You are on page 1of 8

Nurita Hidayati, Paryono, Samekto Wibowo: Hipotensi ortostatik pada pasien dengan diabetes

Hipotensi ortostatik pada pasien dengan diabetes: strategi pengobatan secara


komprehensif

Orthostatic hypotension with diabetic mellitus patient: comphrehensive theraupetics

Nurita Hidayati*, Paryono**, Samekto Wibowo**


*KSM Saraf RSUD Kab. Bekasi, Bekasi
**Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
ABSTRACT

Orthotastic hypotension is defined as the reduction of systolic blood pressure of at least 20 mmHg
Keywords:
or the dropping of diastolic blood pressure of at least 10 mmHg within 3 minutes of standing
diabetes,
orthostatic hypotension, compared to baseline values. Orthosthatic hypotension is divided into acute and chronic.
pharmacologic, Orthostatic hypotension in diabetes mellitus is a severe complication. The prevalence of orthostatic
non pharmacologic. hypotension in diabetes mellitus is approximately from 8.2% to 43.0%. Pharmacologic treatment
of orthotastic hypotension should target amelioration of symptoms, improvment of the patient’s
functional status, and reduction of the risk of falls and syncops. Non pharmacologic measures
are targeted toward counteracting gravitational pooling or increasing plasma volume of patient
of diabetes by rapidly drinking 2-8 oz (500 mL) glasses of cold water, elevating the head of the
patient’s bed by 10 to 20 degrees, and physical coutermanuvers that involve contracting the
muscle below the waist. Education for the patient conditions should include the conditions that
can decrease blood preesure or exacerbate orthotastic hypoytension such as dehydration, rising
quickly after prolonged sitting, alcohol ingestion, heat exposure or fever.
Definitive guidelines on the pharmacologic management of orthotastic hypotension in the patient
with diebetes are not available and recommendations must be assessed from available evidence-
based sources. The medication administered in the patient with diabetes has to be assesed for
efficacy and safety.
Combined therapy may be considered based on the response to treatment and coexisting
conditions. When the combined therapy has been reached, such comorbid conditions as congestive
heart filure, supine hypertension, and kidney disease have to be taken into account. Although
there is insufficient evidence, the first line pharmacological agents of fluodrocortison, midodrine,
or octreotide can be used for the patients with diabetes. However, it may be combined with
non-pharmacological therapy to improve the quality of life of diabetic patients with orthotastic
hypotension.

ABSTRAK

Hipotensi ortostatik didefinisikan sebagai turunnya tekanan darah sistolik minimal 20 mmHg
atau turunnya tekanan darah diastolik minimal 10 mmHg dari posisi berbaring ke posisi berdiri
Kata kunci:
diabetes melitus, dibandingkan dengan tekanan darah awal dalam waktu tiga menit. Hipotensi ortostatik terbagi
hipotensi ortostatik, menjadi akut dan kronik.
farmakologi, Hipotensi ortostatik pada pasien diabetes melitus merupakan suatu komplikasi yang berat.
non farmakologi. Prevalensi hipotensi ortostatik pada pasien diabetes mencapai angka 8,2% sampai 43%.
Manajemen pasien hipotensi ortostatik dengan diabetes dengan target memperbaiki gejala,
meningkatkan status fungsional, mengurangi risiko jatuh dan sinkop, diharapkan dapat
menurunkan mortalitas dan morbiditas. Terapi pasien hipotensi ortostatik secara non farmakologi
di antaranya adalah dengan minum air yang cukup 2-8 gelas (500mL) air dingin, meninggikan
posisi kepala 10-20 derajat, countermanuver (latihan fisik isometrik). Selain itu dilakukan suatu
edukasi kondisi yang dapat mengeksaserbasi hipotensi ortostatik yaitu dehidrasi, perubahan
posisi mendadak, posisi berdiri yang lama, induksi alkohol, terpapar panas yang lama.
Panduan pasti terapi secara farmakologi pasien hipotensi ortostatik dengan diabetes belum ada
yang direkomendasikan sehingga harus berdasarkan data sumber dari pengobatan bertumpu
bukti ilmiah. Beberapa obat yang digunakan pada pasien diabetes harus menunjukkan efektivitas
dan keamanan.

63
Berkala Neurosains, Vol. 18, No 2, Juni 2019

Kombinasi terapi perlu dipertimbangkan berdasarkan kondisi dan respons dari terapi. Ketika
kombinasi terapi sudah tercapai, diperhatikan juga kondisi komorbid pasien seperti gagal jantung
kongestif, hipertensi posisi berbaring dan penyakit ginjal. Meskipun masih banyak kekurangan
penggunaan fludrokortison, midodrin dan octreotide dapat direkomendasikan sebagai terapi
farmakologi, di samping itu tidak lupa untuk dikombinasikan dengan terapi non famakologi
dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien diabetes dengan hipotensi ortostatik.
Correspondence:
Nurita Hidayati, email: nuritah62@gmail.com

