You are on page 1of 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu masalah kesehatan masyarakat yang sedang kita hadapi di

era pembangunan kesehatan ini adalah peningkatan dalam prevalansi penyakit

yang tidak menular dan menjadi penyebab kematian tertinggi di dunia . WHO

(World Health Organization) 2018 menyatakan bahwa kematian di dunia pada

tahun 2018 yang disebabkan oleh penyakit tidak menular sebesar 41 juta

orang setiap tahunnya atau setara dengan 71% dari semua jumlah kematian di

dunia. Salah satu penyakit tidak menular yang sering terjadi di masyarakat

masyarakat ialah penyakit Hipertensi. ( WHO 2018 )

Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular dengan

prevalensi diatas 59,5%, dimana Hipertensi merupakan the Silent Killer

karena penyakit yang mematikan tanpa disertai gejala-gejala terlebih dahulu.

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten, di mana

tekanansistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolikdi atas 90 mmHg.

( Pusdiatuti, 2019 )

Hipertensi menjadi masalah global karena prevalensi yang terus

meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas,

pola makan, inaktivitas fisik dan stres psikososial. Di seluruh dunia sekitar

972 juta orang atau 26 % penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi.

Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29 % di tahun 2025 dari 972

juta penderita hipertensi, dimana 333 juta penderita berada di negara maju dan
2

sisanya 639 juta berada di negara berkembang, termasuk Indonesia. (Sartik et

al 2017)

Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Gambaran sikap masyarakat Tentang Penyakit

Malaria di Puskesmas Sentani Kabupaten Jayapura”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah pada latar belakang diatas, maka didapatkan

rumusan masalahnya “Gambaran sikap masyarakat Tentang Penyakit

Malaria di Puskesmas Sentani Kabupaten Jayapura”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui Gambaran sikap masyarakat Tentang Penyakit Malaria

di Puskesmas Sentani Kabupaten Jayapura.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan

dan informasi bagi Masyarakat dan keluarga tentang pencegahan dan

tentang penyakit malaria dalam kehidupan sehari-hari sebagai upaya

pencegahan terhadap penyakit.

1.4.2 Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan

peneliti serta sebagai bahan acuan dalam melaksanakan penelitian lebih

lanjut dalam bidang keperawatan.


3

1.4.3 Bagi Institusi

Sebagai referensi dan informasi untuk suatu bahan tambahan

wawasan ilmu pengetahuan khususnya di bidang promosi kesehatan dan

mengenai Pengetahuan remaja dalam menerapkan pencegahan malaria.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Hipertensi

2.2.1 Pengertian

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah di atas batas normal yang dapat mengakibatkan

peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan juga angka kematian

(mortalitas). Tekanan darah fase sistolik 140 mmHg menunjukkan fase

darah yang sedang di pompa oleh jantung dan fase diastolik 90 mmHg

menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung (Triyanto, 2014).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi kronis ketika

tekanan darah pada dinding arteri (pembuluh darah bersih) meningkat.

Kondisi ini dikenal sebagai “pembunuh diam-diam” karena jarang

memiliki gejala yang jelas. Satu-satunya cara mengetahui apakah

seseoramg itu memiliki hipertensi adalah dengan melakukan pengukuran

tekanan darah (Anies, 2018).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit yang umum

terjadi dalam masyarakat kita. Keadaan itu terjadi jika tekanan darah pada

arteri utama didalam tubuh terlalu tinggi. Hipertensi kini semakin sering

dijumpai pada orang lanjut usia (Shanty, 2011).

Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh

darah meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung

4
5

bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen

dan nutrisi tubuh. Jika dibiarkan, penyakit ini dapat mengganggu fungsi

organ-organ lain, terutama organ-organ vital seperti jantung dan ginjal

(Kemenkes RI, 2013)

2.2.2 Klasifikasi Hipertensi

2.2.3 Patofisiologi

Meningkatnya tekanan darah dalam arteri bisa terjadi melalui

beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan

lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar kehilangan

kelenturannya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat

mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.

Darah pada setiap denyut jantung di paksa untuk melalui pembuluh yang

sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang

terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku

karena arteriosklirosis (Triyanto, 2014).

Dengan cara yang sama tekanan darah juga meningkat pada saat

terjadi vasokontriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara

waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormone di dalam darah.

Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya

tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga

tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh,

volume darah dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga

meningkat (Triyanto, 2014).


6

Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri

mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan

darah akan menurun. Penyesuain terhadap faktor-faktor tersebut

dilaksankan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf

otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh

secara otomatis). Perubahan fungsi ginjal, ginjal mengendalikan tekanan

darah melalui beberapa cara : jika tekanan darah meningkat, ginjal akan

menambah pengeluaran garam dan air yang akan menyebabkan

berkurangya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal

(Triyanto, 2014).

Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom

yang untuk sementara waktu akan meningkatkan tekanan darah selama

respon fight-or-flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar)

meningkatnya arteriola di daerah tertentu (misalnya otot rangka yang

memerlukan pasokan darah yang lebih banyak mengurangi pembuangan

air dan garam oleh ginjal sehingga akan meningkatkan volume darah

dalam tubuh melepaskan hormone epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin

(noradrenalin) yang merangsang jantung dan pembuluh darah. Faktor

stress merupakan satu faktor pencetus terjadinya peningkatan tekanan

darah dengan proses pelepasan hormone epinefrin dan norepinefrin

(Triyanto, 2014)

2.2.4 Manifestasi Klinik


7

Manifestasi klinik yang dialami oleh penderita biasanya berupa

pusing, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak nafas, rasa

berat di tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, dan mimisan.

Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala

sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukkan adanya kerusakan

vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang

divaskularisasi oleh oembuluh darah bersangkutan (Triyanto, 2014)

2.2.5 Penyebab Hipertensi

Penyebab hipertensi menurut (Triyanto, 2014) dibagi menjadi 2 yaitu

1. Hipertensi Esensial atau Primer

Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih

belum dapat diketahui. Kurang lebih 90% penderita hipertensi

tergolong hipertensi esensial sedangkan 10% nya tergolong hipertensi

sekunder. Onset hipertensi primer terjadi pada usia 30-35 tahun.

Hipertensi primer adalah suatu kondisi hipertensi dimana penyebab

sekunder dari hipertensi tidak ditemukan. Genetik dan ras merupakan

bagian yang menjadi penyebab timbulnya hipertensi primer, termasuk

faktor lain yang diantaranya adalah faktor stress, intake alkohol,

merokok, lingkungan, demografi dan gaya hidup.

2. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat

diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan


8

kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal

(hiperaldosteronisme). Golongan terbesar dari penderita hipertensi

adalah hipertensi esensial/primer, maka penyelidikan dan pengobatan

lebih banyak ditujukan ke penderita hipertensi esensial/prime

2.2.6 Faktor penyebab

Hipertensi di pengaruhi 2 faktor yaitu faktor yang dapat diubah dan tidak

dapat diubah menurut (Nurrahmani, 2011) :

1. Faktor yang tidak dapat diubah

a. Usia

Terjadinya hipertensi meningkat seiring dengan

pertambahan usia. Individu yang berumur diatas 60 tahun, 50-

60% mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan

140/90mmHg. Hal ini pengaruh degenerasi yang terjadi pada

orang yang bertambah usia. Organisasi kesehatan dunia

menggolongkan lansia menjadi 4 yaitu usia pertengahan 45-59

tahun, lanjut usia 60-70 tahun, lanjut usia tua 75-90 tahun, usia

sangat tua di atas 90 tahun. Selain itu pada usia lanjut sensitivitas

pengatur tekanan darah yaitu refleks baroresepto mulai berkurang,

demikian juga halnya dengan peran ginjal dimana aliran darah

ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun, hal ini memicu

terjadinya hipertensi. Berdasarkan usia terbanyak untuk kelompok

hipertensi adalah usia ≥55 tahun (53,3%). Usia terbanyak untuk


9

kelompok non hipertensi adalah < 55 tahun (83,3%). Selanjutnya

dianalis dengan uji multivariat dan didapatkan nilai signifikansi

(p=0,010), yang berarti terdapat hubungan yang bermakna secara

statistik antara umur dengan kejadian hipertensi. (Idha Kurniasih,

dkk, 2011).

b. Jenis Kelamin

Laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi menderita

hipertensi lebih awal. Laki-laki juga mempunyai resiko yang

lebih besar terhadap morbiditas dan mortalitas beberapa penyakit

kardiovaskuler, sedangkan usia diatas 50 tahun hipertensi lebih

banyak terjadi pada perempuan.

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan

wanita, namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler

sebelum menopause salah satunya adalah penyakit jantung

koroner.Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi

oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar

High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang

tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya

proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap

sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia

premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan

sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi

pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana


10

hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan

umur 45-55 tahun. (Bianti Nuraini, 2015). Penelitian yang

dilakukan di Kelurahan Sawangan Baru Depok menunjukkan

bahwa, untuk distribusi jenis kelamin lebih banyak berjenis

kelamin perempuan sebanyak 80 responden (92,0%), sedangkan

responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 7 responden

(8,0%) (Solehatul Mahmudah, dkk, 2015).

Berdasarkan hasil uji chi square antara jenis kelamin

dengan

kejadian hipertensi didapatkan tidak ada hubungan yang

signifikan antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi

(p=1,000). Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pernyataan

Prasetyaningrum (2014) yang mengatakan laki-laki lebih beresiko

mengalami hipertensi dibandingkan perempuan saat usia < 45

tahun. Tetapi saat usia >65 tahun, perempuan lebih beresiko

mengalami hipertensi dibanding laki-laki setelah wanita

memasuki masa monopouse prevalensi pada wanita akan semakin

meningkat dikarenakan faktor hormonal.

c. Keturunan

Dalam tubuh manusia terdapat faktor-faktor keturunan

yang diperoleh dari kedua orang tuanya. Jika orang tua

mempunyai riwayat hipertensi maka garis keturunan berikutnya

mempunyai resiko besar menderita hipertensi.


11

d. Riwayat Keluarga

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan

menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita

hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar

sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap

sodium. Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai

risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada

orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.

Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan

riwayat hipertensi dalam keluarga. (Bianti Nuraini, 2015)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Puskesmas

Airmadidi menunjukkan bahwa dengan menggunakan uji chi

square menghasilkan nilai probabilitas 0,000 dengan tingkat

kesalahan 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan

antara riwayat keluarga dengan hipertensi. Orang yang

mempunyai anggota keluarga hipertensi berisiko 17,71 kali lebih

besar dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai anggota

keluarga yang menderita hipertensi. (Merlisa C Talumewo, 2014).

2. Faktor yang dapat diubah

a. Stres

Stres atau ketegangan jiwa dapat merangsang kelenjar

anak ginjal untuk mengeluarkan adrenalin dan memacu jantung

berdenyut kuat. Akibatnya tekanan darah meningkat.


12

b. Berat Badan

Kegemukan atau kelebihan berat badan tidak hanya

menganggu penampiIan seseorang, tetapi juga tidak baik

kesehatan. Meraka yang memiliki berat badan lebih cenderung

memiliki tekanan darah lebih tinggi disbanding mereka yang

kurus. Pada orang yang gemuk, jantung akan bekerja lebih keras

dalam memompa darah. Hal ini dapat dipahami karena biasanya

pembuluh darah orang-orang yang gemuk terjepit kulit yang

berlemak. Pada orang yang gemuk pembakaran kalori akan

bekerja lebih karena untuk membakar kalori yang masu.

