Professional Documents
Culture Documents
Muhammad Nurwandi Humola, Rizqah Fajriyani Djaba, Siska Hantu, Sulistiawati Panyue,
Vara Febriana Lasut
ABSTRAK
Hypertension or high blood pressure, sometimes also called arterial hypertension, is a chronic
medical condition in which the blood pressure in the arteries increases. This increase causes the
heart to have to work harder than usual to circulate blood through the blood vessels. Isolated systolic
hypertension Isolated systolic hypertension occurs when the blood pressure reaches 140/90 mmHg.
This type of hypertension is usually experienced by elderly people aged more than 60 years. The
cause of isolated systolic hypertension is the accumulation of fat in the blood vessels, causing
stiffness in the aorta around the heart. The purpose of this study was to analyze case studies related
to hypertension and osteoporosis in elderly patients in order to find the right solution in the
therapeutic treatment of patients. The method used in this research is literature study using books
and journals made in the form of SOAP (Subject, Object, Assessment, Planning). Based on the
results of the research that has been done, it is found a treatment solution for hypertension sufferers,
among others, through Pharmacology and Non Pharmacology therapy. Pharmacological therapy
used in patients is hydrochlorothiazide, alendronate, vitamin D 800 IU, and levothyroxine which is
used in the treatment of hypertension accompanied by osteoporosis comorbidities. Meanwhile, non-
pharmacological therapies used are monitoring and controlling drug use by patients, improving
lifestyle and moderate exercise and reducing foods containing saturated fat.
Keywords: Hypertension, osteoporosis, elderly
ABSTRACT
Hipertensi atau tekanan darah tinggi, kadang juga disebut hipertensi arteri, adalah kondisi medis
kronis di mana tekanan darah di arteri meningkat. Peningkatan ini menyebabkan jantung harus
bekerja lebih keras dari biasanya untuk mengedarkan darah melalui pembuluh darah.
Hipertensi sistolik terisolasi Hipertensi sistolik terisolasi terjadi jika tekanan darah mencapai 140/80
mmHg. Jenis hipertensi ini biasanya dialami oleh lansia berusia lebih dari 60 tahun. Penyebab
dari hipertensi sistolik terisolasi adalah adanya penumpukan lemak pada pembuluh darah, sehingga
menyebabkan kekakuan pada aorta di sekitar jantung. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis studi
kasus yang berkaitan dengan hipertensi dan penyakit osteoporosis pada pasien lansia guna
menemukan solusi yang tepat dalam pengobatan terapeutik pasien. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah studi pustaka dengan menggunakan buku dan jurnal yang dibuat dalam bentuk
SOAP (Subject, Object, Assessment, Planning). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,
ditemukan solusi pengobatan bagi penderita hipertensi antara lain melalui terapi Farmakologi dan
Non Farmakologi. Terapi farmakologis yang digunakan pada pasien adalah hidroklorotiazid,
alendronat, vit D 800 IU, levothyroxine yang digunakan dalam pengobatan hipertensi disertai
penyakit penyerta osteoporosis. Sedangkan terapi non farmakologis yang digunakan adalah
pemantauan dan pengendalian penggunaan obat oleh pasien, memperbaiki gaya hidup dan
berolahraga ringan serta mengurangi makanan yang mengandung lemak jenuh.
Kata Kunci : Hipertensi, Osteoporosis, Lansia
1
STUDI KASUS HIPERTENSI PADA PASIEN LANSIA (Muhamad Nurwandi, dkk, 2021)
lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh 63.2% dan 75+ tahun sebesar 69.5% dari data
darah dan makin tinggi tekanan darah, makin tersebut dapat dilihat bahwa lanjut usia memiliki
besar resikonya (Price dalam Nurarif, 2016). persentase prevelensi hipertensi tertinggi dan
Menurut American Heart Association atau AHA juga penyakit kardiovaskular yang menjadi
dalam Kemenkes (2018), hipertensi merupakan faktor resiko utama penyebab kematian tertinggi
silent killer dimana gejalanya sangat bermacam- di Indonesia adalah hipertensi.
macam pada setiap individu dan hampir sama Hal inilah yang mendasari dilakukannya
dengan penyakit lain. penelitian pada kasus ini guna untuk
Bertambahnya usia akan mempengaruhi menganalisis kasus terkait hipertensi dan
beberapa aspek dalam kehidupan, salah satunya penyakit penyerta seperti hipotiroidisme dan
yaitu perubahan fisik dalam sistem osteoporosis dan menemukan solusi yang tepat
kardiovaskular. Aktivitas normal dalam dalam pengobatan terapeutik pada penderita.