PENDAHULUAN Diabetic Neuropathy, neuropati otonom pada jantung


Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu didefinisikan kerusakan kontrol otonom kardiovaskular
penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak pada pasien penderita diabetes tanpa diikuti penyakit
dapat menghasilkan insulin atau tubuh tidak dapat eksklusi yang lain.7
menggunakan insulin secara efektif. Terdapat 2 jenis Hipotensi ortostatik adalah salah satu manifestasi
diabetes yang utama, yaitu: 1) diabetes tipe 1, adalah klinis dari dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko
diabetes yang diperantarai imun dan memerlukan independen dari morbiditas kardiovaskular dan penyebab
pemberian insulin setiap hari, 2) diabetes tipe 2 mortalitas.7 Hipotensi ortostatik didefinisikan sebagai
merupakan jenis paling sering dijumpai dan ditandai turunnya tekanan darah sistolik 20 mmHg dan atau
dengan resistensi insulin dan defisiensi insulin relatif, diastolik sebesar 10 mmHg respons ini adalah perubahan
kurang lebih 8,3% dari populasi 371 juta penduduk dari posisi baring ke posisi berdiri. Prevalensi hipotensi
dunia dengan proporsi 50% tidak terdiagnosis dengan ortostatik dari pasien diabetes adalah bervariasi antara
baik. Diabetes adalah penyakit metabolik yang sulit 8,2% sampai 43% tergantung dari kriteria diagnostik
untuk dikendalikan dan mempunyai berbagai macam dan seleksi dari subjek penelitian.8
komplikasi.1 Gejala dari hipotensi ortostatik sering menjadi
Komplikasi mikrovaskular jangka panjang yang penghalang bagi pengobatan antihipertensi dan
paling banyak dijumpai pada diabetes adalah neuropati menyebabkan gangguan terjatuh pada pasien usia tua.
diabetika. Lebih dari 60% pasien diabetes dengan Meskipun banyak berbagai literatur kesehatan yang
neuropati.2 Neuropati diabetika dihubungkan dengan membahas tentang pengobatan dari hipotensi ortostatik,
morbiditas, mortalitas dan penurunan kualitas hidup tetapi sangat sedikit yang secara spesifik membahas
pada pasien dengan diabetes. Prevalensi secara umum pengobatan hipotensi ortostatik pada pasien diabetes.
neuropati pada pasien diabetes berkisar sampai dengan Pada tinjauan pustaka ini akan membahas terapi
50% dengan insidensi kasus baru setiap tahunnya sekitar hipotensi ortostatik secara komprehensif baik secara non
2%.3,4 farmakologi maupun farmakologi di mana difokuskan
Neuropati diabetik terbagi motorik, sensorik, hipotensi ortostatik pada pasien diabetes.9
otonom. Patogenesis neuropati diabetik belum diketahui
secara jelas, ada beberapa hipotesis yang dikemukakan DISKUSI
yaitu yang penting adalah mekanisme biokimia seperti
Hipotensi ortostatik adalah turunnya tekanan darah
polyol pathway, advance glycation (AGE) dan stress
sistolik 20 mmHg atau turunnya tekanan darah diastolik
oksidatif. Gejala yang muncul tergantung dari banyak
10 mmHg dalam waktu 3 menit ketika berdiri atau ketika
faktor seperti paparan total hiperglikemi, kenaikan
kepala dimiringkan pada posisi 60 derajat selama tes
lipid, tekanan darah, merokok, meningkatnya berat
tilt table.10 Turunnya tekanan darah sistolik 30 mmHg
badan dan paparan dari agen neurotoksik seperti
pada pasien dengan hipertensi posisi berbaring karena
etanol. 5 Neuropati diabetika merupakan gangguan
besarnya penurunan tekanan darah tergantung dari
kompleks dan heterogen yang mencakup berbagai
tekanan basis dasarnya.11 Sedangkan menurut penelitian
macam abnormalitas, mempengaruhi sistem saraf perifer
yang lain hipotensi ortostatik adalah suatu kondisi
dan otonom, menyebabkan morbiditas dan mortalitas
turunnya tekanan darah >20 mmHg untuk sistolik atau
terbanyak pada pasien diabetes, menjadi beban ekonomi,
>10 mmHg untuk diastolik yang merupakan suatu
dan berhubungan dengan kualitas hidup.6
respons dari perubahan postural dari posisi berbaring.12
Neuropati otonom pada jantung merupakan
Prevalensi hipotensi ortostatik secara umum sangat
komplikasi dari DM yang paling banyak sering dijumpai.
tinggi pada pasien usia tua dan tergantung pada populasi
Neuropati otonom pada jantung dapat terjadi pada kedua
sampel penelitian, usia, penggunaan obat-obatan, komorbid
tipe diabetes baik tipe 1 maupun tipe 2. Berdasarkan
yang berhubungan dengan masalah yang ada. Hipotensi
Subcommitte of the Toronto Consensus Panel on