Pembakaran kalori ini memerlukan suplai oksigen dalam darah

yang cukup. Semakin banyak kalori yang dibakar, semakin

banyak pula pasokan oksigen dalam darah. Pasokan darah tentu

menjadikan jantung bekerja lebih keras.

c. Pengunaan Kontrasepsi Oral Pada Wanita

Peningkatan ringan tekanan darah biasa ditemukan pada

wanita yang menggunakan kontrasepsi oral terutama yang berusia

di atas 35 tahun, yang telah menggunakan kontrasepsi selama 5

tahun, atau pada orang obese. Hipertensi disebabkan oleh

peningkatan volume plasma akibat peningkatan aktivitas

renninangiotensin-aldosteron yang muncul ketika kontrasepsi oral

digunakan. Kalainan ini bersifat masih bisa diperbaiki, namun


13

membutuhkan waktu beberapa minggu setelah obat kontrsepsi

tersebut berhenti diminum.

d. Konsumsi Garam Berlebihan

Konsumsi garam hal yang tidak baik dalam tekanan darah,

tetapi kandungan natrium (Na) dalam darah dapat mempengaruhi

tekanan darah seseorang. Natrium (Na) bersama klorida (CI)

dalam garam dapur (NaCl) sebenarnya bermanfaat bagi tubuh

untuk mempertahankan keseimbangan cairan tubuh dan mengatur

tekanan darah. Namun, natrium yang masuk dalam darah secara

berlebihan dapat menahan air sehingga meningkatkan volume

darah. Meningkatnya volume darah menagkibatkan meningkatnya

tekanan pada dinding pembuluh darah sehingga kerja jantung

dalam memompa darah semakin meningkat.

e. Kebiasaan Merokok

Seseorang disebut memiliki kebiasaan merokok apabila ia

melakukan aktivitas merokok setiap hari dengan jumlah satu

batang atau lebih sekurang-kurangnya selama satu tahun.

Merokok dapat salah satu faktor hipertensi melalui mekanisme

pelepasan Norepinefrin dari ujung-ujung saraf adrenergik yang

dipacu oleh nikotin.

f. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang di berikan oleh

seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah


14

suatu cita-cita tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang

maka makin mudah dalam memperoleh suatu pekerjaan sehingga

semakin banyak pula penghasilan yang di peroleh dan

menyebabkan tingkat pengetahuan kesehatan dari seseorang

tersebut tinggi sehingga menimbulkan rasa pentingnya untuk

menjaga kesehatan. Pendidikan memiliki tingkatan yaitu :

1. Pendidikan rendah (TAMAT SD,SMP/MTS)

2. Pendidikan menangah (TAMAT SMA,SMK)

3. Pendidikan tinggi (TAMAT D3,S1,S2,S3)

g. Pekerjaan

Manisfestasi kardiovaskuler yang berkaitan dengan

paparan kerja sering dicetuskan oleh patofisiologi bukan akibat

kerja yang mendasarinya. Pada pekerja individual sulit

membuktikan faktor-faktor kerja bertanggung jawab atas kelainan

kardiovaskuler dengan faktor-faktor kerja (WHO, 2005). Jenis

pekerjaan yang terkait dengan risiko penyakit kardiovaskuler

adalah pekerjaan yang tidak aktif secara fisik yang terlalu banyak

bekerja, kurang berolahraga, tidak memperhatikan gizi yang

seimbang, konsumsi lemak tinggi dapat menimbulkan hipertensi

pada pekerja. Stres pada pekerjaan cenderung menyebabkan

terjadinya hipertensi berat.


15

2.2.7 Komplikasi Hipertensi

Komplikasi hipertensi menurut (Triyanto, 2014) sebagai berikut:

1. Stroke

Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak,

atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang

terpajan tekanan tinggi. Stroke sendiri merupakan kematian jaringan

otak yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke

otak. Biasanya kasus ini terjadinya secara mendadak dan

menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit.

2. Infark Miokard

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang

arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium

atau apabila terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah

melalui pembuluh darah tersebut. Hipertensi kronik dan hipertensi

ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat

terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.

3. Gagal Ginjal

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat

tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerolus. Dengan

rusaknya glomerolus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional

ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia

dan kematian.

4. Gagal Jantung
16

Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung bekerja

lebih berat untuk memompa darah dan menyebabkan pembesaran otot

jantung kiri sehingga jantung mengalami gagal fungsi. Pembesaran

pada otot jantung kiri disebabkan kerja keras jantung untuk memompa

darah. Ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang

kembalinya ke jantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul

di paru, kaki dan jaringan lain sering disebut edema

2.2.8 Penatalaksanaan Hipertensi

Tatalaksana Hipertensi ada 3 antara lain menurut (Triyanto, 2014) yaitu

1. Penatalaksanaan Farmakologis

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan takanan

darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat

hipertensi agar penderita bertambah kuat. Pengobatan standar yang

diajukan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (Joint Commite On

Detection, Evaluation and Treatment Of High Blood Preasure, USA,

2010) menyimpulkan bahawa obat diuretik, antagonis kalsium, atau

penghambat ACE dapat di gunakan sebagai obat tunggal pertama

dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada

pada penderita (Padila, 2013 dalam Nafiah, 2018).

Terapi farmakologis dilakukan dengan pemberian obat-obatan

seperti berikut (Triyanto, 2014) :

a. Golongan Diuretik
17

Biasanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk

mengobati hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang

garam dan air, yang akan mengurangi volume cairan di seluruh

tubuh sehingga menurunkan tekanan darah. Diuretik juga

menyebabkan pelebaran pembuluh darah. Diuretik menyebabkan

hilangnya kalium melalui air kemih, sehingga kadang diberikan

tambahan kalium atau obat penahan kalium. Diuretik sangat efektif

pada orang kulit hitam, lanjut usia, kegemukan, penderita

gagal ginjal jantung atau penyakit ginjal menahun.

b. Penghambat Adrenargik

Merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa-bloker, beta

bloker labetol, yang menghambat efek sistem saraf simpatis.