kehidupan sehari-hari dapat mempengaruhi dan Hipertensi pada usia lanjut dibedakan
memperberat disfungsi kardiovaskular seperti atas: 1) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama
perubahan normal yaitu adanya penuaan faktor atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau
keturunan, dan gaya hidup dapat memicu tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90
terjadinya kelainan mayor salah satunya adalah mmHg. 2) Hipertensi sistolik terisolasi dimana
penyakit tekanan darah tinggi. Hasil penelitian tekanan distolik lebih besar dari 160 mmHg da
John et al mengatakan bahwa geriatri lebih tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
dominan beresiko terkena penyakit Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut
kardiovaskular absolut lebih tinggi, karena usia adalah terjadinya perubahan-perubahan
adanya keterikatan antara 66 bertambahnya usia pada : 1) Elastisitas dinding aorta menurun 2)
terhadap tekanan darah tinggi (Lestari dan Katub jantung menebal dan menjadi kaku 3)
Isnaini, 2018) Kemampuan jantung memompa darah menurun
Data yang diperoleh dari Riskesdas 2013 menyebabkan menurunnya kontraksi dan
menyebutkan bahwa prevelensi hipertensi volumenya 4) Kehilangan elastisitas pembuluh
menurut diagnosis di Indonesia sebesar 25.8%. darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
jika dibandingkan hasil Riskesdes 2018 sebesar efektifitas pembuluh darah perifer untuk
34.1% menunjukkan adanya peningkatan angka oksigenasi. 5) Meningkatnya resistensi
prevelensi hipertensi. Sedangkan prevelensi pembuluh darah perifer. (Nurarif A.H., &
hipertensi berdasarkan diagnosis dokter munurut Kusuma H., 2016).
karakteristik 2018 usia 18-24 tahun sebesar Pada usia lanjut penyakit yang diderita
13.2%, 25- 34 tahun sebesar 20.1%, 35-44 tahun tidak hanya satu penyakit saja, hal ini
sebesar 31.6%, 45-54 tahun sebesar 45.3%, 55- dikarenakan menurunnya fungsi organ tubuh.
64 tahun sebesar 55.2 %, 65-74 tahun sebesar Penyakit yang biasa dialami oleh lansia yaitu
2
FARMA KLINIK Vol. 01. No. 01, Mei 2021
Obyektif
3
STUDI KASUS HIPERTENSI PADA PASIEN LANSIA (Muhamad Nurwandi, dkk, 2021)
Asessment
Vit D 800 IU
Untuk Bermanfaat 200-1000 unit 800 Hiperkalsemia
osteoporosis untuk /hari (ISO, 2016) unit /hari (kelelahan, sakit
pasca pembentukan kepala, rasa
menopause tulang kantuk, mual-
(Shafinaz IS et muall, gangguan
al 2016) ritme jantung),
hiperkalsiuria
(Shafinaz IS et
al 2016)
4
FARMA KLINIK Vol. 01. No. 01, Mei 2021
5
STUDI KASUS HIPERTENSI PADA PASIEN LANSIA (Muhamad Nurwandi, dkk, 2021)
hiperkalsemia dan alkalosis, selain itu kalsium Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
karbonat dapat berinteraksi dengan vitamin D studi kasus terkait hipertensi dan penyakit
apabila dikonsumsi secara bersamaan. Dan untuk penyerta seperti hipotiroidisme dan osteoporosis
dosisnya kami tidak menambahkan atau dan menemukan solusi yang tepat dalam
menguranginya karena dosis yang diberikan pengobatan terapeutik pasien. Dari data pasien
pada kasus sudah sesuai dengan dosis yang bernama B.D berusia 83 tahun, terdiagnosis
berdasarkan literatur Hiperrtensi. Dimana kondisi pasien mengalami
Terapi non farmakologi peningkatan tekanan darah yakni 160/80 mmHg
Untuk terapi non farmakologi kami sarankan dimana tekanan darah tersebut melebihi batas
pasien memperbaiki gaya hidup seperti normal, maka dari itu pasien dinyatakan
contohnya: menjaga pola makan seperti banyak mengalami hipertensi. Mengalami kelebihan
mengonsumsi buah, dan sayur. Berolahraga berat badan dan menderita hipotiroidisme dan
ringan seperti jalan kaki, aktivitas fisik jalan kaki osteoporosis, pasien sedang dirawat dengan obat
ini sangat dianjurkan karena sangat mudah levothyroxine, alendronat, vit D 800 IU, dan
dilakukan khususnya untuk kalangan lansia, kalisium karbonat dan HCT.
Olahraga jalan kaki dengan teratur bisa menjadi Pengobatan Non Farmakologis.
cara yang efektif untuk melancarkaan sirkulasi Untuk terapi non farmakologi kami
pada darah. Aktifitas olahraga ini membantu sarankan pasien memperbaiki gaya hidup seperti
tubuh agar tetap bugar karena dapat melatih contohnya: menjaga pola makan seperti banyak
tulang menjadi kuat, mendorong jantung bekerja mengonsumsi buah, dan sayur. Berolahraga
optimal dan membantu menghilangkan radikal ringan seperti jalan kaki. Aktifitas fisik adalah
bebas yang berkeliaran didalam tubuh. secara setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot
teratur mengelola stres dengan baik rangka yang memerlukan pengeluaran energi.
