semua yang telah

diberikan. Dan kepada semua pihak yang telah memberikan

sumbangsinya dalam penyelesaian skripsi ini kiranya Allah sumber

sejahtera senantiasa menyertai dan memberkati kita semua. Amin

Mengkendek, 21 September 2019


Penulis

Harles

vi
DAFTAR ISI

Halaman Sampul i

Halaman Persetujuan ii

Halaman Pengesahan iii

Abstrak iv

Kata Pengantar vi

Daftar Isi viii

BAB I: Pendahuluan 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 5

C. Tujuan Penelitian 5

D. Manfaat Penulisan 5

E. Metode Penelitian 6

F. Sistematika Penulisan 6

BAB II: Kajian Teori 8

A. Pengertian Misi 8

B. Misi Menurut Gereja Toraja Mamasa 11

C. Landasan Alkitab Tentang Misi 12

1. Misi dalam Perjanjian Lama 12

2. Misi dalam Perjanjian Baru 14

vii
D. Pengertian, Sifat, dan Fungsi Gereja 19

1. Pengertian Gereja 19

2. Sifat Gereja 22

3. Fungsi Gereja 23

E. Gereja dan Misi 25

BAB III: Metodologi Penelitian 29

A. Jenis Penelitian 29

B. Narasumber 29

C. Tempat dan Waktu Penelitian 29

D. Teknik Pengumpulan Data 30

1. Studi Kepustakaan 30

2. Wawancara 30

3. Observasi 30

E. Teknik Analisa Data 31

1. Data Reduction 31

2. Analisis Data 31

3. Interpretasi Data 32

BAB IV: Pemaparan dan Analisis Hasil Penelitian 33

A. Sejarah Singkat Gereja Toraja Mamasa 33

B. Selayang Pandang Gereja Toraja Mamasa Klasis Sesenapadang I Timur.

49

C. Pemaparan Hasil Penelitian 40

D. Analisis Data 43

viii
BAB V: Penutup 47

A. Kesimpulan 47

B. Saran 47

DAFTAR PUSTAKA 48

LAMPIRAN-LAMPIRAN

ix
x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Misi merupakan suatu tugas yang gereja tanggapi sebagai amanat

atau perintah langsung dari Tuhan Yesus dalam rangka peranannya di

dunia ini. Misi adalah inisiatif dari Allah. Ia mengutus umatNya untuk

memproklamasikan Injil secara jelas. Misi bukanlah pilihan yang dapat

dipertimbangkan tetapi misi adalah suatu perintah yang harus

dilaksanakan. Tujuan dari misi yaitu memulihkan hubungan manusia

dengan Allah, membawa orang mengenal satu-satunya Allah yang benar,

dan memuliakan Allah. Misi juga merupakan rancangan damai sejahtera

dari Allah untuk menyelamatkan dan menyatakan kerajaanNya di dunia,

yang harus dikerjakan oleh setiap orang percaya lewat pelayanan kepada

sesama.

Hadirnya gereja di dalam dunia karena adanya tugas yang harus

disampaikan kepada dunia. Salah satu tugas gereja adalah untuk

memberitakan kabar sukacita kepada dunia tentang karya penyelamatan

Allah kepada manusia. Alkitab telah banyak memberikan catatan-catatan

penting tentang bagaimana pergerakan para murid dan gereja mula-mula

dalam merespon hal ini. Sesuai dengan perintah  yang diberikan Tuhan

Yesus kepada murid-murid-Nya pada waktu akan naik ke sorga yaitu

“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah

mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka

1
2

melakukaan segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu. Dan

ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman.” (Matius

28:19-20). Amanat Agung Yesus ini bukan merupakan sebuah tantangan,

melainkan suatu tanggungjawab yang harus dipikul, dan diperuntukkan

bagi semua orang percaya untuk pergi ke seluruh dunia dalam

memberitakan Injil kepada segala makhluk.1 Setiap orang percaya

mengemban amanat untuk membaktikan diri dalam membuat Injil menjadi

perhatian seluruh umat manusia, ini merupakan tanggung jawab yang tidak

dapat diabaikan.2

Gereja adalah suatu komunitas dalam respon terhadap Missio Dei

yang memberikan kesaksian tentang kegiatan Allah di dunia melalui

pemberitaan kabar baik mengenai Yesus Kristus dalam ucapan dan

tindakan.3 Gereja barulah menjadi Gereja yang sesungguhnya apabila

terlibat dalam pelaksanaan misi Allah di tengah-tengah dunia. Gereja yang

melakukan tugas dan tanggung jawab sebagai gereja Allah adalah salah

satu bentuk gereja yang misioner. Keterlibatan Gereja dalam kehidupan

masyarakat dalam rangka misi Allah sebagaimana dicita-citakan itu

ternyata tidak mudah. Banyak hambatan yang menghadang. Salah satu

hambatannya adalah masih adanya kesalahpahaman mengenai makna misi

Gereja.

1
Murray W. Downey, Cara-cara Memenangkan Jiwa (Bandung: Kalam Hidup, 1957) 5.
2
J. I. Packer, Penginjilan Dan Kedaulatan Allah Evangelism And The Sovereignty Of
God (Surabaya: Momentum, 2003) 16.
3
J. Andrew Kirk, Apa Itu Misiologi?, (Jakarta, Gunung Mulia,2015) 37
3

Selain tanggung jawab untuk memberitakan Injil, gereja juga

mempunyai tanggung jawab untuk pelayanan-pelayanan yang lain. Misi

gereja tidak hanya pada pelayanan pemberitaan Injil semata tetapi lebih

kepada bagaimana gereja menjawab tantangan dan kebutuhan manusia

secara umum. Sebagaimana program mesianis Yesus: "Roh Tuhan ada

padaKu, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar

baik pada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk

memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan

bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang tertindas, untuk

memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang. " (Lukas 4:18). Misi

tersebut menunjukkan bahwa tugas gereja memang luas, bukan hanya pada

pemberitaan Injil tetapi juga pelayanan terhadap kebutuhan manusia secara

umum.

Bagi Paulus, Kata “pelayanan” mencakup seluruh dimensi tugas

kristen (Efesus 4:8,12). Semua murid Kristus terpanggil kepada tugas

pelayanan ini. Paulus merumuskan dua pokok pelayanan, yaitu pertama:

Pelayanan internal mencakup pelayanan jemaat setempat kepada Tuhan

dalam ibadah (melalui doa, pujian, sakramen, dan mendengar firman-

Nya), pelayanan anggota satu sama lain “untuk kepentingan bersama” (1

Kor. 12:7), pelayanan mengajar kepada jemaaat untuk memahami norma-

norma tradisi rasuli (Kis. 6:4). Ketiga hal ini: ibadah, berbagi, dan

mengajar sangatlah penting bagi pertumbuhan umat Allah. Kedua:

Pelayanan eksternal juga mempunyai tiga komponen. Ketiga komponen


4

ini sering digambarkan sebagai “misi” Gereja karena ketiganya mencakup

semua hal yang harus dilakukan oleh orang Kristen dan karena itulah

mereka di utus ke dunia. Ada panggilan khusus yakni mereka yang

memiliki kebutuhan khusus: “orang miskin, janda, yatim, tahanan,

tunawisma dan lain-lain (Roma 12:7-8). Disamping itu, ada juga

pelayanan perdamaian yang melaluinya orang Kristen bekerja demi

kerukunan antara manusia dan demi keadilan sosial dalam masyarakat.

Dan pelayanan tertinggi adalah membawa orang bukan kristen kepada

Kristus itu sendiri.4

Masa kini, sebagian dari gereja juga mengakui bahwa tugas

menjalankan misi itu juga adalah tugasnya. Namun yang menjadi

permasalahan bahwa masih banyak warga gereja yang belum memahami

misi secara keseluruhan. Mereka masih pada pandangan tradisional

melihat “misi” identik dan terbatas pada penginjilan. Pemahaman tersebut

muncul karena kurangnya pengetahuan warga gereja dan minimnya

pemberitaan tentang tugas misioner gereja kepada warga jemaat akibatnya

warga gereja kurang memahami arti dan makna “misi” yang

sesungguhnya.

Melihat permasalahan tersebut, Penulis tertarik mengkaji

pemahaman warga gereja tentang misi, kajian ini akan dituangkan dalam

skripsi dengan judul “Pemahaman Terhadap Tanggungjawab Misioner di

Gereja Toraja Mamasa, Klasis Sesenapadang I Timur”.

4
Arthur F. Glasser, “Rasul Paulus dan Tugas Penginjilan” dalam Misi Menurut Perspektif
Alkitab (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2007), 145-146
5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan

yang akan dikaji dalam tulisan ini yaitu: Bagaimana pemahaman

tanggungjawab Misioner di Gereja Toraja Mamasa klasis Sesenapadang I

Timur?

C. Tujuan penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam tulisan ini adalah untuk

menganalisis pemahaman tanggungjawab Misioner Gereja Toraja Mamasa

klasis Sesenapadang I Timur.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat yang dapat diperoleh dari tulisan ini adalah:

1. Manfaat Akademik

Tulisan ini diharapkan dapat memberi sumbangsi pemikiran bagi

pengembangan pemahaman mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Kristen

Negeri (STAKN) Toraja dalam hal pelayanan misi, khususnya Prodi

Misiologi.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat Bagi Pendeta

1) Sebagai masukan bagi pendeta pada umumnya dan secara

khusus bagi pendeta Gereja Toraja Mamasa Klasis

Sesenapadang I Timur dalam menjalankan tugas pelayanan

misi di tengah-tengah jemaat atau masyarakat.


6

2) Memberikan sumbangsi pemikiran bagi pendeta jemaat akan

pentingnya memberikan pemahaman kepada jemaat tentang

misi.

b. Manfaat Bagi BPSGTM (Badan Pekerja Sinode Gereja Toraja

Mamasa)

Sebagai bahan masukan bagi BPSGTM mengenai

pentingnya pelaksanaan sosialisasi untuk memberikan pemahaman

kepada warga gereja tentang pekerjaan misi.

c. Bagi Pemberita Injil

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

bagi seorang pekerja misi tentang pemahaman misi warga gereja.

E. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode penelitian

kualitatif dan penelitian lapangan melalui wawancara dan observasi.

F. Sistematika penulisan

Bab I: Merupakan bagian pendahuluan yang terdiri dari Latar

Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan,

Manfaat Penulisan, Metode Penulisan dan Sistematika

Penulisan.

Bab II: Bab ini menguraikan tentang pengertian misi, pandangan

Alkitab tentang misi gereja, dan tugas gereja yang misioner.


7

Bab III: Dalam bab ini akan diuraikan tentang tempat dan waktu

penelitian, jenis metode penelitian, informan, teknik

pengumpulan data dan teknik analisis data.

Bab IV: Bab ini menguraikan tentang analisis hasil penelitian dan

refleksi teologis.

Bab V: Dalam bab ini merupakan bagian penutup yang mencakup

kesimpulam dan saran.


BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Misi

Istilah misi (Mission) berasal dari bahasa Latin mission yang

diangkat dari kata dasar mittere yang artinya to send, mengirim, mengutus,

act of sending. Padanan dari kata Yunani ialah apostello.5

Kata mission adalah bentuk substantive dari kata kerja mittere

(mitto, missi, missum) yang mempunyai beberapa pengertian dasar: (1)

membuang, menembak, (2) mengirim, mengutus, (3) membiarkan,

melepaskan pergi, (4) mengambil – menyadap.6

Mission juga dapat berarti pengutusan Tuhan, dimana Mission

beranjak dari hati Allah kedalam dunia ciptaanNya. Mission adalah

rencana pengutusan Allah (Missio Dei) yang kekal untuk membawa

syalom kepada manusia dan segenap ciptaanNya demi kejayaan Kerajaan

Allah. Defenisi ini mengemukakan bahwa misi adalah rencana Allah Yang

Esa, yang merupakan isi hati-Nya sejak kekal yang bertujuan untuk

membawa syalom bagi manusia dan segenap ciptaanNya.7

Berangkat dari pengertian misi yakni sebagai “pengutusan”,

muncul dua istilah yaitu Missio Dei (misi Allah) dan Missio Christi.

Missio Dei artinya penyataan diri Allah sebagai Dia yang mengasihi

dunia, keterlibatan Allah di dalam dan dengan dunia, sifat dan kegiatan

5
Arie De Kuiper, Missiologia: Ilmu Pekabaran Injil, (Jakarta: Gunung Mulia, 2006), h 9
6
Edmund Woga CSsR, Dasar-dasar Misiologi, (Yogyakarta: Kanisius, 2002), h 15
7
David J Bosch, Transformasi Misi Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005)
9

Allah.8 Missio Dei merupakan titik tolak dalam memulai penyelidikan

tentang hakekat misi.9 Yang mana Missio Dei memberitakan kabar

baik bahwa Allah adalah Allah untuk manusia.10 Misi Allah

diungkapkan melalui keseluruhan pekerjaan-Nya untuk

menyelamatkan dunia dan segala isinya. Kepedulian Allah terhadap

manusia dan segala ciptaan-Nya diwujudkan dengan cara mengutus

Yesus Kristus untuk keselamatan dunia.

Escard Schanabel menerangkan perbedaan misi dalam bentuk

tunggal dan jamak secara lebih jelas. Misi (tunggal) adalah

menjelaskan karya Allah secara konfrehensif untuk dunia yang

pelaksanaannya melibatkan umat Allah. Sedangkan misi (jamak)

adalah aktifitas-aktifitas misionaris, penginjil, pendiri gereja, dan

kaum-kaum awam yang menjangkau orang-orang yang belum percaya

pada Injil Yesus Kristus.11 J. Andrew Kirk da lam bukunya “Apa itu

Misi?” mengatakan bahwa “Misi” adalah realitas mendasar tentang

kehidupan Kekristenan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa orang Kristen

dipanggil oleh Allah untuk bekerja dengan-Nya di dalam mencapai

tujuan-Nya bagi umat manusia secara keseluruhan. Hidup di dunia ini

adalah kehidupan di dalam misi. Hidup hanya mempunyai tujuan

selama ia mempunyai dimensi misioner.12

8
Ibid, h. 15
9
Ibid, h. 27
10
Ibid, h. 15
11
P.H. Nikkijuluw Victor dan Sukarto Arischtarchus, Kepemimpinan di Bumi Baru,
(Jakarta: Literatur Perkantas, 2014) h. 43-44
12
J. Andrew Kirk, Apa itu Misi?, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), h. 36
10

Menurut Artanto “Misi adalah tugas total dari Allah yang

mengutus gereja untuk keselamatan dunia”. Misi Allah Adalah

aktivitas Allah yang mencakup gereja dan dunia yang di dalamnya

Gereja memperoleh hak istimewa untuk ikut ambil bagian.13 Pada

dasarnya Artanto melihat bahwa misi gereja itu adalah keterlibatan

gereja dalam misi Kerajaan Allah, sebab apa yang hendak

dilaksanakan oleh gereja di tengah-tengah dunia ini adalah bagian dari

kehendak Allah yakni berita tentang kehadiran Kerajaan Allah itu

sendiri. Dalam hubungannya dengan pengertian di atas muncul istilah

Misio Christi yang artinya Kristus mengutus murid-murid-Nya, Kristus

diutus Allah (bnd. Yoh. 20:21).

Jadi, misi dapat diartikan sebagai tugas yang berasal dari Allah

sendiri untuk menyelamatkan dunia dan diamanatkan kepada gereja

yang sekaligus menjadi tugas dan panggilan gereja di tengah-tengah

dunia ini. Misi gereja sendiri adalah rangkaian dari misi Allah yang

menghendaki dunia dan segala isinya diselamatkan dan Allah telah

melakukan karya penyelamatan tersebut yang terpusat dalam Yesus

Kristus sebagai penebus dosa, sehingga manusia terbebas dari

perbudakan dosa. Karena itu gereja sebagai persekutuan orang percaya

harus ikut dalam panggilan bermisi, ikut berkarya dalam mengabarkan

kabar sukacita dari Allah kepada dunia.

13
Widi Artanto, Menjadi Gereja yang Misioner, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010 ), h.
62
11

B. Misi menurut Gereja Toraja Mamasa

Dalam wawancara penulis dengan ketua I BPSGTM, penulis

mendapatkan jawaban bahwa Gereja Toraja Mamasa memahami misi

gereja masih sangat utuh dimana Gereja Toraja Mamasa (GTM) tidak

memandang misi hanya sebagai perbuatan sosial atau kegiatan-kegiatan

sosial tetapi sebaliknya GTM juga memahami bahwa Injil harus tetap

disampaikan kepada semua orang dan inti Injil adalah Yesus Kristus. Injil

menjadi sangat penting sebab meskipun orang telah diselamatkan secara

finansial tetapi juga harus berjumpa atau mengenal Juruselamatnya secara

pribadi. Tetapi GTM tidak hanya memberitakan Injil secara verbal atau

menobatkan orang tetapi juga bagaimana mentransformasi kehidupan

ekonomi jemaat.14 Gereja Toraja Mamasa merespon panggilan misi

dengan melakukan berbagai kegiatan-kegiatan seperti pemberantasan

kemiskinan, pelatihan-pelatihan untuk peningkatan ekonomi jemaat,

pelatihan tentang keterampilan, kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan,

membentuk tim EE (evangelism eksplotian) dan mengadakan pelatihan

penginjilan di berbagai tempat, dan membangun mitra dengan berbagai

lembaga pekabaran Injil (EE dan LPMI).15 GTM melandaskan kegiatan-

kegiatan misi atas dasar bahwa Yesus satu-satunya jalan keselamatan

dengan Firman Tuhan yang menjadi acuan pelaksanaan misi sebab gereja

hanya bisa diubah oleh Injil.16

14
Wawancara dengan ketua I BPSGTM: Pdt. Deppatola Pawa, S.Th, MM, Mamasa, 18
Juli 2019
15
Ibid.
16
Wawancara dengan ketua I BPSGTM: Pdt. Deppatola Pawa, S.Th, MM, Mamasa, 18
Juli 2019
12

C. Landasan Alkitab tentang Misi

1. Misi dalam Perjanjian Lama

Dalam kitab Kejadian 1:28, Adam diberi mandat misi untuk

memenuhi, menguasai, dan menaklukkan bumi bagi kemuliaan

Tuhan. Tuhan memberi tanggungjawab sebagai mandat untuk

dilakukan Adam dalam mewujudkan damai sejahtera atau syalom

bagi bumi dan segala isinya.17 Pemberian mandat dan

tanggungjawab dari Allah kepada orang yang dipilih-Nya

merupakan tugas misi Allah untuk kesejahteraan umat manusia dan

segala ciptaan-Nya.

Allah dalam karya-Nya tentu melibatkan manusia sebagai

rekan kerja untuk mewujudkan damai sejahtera bagi semua

ciptaan-Nya. Dalam kitab Kejadian 12 dijelaskan tentang

pemanggilan Abram untuk keluar dari negerinya dan kaum

keluarganya demi mewujudkan misi Allah, yaitu menjadi berkat

bagi semua bangsa di bumi.18 Lebih jelasnya kitab Kejadian 12:1-3

mengatakan:

Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: “Pergilah dari


negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah
Bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;
Aku akan membuat engkau, menjadi bangsa yang besar,
dan memberkati engkau serta membuat namamu masyur;
dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati
orang-orang yang memberkati engkau dan mengutuk orang-
orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di
muka bumi akan mendapat berkat.”

17
Y. Tomatala, Penginjilan Masa Kini, (Malang: Gandum Mas, 2004), h. 7
18
M. David Sills, Panggilan Misi, (Surabaya: Momentum, 2015), h. 45
13

Ayat di atas jelas bahwa Allah memanggil Abram keluar

dari negerinya dan kaum keluarganya dengan maksud menjadi

berkat bagi bangsa lain. Allah memiliki misi untuk memberkati

semua kaum di muka bumi melalui Abram. Abram diperintahkan

untuk pergi ke negeri lain agar keselamatan dari Allah dapat

disaksikan oleh orang lain dan kesaksian Abram tentang kasih

Allah diwujudkan dalam ketaatannya kepada perintah Allah.