System saraf simpatis adalah sistem saraf yang dengan segera

akan memberikan respon terhadap stress, dengan cara

meningkatkan tekanan darah. Yang palinh sering digunakan

adalah beta-bloker yang efektif diberikan pada penderita usia

muda, penderita yang mengalami serangan jantung.

c. ACE – inhibitor

Obat ini efektif diberikan kepada orang kulit putih, usia muda,

penderita gagal jantung. Angiotensin converting enzyme inhibitor

(ACE-inhibitor) menyebabkan penurunan tekanan darah dengan

cara melebarkan arteri.


18

d. Angiotensin-II-Bloker

Menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu mekanisme

yang mirip dengan ACE-inhibitor.

e. Vasodilator

Menyebabkan melebarnya pembuluh darah. Obat dari golongan

ini hampir selalu digunakan sebagai tambahan terhadap obat anti-

hipertesi lainnya.

f. Antagonis Kalsium

Menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan mekanisme

yang benar-benar berbeda. Sangat efektif diberikan kepada orang

kulit hitam, lanjut usia, nyeri dada, sakit kepala (migren).

2. Penatalaksanaan Non Farmakologis

Pengobatan secara nonfarmokologi atau lebih dikenal dengan

pengobatan tanpa obat-obatan, pada dasarnya merupakan tindakan

yang bersifat pribadi atau perseorangan. Pada pengobatan hipertensi

tanpa obat-obatan lebih menekankan pada perubahan pola makan dan

gaya hidup. Berikut pengobatan nonfarmakologi menurut

(Triyanto,2014):

a. Mengurangi Konsumsi Garam

Garam dapur mengadung 40% natrium.oleh karena itu, tindakan

mengurangi garam juga merupakan usaha mencegah sedikit

natrium yang masuk kedalam tubuh. Mengurangi konsumsi garam

pada awalnya memang tarasa sulit. Keadaan ini terjadi karena


19

individu terbiasa dengan makanan berasa asin selama puluhan

tahun. Tentu memerlukan usaha yang keras untuk mengurangi

garam.

b. Mengendalikan Minum (Kopi Dan Alkohol)

Kopi tidak baik di konsumsi bagi individu dengan hipertensi

karena, senyawa kafein dalam kopi dapat memicu meningkatnya

denyut jantung yang berdampak pada peningkatan tekanan darah.

Minuman beralkohol dapat menyebabkan hipertensi karena, bila

di konsumsi dalam jumlah yang berlebihan akan meningkatkan

tekanan darah. Pada dasarnya pada penderita hipertensi perlu

meninggalkan minuman beralkohol.

c. Mengendalikan Berat Badan

Mengendalikan berat badan dapat dilakukan dengan berbagai

cara. Misalnya mengurangi porsi makanan yang masuk kedalam

tubuh atau mengimbangi dengan melakukan banyak aktivitas,

penurunan 1kg berat badan dapat menyebabkan tekanan darah

turun 1 mmHg.

d. Berolah Raga Teratur

Seorang penderita hipertensi bukan dilarang untuk berolahraga,

tetapi dianjurkan olahraga secara teratur. Bagi penderita

hipertensi semua olahgara baik dilakukan asal tidak menyebabkan

kelelahan fisik dan selain itu olahraga ringan yang dapat sedikit

meningkatkan denyut jantung dan mengeluarkan


20

2.2 Konsep Malaria

2.2.1 Pengertian Malaria

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit malaria

(plasmodium) bentuk aseksual yang masuk kedalam tubuh manusia yang

ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Penyakit ini

mengancam keluarga miskin dan dapat menjadi salah satu penyebab

penurunan kehadiaran di sekolah dan tempat kerja (WHO, 2010).

Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit dari

genus plasmodium yang infektif ditularkan melalui gigitan nyamuk

anopheles betina dan dapat menyerang semua kelompok usia terutama

kelompok resiko tinggi (bayi, balita, dan ibu hamil) serta dapat

menurunkan produktifitas kerja (Susana, 2012).

2.2.2 Etilogi

Penyakit malaria pada manusia ada empat jenis dan masing-masing

disebabkan spesies parasit yang berbeda. Jenis malaria itu adalah

(Harijanto, 2012) :

a. Malaria tertiana (paling ringan), yang disebabkan oleh Plasmodium

vivax

b. Malaria tropika, disebabkan oleh Plasmodium falciparum.

c. Malaria quartana yang disebabkan Plasmodium malariae.

d. Malaria ovale mirip malaria tertiana, malaria ini paling jarang

ditemukan, disebabkan oleh Plasmodium ovale


21

Pada penderita penyakit malaria, penderita dapat dihinggapi lebih dari

satu plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed

infection). Di Indonesia paling banyak dua jenis parasit yakni

campuran antara Plasmodium vivax dengan Plasmodium falciparum

2.2.3 Epidemilogi

a. Faktor host

Secara alami, penduduk disuatu daerah endemis malaria yang

mudah dan ada yang sukar terinfeksi malaria, meskipun gejala

klinisnya ringan. Perpindahan penduduk dari dan ke daerah endemis

malaria hingga kini masih menimbulkan masalah. Sejak dahulu telah

diketahui bahwa wabah penyakit ini sering terjadi didaerah

pemukiman baru, seperti di daerah perkebunan dan transmigrasi. Hal

ini terjadi karena para pekerja yang datang dari daerah lain belum

mempunyai kekebalan sehingga rentan terinfeksi (Natalia, 2010).

Kerentanan manusia terhadap penyakit malaria berbeda-beda.

