You are on page 1of 16

SISTEM KARDIOVASKULER

CASE STUDY GUIDE (SCANARIO 1)


KAKIKU BENGKAK

A. Kasus
Tn. Harto usia 50 th, datang ke UGD dengan keluhan sesak nafas,
muka sembab (bengkak) dan kaki oedema. Tn. Harto memiliki riwayat
hipertensi sejak 5 tahun yang lalu. Dari hasil pengukuran tanda vital TD=
160/100 MmHg, N= 105x/menit, RR= 30x/menit dan S=37°c. Selama
menderita hipertensi Tn. Harto jarang minum obat dan tidak kontrol ke
dokter karena takut. Tn. Harto tidak melakukan pantangan makanan.
Berdasarkan hasil anamnesa Tn. Harto pernah MRS setahu yang lalu dengan
keluhan yang sama.

B. ...
1. Langkah 1 (identifikasi dan klarifikasi kata-kata sulit)
a. Sesak nafas adalah gangguan suplay oksigen O² yang ditandai dengan RR
lebih dari 24x/menit atau lebih dari normal.
b. Oedema kaki adalah pembengkakan pada kaki timbul, cairan intrasel pada
ekstremitas kaki.
c. Oedema muka (muka sembab)
d. Hipertensi adalah tekanan darah sistol lebih dari 140 MmHg dan diastol
kurang daro 90 MmHg
e. Pantangan makanan adalah tidak mengatur pola makan
f. Takikardi adalah peningkatan nadi lebih dari 100x/menit
g. Anamnase adalah mengidentifikasi masalah pasien dengan menyakan keluhan
atau wawancara
h. Tidak kontrol adalah jarang kontrol secara teratur pada saat sakit
i. Tidak minum obat secara teratur sesuai advice dokter

2. Langkah 2 (penentuan masalah)


Mengidentifikasi masalah:
a. Riwayat hipertensi sejak 5 tahun
b. Hipertensi (160/100MmHg)
c. Sesak nafas
d. Takikardi
e. Kaki oedema
f. Tidak pernah kontrol dan jarang minum obat

3. Langkah 3 ( Analisis masalah)


a. Hipertensi
1) Patofisiologi hipertensi
2) Etiologi
3) Manifestasi klinis
4) Penatalaksanaan hipertensi
5) Pencegahan hipertensi
6) Komplikasi hipertensi
b. Sesak nafas
1) Patofisiologi sesak nafas
2) Etiologi sesak nafas
3) Manifestasi klinis sesak nafas
4) Penatalaksanaan sesak nafas
5) Pencegahan sesak nafas
6) Komplikasi sesak nafas
c. Oedema kaki dan wajah
1) Patofisiologi oedema kaki dan wajah
2) Etiologi oedema kaki dan wajah
3) Manifestasi klinis oedema kaki dan wajah
4) Penatalaksaan oedema kaki dan wajah
5) Pencegahan oedema kaki dan wajah
6) Komplikasi oedema kaki dan wajah
d. Tidak pernah kontrol dan jarang minum obat
1) Patofisiologi
2) Etiologi
3) Manifestasi klinis
4) Penatalaksanaan
5) Pencegahan
6) Komplikasi
e. Takikardi
1) Patofisiologi
2) Etiologi
3) Manifestasi klinis
4) Penatalaksanaan
5) Pencegahan
6) Komplikasi

4. Langkah 4 (kesimpulan sementara)


a. Hipertensi grade 2 berhubungan dengan dekompensasi cordis
b. Penetalaksanaan hipertensi
c. Asuhan keperawatan pada pasien hipertensi grade 2
berhubungan dengan dekompensasi cordis

5. Langkah 5 (menetapkan tujuan pembelajaran)


a. Mahasiswa mampu mengidentifikasi patofisiologi
b. Mahasiswa mampu mengidentifikasi etiologi
c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi manifestasi klinis
d. Mahasiswa mampu mengidentifikasi penetalaksanaan
e. Mahasiswa mampu mengidentifikasi komplikasi
f. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa, intervensi,
implementasi, evaluasi
g. Mahasiswa mampu memahami efek samping obat