64
Nurita Hidayati, Paryono, Samekto Wibowo: Hipotensi ortostatik pada pasien dengan diabetes

ortostatik pada usia tua prevalensi sampai dengan 68% Gejala awal dari hipotensi ortostatik dihasilkan
di antaranya pada pasien dengan penyakit sklerosis dari hipoperfusi serebral atau hipoperfusi retina dan
multipel, penyakit parkinson dan multiple system atrophy.13 aksi berlebihan dari kompensasi otonom. Hal ini akan
Prevalensi hipotensi ortostatik pasien DM adalah bervariasi menyebabkan nggliyer (dizziness), perasaan pusing/
antara 8,2% sampai 43% tergantung dari kriteria diagnostik melayang, gangguan visual atau auditori, susah
dan seleksi dari subjek penelitian.14 konsentrasi, fungsi kognisi melambat, presinkop dan
Sebenarnya hipotensi ortostatik mempunyai banyak sinkop.7 Gejala prodomal adalah pucat, berkeringat,
etiologi. Tidak hanya oleh karena efek samping dari DM, mual, perut tidak nyaman, menguap, mendesau atau
meskipun pada tinjauan pustaka ini spesifik membahas hiperventilasi mendahului respons dari sinkop. Keluhan
hipotensi ortostatik pada pasien diabetes. umum lainnya adalah lemah, kelelahan, tungkai kaki
ditekuk, nyeri kepala, nyeri leher, atau nyeri dada.9
Secara garis besar etiologi hipotensi ortostatik
dibagi berdasarkan lama waktu memulainya yaitu Gejala dari hipotensi ortostatik memberat pada pagi
akut dan kronis. 15 Akut terbagi menjadi krisis adrenal, hari dan setelah makan malam pada pasien diabetes.
aritmia, bradikardi, infark miokard, sepsis, dehidrasi, Pasien biasanya juga mengidap hipertensi ketika posisi
obat-obatan. Kronik terbagi atas psikologi dan patologi. berbaring. Hipertensi nokturnal yang berkelanjutan
Patologi menyebabkan kerusakan otonom yang terdiri sehingga menyebabkan tekanan natriuresis, menekan
atas kerusakan pada sistem saraf sentral seperti lesi volume, semakin memperberat dari gejala hipotensi
batang otak, lewy body dementia, multipel system ortostatik itu sendiri. 7 Efek setelah makan malam
atrophy, penyakit parkinson, mielopati. Sedangkan dari pasien DM sekitar dua jam, biasanya oleh karena
sistem saraf perifer seperti amiloidosis, DM, kegagalan makanan dengan tinggi karbohidrat dan mungkin
otonom murni, paraneoplastik, dan tabes dorsalis.15 bisa berkurang jika makan dalam jumlah kecil, tetapi
frekuensi makan lebih sering.
Patofisiologi pada hipotensi ortostatik adalah ketika
seseorang berdiri, perubahan posisi dari posisi berbaring Secara umum manajemen terapi dari hipotensi
ke posisi berdiri, akan terjadi perubahan hemodinamik ortostatik tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan
oleh karena efek dari gaya gravitasi pada pembuluh tekanan darah dari posisi duduk ke posisi berdiri tanpa
darah, di mana cenderung terjadi penurunan dari curah meningkatkan tekanan darah berbaring, khususnya
jantung dan tekanan darah. Di mana pada orang yang mengurangi gejala ortostatik, meningkatkan waktu lama
normal mekanisme kompensasi tidak akan terjadi adanya berdiri, meningkatkan kualitas aktivitas harian.19 Seperti
efek pada perubahan posisi. Pada posisi berdiri gravitasi yang diketahui beberapa obat dapat menyebabkan
menyebabkan pengumpulan darah vena sebesar 300-500 penurunan tekanan darah atau eksaserbasi hipotensi
ml pada ekstremitas bagian bawah. Pengumpulan vena ortostatik, seperti beberapa obat dari golongan narkotik,
menyebabkan penurunan tekanan balik vena, curah trisiklik antidepresan, non trisiklik antidepresan,
jantung dan volume sekuncup. Penurunan ini terjadi pada monoamine oxidase inhibitor, neuroleptik, obat
arteri baroreseptor yang memicu adanya kompensasi antihipertensi, antiparkinson, obat untuk prostatin, obat
berupa takikardi dan vasokonstriksi.16 untuk disfungsi ereksi, obat yang menginduksi neuropati
otonom: amiodaron, vinkristin, cisplatin, insulin.10
Diagnosis hipotensi ortostatik selain dari gejala
klinis juga ditegakkan dengan skrining awal yaitu Terapi primer terdiri dari kombinasi obat-obat
menggunakan tes schellong dan dengan tes tilt table. Tes vasokonstriktor, agen yang memperbesar volume,
schellong lebih untuk ke arah skrining awal hipotensi kompresi dari kain dan edukasi dari pencetus ortostatik,
ortostatik, subjek berdiri 10-20 menit selama fase dan mewaspadai gejala awal yang timbul. Selain itu
itu kemudian diukur tekanan darahnya, jika terdapat perlu perubahan gaya hidup dengan meminimalisasi
penurunan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg atau perubahan tiba-tiba, pergerakan posisi dari duduk
lebih mengindikasikan adanya hipotensi ortostatik.17 Test ke berdiri, alkohol, dehidrasi, terpapar panas yang
tilt table biasanya dilakukan untuk mendeteksi kelainan lama. Terapi hipotensi ortostatik secara umum adalah
sinkop tetapi bisa juga untuk kondisi hipotensi ortostatik, sebagai berikut: 1) agen yang memperbesar volume,
prosedurnya adalah pasien di dalam ruangan yang tenang mekanismenya adalah mempercepat absorpsi sodium di
ditempatkan pada suatu meja, manuver ini dilakukan tubulus distal ginjal dan memicu sensitivitas pembuluh
selama lima sampai sepuluh menit dengan posisi 60 darah terhadap sirkulasi katekolamin. Dosis 0,05-0,3
sampai 70 derajat dengan tilt yang konstan dari posisi mg/hari, efek samping hipertensi posisi berbaring,
berbaring dan tetap dijaga dalam posisi tegak setelah itu edema kaki, hipokalemi, nyeri kepala, gagal jantung
dikembalikan lagi dalam posisi berbaring, kita evaluasi kongestif, hati-hati dengan efek pemanjangan dari
pada layar monitor tekanan darah maupun irama jantung potassium, 2) agen vasokonstriksi: midodrin adalah
apakah terjadi perubahan.18 merupakan alfa agonis reseptor secara langsung, dosis