Ada manusia yang rentan, yang dapat tertular oleh penyakit malaria,

tetapi ada pula yang lebih kebal dan tidak mudah tertular oleh penyakit

malaria.

b. Faktor agent (penyebab)

Penyakit malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh

nyamuk anopheles betina.Spesies anopheles diseluruh dunia terdapat

sekitar 2.000 spesies dan 60 spesies diantaranya diketahui sebagai

penular malaria.Spesies anophelesdi Indonesia ada sekitar 80 jenis dan


22

24 spesies diantaranya telah terbukti penular penyakit malaria.Nyamuk

anopheles hidup di daerah beriklim tropis dan subtropis, tetapi juga

bisa hidup di daerah yang beriklim sedang.Nyamuk ini jarang

ditemukan pada daerah ketinggian lebih dari 2.000-2.500 m. Tempat

perindukannya bervariasi (tergantung spesiesnya) dan dapat dibagi

menjadi tiga kawasan yaitu pantai, pedalaman, dan kaki

gunung.Nyamuk anopheles betina biasanya menggigit manusia pada

malam hari atau sejak senja hingga subuh. Jarak terbangnya tidak lebih

dari 0,5-3 km dari tempat perindukannya (Natalia, 2010).

Nyamuk anophelesbiasa meletakkan telurnya diatas permukaan

air satu persatu.Telur dapat bertahan hidup dalam waktu cukup lama

dalam bentuk dorman. Bila air cukup tersedia, telur-telur tersebut

biasanya menetas 2-3 hari setelah diletakkan. Nyamuk anopheles

sering disebut nyamuk malaria karena banyak jenis nyamuk ini yang

menularkan penyakit malaria (Natalia, 2010)

c. Faktor Enviroment (lingkungan)

Keadaan lingkungan berpengaruh besar terhadap ada tidaknya

malaria di suatu daerah. Keberadaan air payau,genangan air hutan,

persawahan, tambak ikan, pembukaan hutan dan pertambangan di

suatu daerah akan meningkatkan kemungkinan timbulnya penyakit

malaria karena tempat-tempat tersebut merupakan tempat perindukan

nyamuk malaria (Natalia, 2010). Hal ini diperburuk dengan adanya


23

perpindahan penduduk dari daerah endemis ke daerah bebas malaria

dan sebaliknya (Natalia, 2010).

Tidak semua daerah yang dimasuki penderita malaria akan

terjangkit malaria. Jika di daerah tersebut tidak terdapat nyamuk

malaria, penularan penyakit tersebut tidak akan terjadi. Demikian pula

sebaliknya, sekalipun di suatu daerah terdapat nyamuk malaria tetapi

jika di daerah tersebut tidak ada penderita malaria, penularan malaria

tidak akan terjadi. Suatu daerah akan terjangkit penyakit malaria

apabila di daerah itu ada nyamuk malaria yang pernah menggigit

penderita malaria (Natalia 2010).

2.2.4 Patogenesis

Patogenesis malaria sangat kompleks, dan seperti patogenesis

penyakit infeksi pada umumnya melibatkan faktor parasit, faktor

penjamu, dan lingkungan. Ketiga faktor tersebut saling terkait satu sama

lain, dan menentukan manifestasi klinis malaria yang bervariasi mulai

dari yang paling berat ,yaitu malaria dengan komplikasi gagal organ

(malaria berat), malaria ringan tanpa komplikasi, atau yang paling ringan,

yaitu infeksi asimtomatik. Tanda dan gejala klinis malaria yang timbul

bervariasi tergantung pada berbagai hal antara lain usia penderita, cara

transmisi, status kekebalan, jenis plasmodium, infeksi tunggal atau

campuran. Selain itu yang tidak kalah penting adalah kebiasaan

menggunakan obat anti malaria yang kurang rasional yang dapat

mendorong timbulnya resistensi. Berbagai faktor tersebut dapat


24

mengacaukan diagnosis malaria sehingga dapat disangka demam tifoid

atau hepatitis, terlebih untuk daerah yang dinyatakan bebas malaria atau

yang Annual Parasite Incidence –nya rendah (Harijanto 2012).

2.2.5 Gejala Klinis

Keluhan dan tanda klinis, merupakan petunjuk yang penting dalam

diagnosa malaria. Gejala klinis ini dipengaruhi oleh jenis/ strain

Plasmodium, imunitas tubuh dan jumlah parasit yang menginfeksi. Waktu

mulai terjadinya infeksi sampai timbulnya gejala klinis dikenal sebagai

waktu inkubasi, sedangkan waktu antara terjadinya infeksi sampai

ditemukannya parasit dalam darah disebut periode prepaten. Gejala pada

anak biasanya disertai batuk (Harijanto 2012).

Menurut Gejala klasik malaria yang umum terdiri dari tiga stadium

(trias malaria),(Harijanto, 2012) yaitu :

a. Periode dingin

Mulai dari menggigil, kulit dingin dan kering, penderita sering

membungkus diri dengan selimut dan pada saat menggigil sering

seluruh badan bergetar dan gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis

seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1

jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.

b. Periode panas

Penderita berwajah merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan

panas badan tetap tinggi dapat mencapai 40 0C atau lebih, respirasi

meningkat, nyeri kepala, terkadang muntah-muntah, dan syok. Periode


25

ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai dua jam atau lebih diikuti

dengan keadaan berkeringat

c. Periode berkeringat

Mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah, temperatur

turun, lelah, dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa

sehat dan dapat melaksanakan pekerjaan seperti biasa

2.2.6 Masa Inkubasi dan Cara Penularan

Menurut Susana (2010), masa inkubasi adalah rentang waktu sejak

sporozoit masuk sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan

demam. Masa inkubasi bervariasi tergantung spesies plasmodium.