Dalam kitab 1 Samuel 3:10 dikatakan “Berbicaralah, sebab

hambamu ini mendengar.” Ayat ini menegaskan respon Samuel

atas panggilan Tuhan kepada dirinya untuk menjadi utusan Tuhan

menyampaikan berita pembebasan bagi bangsa Israel dan hukuman

bagi imam Eli dan keluarganya. Samuel dipanggil Tuhan untuk

melaksanakan misi Allah, yaitu hukuman kepada keluarga Eli

karena dosa anak-anaknya dan Samuel menjadi nabi Israel.

Pemanggilan seseorang untuk menyampaikan nubuat dan berita

baik pembebasan maupun hukuman, merupakan cara Tuhan

melibatkan umatNya untuk melaksanakan misi Tuhan Allah bagi

dunia. Setiap panggilan Allah harus di terima atau direspon dengan

baik. Sebab jika ditolak ataupun diabaikan maka akan membawa

dampak baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.

Yunus dipanggil Tuhan ke kota Niniwe menyampaikan

hukuman Tuhan agar orang-orang Niniwe bertobat dan berbalik

kepada Tuhan (Yun. 1). Panggilan Tuhan kepada Yunus untuk


14

melaksanakan misi ke Niniwe dimaksudkan agar orang-orang

Niniwe bertobat dan tidak dibinasakan. Penolakan atas panggilan

dan perintah Tuhan bagi seseorang berdampak negatif karena

Tuhan akan menghukum dengan berbagai cara.19 Berdasarkan

uraian di atas sangat jelas bahwa dalam Perjanjian Lama misi Allah

telah dilaksanakan untuk memberitakan keselamatan dan berkat

dari Tuhan kepada semua manusia dan seluruh ciptaan. Allah

memanggil orang yang dianggap mampu untuk melakukan misi-

Nya agar keselamatan dari Allah dapat dilihat dan dialami orang

lain.

2. Misi dalam Perjanjian Baru

Injil Matius 28:18-20 menjadi dasar bagi umat Kristen

dalam melaksanakan misi bagi orang lain karena pada ayat tersebut

tersirat perintah untuk melanjutkan pelayanan Yesus Kristus

memberitakan Injil.20 Dalam Matius 28:18-20 dikatakan:

Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku telah


diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu
pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah
mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan
ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah
Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai
kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
Ayat ini memuat tiga perintah yang harus dilakukan oleh

para murid Yesus untuk melaksanakan pelayanan misi, yaitu,

pertama: menjadikan semua bangsa murid Yesus, kedua:


19
Yohanes Krismantyo Susanta, Mengenal Dunia Perjanjian Lama: Suatu Pengantar (Surakarta:
Kekata Publisher, 2018).
20
Veronika J. Elbers. Gereja Misioner, (Malang: Literatur SAAT, 2015), h. 1
15

membaptis orang-orang yang menerima Yesus Kristus dalam nama

Bapa, Anak dan Roh Kudus, dan yang ketiga: mengajarkan mereka

segala sesuatu yang telah diajarkan Yesus Kristus. Yesus telah

melaksanakan misi Allah, maka murid-murid pun harus melakukan

dan melanjutkan misi tersebut.

Sebelum Yesus naik ke sorga, Ia telah berkali-kali

melakukan pengutusan bagi murid-murid-Nya sebagai cara untuk

melatih para murid melaksanakan misi Allah agar mereka tahu dan

paham tentang tujuan Yesus datang kedalam dunia ini. Pengutusan

murid-murid kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel

untuk memberitakan Kerajaan Sorga sudah dekat dan dalam

pengutusan tersebut ada kuasa dan tugas yang diberikan, yaitu

menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati,

mentahirkan orang kusta dan mengusir setan-setan, sebab mereka

telah menerima dengan cuma-cuma, maka para murid juga harus

memberikan dengan cuma-cuma (Mat. 10:5-15). Ayat ini

menjelaskan Yesus mengutus dua belas murid atau rasul untuk

memberitakan Kerajaan Sorga.

Misi penyembuhan juga dilakukan oleh seorang yang

disembuhkan Yesus dari roh jahat di Gerasa dimana Yesus

mengutusnya kembali ke kampungnya untuk memberitakan

bagaimana Allah melakukan perbuatan yang besar kepadanya

(Mrk. 5:19-20). Pelayanan serupa dilakukan oleh Paulus ketika


16

suda bertobat dari kejahatannya mengejar dan membunuh pengikut

Yesus, Rasul Paulus melakukan pemberitaan Injil ke berbagai

daerah. Pemanggilan dan pengutusan Paulus terjadi di jalan

menuju Damsyik. Allah menyatakan bahwa Paulus adalah alat

pilihan-Nya untuk memberitakan Injil kepada orang-orang non-

Yahudi (Kis. 9:15).

Paulus dan Barnabas adalah misionaris yang dipanggil

khusus oleh Tuhan sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab Kisah

Para Rasul 13:1-3 bahwa:

Pada waktu itu dalam jemaat di Antiokhia ada beberapa


nabi dan pengajar, yaitu: Barnabas dan Simeon yang
disebut Niger, dan Lukius orang Kirene, dan Menahem
yang diasuh bersama dengan raja wilaya Herodes, dan
Saulus. Pada suatu ketika mereka beribadah kepada Tuhan
dan berpuasa, berkatalah Roh Kudus: “Khususkanlah
Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah
Kutentukan bagi mereka.” Maka berpuasa dan berdoalah
mereka, dan setelah meletakkan tangan ke atas kedua orang
itu, mereka membiarkan keduanya pergi.
Ayat ini menegaskan bahwa Allah memiliki cara untuk

memanggil secara khusus orang-orang yang akan dipakai dalam

pelayanan misi-Nya demi terwujudnya Kerajaan-Nya di bumi.

Paulus dan Barnabas adalah misionaris yang terkenal dan telah

membuat banyak orang bertobat dan menerima Injil dalam

pelayanannya.

Dalam kitab Kisah Para Rasul 1:8 dikatakan: “Tetapi kamu

akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan
17

kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea

dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” Dalam ayat ini ada tiga

hal yang ditekankan, yaitu penginjilan merupakan tugas bersaksi

tentang Yesus Kristus, penginjilan dijamin dan diteguhkan oleh

Roh Kudus dan penginjilan ditujukan kepada semua orang di bumi.

Kitab Kisah Para Rasul ini merupakan titik lanjut dari Amanat

Agung Tuhan Yesus Kristus.21 Allah telah memprakarsai

pemberitaan Injil, sebab itu Allah berdaulat sepenuhnya untuk

menyelamatkan manusia. Dalam kitab Efesus 2:8-10 dikatakan:

Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh karena


iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu
bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada yang memegahkan
diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus
Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan
Allah sebelumnya. Ia mau supaya kita hidup di dalamnya.
Ayat tersebut dengan jelas mengatakan bahwa karya

penyelamatan adalah karya Allah dan keselamatan diberikan

kepada manusia dengan anugerah dalam Yesus Kristus.

Keselamatan itu harus direspon memberitakan kebaikan Allah

kepada manusia.

Misi yang dilakukan oleh Gereja harus berpusat pada Yesus

Kristus sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab 1 Korintus 15: 1-

4 bahwa: “Dan sekarang, saudara-saudara, aku mengingatkan kamu

kepada Injil yang aku beritakan kepadamu dan yang kamu terima,

dan yang didalamnya kamu teguh berdiri. Oleh karena Injil itu
21
Y. Tomatala, Penginjilan Masa Kini, (Malang: Gandum Mas, 2004), h. 25
18

kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya, seperti

yang telah kuberitakan kepadamu – kecuali kalau kamu telah sia-

sia saja menjadi percaya. Sebab yang sangat penting telah

kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri,

ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai

dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah

dibangkitkan, pada hari yang ketiga sesuai dengan Kitab Suci.”

Dari ayat ini Paulus menekankan betapa pentingnya berpegang

teguh pada Injil Yesus Kristus yang telah berkorban bagi manusia.

Misi adalah tanggungjawab semua orang percaya kepada

Yesus Kristus sebagai respon atas karya keselamatan yang telah

diterimanya. Pemberitaan Injil tidak hanya dilakukan oleh orang-

orang profesional saja, tetapi kaum awam juga dapat

melaksanakannya sebagaimana dijelaskan dalam kitab Kisah Para

Rasul 11: 19-21, bahwa:

Sementara itu banyak saudara-saudara telah tersebar karena


penganiayaan yang timbul sesudah Stefanus dihukum mati.
Mereka tersebar sampai ke Fenesia, Siprus, dan
Anthiokhia; namun mereka memberitakan Injil kepada
orang Yahudi saja. Akan tetapi diantara mereka ada
beberapa orang Siprus dan orang Kirene yang tiba di
Anthiokhia dan berkata-kata juga kepada orang Yunani dan
memberitakan Injil, bahwa Yesus adalah Tuhan. Dan
tangan Tuhan menyertai mereka dan sejumlah besar orang
menjadi percaya dan berbalik kepada Tuhan.
Allah dalam menyatakan kuasa-Nya melalui tuntunan Roh

Kudus tidak memandang siapapun yang akan dipakainya


19

menyatakan misi-Nya dan siapapun yang dengan Iklas

memberitakan karyan-Nya di dalam dunia sesuai dengan ayat di

atas.