65
Berkala Neurosains, Vol. 18, No 2, Juni 2019

2,5-10 mg 2-4x/hari, efek sampingnya adalah reaksi dan atau dengan terapi eritropoietin. Efek samping yang
pilomotor, pruritus, bradikardi, retensi urin, gejala didapatkan adalah nyeri kepala, kelelahan, rhinitis, mual,
gastrointestinal. Satu-satunya rekomendasi FDA untuk hiponatremi, perlu untuk dilakukan monitor elektrolit.
hipotensi ortostatik: a) pseudoefedrin, mekanismenya Droxidropa (l-dihidroxyphenylserine) adalah sintesis
adalah melepaskan norepinefrin secara langsung dan asam amino yang dikonversi ke norepinefrin sentral dan
tidak langsung dari presinaps reseptor, dosis yang perifer, droxydropa secara langsung dimetabolisme
direkomendasikan 30-60 mg 3x/hari, efek sampingnya menjadi norepinefrin melalui dopa-dexacarboxylase dan
adalah takikardi, cemas, stroke perdarahan, vaskulitis, didistribusikan ke seluruh tubuh. Obat ini sudah banyak
aritmia, b) efedrin mekanismenya adalah melepaskan digunakan di Jepang sebagai obat hipotensi ortostatik.22
norepinefrin secara langsung dan tidak langsung dari Obat ini direkomendasikan oleh FDA untuk mengobati
presinaps reseptor, dosis 25-50 3x/hari, efek samping hipotensi ortostatik neurogenik pada gangguan primer
hipertensi posisi berbaring, takikardi, cemas, stroke otonom, defisiensi dopamin β-hydroxilase dan neuropati
perdarahan, vaskulitis, aritmia, 3) berbagai macam diabetik. Efek samping obat ini termasuk hipertensi
agen tambahan mempunyai makna pada beberapa posisi berbaring, nyeri kepala, nausea, hiponatremi,
penelitian dan sebagian yang lain tidak menunjukkan dizziness dan depresi segmen ST. Droxidopa terbukti
efek yang positif pada pasien DM di antaranya adalah efektif menaikkan tekanan darah sewaktu berdiri,
yang tersebut di bawah ini: Clonidine merupakan α2- dan memperbaiki gejala dari hipotensi ortostatik pada
adrenergik agonis dan merupakan antihipertensi efek.20 beberapa populasi.23
Sebagian distimulasi pada α1-adrenergik reseptor di
Mekanisme eritropoetin adalah mengkoreksi anemia
perifer sehingga menimbulkan vasokonstriksi dan
normokrom normositik dari penyebab gangguan otonom,
meningkatkan pembuluh balik vena, tekanan darah
meningkatkan massa sel darah merah dan volume darah
menjadi meningkat pada pasien hipotensi ortostatik.
sentral, dosis 25-75 U/kgbb/3x seminggu, efek samping
Dosis yang disarankan adalah 400-800µg/hari pada
hipertensi posisi berbaring, polisitemia vera, tambahan
pasien hipotensi ortostatik yang berat. Efek samping
suplemen besi biasanya diperlukan. Pyridostigmin
obat ini adalah dizziness, kelelahan, mulut kering dan
merupakan asetilkolinerase inhibitor mekanismenya
reaksi kulit.21
memperkuat neurotransmiter ganglion simpatis, dosis
Βeta-agonis dan antagonis dengan intrinsic 30-60 mg selama 3x/hari efek sampingnya adalah
sympathomimetic activity (ISA) seperti xamoterol dan hipersalivasi, mual, muntah, peristaltik meningkat, kram
pindolol dapat digunakan pada terapi hipotensi ortostatik. otot perut, efek maksimal pada posisi berdiri.23
Agen dengan ISA ini mempunyai 2 mekanisme yaitu:
Secara umum terapi hipotensi ortostatik pada
1) melalui aktivasi parsial dari β-reseptor di jantung
pasien DM dengan hipotensi ortostatik pada penyakit
sehingga meningkatkan irama jantung dan tekanan
lainnya hampir sama tetapi ada beberapa perbedaan
darah pada pasien dengan neuropati dan menurunkan
dan persamaannya. Persamaan terapinya adalah sebagai
sirkulasi katekolamin; dan 2) secara langsung efek
berikut: 1) agen yang dapat menaikkan volume plasma
β-blocking menyebabkan vasodilatasi β-reseptor di otot,
yaitu fludrokortison sebagai terapi pilihan utama, 2)
meningkatkan resistensi perifer.22 Beberapa penelitian
agonis simpatomimetik yaitu midodrin merupakan
menunjukkan xametorol dan pindolol tidak efektif
terapi pilihan utama dengan level A, dan 3) suplemen
untuk pasien hipotensi ortostatik dengan diabetes. Efek
terapi yaitu ocreotide dengan kombinasi midodrin
samping dari pindolol adalah edema, dizziness, gangguan
efektif mengobati hipotensi. Terapi bersifat sebagai
tidur dan kelelahan.
suplemen yaitu pyridosgtimin, eritropoietin. Perbedaan
Desmopresin adalah analog dari vasopresin terapinya adalah: 1) terapi bersifat sebagai suplemen
digunakan untuk mengkoreksi poliuri nokturnal pada hipotensi ortostatik pada pasien diabetes (lebih
dan hipotensi ortostatik pada pagi hari dengan cara superior dibanding caffein atau dihydroergotamin), 2)
memperbesar volume plasma. Desmopresin mempunyai agonis simpatomimetik yaitu efedrin, pseudoefedrin,
aktivitas antidiuretik, meningkatkan permeabilitas metilpenidat, dextroamphetamin tidak efektif pada
cairan distal tubulus ginjal, di mana dapat menyebabkan pasien diabetes, dan 3) terapi bersifat sebagai suplemen
penurunan volume urin dan meningkatkan osmolaritas yaitu desmopresin, B blocker, clonidin, xametorol,
dari urin (menciptakan perbesaran volume plasma). pindolol, yohimbine, doxydropa tidak efektif mengobati
Dosis yang digunakan adalah 2-4µg intramuskuler waktu pada hipotensi ortostatik pasien diabetes.22
tidur. Ketiadaan efek vasopresin dapat digunakan pada
Strategi terapi hipotensi ortostatik pada diabetes
pasien dengan hipertensi posisi berbaring meskipun
meliputi non farmakologi dan farmakologi. Hipotensi
pada beberapa penelitian tidak efektif juga pada pasien
ortostatik adalah suatu kondisi yang kronik, umumnya
diabetes. Desmopresin bisa sebagai alternatif pada
banyak terjadi pada pasien dengan usia tua, khususnya di
pasien yang gagal pada pemberian bolus fludrokortison