Plasmodium falciparum mempunyai masa hidup terpendek dibanding

plasmodium yang lain. Masa inkubasi keempat plasmodium dapat dilihat

dalam tabel berikut

Cara penularan penyakit malaria dapat di bedakan menjadi dua macam

yaitu :

a. Penularan secara alamiah (natural infection)

Penularan secara alamiah terjadi melalui gigitan nyamuk Anopheles

betina yang telah terinfeksi oleh Plasmodium.

b. Penularan tidak alamiah (not natural infection)

1) Malaria bawaan (kongenital), disebabkan adanya kelainan pada

sawar plasenta sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu

kepada bayi yang dikandungnya.


26

2) Penularan secara mekanik terjadi melalui transfusi darah melalui

jarum suntik. Penularan pada jarum suntik biasanya terjadi pada

para pecandu narkoba yang menggunakan jarum suntik yang tidak

steril.

3) Secara oral. Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung

(Plasmodium gallinasium), burung dara (Plasmodium relection)

dan monyet (Plasmodium knowlesi) yang akhir-akhir ini

dilaporkan menginfeksi manusia.Pada umumnya sumber infeksi

malaria pada manusia adalah manusia lain yang sakit malaria, baik

dengan gejala maupun tanpa gejala klinis (Harijanto,2012)

2.2.7 Diagnosis

Menurut (Hasibuan, 2010), dengan adanya tanda dan gejala yang

dikeluhkan serta tampak oleh tim kesehatan, maka akan segera dilakukan

pemeriksaan laboratorium (khususnya pemeriksaan darah) untuk

memastikan penyebabnya dan diagnosa yang akan diberikan kepada

penderita. Pemeriksaan laboratorium lainnya seperti parasitologi, darah

tepi lengkap, uji fungsi hati, uji fungsi ginjal. Dilakukan punksi lumbal,

foto toraks untuk menyingkirkan/mendukung diagnosis atau

komplikasi lain.

2.2.8 Pencegahan

Pencegahan malaria secara umum meliputi tiga hal, yaitu edukasi,

kemoprofilaksis dan upaya menghindari gigitan nyamuk.


27

a. Edukasi adalah faktor terpenting pencegahan malaria yang harus

diberikan pada setiap pelancong atau petugas yang akan bekerja

didaerah endemis. Materi utama edukasi adalah mengajarkan tentang

cara penularan malaria, resiko terkena malaria, tanda dan gejala

malaria, serta menjaga kondisi lingkungan agar tetap bersih dan

terhindar dari pembiakan nyamuk terutama rawa atau tempat

genangan air.

b. Upaya menghindari gigitan nyamuk Anopheles adalah cara yang

paling efektif untuk mencegah malaria. Upaya tersebut berupa

proteksi pribadi, modifikasi perilaku dan modifikasi lingkungan.

Proteksi pribadi dengan menggunakan kelambu yang dilapisi

insektisida permethin, gunakan lotion anti nyamuk serta baju lengan

panjang dan celana panjang. Modifikasi perilaku berupa mengurangi

aktifitas diluar rumah mulai senja sampai subuh disaat nyamuk

Anopheles umumnya menggigit atau usahakan tinggal didalam rumah

mulai sore. Sebaiknya pintu rumah ditutup mulai sore hari,

pasang kasa nyamuk dikisi-kisi udara rumah dan tidur dalam

kelambu. Modifikasi lingkungan bertujuan untuk mengurangi habitat

pembiakan nyamuk, berupa perbaikan sistem drainase sehingga

mengurangi genangan air. Mengubur barang-barang bekas, perbaikan

tepian sungai untuk memperlancar aliran air. Pengelolaan lingkungan

tersebut disertai modifikasi perilaku manusia efektif mengurangi

resiko terkena malaria sampai 80-88%


28

c. Kemoprofilaksis diberikan bagi para wisatawan yang melancong ke

daerah endemis dalam waktu singkat ataupun mereka yang akan

menjalankan tugas untuk jangka waktu yang lama sampai bertahun-

tahun. Kemoprofilaksis diberikan untuk mengurangi resiko jatuh

sakit jika telah tergigit nyamuk infeksius. Tingkat efektivitas

kemoprofolaksis sangat ditentukan oleh tingkat resistensi

plasmodium setempat terhadap obat anti malaria (Harijanto, 2012).


29

2.2.9 Kerangka Teori

Kerangkat teori berguna sebagai landasan pembuatan kerangka

konsep penelitian karena disusun berdasarkan teori yang ditemukan

teoritis.

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Sikap Malaria

1. Pengertian
1. Pengertian 2. Etilogi
2. Komponen 3. Epidemilogi
3. Tahapan
4. Patogenesis
4. aspek
5. Gejala klinisi
6. Masa inkubasi dan
cara penularan
7. Diangnosis
8. Pencegahan

Sumber : Notoatmodjo (2016), ( Susana, 2012).


30

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif, untuk

mengambarkan Pengetahuan sikap dan tindakan masyarakat Tentang

Penyakit Malaria di Puskesmas sentani Kabupaten Jayapura

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


3.2.1. Tempat
Penelitian ini akan dilakukan di puskesmas sentani Kabupaten

Jayapura

3.2.2. Waktu
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan juni 2022

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1. Populasi

Menurut Sugiyono (2013), populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri dari objek atau subjek, yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti ini untuk

dipelajari. Populasi dalam penelitian ini berjumlah orang yang

merupakan masyarakat di wilayah kerja puskesmas sentani Kabupaten

Jayapura

3.3.2. Sampel
31

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dianggap mewakili

(Notoatmodjo, 2012). Menurut Arikunto (2013), bila populasi kurang

dari 100, maka jumlah total populasi dijadikan sampel, dengan

demikian jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak orang remaja

dengan malaria. Tenik pengambilan sampel pada penelitian ini

menggunakan total sampling.

3.4 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang

hubungan atau kaitan antara konsep-konsep atau variable yang akan

diamati atau di ukur melalui penelitian yang akan dilakukan

(Notoatmodjo, 2015).