Pembahasan Kurangnya aktifitas fisik merupakan faktor
Hipertensi atau yang biasa disebut risiko independen untuk penyakit kronis dan
tekanan darah tinggi merupakan peningkatan secara keseluruhan diperkirakan dapat
tekanan darah sistolik di atas batas normal yaitu menyebabkan kematian secara global
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah (Iswahyuni, S., 2017).
diastolik lebih dari 90 mmHg (Ferri, 2017). Aktivitas fisik jalan kaki ini sangat
Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi dianjurkan karena sangat mudah dilakukan
adalah salah satu jenis penyakit yang mematikan khususnya untuk kalangan lansia, olahraga jalan
di dunia dan faktor risiko paling utama kaki dengan teratur bisa menjadi cara yang
terjadinya hipertensi yaitu faktor usia sehingga efektif untuk melancarkaan sirkulasi pada darah.
tidak heran penyakit hipertensi sering dijumpai Aktifitas olahraga ini membantu tubuh agar tetap
pada usia senja/ usia lanjut (Irwan, 2016) bugar karena dapat melatih tulang menjadi kuat,
6
FARMA KLINIK Vol. 01. No. 01, Mei 2021
mendorong jantung bekerja optimal dan lanjut usia, karena pada lansia fungsi masing-
membantu menghilangkan radikal bebas yang masing organ sudah menurun.
berkeliaran didalam tubuh. secara teratur Untuk obat osteoporosisnya kami
Mengelola stres dengan baik. sarankan hanya digunakan dua obat yaitu obat
Mengurangi konsumsi garam, garam alendronat dan vitamin D 800 IU, karena
merupakan bumbu dapur yang biasa digunakan menurut Rizky (2016) alendronat dapat
untuk memasak. Menurut Sarlina, Palimbong, S., mencegah dan mengatasi masalah tulang rapuh
Kurniasari, M.D., Kiha, R.R. (2018), natrium (osteoporosis), dan memperkuat jaringan tulang
merupakan kation utama dalam cairan dengan cara menjaga sel osteosit dan osteoblas
ekstraseluler tubuh yang berfungsi menjaga dari kematian. Sedangkan untuk vit D 800 IU
keseimbangan cairan. Natrium yang berlebih menurut NIH (2016), Vitamin D 800 IU dapat
dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh mengatasi dan mencegah osteoporosis, serta
sehingga menyebabkan edema atau asites, dan mengatasi hipoparatiroid, rakitis, dan
hipertensi. Asupan natrium hendaknya dibatasi hipofosfatemia. kami tidak menyarankan
<100 mmoL (2g)/hari setara dengan 5 g (satu menggunakan obat kalsium karbonat karena obat
sendok teh kecil) garam dapur ini dapat berinteraksi dengan obat golongan
Terapi Farmakologis diuretik tiazid karena dapat meningkatkan risiko
Obat yang bisa kami sarankan untuk hiperkalsemia dan alkalosis, selain itu kalsium
terapi hipertensi pada B.D yaitu terapi dengan karbonat dapat berinteraksi dengan vitamin D
meggunakan obat golongan diuretik tiazide yaitu apabila dikonsumsi secara bersamaan. Dan untuk
Hidroklorotiazide. Kami sarankan obat ini dosisnya kami tidak menambahkan atau
karena Hidroklorotiazide bekerja dengan cara menguranginya karena dosis yang diberikan
membantu ginjal untuk membuang kelebihan pada kasus sudah sesuai dengan dosis
cairan dan garam melalui urine. Menurut Tandra berdasarkan buku acuan yaitu ISO tahun 2016.
(2017) Hidroklorotiazide bekerja dengan cara Kesimpulan
membantu ginjal untuk membuang kelebihan Berdasarkan studi kasus yang telah
cairan dan garam melalui urine. Dengan begitu, dilakukan, pasien atas nama B.C disarankan
edema bisa berkurang dan tekanan darah dapat untuk menjalani terapi Farmakologi dan Non
turun. Obat ini dapat dikonsumsi sebagai obat Farmakologi. Untuk terapi nonfarmakologi,
tunggal atau dikombinasikan dengan obat dilakukan perubahan gaya hidup yaitu dengan
lainnya. Kami sarankan untuk terapi tunggal menjaga pola makan seperti lebih banyak
guna untuk mengurangi efek samping yang mengonsumsi buah dan sayuran, mengurangi
ditimbulkan akibat kombinasi obat, dan juga konsumsi garam, serta berolahraga ringan seperti
mengingat usia pasien yang sudah memasuki berjalan kaki. Sedangkan untuk terapi
farmakologis diberikan obat HCT sebagai
7
STUDI KASUS HIPERTENSI PADA PASIEN LANSIA (Muhamad Nurwandi, dkk, 2021)