D. Pengertian, Sifat, dan Fungsi Gereja

1. Pengertian Gereja

Istilah Gereja berasal dari bahasa Portugis, “igreya”, yang jika

mengingat akan cara pemakaian sekarang adalah terjemahan dari

bahasa Yunani Kyriake, yang berarti menjadi milik Tuhan. Adapun

yang dimaksud milik Tuhan adalah orang-orang yang percaya kepada

Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnnya.22 Dalam buku

Harta Dalam Bejana karangan Th. van den End memberikan beberapa

arti kata mengenai gereja yaitu: kata gereja melalui kata Portugis

“igreja”, dari kata Yunani “ekklesia”, bahasa Inggris “church”,

sedangkan Belanda adalah “kerk”. Sementara itu dalam bahasa

Yunani ada satu kata lain yang berarti gereja, yaitu “kurakion”, berarti

rumah Tuhan.23

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata gereja diberi arti

gedung (rumah) tempat berdoa dan melakukan upacara agama

Kristen.24 Dalam Tata Dasar dan Tata Rumah Tanggga Gereja Toraja

Mamasa memberi arti Gereja adalah ciptaan Allah Tritunggal dalam

22
Harun Hadiwijono, Iman Kristen, (Jakarta: Gunung Mulia, 2007), h. 362
23
Th. van den End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: Gunung Mulia), h. 7
24
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1995), h. 313
20

rangka mewujudkan kehendak-Nya sebagaimana telah dinyatakan

secara sempurna melalui Yesus Kristus.25

Pengertian lain tentang gereja juga dikatakan oleh Calvin bahwa

gereja adalah sarana yang diberikan Allah kepada orang-orang percaya

yang lemah untuk membina dan memelihara mereka dalam iman.26

Sarana sebagai pemberian Allah sekali-kali tidak boleh diremehkan

manusia, seakan-akan manusia mampu memelihara diri sendiri dalam

kebenaran iman. Johanis Calvin juga mengungkapkan bahwa gereja

yang kita percaya dalam Pengakuan Iman Rasuli bukan hanya yang

kelihatan tetapi semua orang pilihan Allah, termasuk orang yang sudah

mati.27 Arti semua umat pilihan Allah bertalian dalam Kristus, dibawa

satu kepala bahkan berpadu menjadi satu tubuh. Dengan demikian

gereja dalam arti yang sebenarnya yaitu ibu yang membina dan

memelihara anak-anaknya dalam iman bukan sesuatu yang dapat

dilihat atau ditunjuk begitu saja. Yang dapat dilihat adalah

persekutuan-persekutuan orang-orang lemah yang lain dan kesetiaan

kepada Firman Allah yang menentukan sampai sejauh mana gereja-

gereja yang kelihatan betul-betul gereja yang diakui dalam Pengakuan

Iman Rasuli.28

25
Badan Pekerja Majelis Sinode Gereja Toraja Mamasa, Tata Dasar dan Tata Rumah
Tangga Gereja Toraja Mamasa, (2016), h. 1
26
Christian de Jong, Apa itu Calvinisme?, (Jakarta: Gunung Mulia,2001), h. 99
27
Yohanes Calvin, Institutio: Pengajaran Agama Kristen, (Jakarta: Gunung Mulia,
2009), h. 226
28
Ibid, h. 99
21

Chr. De Jong dan Jan S. Aritonang mendefinisikan gereja dari

beberapa segi yaitu segi objektif gereja merupakan tempat dimana

manusia bertemu dengan keselamatan yang diberikan kepada Allah

melalui Yesus Kristus atau gereja adalah suatu lembaga atau institusi

yang mengantar keselamatan kepada manusia. Dari Segi subjektif

gereja didefinisikan sebagai persekutuan orang-orang percaya yang

ingin beribadah kepada Allah atau gereja merupakan ungkapan iman

orang-orang percaya yang ingin beribadah kepada Allah atau gereja

merupakan ungkapan iman orang-orang percaya, persekutuan yang

dibentuk manusia untuk bersama-sama berrtumbuh dalam iman dan

untuk menyebarkan Injil Yesus Kristus sehingga bangsa Allah di dunia

semakin besar. Sedangkan segi apostolik merupakan jembatan antara

Allah dan orang percaya tetapi juga jembatan antara Allah dan dunia

atau gereja adalah persekutuan orang percaya yang diutus untuk

mengantar keselamatan Allah ke seluruh penjuru dunia.29

Dari beberapa definisi tentang gereja di atas dapat disimpulkan

bahwa gereja adalah persekutuan umat percaya yang dipanggil oleh

Allah untuk memberitakan kerajaanNya di muka bumi. Oleh karena itu

gereja perlu membangun persekutuan untuk bersama-sama bertumbuh

dalam iman kepada Yesus Kristus.

2. Sifat Gereja

a. Gereja adalah kudus

29
22

Kata kudus berarti disendirikan, diasingkan. Kata ini dapat

diterapkan terhadap barang-barang, tetapi juga terhadap manusia.

Pengudusan atau pengasingan itu diarahkan kepada suatu tujuan

tertentu (bnd. Bil. 16:4).30 Jadi Gereja harus menampakkan hidup

baru di tengah-tengah dunia ini. Perbuatan-perbuatan Gereja harus

secara jelas dapat dilihat oleh orang lain. Sehingga Gereja menjadi

berkat.

b. Gereja adalah am

Kata yang diterjemahkan dengan “am” adalah khatolikus, yang

artinya umum.31 Dalam kata “am” tidak pernah dihubungkan

dengan Gereja. Namun diluar Alkitab kata “am” berarti umum

sebagai lawan dari tersendiri, setempat, dan sebagian. Dalam kata

katholikus terkandung gagasan tentang keleluasaan tertentu dan

ruang.32 Sifat am gereja mengandung pernyataan, bahwa

keselamatan Allah bukanlah hanya diperuntukkan bagi gereja saja,

akan tetapi diperuntukkan bagi seluruh dunia (Yoh. 3:16), dan

bahwa yang didamaikan dengan Allah oleh Kristus bukan hanya

gereja saja melainkan juga dunia (2 Kor. 5:19), dan bahwa Allah di

dalam Kristus adalah Juruselamat dunia (1 Tim. 4:10), dan bahwa

yang didamaikan adalah segala sesuatu, baik yang di bumi,

maupun yang sorga (Kol. 1:20).33

30
Harun Hadiwijino, Iman Kristen, (Jakarta : Gunung Mulia, 2012), h. 375
31
Chr. de Jong, Jan. S. Aristonang, Apa dan Bagaimana Gereja: Pengantar Sejarah
Ekklesiologi, (Jakarta: Gunung Mulia, 2003), h.376
32
Ibid Harun Hadiwijino, h. 378
33
Ibid, h. 380
23

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sifat

gereja yang am berkaitan dengan tugasnya untuk memasyurkan

Injil. Gereja tidak terikat kepada suatu zaman tetapi sepanjang

segala masa.

c. Gereja adalah satu

Dalam Yohanes 17:20-21 Tuhan Yesus berdoa, supaya semua

orang milikNya menjadi satu, sama seperti Bapa berada di dalam

Anak dan Anak di dalam Bapa. Hal itu dimaksud supaya dunia

percaya, bahwa Bapalah yang telah mengutus Anak. Jelaslah

bahwa doa Kristus yang mengenai kesatuan Gereja ini dikaitkan

dengan suatu tujuan khusus, yaitu supaya dunia percaya, bahwa

“Engkaulah yang mengutus Aku” (Yoh.17:21).

3. Fungsi Gereja

a. Gereja sebagai Persekutuan

Gereja adalah persekutuan orang percaya yang dipanggil oleh

Allah dan diutus untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia, ini

merupakan hakikat gereja. Gereja juga dikenal sebagai suatu

organisme yang senantiasa tumbuh dan berkembang. Gereja

sebagai persekutuan sekaligus sebagai suatu organisme pada saat

ini merupakan wujud atau hasil perkembangan dari jemaat Kristen

mula-mula (Kis. 2:41-47) yang lahir dari sebuah gerakan sosial


34
keagamaan yang dipelopori oleh Yesus . Dimulai dari gerakan

34
Gerd Theissen, Gerakan Yesus, Sebuah Pemahaman Sosiologis Tentang Jemaat
Kristen Perdana, (Ledalero: Maumere, 2005), hal. 1-2
24

sosial keagamaan hingga kepada sebuah jemaat kristen perdana,

yang kemudian melalui perjalanan panjang berabad-abad

persekutuan orang-orang percaya ini mengalami perkembangan

hingga berbentuk gereja seperti pada sekarang ini.

b. Gereja sebagai organisme.

Gereja sebagai organisme yang hidup merupakan karya Roh

Kudus yang juga melibatkan peran serta orang-orang percaya.

Keberadaan gereja juga dipahami sebagai bagian dari dunia bagian

dari zaman yang berkembang, bagian dari suatu tempat di mana ia

berada, dan bagian dari masyarakat dunia, hal-hal ini disebut juga

dengan konteks. Gereja sebagai organisme yang hidup tidak bisa

terlepas dari konteks, artinya gereja akan dapat terus hidup apabila

gereja terus merespon konteksnya. Gereja perlu berdialog dengan

konteksnya, karena konteks senantiasa berubah. Dengan demikian

gereja dituntut untuk selalu dinamis menyikapi perubahan-

perubahan yang ada. Hal ini bertujuan agar gereja dapat

menghadirkan damai sejahtera dari Allah kepada dunia. Perubahan

zaman serta perkembangan pemikiran manusia turut menjadi

bagian historis dari perjalanan panjang gereja. Berbagai pemikiran

tentang gereja muncul dan berkembang pada masa lalu membentuk

suatu sejarah yang mengandung nilai-nilai teologis yang berguna

bagi keberadaan gereja pada masa sekarang. Oleh karena itu gereja

tidak mungkin akan bertahan tanpa adanya perubahan, karena bila


25

gereja tidak melakukan perubahan-perubahan, maka itu sama

artinya bahwa gereja bersifat defensif yakni mempertahankan diri

dalam bentuk lama dan terjebak pada sikap konservatif yang

tertutup pada perubahan35.