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian


Variabel tunggal

Gambaran Sikap Masyarakat tentang penyakit


malaria di Puskesmas sentani Kabupaten
Jayapura

Keterangan

: Variabel yang diteliti


32

3.5 Definisi Operasional

Tabel. 3. 1. Defenisi Operasional

Definisi Alat
Variabel Skor Skala Hasil ukur
operasional ukur
Sikap Suatu respon dari Kuesioner SS = Ordinal Hasil ukur
masyarakat tentang 4 menggunakan
penyakit malaria S=3 kategori:
ST = 2 1. Baik: 51-
100%
STS=1
2. Kurang: <50%

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan

oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut

menjadi sistematis dan dipermudah olehnya, alat ukur yang digunakan

dalam penelitian ini adalah kuisioner (Umam, 2017).

Kuisioner I dan II berisi tentang karakteristik responden berupa

nomor responden, usia, pekerjaan, pendidikan terakhir, pekerjaan. Dan

riwayat terkena malaria.

Sedangkan Kuisioner III berisi pertanyaan tentang tindakan

penyakit malaria, sebanyak 10 pertanyaan. Kuisioner ini menggunakan

Skala ordinal dengan kriteria jawaban yaitu SS diberi nilai 4, S di beri


33

nilai 3, TS diberi nilai 2, STS diberi nilai 1, Kuisioner ini dikutip dari hasil

penelitian Meliani Pulungan (2018) dengan judul “pengetahuan, sikap dan

tindakan masyarakat terhadap kejadian penyakit malaria di desa Tambiski

Kecamatan Naga Juang Kabupaten Mandailing Natal” dengan hasil uji

validitas menunjukan mean validitas yaitu 0,444 yang berarti r hitung

0,444 > dari r tabel 0,765 sehingga kuesioner dikatakan valid.

3.7 Proses Pengumpulan Data

a. Setelah mendapat persetujuan kepada Puskesmas Sentani Kabupatren

Jayapura. Selanjutnya peneliti menjelaskan tujuan penelitian kepada

responden.

b. Setelah mendapat ijin dari pihak objek penelitian, selanjutnya

mengunjungi responden untuk memberikan pemahaman dasar tentang

tujuan penelitian yang akan dilakukan sesuai dengan protokol

kesehatan sebagai berikut:

1. Selalu wajib menggunakan masker baik di dalam maupun di luar

ruangan

2. Selalu jaga jarak minimal 1 meter

c. Memberikan informed consent kepada calon responden dengan

memberikan penjelasan kepada responden maksud dan tujuan

penelitian. Apabila responden setuju, maka diberikan lembar

informed consent yang ditanda tangani oleh responden.


34

d. Peneliti membagikan kuesioner dalam bentuk angket kepada

responden. Waktu pengisian penelitian dilakukan selama 10 menit

dan setelah itu dikumpul kembali.

e. Setelah itu hasil kuesioner dicek kelengkapan pengisian, dinilai dan

dianalisis.

3.8 Pengelolahan dan Penyajian Data

3.8.1 Pengelolahan Data

Pengolahan data yang dikumpulkan perlu diolah agar menjadi

informasi yang akhirnya dapat digunakan untuk menjawab tujuan

penelitian melalui tahapan sebagai berikut:

a) Editing

Memeriksa kembali kelengkapan akurasi terhadap

kemungkinan kesalahan pengisian jawaban dan keserasian

informasi dari responden.

b) Processing

Membuat penilaian berdasarkan hasil jawaban kuesiner

responden.

c) Coding

Membuat kode-kode tertentu melalui pengelompokan

keperluan untuk memudahkan pengelolahan data.

d) Tabulating

Membuat table frekuensi untuk semua jawaban yang telah

diberikan kode sesuai dengan klasifikasinya masing-masing.


35

e) Analyzing

Melakukan penelitian berdasarkan univariat

f) Cleaning

Melakukan kegiatan pengecekan data kembali terhadap

kuesioner penelitian yang sudah diisi oleh responden, jika ada

error maka data akan dihapus dan digantikan dengan data

responden baru.

3.8.2 Penyajian Data

Penyajian data adalah hasil penelitian yang dibuat berupa tabel,

grafik, gambar, bagan, foto, atau bentuk penyajian data lainya.

Penyajian data dalam penelitian ini menggunakan tabel dan

dinarasikan.

3.9 Analisa Data Univariat

Analisa Univariat adalah analisa yang dilakukan untuk

menganalisa tiap variabel dari hasil penelitian yang disajikan dalam

bentuk distribusi frekuensi (Notoatmodjo, 2012). Setelah data

dikumpulkan dan diolah kemudian data disajikan dalam bentuk

pertanyaan-pertanyaan deskriptif dengan persentase yang dilengkapi

dengan table distribusi, frekuensi, dan diagram, kemudian diambil

kesimpulan secara narasi dengan diagram atau grafik. Analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif, univariat,

dengan distribusi frekwensi. Untuk distribusi frekuensi, menggunakan

rumus penentuan, besarnya persentase.


36

Rumus Persentase sebagai berikut;

f
P= 100 %
n

Keterangan:
P = Persentase
F = Jumlah jawaban yang benar
N = Jumlah total pertanyaan.
3.10 Etika Dalam Penelitian

Peneliti dapat mengukur sikap masyarakat Tentang Penyakit Malaria

di Puskesmas Sentani Kabupaten Jayapura, Peneliti melibatkan semua

manusia sebagai subjek harus dan menerapkan 8 prinsip dasar etika

penelitian yaitu;

3.10.1 Informed Consen)

Informed Consent (Persetujuan) adalah lembar persetujuan

yang diberikan kepada subjek penelitian. Peneliti menjelaskan

manfaat, tujuan, prosedur, dan dampak dari penelitian yang akan

dilakukan. Setelah dijelaskan, lembar informed consent diberikan ke

subjek penelitian, jika setuju maka informed concent harus

ditandatangani oleh subjek penelitian.