66
Nurita Hidayati, Paryono, Samekto Wibowo: Hipotensi ortostatik pada pasien dengan diabetes

sini pasien diabetes yang mungkin sudah menggunakan atau kaos kaki yang tipis. Kompresi pada perut bagian
berbagai macam medikasi. Pengobatan dapat mengubah bawah ini 15-20 mmHg diketahui meningkatkan tekanan
kondisi pasien, khususnya problem neurogenik. darah 15/6 mmHg (rangenya antara -3/3 sampai 36/14,
Pengobatan hipotensi ortostatik targetnya adalah p <0,05) hal ini memperbaiki hipotensi ortostatik. 26
memperbaiki gejala, meningkatkan status fungsional Posisi ikatan kain bisa di pinggang atau di paha bagian
pasien, mengurangi risiko jatuh dan sinkop.10 Terapi proksimal. Keuntungan menggunakan pengikat perut
hipotensi ortostatik pada pasien diabetes adalah suatu adalah efeknya nampak segera, dan mudah digunakan
tantangan, penyakit ini tidak dapat diobati, gejala sangat pada pasien yang mudah stres dengan perubahan dari
bervariasi, terapi tidak ada yang spesifik dan pengobatan tekanan darah khususnya karena hipotensi ortostatik. 17
yang agresif malah akan menyebabkan hipertensi pada Strategi manajemen yang kedua adalah meminum
posisi berbaring. air sebanyak mungkin. Minum air dingin sebanyak
Pada pengobatan hipotensi ortostatik, tidak lupa 2-8 gelas ini akan menginduksi respons mediator
pencegahan dilakukan untuk mencegah terjadinya norepinefrin dalam beberapa menit, memperluas volume
hipotensi ortostatik. Strategi pengobatan hipotensi plasma, di mana akan meningkatkan tekanan darah
ortostatik pada pasien diabetes adalah kombinasi sistolik, lebih dari 20 mmHg dalam waktu sampai 2
pengobatan non farmakologi dan farmakologi yang jam.10 Teknik ini akan sangat membantu jika banyak
terbukti efektivitasnya. Meskipun agen farmakologi aktivitas berdiri misalnya berbelanja dan jalan-jalan di
adalah faktor yang penting untuk mengontrol gejala, pusat perbelanjaan.
identifikasi dari obat ataupun waspada terhadap Strategi manajemen yang ketiga adalah posisi kepala
gejala awal dari hipotensi ortostatik yang muncul dinaikkan. Peningkatan posisi kepala dari tempat tidur
adalah sangat penting, di mana kondisi tersebut dapat 4-6 inchi membantu menurunkan hipertensi nokturnal
memperburuk kondisi primer pasien. Obat untuk dan diuresis. Meskipun pada beberapa penelitian hal ini
hipotensi ortostatik secara farmakologi di sini meliputi tidak ada manfaatnya untuk pasien dengan usia tua.18
diuretik, α adrenoblocker, calcium chanel blocker, agen
Strategi manajemen yang keempat adalah
simpatolitik, antidepresan, vasodilator dan insulin.
countermaneuvers. Tindakan dengan mengintervensi
Hipotensi ortostatik dapat dieksaserbasi oleh alkohol
fisik termasuk kontraksi isometri dari otot di sekitar
dan dipengaruhi oleh dehidrasi, jantung dan kekakuan
pinggang membantu meningkatkan resistensi perifer dan
vaskular, temperatur yang sesuai lingkungannya, jenis
menambah pembuluh vena balik ke jantung. Pengukuran
kelamin, kondisi dengan posisi berbaring yang lama,
ini antara lain dengan cara menaikkan jari-jari kaki,
serta otot yang menurun fungsinya.25
kaki disilangkan dan kontraksi, kontraksi otot paha,
Pengobatan non farmakologi harus dipertimbangkan membungkukkan pinggang, jalan pelan di tempat atau
lebih awal dalam penanganan hipotensi ortostatik. Cara kaki diangkat. Dilakukan sekitar 30 detik dalam setiap
kerja pengobatan non farmakologi adalah memperbesar gerakan.
volume darah (konsumsi ekstra cairan dan ekstra garam),
Strategi manajemen yang kelima adalah edukasi.
menurunkan nokturia (posisi kepala lebih tinggi daripada
Edukasi merupakan faktor yang penting untuk
bed tempat tidur), menurunkan pooling vena (memakai
mengendalikan hipotensi ortostatik. Hal penting yang
pengikat perut, melakukan countermanuver, aktivitas
harus dilakukan oleh pasien adalah: 1) pasien seharusnya
fisik yang menyenangkan) atau menginduksi respons
berfikir sederhana tentang bagaimana mempertahankan
tekanan (minum air dingin).
posisi pada tensi normal dan mengenali gejala-gejala
Strategi manajemen yang pertama yaitu penekanan awal jika hipotensi ortostatik muncul, 2) pasien harus
pada perut. Pada kondisi ini di mana terjadi degenerasi menyadari bahwa tidak ada pengobatan yang spesifik
adrenergik pada sistem vaskular, terjadi peningkatan untuk hipotensi ortostatik dan pengobatan secara
kapasitas vaskular dan pooling vena perifer. Kompresi monoterapi tidak adekuat, 3) pasien harus berfikir
pada kaki dan perut memperbaiki gejala dari hipotensi pendekatan terapi secara non farmakologi dan terapi
ortostatik. Perbaikan itu mengurangi reduksi kapasitas farmakologi yang tidak tepat justru memperburuk gejala
vena dan meningkatkan resistensi perifer. Kompresi hipotensi ortostatik, dan 4) pasien menghindari posisi
pada kaki saja kurang bermakna, karena kapasitas perubahan tubuh yang tiba-tiba, makan dalam porsi
vena di betis dan paha relatif lebih kecil dibanding kecil dan sering.
regio abdomen, di mana terdiri dari kurang lebih 20-
Strategi manajemen yang keenam adalah latihan
30% dari jumlah total volume darah. Ikatan pada perut
fisik. Latihan fisik yang ringan pada posisi duduk
cukup menggunakan tekanan yang lembut pada pagi hari
maupun berbaring menjaga penurunan kondisi otot
sebelum bangun dari tempat tidur dan berubah posisi.
sehingga dapat mendorong proses perbaikan. Renang
Kompresi perut bisa menggunakan kain yang elastis
dan bersepeda statis juga direkomendasikan. Olahraga