E. Gereja dan Misi

Misi gereja adalah kegiatan-kegiatan gerejawi yang dilaksanakan

untuk mencapai cita-cita yang dinyatakan oleh Yesus, yaitu “agar tidak

ada kawanan domba yang terhilang, agar semuanya diselamatkan dan

semuanya menjadi satu”.36

Ketika Tuhan Yesus menyelesaikan tugas-Nya di dunia ini, Ia dan

murid-murid beserta pengikut-Nya kemudian berkumpul di suatu bukit

yang disebut bukit Zaitun dan memberikan tugas yang cukup berat kepada

pengikut-pengikut-Nya, “Jadikanlah semua bangsa murid-Ku, beritakanlah

Injil ke seluruh bumi (band Mat. 28:18-20; Mrk. 16;15; Luk. 24:27-48;

Yoh. 17:18; 20:21; Kis. 1:8). Keterpanggilan gereja dalam dunia ini

merupakan tugas atau amanat agung dalam mengemban tugas dan

pelayanan.37 Gereja harus mampu menjalankan visi dan misi dari Allah

kepada dunia. Gereja mewujudkan Injil di antara suku dan bangsa secara

efektif dan menarik perhatian orang serta meyakinkan, mengumpulkan

orang-orang percaya dan membentuk persekutuan atau jemaat, mendidik

atau menuntun ke iman yang kokoh, melatih jemaat dalam hal pekabaran
35
Eka Darmaputera, “Menuju Teologi Kontekstual di Indonesia”, dalam Konteks
Berteologi di Indonesia, ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1988), hal 8-9
36
Proyek Pembinaan Calon Tenaga Kependidikan, Agama Kristen,(Jakarta: Sekretariat
Jenderal Departement Agama RI, 2003 ), h. 14.
37
Harun Hadiwijono, Iman Kristen, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), h. 50
26

Injil serta mengajarkan amanat Yesus kepada setiap jemaat supaya siap

untuk diutus menjadi duta-duta Kristus ke seluruh dunia.

1. Marturia (Kesaksian)

Sebagai umat pilihan Allah adalah wajib memberitakan kepada orang

lain segala perbuatan Tuhan yang telah memanggil kita kepada-Nya

(Band. 1 Ptr.2:9-10). Bersaksi adalah sesuatu yang wajib bagi umat

ketebusan Allah, memberi kesaksian teradap orang lain atas segala

sesuatu yang Tuhan nyatakan dalam kehidupan gereja.38 Oleh karena

itu dalam mengemban tugas dan tanggung jawab sebagai umat pilihan

sudah seharusnya menampakkan wujud dari panggilan tersebut dalam

kehidupan sehari-hari, melalui sikap hidup, tutur kata serta seluruh

aspek kehidupannya. Dengan demikian gereja adalah saksi kristus di

tengah-tengah dunia.

2. Koinonia (Persekutuan)

Dalam kehidupan beriman gereja, tidaklah efektif bila tidak disertai

dengan kehidupan dalam persekutuan, karena dalam bersekutu

hubungan dengan sesama semakin dibangun, hubungan sosial menjadi

baik ketika aktif dalam persekutuan.39 Umat pilihan yang yang telah

dipersatukan dalam Kristus hendaknya saling memperhatikan satu

sama lain sebagaimana Kristus telah mempersatukan jemaat-Nya.

Saling memperhatikan dalam artian bahwa gereja yang telah

dipersatukan tersebut hendaknya saling mendukung, saling

38
Eli Tanya, Gereja dan PAK, (Jakarta: Agiamedia, 1999), h. 10.
39
Ibid, h. 11
27

memberikan motivasi, saling memberikan pengharapan serta saling

meguatkan dalam menjalani kehidupan ini.

3. Diakonia (Pelayanan)

Secara harafia kata “diakonia” berarti memberi pertolongan atau

pelayanan.40 Kalau diartikan secara luas, diakonia berarti semua

pekerjaan yang dilakukan dalam pelayanan bagi Kristus dalam jemaat,

untuk membangun dan memperluas jemaat oleh mereka yang

dipanggil sebagai pejabat dan oleh anggota jemaat biasa. Serta

diakonia dalam artian yang khusus yaitu memberikan bantuan kepada

semua orang yang mengalami kesulitan dalam kehidupan masyarakat.41

Sebagaimana yang dikatakan Yesus bahwa “Anak Manusia tidak

datang untuk dilayani melainkan untuk melayani,” begitupun Gereja

hadir di tengah-tengah dunia ini. Artinya bahwa kehadiran gereja di

dunia ini bukan untuk menjadi pengemis atau minta dilayani

melainkan melayani. Gereja harus tanggap melihat realita yang terjadi,

prihatin, dan kepedulian terhadap orang lain yang membutuhkan

bantuan. Tampil dalam pelayanan sebagai wujud pelayanannya dan

wajud iman kepada Tuhan.

4. Pengajaran

Misi pengajaran dengan jelas disampaikan Yesus, bahwa “Ajarlah

mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan

kepadamu” (Mat. 28:20). Misi ini diamanatkan kepada semua orang

40
A. Noordegraaf, Orientasi Diakonia Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), h. 2
41
Ibid, h. 5.
28

tanpa memandang siapapun, diamanatkan untuk mengajarkan ajaran

Yesus. Oleh sebab itu dianjurkan untuk belajar dengan baik agar

mengajarkan yang baik pula.42

42
Proyek Pembinaan Calon Tenaga Kependidikan, Op. Cit, h. 15.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu metode

penelitian kualitatif. Menurut Hamid Patilima, metode penelitian kualitatif

adalah proses penyidikan untuk melihat masalah yang terjadi.43

Metode penelitian kualitatif adalah cara yang digunakan untuk

menggambarkan dan menguraikan hal-hal yang di teliti secara rinci.

Metode penelitian kualitatif percaya bahwa kebenaran adalah dinamis dan

dapat ditemukan hanya dengan penelaan terhadap orang-orang melalui

interaksinya dengan situasi sosial.

B. Narasumber

Sesuai dengan topik yang hendak diteliti, maka yang menjadi

informan/narasumber dalam penelitian ini adalah warga Gereja Toraja

Mamasa, Klasis Sesenapadang I Timur.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi yang penulis pilih untuk melakukan penelitian adalah Gereja

Toraja Mamasa, Klasis Sesenapadang I Timur yang terletak di desa

Orobua Timur, Kecamatan Sesenapadang, Kabupaten Mamasa. Penulis

memilih Gereja Toraja Mamasa Klasis Sesenapadang I Timur bukan tanpa

alasan, melainkan karena penulis sendiri lahir dan besar di lingkungan ini.

Penulis juga menemukan beberapa hal yang menjadi persolan yang

43
Hamid Patilima, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2011), h.1-3
30

dialami oleh jemaat mengenai “Misi Gereja”. Waktu penelitian adalah

sepanjang bulan Juli.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data-data, teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Studi Kepustakaan

Dalam kepustaakaan ini, penulis mencari data dan informasi yang

berhubungan dengan masalah yang dikaji dalam hal ini penulis

menggunakan sumber berupa buku-buku referensi, artikel-artikel yang

bisa membantu sehubungan dengan topik yang dikaji serta bahan-

bahan lain (internet).

2. Wawancara

Wawancara adalah suatu cara yang digunakan oleh penulis dalam

pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi yang

langsung dari sumber. Wawancara digunakan untuk mengetahui secara

langsung hal-hal dari responden secara mendalam sehubungan dengan

topik yang dikaji. 44

3. Observasi

Menurut Sutrisno Hadi, observasi diartikan sebagai pengamatan

dan pencatatan secara sistematik terhadap suatu gejala yang tampak

pada objek penelitian45. Maka dapat disimpulkan bahwa observasi

44
Riduwan, Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2012),
hal. 29
Andi Prastowo, Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian Kulitatif,
45

(Jogjakarta: DIVA Press, 2010), hal.27


31

merupakan suatu teknik yang digunakan untuk memperoleh suatu

informasi dan pengetahuan melalui pengamatan secara langsung di

lapangan.

E. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh di lokasi penelitian merupakan data yang masih

mentah, oleh karena itu masih perlu proses untuk mengolahnya sehingga

dapat menjadi data atau informasi yang pasti. Pengolahan data inilah yang

disebut analisis data. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan

sejak sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan, dan setelah selesai

di lapangan46. Berikut teknik analisis data yang digunakan ialah:

1. Data reduction (reduksi data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya47.

Dalam hal ini penulis memilih data penting yang berkaitan dengan

masalah yang dikaji dengan cara mengumpulkan semua pertanyaaan

sehubungan dengan masalah yang akan diteliti di lapangan dan

mengumpulkan data melalui observasi dan wawancara.

2. Analisis Data

Menurut Sugiyono analisis data adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,

catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan

data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam beberapa unit,

46
Ibid, hal. 89
47
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2012) hal. 92
32

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan hingga

midah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain48.

3. Interpretasi Data

Interpretasi data adalah pemberian kesan, pendapat, atau

pandangan teoritis terhadap sesuatu. Dalam hal ini interpretasi

dimaksudkan untuk memberi kesan terhadap temuan penelitian 49.

48
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2009), hal.
244
49
Nana Syaodin Sukma Dinata, Tuntunan Penulisan Karya Ilmiah, (Bandung: Sinar
Baru Alegensindo, 2009), hal. 288-289
BAB IV

PEMAPARAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Gereja Toraja Mamasa

1. Keadaan Mamasa Sebelum Masuknya Injil

Pada zaman dahulu hampir seluruh daerah Toraja Barat merupakan

persekutuan yang disebut “Kondosapata’ Uai Sapalelean”, artinya

“sawah yang sangat luas dalam satu pematang dan airnya merata ke

semua bagian”. Ini merupakan lambang persatuan dan kesatuan

masyarakatnya dalam suatu hukum adat yang berdiri sendiri.

Sebelum pemerintahan Belanda datang ke Toraja Barat, daerah itu

memiliki pemerintahan tradisional hadat-hadat yang tergabung dalam

hukum hadat tersendiri dengan adanya Hukum Adat Pitu Ulunna Salu

(Tujuh sumber sungai; yang dimaksud tujuh kepala hadat). Pemimpin

peraturan adat diberi gelar indo’na lembang (penguasa daerah).