3.10.2 Beneficience

Beneficience (manfaat) merupakan prinsip yang perlu

ditekankan oleh peneliti, menekakankan pada manfaat yang akan

diterima oleh responden dan menjauhkan diri dari bahaya eksplotasi

responden.

3.10.3 Non malaficience


37

Prinsip ini menekankan bahwa peneliti tidak melakukan

tindakan yang akan menimbulkan bahaya bagi responden diusahakan

terbebas dari rasa tidak nyaman.

3.10.4 Respect for autonomy

Respect for autonomy (kebebasan) artinya peneliti memberikan

kebebasan pada responden untuk mengikuti penelitian atau tidak,

serta tidak memaksa pilih atau jawaban dari kuesioner yang

diajuhkan seblum responden mengisi kuesioner, respon diminta

persetujuan bersedia menjadi responden melalui infomend consent.

3.10.5 Anonymity

Anonymity (Inisial/tanpa nama) adalah tindakan menjaga

kerahasiaan subjek penelitian dengan tidak mencantumkan nama

pada informed consent dan kuesioner, cukup dengan inisial dan

memberi nomor atau kode pada masing-masing lembar tersebut.

3.10.6 Veracity

Veracity (kejujuran) artinya peneliti menjelaskan terlebih

dahulu mengenai prosedur dan manfaat penlitian dengan jujur

kepada responden. Penliti hanya menyampaikan informasi yang

benar, jujur, dan tidak melakukan kebohongan kepada responden.

3.10.7 Justice

Justice (Keadilan) adalah keadilan, peneliti akan

memperlakukan semua responden dengan baik dan adil, semua


38

responden akan mendapatkan perlakuan yang sama dari penelitian

yang dilakukan peneliti.

3.10.8 Confidentiality

Confidentiality (Kerahasiaan) adalah menjaga semua

kerahasiaan semua informasi yang didapat dari subjek penelitian.

Beberapa kelompok data yang diperlukan akan dilaporkan dalam

hasil penelitian. Data yang dilaporkan berupa data yang menunjang

hasil penelitian. Selain itu, semua data dan informasi yang telah

terkumpul dijamin kerahasiaannya oleh penelitian.


39

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi UF. 2013. Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi. Jakarta:


RajaGrafindo Persada.
Agustina, R., Azizah., & Agianto. (2016). Gambaran Kejadian Gastritis Di
RSUD Ratu Zalecha Martapura. Jurnal Keperawatan. Vol. 4, No. 1, Hal
48-54
Anggara, D.H.F,dkk. 2013. “Faktor-faktor yang ebrhubungan dengan tekanan
darah di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012”. Jurnal
Kesehatan Masyarakat: Jakarta Timur
Anggraeny, Rini, Wahiduddin, Rismayanti. 2014. “Faktor Risiko Aktivitas Fisik,
Merokok, Dan Konsumsi Alkohol Terhadap Kejadian Hipertensi Pada
Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Pattingalloang Kota Makassar”.
Makassar: Jurnal Kesehatan
Arief Masjoer. 2011. Kapita Selekta Kedokteran , edisi 4. Jakarta: Media
Aesculapius.
Aulawi, K. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Rapha Publishing
Azwar, Saifudin. 2013. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset
Dalimartha 2008. jurnal faktor yang dapat mempengaruhi hipertensi
Data sekunder unit PTM puskesmas karangjati. 2019.
Dinkes. 2019. Profil Kesehatan Kabupaten Ngawi 2017,2018,2019. : Jawa Timur.
Gunawan, 2011.jurnal hipertensi essensial
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah.
Jakarta: Salemba.
Kemenkes RI. 2013.Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta:Balitbang
Kemenkes RI
Kemenkes RI. 2016. Penyakit Tidak Menular dan Faktor Risiko. Buku Pintar
Posbindu PTM. 2016.
Kemenkes RI. 2016. Penyakit Tidak Menular dan Faktor Risiko. Buku Pintar
Posbindu PTM.
40

Kementrian Kesehatan , 2018. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Balai


penelitian dan pengembangan Kesehatan Republik Indonesia
Kementrian Kesehatan. 2014. Situasi Dan Analisis Lanjut Usia. Pusat Data Dan
Informasi: Jakarta.
Kementrian Kesehatan. 2014. Situasi Dan Analisis Lanjut Usia. Pusat Data Dan
Informasi: Jakarta.
Kristanti, 2010. Jurnal faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi
Idha kurniasih, 2011. Pengaruh umur dengan kejadian hipertensi di rumah sakit
dr.dody sarjoto : Gemerlang Cipta
Kemenkes, RI. 2014. INFODATIN. Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI. LANSIA. Jakarta.
Kemenkes, RI. 2019, jumlah penderita hipertensi di indonesia.
Merlisa C talumewo. 2014. Faktor yang mempengaruhi penderita hipertensi di
puskesmas armadidi.makassar.
Nasir. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nurhaedar. 2010 Hipertensi degeneratif . Bandung : Airlangga
Nurrahmani, Ulfah & Kurniadi, Helmanu. 2015. “Gejala Penyakit Jantung
Koroner, Kolesterol Tinggi, Diabetes Militus, Hipertensi”. Yogyakarta:
Istana Media
Nurrahmani, U. 2011. Stop Hipertensi. Yogyakarta: Familia.
Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian. Jakarta : Selemba Medika.
Rinawang, 2011. Jurnal hipertensi tentang pengaruh jenis kelamin terhadap
kejadian Hipertensi
Riskesdas. 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Deptemen
Kesehatan. Jakarta : Republik Indonesia.
Sugiharto dkk, 2013 jurnal tentang pengaruh pendidikan terhadap kejadian
hipertensi
Sugiyono. 2013. Metodologi penelititan . jakarta : pustaka media
Triyanto, E. 2014. Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Hipertensi secara
Terpadu. Yogyakarta : Graha Ilmu

You might also like