67
Berkala Neurosains, Vol. 18, No 2, Juni 2019

isotonik seperti angkat berat ringan untuk menjaga C. Fludrokortison kontraindikasi terhadap pasien dengan
penurunan fungsi otot juga sangat bermanfaat. Sedangkan gagal ginjal dan gagal jantung kongestif. Efek samping
olahraga isometrik harus dihindari seperti peregangan dapat terjadi hipertensi posisi berbaring, hipokalemi,
otot atau sifatnya menahan nafas akan menyebabkan gagal jantung kongestif dan edema perifer, insomnia,
penurunan pembuluh balik vena.10 jerawatan, supresi adrenal, hepatomegali, pruritus
Strategi manajemen yang ketujuh adalah asupan perianal, siklus menstruasi tidak teratur, tukak lambung,
cairan dan garam. Pasien juga dapat meningkatkan vertigo. Peningkatan asupan makanan yang kaya akan
asupan sodium (6-10 gram/hari) dan air (2-3 liter/hari) potasium dapat mencegah hipokalemi. Interaksi obat
untuk meningkatkan volume sentral. Garam dan air amisulpride, carbamazepin, cimetidin.19
adalah terapi yang sulit untuk diterapkan pada pasien Midodrin, ketika agen yang memperbesar volume
yang ada hipertensi posisi berbaring, gagal jantung, atau plasma tidak berhasil atau masih kurang untuk dapat
dengan gangguan ginjal.10 mengontrol gejala, midodrin adalah satu-satunya obat
Jika pengobatan non farmakologi kurang berhasil, yang direkomendasi oleh FDA. 6 Sebelum midodrin
maka harus difikirkan pengobatan kombinasi digunakan sebagai agen simpatomimetik, pseudoefedrin
dengan farmakologi. Pilihan pertama adalah dengan dan efedrin telah lebih dulu digunakan. Tetapi zat ini
fludrokortison, pengobatan farmakologi diberikan ketika relatif tidak efektif dan mempunyai efek kardiovaskular
pengobatan non farmakologi tidak adekuat. Fludrokortison dan sistem saraf pusat, termasuk di sini takifilaksis pada
adalah mineralkortikoid sintetis yang mempunyai efek penggunaan jangka panjang.
dapat mendorong peningkatan penyerapan dari sodium Midodrin bekerja sebagai agonis selektif α1-
renal, memperluas volume plasma dan meningkatkan adrenergik perifer di mana menyebabkan peningkatan
sensitivitas dari α-adrenoreseptor. resistensi pembuluh darah perifer, meningkatkan tonus
Pada beberapa penelitian yang terbatas diperlihatkan dari arteri dan vena di mana meningkat ketika posisi
efektivitas dari fludrokortison dan sudah digunakan duduk, berdiri dari posisi berbaring, pada pasien hipotensi
pada banyak pasien. Pada penelitian observasi dengan ortostatik. Hal ini tidak berhubungan langsung dengan
14 pasien DM yang disertai dengan hipotensi ortostatik sistem saraf pusat atau efek kardial. Midodrin diabsorbsi
pengobatan fludrokortison jangka lama memperbaiki dengan baik pada pemberian oral. Dan tidak dapat
gejala, secara signifikan meningkatkan tekanan darah menembus sawar otak serta tidak meningkatkan irama
ketika dalam posisi berdiri dan menurunkan tekanan jantung. Pada percobaan randomisasi plasebo dengan
darah ketika posisi berbaring, baik tekanan sistolik kontrol menggunakan 300 pasien termasuk di dalamnya
maupun diastolik tanpa efek signifikan ketika dalam 50 pasien dengan DM menunjukkan midodrin signifikan
tekanan posisi berbaring. meningkatkan tekanan darah sistolik pada posisi berdiri
dan memperbaiki gejala dari hipotensi ortostatik.20,22
Penelitian ini terbatas karena jumlah sampel yang
Midodrin adalah monoterapi dan kombinasi (misal
sedikit dengan hasil bias oleh karena menggunakan
dengan fludrokortison) dengan hipotensi ortostatik level
desain penelitian terbuka. Efek dari obat ini adalah
A. Dosis awal 2,5 mg 2-3 /hari dinaikkan hingga dosis
mereduksi albumin dan menaikkan risiko dari sindrom
10 mg dengan durasi efektif 4 jam. Dapat meningkatkan
nefrotik. Oleh karena itu perlu pengecekan albumin
tekanan darah sebesar ≥15 mmHg. Midodrin 10 mg
dan fungsi ginjal secara berkala.22 Diuretik diperlukan
diminum 30-60 menit sebelum bangun dari tempat
pada pasien diabetes untuk menghindari hipertensi dan
tidur, sebelum makan siang, sore hari (setiap 3-4 jam
akumulasi cairan.
ketika belum membaik dapat dinaikkan menjadi 40 mg/
Pada pemberian fludrokortison oral akan diabsorpsi hari) untuk menghindari hipertensi posisi berbaring.
dengan level puncak plasma dalam waktu 45 menit Bioavailability 93%. Efek samping dari midodrin adalah
dengan waktu paruh sekitar tujuh jam. Fludrokortison pruritus, kepala kesemutan, hipertensi posisi berbaring,
adalah pilihan terapi utama untuk hipotensi ortostatik retensi urin, reaksi pilomotor, nyeri, merasa dingin. Obat
dengan level C. Dosis yang direkomendasikan adalah 0,1- terakhir diminum setidaknya empat jam sebelum tidur
0,2 mg/hari. Kombinasi dengan diet garam dan dengan dan dimonitor untuk tensi tekanan darahnya. Pasien
posisi tidur di mana posisi kepala dinaikkan dan dipadu yang tidak membaik dengan midodrin mungkin terjadi
dengan dosis rendah (0,1-0,2 mg/hari) fludrokortison desentisasi adrenoseptor. Harus diperhatikan jika ada
terbukti memperbaiki kondisi hipotensi ortostatik. Dosis disfungsi hati. Kontraindikasi untuk pasien gagal jantung
dapat dinaikkan 0,4-0,6 mg/hari terhadap kasus-kasus kongestif yang berat, gangguan ginjal, retensi urin,
refrakter. Jika volume plasma adekuat pasien akan phaekromositoma dan tiroksikosis.14
mendapatkan 1,4-2,3 mg dan akan menyebabkan edema
Pyridostigmin adalah obat alternatif selain midodrin
yang ringan. Obat ini dimetabolisme di hati dengan
pada pasien dengan hipertensi posisi berbaring.
bioavailability 100%. Pada pasien hamil dengan kategori