Mereka memiliki tugas dan fungsi masing-masing. Segala sesuatu

diselesaikan berdasarkan musyawarah.50

Orang Mamasa sebagian masih ada yang mempraktekkan tradisi

dari agama tradisional leluhur mereka, yang disebut "Ada'

Mappurondo" atau "Aluk Tomatua". Tradisi agama tradisional ini tetap

terpelihara dan terus terwariskan ke generasi berikutnya. Tradisi dari

Ada 'Mappurondo ini dilaksanakan terutama setelah panen padi

berakhir, sebagai ucapan syukur atas hasil panen mereka. Ada satu

50
W.A. Van der Klis, Datanglah Kerajaan-Mu, (Rantepao: Sulo, 2017), h 15
34

tradisi dari agama tradisionl suku Mamasa, yang unik dan mungkin

tidak ada di daerah lain, yaitu tradisi penguburan orang yang telah

mati, tapi dengan membuat sang jenazah berjalan dengan sendirinya

menuju kuburan yang telah disiapkan. Mereka percaya bahwa semua

mayat dari sebuah keluarga atau kerabat akan berada di tempat yang

sama dalam kehidupan sesudahnya.51

Dalam kebudayaan Toraja Barat terdapat empat tingkat atau

golongan sosial dalam masyarakat yaitu:

a. Tana’ Bulawan “golongan emas” yaitu golongan bangsawan

tinggi.

b. Tana’ Bassi “golongan besi” yaitu golongan bangsawan biasa.

c. Tana’ Karurung yaitu golongan masyarakat biasa atau merdeka”.

d. Tana’ Koa-koa yaitu golongan hamba, yang terdiri dari: Sabua’

garonto yaitu mereka yang hamba sejak lahir, karena nenek

moyangnya yang pertama datang di dunia ini sebagai hamba,

Todirappa yaitu orang ditangkap pada waktu perang dan

toma’indan yaitu orang yang tidak mampu membayar utangnya.

Hubungan antara agama dan adat sangat penting, bahkan adat

adalah bagian agama. Agama Toraja Barat dinamai aluk toyolo, aluk to

dolo, aluk tomatua atau aluk Mappurondo. Arti kata aluk ialah

51
Th, Van Den End. “Ragi Carita 2: Sejarah Gereja Di Indonesia”, (Jakarta: Bpk.
Gunung Mulia, 2009), h 168
35

peraturan yang harus dipatuhi oleh rakyat. Peraturan itu disebut pemali

appa’ randanna (empat tepi)52. Keempat bagian tersebut yang yang

harus diikuti setiap manusia adalah:

a. Pa’bannetauan yaitu upacara-upacara perkawinan yang

dilaksanakan sesudah masa pa’bisuan. Dalam pelaksaan

perkawianan ini dtempuh beberapa tingkatan:

1) Mangusik yaitu utusan dari pihak laki-laki menghubungi

keluarga perempuan terdekat yang hendak dipinang.

2) Ma’randang yaitu baik keluarga perempuan maupun keluarga

laki-laki hadir untuk menadapatkan kata sepakat keluarga

wanita secara resmi.

3) Ma’somba yaitu perkawinan dengan biasanya memotong

hewan menurut tingkat derajat kedua belah pihak.

b. Pa’bisuan yaitu upacara-upacara penyembahan dewa di langit,

dewa-dewa yang tinggal di tempat lain, dan roh-roh (nenek

moyang) berhubung dengan hal-hal yang menguntungkan. Acara

ini dilaksanakan setelah acara pa’tomatean.

c. Pa’totiboyongan yaitu larangan upacara-upacara untuk padi. Hasil

padi tergantung dari bagaimana perhatian kepada pemali itu.

d. Pa’tomatean yaitu upacara-upacara kematian, upacara ini

dilaksanakan sesuadah masa Pa’totiboyongan.

2. Usaha-Usaha Pekabaran Injil di Mamasa

52
Ibid. h 168
36

Pada tanggal 25 mei 1907 Untuk pertama kalinya belanda masuk

ke daerah Mamasa. Kemudian pada tanggal 2 oktober 1913 secara 

resmi injil masuk Mamasa yang di bawah oleh INDISCHE KERK,

selanjutnya 16 Januari 1929 gedung gereja pertama di bangun di

kampung Tawalian.53 

Pada tahun 1913 sebagian besar Tana Toraja diserahkan kepada

badan PI Gereformeerde Zendingsbond (GZB). Tetapi GZB belum

mampu bekerja di Toraja Barat. Sebab itu diserahkan kepada GPI di

Makassar untuk menangani pekerjaan di daerah Toraja Barat. Pada

tanggal 3 Januari 1913 dibuka sekolah di Mamasa. Pada bulan-bulan

pertama tahun 1913 dibuka juga sekolah Messawa dan Nosu, dan pada

bulan Oktober-November 1913 di Pakin, Rante Walian dan Orobua.

Pada bulan Oktober 1913 Kyftenbelt mengunjungi beberapa distrik

di Toraja Barat. Tanggal 12 Oktober 1913 dianggap sebagai tanggal

Injil masuk Mamasa secara resmi. Pada hari itu Kyftenbelt untuk

pertama kalinya membawa kabar baik kepada rakyat Toraja Barat dan

mengadakan baptisan. Ia membaptiskan delapan puluh orang di

Mamasa dan Messawa. Pada tahun-tahun berikutnya banyak orang

dibaptis.

Pada tahun 1914 pemerintah memberi izin kepada GPI untuk

menjadikan Mamasa daerah pelayanan seorang pendeta bantu dan

53
Ibid. h 168
37

untuk membuka sekolah-sekolah. Pendeta bantu adalah pangkat yang

terdapat hanya dalam lingkungan GPI.

Pada tahun 1919 tugas komisi pekabaran Injil diambil alih oleh

Deputaten voor de Buitenlandse Zending (Deputaten ZCGK,

Deputat/komisi untuk urusan PI di luar negeri). Usaha PI CGK dalam

Bahasa Belanda disebut: Zending van de Christelijke Gereformeerde

Kerk (ZCGK). Pada rapat Deputaten ZCGK tanggal 22 April 1926

atas usul sekertaris Deputaten, pendeta J. Jongeleen, diputuskan untuk

memanggil mahasiswa teologia A. Bikker menjadi pendeta missioner.

Pada tanggal 15 September 1927 Bikker lulus ujian klasis dan

diizinkan menjadi pendeta.

Pada bulan Desember 1928 Badan Pengurus GPI mengambil

keputusan yang definitif tentang penyerahan “Mamasa” kepada

ZCGK. Setelah mendapat informasi setempat, Van den Wijngaard

berpendapat sebaiknya seluruuh pelayanan daerah Mamasa diserahkan

kepada CGK. Badan pengurus GPI setuju dengan pendapat itu,

sehingga mereka menasihatkan pemerintah untuk menyerahkan

pelayanan daerah Mamasa kepada CGK. Bersama-sama Van den

Wijngaard dan Bikker mengurus penyerahan. Penyerahan itu

dicantumkan dalam “Memori Serah Terima”. Tanggal 1 Januari 1928

ditentukan sebagai tanggal penyerahan yang resmi. Daerah pelayanan

yang diserahkan kepada ZCGK meliputi Afdeling Mandar dan

Afdeling Pare-pare.
38

3. Proses Pemandirian GTM

Sebelum pendudukan Jepang, proses memandirikan Gereja di

Toraja Barat sudah dimulai, dengan melantik para majelis dan

membentuk klasis dan (Photo) Sinode pertama. Sesudah perang proses

memandirikan Gereja di Toraja Barat berlangsung terus. Voorlopige

Synode (Photo-sinode) yang kedua diadakan pada tanggal 4-7 Juni

1947 di Mala’bo’. Menurut Notulen itu, Geleijnse sebagai ketua,

Mangoli sebagai sekertaris. Pilon, Pattikayhatu, Bombong dan enam

guru Injil menjadi penasihat.

Sebenarnya Sinode Mala’bo’ tahun 1947 merupakan semacam

sinode wilayah. Namun, Voorlopige Synode tahun 1947 dapat

dianggap sebagai permulaan terbentuknya Gereja Toraja Mamasa

sebagai gereja mandiri. Sebab rencana penatua tidak jadi Gereja

Kristen Mamasa dan Gereja Kristen Toraja tidak bergabung menjadi

satu Gereja. Penggabungan itu tidak jadi terutama karena perasaan

regional dan situasi geografis.

Pada tanggal 15 dan 16 Agustus 1949 diadakan Sinode Partikulir

(Sinode Wilayah) di Mamasa. Sidang diadakan di gedung gereja di

Mamasa. Sinode memilih hal-hal yang perlu dalam memandirikan

Gereja. Tetapi sama seperti pada tahun 1941-1945, dalam jangka

beberapa tahun Gereja di Toraja Barat akan mengalami masa yang

sangat sulit dalam pemandirian Gereja.


39

Pada tanggal 7 Juni 1947, GTM berdiri secara resmi sebagai

lembaga gereja di Minake. Sampai sekarang GTM telah melayani

jemaat yang berjumlah kurang lebih 450 orang dan memiliki tenaga

pendeta lebih dari 200 orang, serta 64 klasis yang tersebar mulai dari

pelosok daerah sampai ke ibu kota Jakarta. Tahun 1947-Sekarang,

Gereja Toraja Mamasa ditetapkan menjadi sebuah gereja lokal yang

berdiri sendiri pada tanggal 7 Juni 1947 dalam sidang Sinode yang

pertama di Minake, Tanduk Kalua, Mamasa Minake, Malabo. Gereja

Toraja Mamasa tersebar dalam 65 Klasis dan 532 Jemaat dan Cabang

Kebaktian. Jumlah anggota jemaat secara keseluruhan diperkirakan

125.000 orang.54

B. Selayang Pandang Gereja Toraja Mamasa, Klasis Sesenapadang I

Timur.

Penelitian yang dilakukan oleh penulis tentang pemahaman

terhadap tanggungjawab misioner Gereja Toraja Mamasa, Klasis

Sesenapadang I Timur. Peneliti memilih Gereja Toraja Mamasa, Klasis

Sesenapadang I Timur bukan tanpa alasan. Alasan memilih lokasi

penelitian adalah penulis sendiri lahir dan besar dalam lingkungan ini.

Penulis melihat dan mengalami sendiri, bagaimana kondisi kehidupan

warga jemaat dalam menanggapi tugas misisoner mereka. Gereja Toraja

Mamasa, Klasis Sesenapadang I Timur berdiri sejak 11 September 1992

54
Ibid. h 169
40

dan sampai saat ini telah memiliki 5 jemaat, yaitu jemaat Pongko’, Jemaat

Minanga, jemaat Sepang, jemaat Tandiallo, dan jemaat Kalvari.

C. Pemaparan Hasil Penelitian

1. Pemahaman Warga Gereja mengenai tugas misioner Gereja

Tugas misioner gereja adalah tugas perutusan untuk memberitakan

Injil yang diberikan kepada seseorang untuk melakukan

tanggungjawab mewartakan kabar sukacita55. Tujuan dari tugas

misioner didalamnya tercakup tujuan dari gereja itu sendiri ada di

tengah-tengah dunia. Dapat juga dikatakan bahwa kata tujuan dengan

misioner gereja adalah sama. Artinya bahwa gereja yang bermisi

adalah gereja yang memiliki tujuan. Gereja yang misioner adalah

gereja yang bertumbuh sesuai dengan amanat Firman Tuhan dengan

kata lain bahwa landasan gereja adalah Firman Tuhan. Gereja yang ada

harus mengamalkan kasih.56 Ada tiga tugas misioner Gereja yaitu

bersaksi, bersekutu dan melayani.57 Misioner juga berarti

tanggungjawab yang besar bagi gereja untuk memberitakan Injil.

Keterpanggilan menjangkau jiwa-jiwa.58 Misi juga berarti menjangkau

setiap orang untuk masuk ke dalam persekutuan yang hidupnya akan

menjadi keteladanan seperti lewat perkataan, perbuatan atau tindakan.

Misi Kristus adalah sebuah keharusan yang bersifat Urgen dan

55
Hasil wawancara dengan Pdt. Damaris Papalangi’ S.Th, Sepang, 21 Juli 2019
56
Hasil wawancara dengan Pdt. Nelwan S.Th, Tandiallo, 22 Juli 2019
57
Hasil wawancara dengan Pnt. Petrus, Tandioallo, 22 Juli 2019
58
Hasil wawancara dengan Pnt. Yulius Buntu Gayang, S.Th, Bue, 22 Juli 2019
41

mendesak.59 Tugas Misi gereja harus dilakukan sebagai tanggungjawab

orang percaya kepada Tuhan.60

2. Interpretasi Warga Gereja tentang pentingnya Misi

Misi sangatlah penting karena merupakan Amanat Agung Yesus

Kristus yang langsung disampaikan kepada murid-murid-Nya. 61

Sebagai ucapan terima kasih atas karya Kristus kepada umat-Nya

adalah dengan melakukan pekerjaan-Nya.62 Tanpa melakukan tugas

tanggungjawab misioner gereja maka gereja tersebut tidak berjalan

dengan baik.63 Agar semakin banyak orang yang mengenal Kristus

secara pribadi serta iman jemaat semakin bertumbuh.64

3. Tanggapan Warga Gereja terhadap tugas Misioner

Sebagai orang yang telah diselamatkan maka tugas yang harus

diemban adalah menyampaikan Injil kepada orang lain.65 Memberikan

pemahaman kepada warga jemaat tentang tugas panggilan gereja,

yakni bersaksi, bersekutu dan melayani. 66 Menunjukkan keteladanan

melalui sikap hidup dan membina keakraban dengan warga jemaat,

serta memberikan pemahaman kepada warga jemaat tantang makna

hidup menurut pandangan Allah bahwa hidup ini sangat bermakna di

mata Tuhan sebagai gambar dan rupa Allah ditengah dunia ini yang

59
Hasil wawancara dengan Pdt. Paulus D S.Th, Bue, 23 Juli 2019
60
Hasil wawancara dengan Joni , Minanga , 23 Juli 2019
61
Wawancara dengan semua responden, Sesenapadang, 22 Juli 2019
62
Hasil wawancara dengan Pdt. Paulus D. S.Th., Bue, 23 Juli 2019
63
Wawancara dengan Soleman Demmagau’, Mamasa, 26 Juli 2019
64
Wawancara dengan Phileps Papalangi’, Minanga, 26 Juli 2019
65
Wawancara dengan semua Responden, Mamasa, 25 juli 2019
66
Wawancara dengan sebagian Responden, Sesenapadang, 25 Juli 2019
42

berlandaskan Firman-Nya di dalam Alkitab.67 Hal lain yang

diuangkapkan oleh Soleman bahwa hidup ini harus menjadi berkat

bagi orang lain.68

4. Interpretasi Warga gereja mengenai Amanat Agung dalam kitab

Matius 28: 19-20

Ayat tersebut merupakan sebuah perintah untuk menjangkau setiap

orang supaya memahami tentang keselamatan yang dianugerahkan

oleh Yesus Kristus.69 Tugas yang besar yang harus dilaksanakan

karena Yesus telah menetapkan. Inilah yang menjadi tugas misi gereja

yang sesungguhnya untuk memberitakan kepada dunia Injil dan berita

keselamatan yang sesungguhnya.70 Tidak perlu takut dan kuatir untuk

bersaksi tentang Yesus Kristus sebab Dia akan menolong dan

memampukan.71 Tugas ini harus disampaikna kepada seluruh bangsa

tanpa memilih-milih dan juga merupakan tugas semua orang percaya

tanpa pengecualian.72

5. Strategi Misi yang dilakukan oleh Gereja selama ini.

Beberapa strategi yang yang didapatkan oleh penulis dalam hasil

wawancara dengan semua responden yang digunakan oleh klasis

Sesenapadang I Timur sampai saat ini:73

67
Wawancara dengan Pdt. Nelwan, S.Th., Tandiallo, 22 Juli 2019
68
Wawancara dengan Soleman, Pongko’, 28 Juli 2019
69
Wawancara dengan Demmanapa’, Pongko’, 29 Juli 2019
70
Wawancara dengan Yulius Buntugayang, Bue, 22 Juli 2019
71
Wawancara dengan Petrus, Tandiallo, 23 Juli 2019
72
Wawancara dengan Phileps Papalangi’, Minanga, 26 Juli 2019
73
Wawancara dengan semua responden, Mamasa, 29 Juli 2019
43

a. Melaksanakan pelatihan bagi majelis mengenai tugas hamba Tuhan

dan materi disampaikan dari sinode.

b. Mengirim atau mengutus pendeta mengikuti pelatihan di sinode.

c. Mengadakan pembinaan dan pelatihan bagi kaum bapak dengan

materi mengenai pelayanan dan pertumbuhan ekonomi.

d. Mengadakan penelaan dan pemahaman Alkitab bagi majelis dan

anggota jemaat.

e. Melaksanakan ibadah rumah tangga, perkunjugan, pelayanan

diakonia, dan peringatan hari raya Gerejawi.

f. Mengadakan pelatihan musik gerejawi bagi kaum muda.

6. Interpretasi pemberitaan firman Tuhan seputar tema tugas dan

tanggungjawab misioner Gereja.

Jawaban yang diperoleh oleh penulis dari semua responden

mengatakan bahwa jika di presentasikan maka pemberitaan firman

Tuhan yang menyangkut tema tanggungjawab misioner gereja maka

kurang dari 50% karena menggunakan bahan khotbah seragam se-

GTM. Tetapi dalam setiap khotbah selalu ada ajakan kepada warga

jemaat untuk tetap hidup menurut firman Tuhan.74

D. Analisis Data

Gereja Toraja Mamasa memahami misi Gereja masih sangat utuh

dimana Gereja Toraja Mamasa memandang bahwa misi Gereja adalah

semua aktivitas Gereja, dan Injil harus disampaikan kepada semua orang

74
Wawancara dengan semua Responden, Sesenapadang, 29 Juli 2019
44

sebab inti Injil adalah Yesus Kristus. Dan Gereja Toraja Mamasa tidak

memandang misi hanya sebagai perbuatan sosial atau kegiatan-kegiatan

sosial semata tetapi sebaliknya Gereja Toraja Mamasa juga memahami

bahwa Injil menjadi sangat penting sebab meskipun orang telah

diselamatkan secara finansial tetapi juga harus berjumpa atau mengenal

Juruselamatnya secara pribadi. Kegiatan-kegiatan seperti pemberantasan

kemiskinan, pelatihan-pelatihan untuk peningkatan ekonomi jemaat,

pelatihan tentang keterampilan, kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan,

membentuk tim EE (evangelism eksplotian) dan mengadakan pelatihan

penginjilan di berbagai tempat, dan membangun mitra dengan berbagai

lembaga pekabaran Injil (EE dan LPMI) adalah semua bagian dari

aktivitas misi Gereja Toraja Mamasa. GTM melandaskan kegiatan-

kegiatan misi atas dasar bahwa Yesus satu-satunya jalan keselamatan

dengan Firman Tuhan yang menjadi acuan pelaksanaan misi sebab gereja

hanya bisa diubah oleh Injil.

Misi juga dipahami oleh warga Gereja Toraja Mamasa Klasis

Sesenapadang I Timur sebagai tugas yang berasal dari Allah sendiri untuk

menyelamatkan dunia dan diamanatkan kepada gereja yang sekaligus

menjadi tugas dan panggilan gereja di tengah-tengah dunia ini. Misi gereja

sendiri adalah rangkaian dari misi Allah yang menghendaki dunia dan

segala isinya diselamatkan dan Allah telah melakukan karya penyelamatan

tersebut yang terpusat dalam Yesus Kristus sebagai penebus dosa,

sehingga manusia terbebas dari perbudakan dosa. Misi gereja adalah


45

kegiatan-kegiatan gerejawi yang dilaksanakan untuk mencapai cita-cita

yang dinyatakan oleh Yesus, yaitu agar tidak ada kawanan domba yang

terhilang, agar semuanya diselamatkan dan semuanya menjadi satu.