68
Nurita Hidayati, Paryono, Samekto Wibowo: Hipotensi ortostatik pada pasien dengan diabetes

Pyridostigmin memperbaiki neurotransmiter ganglion dosis octreotide yang direkomendasikan adalah 12,5-
simpatis dengan jalur barorefleks di mana menginhibisi 25µg disesuaikan dengan kebutuhan dasar.
asetilkolinesterase. Jalur ini mengaktivasi terutama Pada penggunakan octreotide direkomendasikan
selama posisi berdiri, jadi obat ini menghasilkan efek untuk memonitor tekanan darah, fungsi tiroid, gula darah
tekanan darah ortostatik tanpa mempunyai efek yang dan irama jantung.26 Pada pasien yang menunjukkan
signifikan pada tekanan posisi berbaring. Perbaikan gejala hipotensi ortostatik yang berat dan mempunyai
tekanan darah ketika posisi berdiri tanpa efek signifikan kontraindikasi dengan obat-obat yang lain, ocreotide
ketika tekanan dalam posisi berbaring, dengan dosis bisa dipilih sebagai alternatif pengobatan, di mana sudah
tunggal pyridostigmin sebesar 60 mg. Pasien dapat terbukti efektivitasnya.
mulai dengan dosis 30 mg 2-3x/hari dan dapat dinaikkan
Eritropoetin pada pasien yang terdiagnosis diabetes
sampai 60 mg 3x/hari. Obat akan bekerja setelah
serta mempunyai gejala hipotensi ortostatik yang
pemberian 5-6 jam. Efek samping pyridostigmin adalah
berat dan didapatkan anemia normositik biasanya
hipersalivasi, peristaltik meningkat, retensi urin, mual,
berhubungan dengan defisiensi dari eritropoetin.24
muntah, perut terasa kram. Bioavailability 10-20%.
Eritropoetin akan meningkatkan tekanan darah sewaktu
Metabolisme di enzim mikrosomal hati dan dieksresi
posisi berdiri dengan meningkatkan massa dan volume
di urin.
sel darah merah, mengkoreksi anemia, mengatur
Octreotide, pada penyakit diabetes yang ada gejala vaskularisasi dan memperbesar efek neurohormonal dari
perburukan setelah makan malam, octreotide dapat dinding pembuluh darah.24,26
dipilih sebagai obat alternatif. Octreotide menginhibisi
Eritropoetin bermanfaat untuk pasien yang gagal
pelepasan fase aktif dari hormon pencernaan yang
dengan pengobatan tunggal fludrokortison dan pada
menjadi mediator dari pembuluh darah organ dalam
pasien yang menderita anemia atau yang mengalami
dan hipotensi berhubungan dengan pola makan di mana
defisit sel darah merah. Dosis yang direkomendasikan
beberapa keuntungannya ditunjukkan oleh beberapa
pada pasien dengan anemi Hb <11g/dL adalah 25-
pasien diabetes.22
50µg/kg subkutan diberikan 3x/minggu. Efek samping
Pada penelitian secara randomisasi plasebo dengan dari obat ini adalah hipertensi posisi berbaring dan
kontrol, dosis kecil dari octreotide (0,2-0,4 µg/k) polisitemia vera. Hal yang perlu dimonitor pada
menunjukkan efek dari sebuah tekanan ortostatik pada pemakain eritropoetin adalah tekanan darah reguler,
pasien. Efek yang berlawanan dari obat ini termasuk Hb/minggu, serum feritin dan saturasi transferin
hipertensi dan masalah gastrointestinal. Pasien dengan sebelum pemberian obat dan selama terapi diberikan.
intoleransi diabetes yang buruk memerlukan dosis Sangat penting dilakukan evaluasi untuk mencegah
octreotide yang lebih tinggi (1,0 µg/kg) jika masih risiko kematian, reaksi kardiovaskular yang berat dan
ditemukan problem pada sistem pencernaan. Efek dari stroke ketika diberikan eritropoietin dengan target Hb
octretide pada penggunaan jangka pendek yang terus- >11g/dL.25,26 Efek samping panas, batuk, hipertensi,
menerus berjalan, pemakaian dengan menggunakan infus mual, pruritus, nyeri kepala, atralgia, hipertensi posisi
pump lebih dapat ditoleransi daripada menggunakan berbaring, polisitemia vera.27
cara bolus pada pasien diabetes. Pada ocreotide dengan
formulasi pelepasan jangka panjang, penyimpanan
ditunjukkan ketika terjadi peningkatan kenyamanan pada RINGKASAN
evaluasi dosis bulanan, tetapi berhubungan dengan risiko Hipotensi ortostatik adalah turunnya tekanan
tekanan respons yang berlebihan yang tidak pernah darah sistolik 20 mmHg atau turunnya tekanan darah
didapatkan pada penelitian sebelumnya.23 diastolik 10 mmHg dalam waktu 3 menit ketika berdiri
Octreotide menekan fungsi dari enzim pankreas yang atau ketika kepala dimiringkan pada posisi 60 derajat
dapat mengganggu sistem pencernaan dan absorbsinya, selama tes tilt table. Hipotensi ortostatik merupakan
suplemen enzim pankreas diperlukan untuk mencegah bagian dari neuropati otonom. Penderita diabetes
pasien diabetes mengalami diare selama menjalani kronik mempunyai kecenderungan untuk menderita
terapi.22 Terapi octreotide akan efektif jika sebelumnya hipotensi ortostatik. Tetapi dengan adanya manajemen
diberikan dihydroergotamin (10 ug/kg) atau midodrine 5 terapi secara non farmakologik dan farmakologik
mg 1-2 jam sebelum dilakukan injeksi. Dosis ocreotide diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup penderita.
yang direkomendasikan dimulai dari 0,1-0,5µg/kg Intervensi manajemen terapi pada pasien hipotensi
dan dinaikkan secara bertahap 0,4-1,2µg/kg sebelum ortostatik diimplementasikan tergantung dari derajat
pemberian makanan atau selama masih terjadi efek berat ringannya gejala yang nampak. Beberapa pasien
samping yang merugikan dari sistem pencernaan. Dari hipotensi ortostatik mungkin akan memperlihatkan
berbagai sumber literatur yang lain disebutkan bahwa perbaikan dengan edukasi, konseling dan terapi