Misi sebagai tanggungjawab semua orang percaya kepada Yesus

Kristus sebagai respon atas karya keselamatan yang telah diterimanya.

Allah dalam menyatakan kuasa-Nya melalui tuntunan Roh Kudus tidak

memandang siapapun yang akan dipakainya menyatakan misi-Nya dan

siapapun yang dengan Ikhlas memberitakan karyan-Nya di dalam dunia.

Tanggung jawab misioner Gereja yaitu mewartakan kabar sukacita,

bersaksi, bersekutu dan melayani, untuk memberitakan Injil, menjangkau

setiap orang untuk masuk ke dalam persekutuan yang hidupnya akan

menjadi keteladanan seperti lewat perkataan, perbuatan atau tindakan.

Jadi, gereja sebagai persekutuan orang percaya harus ikut dalam panggilan

bermisi, ikut berkarya dalam mengabarkan kabar sukacita dari Allah

kepada dunia. Dapat dikatakan bahwa misi Gereja Toraja Mamasa telah

dipahami oleh warga Gereja Toraja Mamasa dimana jawaban yang

diberikan oleh warga Gereja Toraja Mamasa Klasis Sesenapadang I Timur

tidak bertentangan dengan misi GTM.

Dalam Injil Matius 28:18-20 menjadi dasar bagi umat Kristen

dalam melaksanakan misi bagi orang lain karena pada ayat tersebut tersirat

perintah untuk melanjutkan pelayanan Yesus Kristus memberitakan Injil.

Dimana dalam ayat ini memuat tiga perintah yang harus dilakukan oleh

para murid Yesus untuk melaksanakan pelayanan misi, yaitu, pertama:


46

menjadikan semua bangsa murid Yesus, kedua: membaptis orang-orang

yang menerima Yesus Kristus dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus,

dan yang ketiga: mengajarkan mereka segala sesuatu yang telah diajarkan

Yesus Kristus. Yesus telah melaksanakan misi Allah, maka murid-murid

pun harus melakukan dan melanjutkan misi tersebut. Tugas yang besar

yang harus dilaksanakan karena Yesus telah menetapkan. Inilah yang

menjadi tugas misi gereja yang sesungguhnya untuk memberitakan kepada

dunia Injil dan berita keselamatan yang sesungguhnya

Dalam pemahaman Gereja Toraja Mamasa Klasis Sesenapadang I

Timur Gereja adalah persekutuan umat percaya yang dipanggil oleh Allah

untuk memberitakan kerajaanNya di muka bumi. Oleh karena itu gereja

perlu membangun persekutuan untuk bersama-sama bertumbuh dalam

iman kepada Yesus Kristus. Fungsi Gereja adalah sebagai persekutuan

orang percaya yang dipanggil oleh Allah dan diutus untuk menghadirkan

Kerajaan Allah di dunia, ini merupakan hakikat gereja. Dan Gereja sebagai

organisme yang hidup merupakan karya Roh Kudus yang juga melibatkan

peran serta orang-orang percaya.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penulis, maka dapat disimpulkan

bahwa tanggungjawab misioner di Gereja Toraja Mamasa Klasis

Sesenapadang I Timur dipahami sebagai sebuah tugas yang diberikan

kepada gereja untuk memberitakan kabar sukacita di tengah-tengah dunia,

menjangkau setiap orang untuk masuk dalam persekutuan yang hidupnya

akan menjadi teladan lewat perkataan, perbuatan, tindakan, dan bertumbuh

sesuai dengan firman Tuhan. Meningkatkan iman warga jemaat dengan

kegiatan penelaan Alkitab serta melaksanakan perlayanan-pelayanan

seperti: perkunjungan, ibadah rumah tangga, dan pelayanan diakonia.

Serta melaksanakan berbagai kegiatan untuk peningkatan ekonomi jemaat.

B. Saran

1. Badan Pekerja Klasis Sesenapadang I Timur

a) BPK Sesenapadang I Timur perlu mengembangkan khotbah-

khotbah yang berkaitan tema tanggungjawab misioner gereja

sehingga misi Gereja Toraja Mamasa semakin dipahami oleh

semua warga Gereja.

b) BPK Sesenapadang I Timur lebih mengembangkan gerakan-

gerakan di bidang kerohanian dan ekonomi yang menjadi

permasalahan dalam klasis saat ini.

2. Untuk Badan Pekerja Sinode Gereja Toraja Mamasa


48

Agar lebih memberi perhatian di bidang misi dan membukukan

landasan misi Gereja Toraja Mamasa sehingga menjadi pedoman bagi

setiap warga Gereja Toraja Mamasa, serta memberikan sosialisasi

kepada warga gereja tentang pentingnya tugas misioner Gereja.


DAFTAR PUSTAKA

Alkitab dan Kamus

Alkitab Terjemahan Baru. LAI. 2000

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi


Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2008

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.


Jakarta: Balai Pustaka. 1995

Buku Karangan

Artanto, Widi. Menjadi Gereja yang Misioner. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Badan Pekerja Majelis Sinode Gereja Toraja Mamasa. Tata Dasar dan Tata
Rumah Tangga Gereja Toraja Mamasa. 2016

Calvin, Yohanes. Institutio: Pengajaran Agama Kristen. Jakarta: Gunung Mulia.


2009

Chr. de Jong, Jan. S. Aristonang. Apa dan Bagaimana Gereja: Pengantar Sejarah
Ekklesiologi. Jakarta: Gunung Mulia. 2003

Darmaputera, Eka. “Menuju Teologi Kontekstual di Indonesia”, dalam Konteks


Berteologi di Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1988

de Jong, Christian. Apa itu Calvinisme?. Jakarta: Gunung Mulia. 2001

De Kuiper, Arie. Missiologia: Ilmu Pekabaran Injil. Jakarta: Gunung Mulia.


2006.

F. Glasser, Arthur. “Rasul Paulus dan Tugas Penginjilan” dalam Misi Menurut
Perspektif Alkitab. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih. 2007.

Hadiwijono, Harun. Iman Kristen. Jakarta: Gunung Mulia. 2007

J Bosch, David. Transformasi Misi Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2009

J. Elbers, Veronika. Gereja Misioner. Malang: Literatur SAAT. 2015

Kirk, J. Andrew. Apa itu Misi?. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2012

Kirk, J. Andrew. Apa Itu Misiologi?. Jakarta: Gunung Mulia. 2015

49
Noordegraaf, A. Orientasi Diakonia Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2004

Packer, J. I. Penginjilan Dan Kedaulatan Allah Evangelism And The Sovereignty


Of God. Surabaya: Momentum. 2003

Patilima, Hamid. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. 2011

Prastowo, Andi. Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian Kulitatif.


Jogjakarta: DIVA Press. 2010

Proyek Pembinaan Calon Tenaga Kependidikan. Agama Kristen. Jakarta:


Sekretariat Jenderal Departement Agama RI. 2003

Riduwan. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.


2012

Sills, M. David. Panggilan Misi. Surabaya: Momentum. 2015

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. 2012

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta. 2009

Sukma Dinata, Nana Syaodin. Tuntunan Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Sinar
Baru Alegensindo. 2009

Susanta, Yohanes Krismantyo. Mengenal Dunia Perjanjian Lama: Suatu


Pengantar. Surakarta: Kekata Publisher, 2018.

Tanya, Eli. Gereja dan PAK. Jakarta: Agiamedia. 1999

Theissen, Gerd. Gerakan Yesus, Sebuah Pemahaman Sosiologis Tentang Jemaat


Kristen Perdana. Ledalero: Maumere. 2005

Tomatala, Y. Penginjilan Masa Kini. Malang: Gandum Mas. 2004

van den End, Th. Harta Dalam Bejana. Jakarta: Gunung Mulia. 2008

Van Den End, Th. Ragi Carita 2: sejarah gereja di Indonesia. Jakarta: Gunung
Mulia. 2009

Van der Klis, W.A. Datanglah Kerajaan-Mu. Rantepao: Sulo. 2017

W. Downey, Murray. Cara-cara Memenangkan Jiwa. Bandung: Kalam Hidup.


1957

Woga CSsR, Edmund. Dasar-dasar Misiologi. Yogyakarta: Kanisius. 2002

Wawancara

50
Wawancara dengan ketua I BPSGTM: Pdt. Deppatola Pawa, S.Th, MM, Mamasa

18 Juli 2019

Wawancara dengan Pdt. Damaris Papalangi’ S.Th, Sepang, 21 Juli 2019

Wawancara dengan Pdt. Nelwan S.Th, Tandiallo, 22 Juli 2019

Wawancara dengan Petrus, Tandiallo, 22 Juli 2019

Wawancara dengan Yulius Buntutugayang, S.Th, Bue, 22 Juli 2019

Wawancara dengan Pdt. Paulus D S.Th, Bue, 23 Juli 2019

Wawancara dengan Joni, Minanga, 23 Juli 2019

Wawancara dengan Phileps Papalangi’, Minanga, 26 Juli 2019

Wawancara dengan Soleman Demmagau’, Mamasa, 26 Juli 2019

Wawancara dengan Soleman, Pongko’, 28 Juli 2019

Wawancara dengan Demmanapa’, Pongko’ 29 Juli 2019

51
Daftar Pertanyaan

1. Apa yang saudara pahami tantang tanggungjawab misioner Gereja?

2. Seberapa penting tugas misioner tersebut bagi orang percaya?

3. Apa yang saudara lakukan untuk menanggapi tugas misioner tersebut

sebagai orang yang percaya kepada Kristus?

4. Apakah Firman Tuhan yang diberitakan seputar tema tugas dan tanggung

jawab misioner gereja? Seberapa sering?

5. Bagaimana saudara memaknai Amanat Agung Tuhan Yesus dalam Matius

28:19-20?

6. Strategi apa yang dilakukan oleh gereja jelama ini?

52

You might also like