69
Berkala Neurosains, Vol. 18, No 2, Juni 2019

nonfarmakologi. Jika gejala masih tidak berkurang 13. Winkler AS, Marsden J, Parton M, Watskin PJ, Chauduri KR. Ery
intervensi farmakologi perlu untuk dipertimbangkan thropoietin deficiency and anemi a in multiple system atrophy. Mov
Dis ord. 2001;16:233-239.
dan dikombinasikan di antara keduanya.
14. Lahrman H, Cortelli P, Hilz M, Mathias CJ, Struhal W, Tassinari
M. EFNS guidlines on the diagnosis and management of orthostatic
hypotension. Eur J Neurol. 2011;13:930-936.
DAFTAR PUSTAKA
15. Roy Freeman MB. Neurogenic Orthostatic Hypotension. N. Engl
1. Dimitropoulos G, Tahrani AA, Stevens JM. Cardiac autonomic J Med. 2008;6:356-358.
neuropathy in patients with diabetes mellitus. World J Diabetes.
16. Low PA, Benrud-Larson LM, Sletten DM. Autonomic symptoms
2014; 5(1):17-39.
and diabetic neuropathy; a population-based study. Diabetic Care.
2. Brownlee M. The Pathobiology of diabetic complications. 2010;27:2942-2947.
Diabetes. 2012;54(6):1615-1625.
17. Smitt AA, Wieling W, Fujimura J. Use of lower abdominal
3. Boulton AJM, Vinik AI, Arezzo JC, Bril V, Feldman EL, compression to combat orthostatic hypotension in patient with
Freeman R, et al. Diabetic neuropathies: A statement by The autonomic dysfunction. Clin Auto Res. 2004;14:167-175.
American Diabetes Association. Diabetes Care. 2005;28(4):956-
18. Fan CW, Walsh C, Cunningham CJ. Effect of sleeping with the
962.
head of the bed elevated six inchies on elderly patients with
4. Tesfaye S, Boulton AJ, Dyck PJ, Freeman R, Horowitzh M, orthostatic hypotension: an open randomized control trial. Age
Kempler P, et al. Diabetic Neuropathies: update on definitions, ageing. 2011;40:187-192.
diagnostic criteria, estimation of severity and treatmens.
19. Campbell IW, Ewing DJ, Clarcke BF. Therapeutic experience
Diabetes Care. 2010;33:2285-2293.
with fluodrocortisone in diabetic postural hypotension. Br Med J.
5. Maji D. Neuropathy is the commonest long term complication 1976;1:872-874.
of type 2 diabetic individuals at diagnosis. Diabet & Metab.
20. Jankovic J, Gilden JL, Hiner BC. Neurogenic orthostatic
2003;2373.
hypotension: a double-blind, placebo-controlled study with
6. Spallone V, Ziegler D, Freeman R, Bernardi L, Frontoni midodrine. Am J Med. 1993;95:38-48.
S, Pop-Busui R, et al. On behalf of the Toronto Consensus
21. Singer W, Opfer-Gehrking TL, McPhee BR, Barucha AE, Hines
Panel on Diabetic Neuropathy .Cardiovascular autonomic
MM. Acetylcholinesterase inhibition: a novel approach in the
neuropathy on diabetes: clinical impact, asessment, diagnosis,
treatment trial of neurogenic orthostatic hypotension. J Neurol
and management. Diabetes Metab Res Rev. 2011;22.
Neurosurg Psychiatry. 2003;74:1294-1298.
7. Shibao C, Okamoto L, Biaggioni I. Pharmacotherapy of
22. Nicole D Smith. Ortostatic Hypotension in the patient with diabetes:
autonomic failure. Pharmacol Ther. 2012;134:279-286.
abroad review of pharmakologic treatment options. J Pharm
8. Tsusu N, Nunoi K, Yokomizo Y, Kikuchi M, Fujishima Technol. 2013;29:23-24.
M. Relationship between glycemic control and orthostatic
23. Hilsted J, Parving H, Christensen J, Benn J, Galbo H. Hemodinamics
hypotension in type 2 diabetes mellitus-a survey by the Fukuoka
in Diabetic Orthostatic Hypotension. J Clin Invest. 2007;68:1427-
Diabetes Clinic Group. Diabetes Res Clin Pract. 1990;8(2):115-
1429.
123.
24. Hoeldtke RD, Streeten DH. Treatment of orthostatic Hypotension
9. Roy Freeman. Curent pharmacologic treatment for orthostatic
with erythropoietin. N Eng J Med. 1993;329:611-615.
hypotension. Clin Auto Res. 2007;10(1):14-18.
25. Hoeldtke RD, Streeten DHP. Treatment of orthostatic hypotension
10. Figueroa J MD, Basford RJ, Low AP. Preventing and treating
with erythropoietin. The New England Journal of Medicine.
orthostatic hypotension: As easy as A, B, C. Cleeve Clin J Med.
1993;9:329.
2010;77(5):298-306.
26. Winkler AS, Landau S, Watskin PJ. Erythropoietin treatment
11. Vishal Gupta MD, Lewis A, Lipsitz MD. Orthostatic hypotension
of postural hypotension in anemic type 1 diabetic patient with
in the elderly: diagnosis and treatment. The American Journal
autonomic neuropathy: a case study of four patients. Diabetes Care.
of Medicine. 2007;120:841-847.
2001;24:1121-1123.
12. Pop-Busui R. Cardiac autonomic neuropathy in diabetes: a
27. Arnold AC, Shibao C. Curent Concepts in Orthostatic Hypotension
clinical perspectif. Diabetes Care. 2010;33:434-441.
Management. Cur Hypertens Rep. 2013;15(4):304-312.

70

You might also like