6. Langkah 6 (mencari, pengumpulan informasi dan belajar mandiri)


7. Langkah 7 (berbagi hasil pengumpulan informasi, melakukan
sintesa dan pengujian informasi yang telah terkumpul)
LEARNING OBJECTIVE
A. Definisi
1. Hipertensi
Hipertensi adalah adanya kenaikan tekanan darah yang konsisten.
Pada orang dewasa rata-rata tekanan sistolik sama atau diatas 140
MmHg dan tekanan diastolik sama atau diatas 90 MmHg, menurut
American Heart Association, rata-rata dari dua kali pemeriksaan yang
berbeda dalam dua minggu. Menurut Pusdinakes Depkes disebutkan
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik diatas standart
dihubungkan dengan usia.
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi dua
golongan besar, yaitu :
1. Hipertensi esensial ( Hipetensi primer / idiopathic ) yaitu hipertensi
yang tidak diketahui penyebabnya 90% kasus
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit
lain sebanyak 10%
a. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula
jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu
dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi
otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi
dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
(volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke
sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila
diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang
berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada
angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah,
sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan
hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan
berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan darah
maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti jantung. ( Suyono,
Slamet. 1996 ).
b. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik
(idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output
atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1) Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau
transport Na.
2) Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat.
3) Stress Lingkungan.
4) Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua
serta pelebaran pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1) Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang
mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas,
susunan saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek dari
eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
2) Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler
renal.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan – perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1%
setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan
jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenasi Meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer.
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1) Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya
adalah penderita hipertensi
Ciri perseorangan
1) Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
2) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
3) Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
4) Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
5) Kebiasaan hidup
6) Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah
:
7) Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
8) Kegemukan atau makan berlebihan
9) Stress
10) Merokok
11) Minum alcohol
12) Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
b. Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
1) Ginjal
2) Glomerulonefritis
3) Pielonefritis
4) Nekrosis tubular akut
5) Tumor
6) Vascular
7) Aterosklerosis
8) Hiperplasia
9) Trombosis
10) Aneurisma
11) Emboli kolestrol
12) Vaskulitis
13) Kelainan endokrin
14) DM
15) Hipertiroidisme
16) Hipotiroidisme
17) Saraf
18) Stroke
19) Ensepalitis
20) SGB
21) Obat – obatan
22) Kontrasepsi oral
23) Kortikosteroid
c. Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1) Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2) Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang
menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas,
kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran
menurun
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg 2.
2. Sakit kepala
3. Pusing / migraine
4. Rasa berat ditengkuk
5. Penyempitan pembuluh darah
6. Sukar tidur
7. Lemah dan lelah
8. Nokturia
9. Azotemia
10. Sulit bernafas saat beraktivitas
d. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat  Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk
hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat.
Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
b. Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
 Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
 Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c. Penurunan berat badan
d. Penurunan asupan etanol
e. Menghentikan merokok
f. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu: Macam
olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan
lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau
72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan
berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya
3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
i. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek
tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak
normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti
nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan
ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar
membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan
)
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

2. Terapi dengan Obat


Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi
juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat
bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (JOINT
NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT
OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika,
penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai
obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain
yang ada pada penderita. Pengobatannya meliputi :
a. Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
b. Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
1) Dosis obat pertama dinaikkan
2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis,
Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
c. Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh
1) Obat ke-2 diganti
2) Ditambah obat ke-3 jenis lain
d. Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2) Re-evaluasi dan konsultasi
3) Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan
komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat, dokter )
dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan
adalah sebagai berikut :
a. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan
darahnya
b. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan
darahnya
c. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa
dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas
d. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan
darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui
dengan mengukur memakai alat tensimeter
Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu
Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita
Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
e. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga
dapat mengukur tekanan darahnya di rumah
f. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau
2 x sehari
g. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan
masalah-masalah yang mungkin terjadi
h. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti
obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal
i. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
j. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
k. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
l. Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan
sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan
pengobatan hipertensi.
e. Cara Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata,
adanya hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi,
obesitas dan konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:
a. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga
agar tidak terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
b. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
c. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah
garam.
d. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui
menderita hipertensi berupa:
a. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat
maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan
primer.
b. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol
secara normal dan stabil mungkin.
c. Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus
dikontrol.
d. Batasi aktivitas.
f. Komplikasi
Efek pada organ :
a. Otak
 Pemekaran pembuluh darah
 Perdarahan
 Kematian sel otak : stroke
b. Ginjal
 Malam banyak kencing
 Kerusakan sel ginjal
 Gagal ginjal
c. Jantung
 Membesar
 Sesak nafas (dyspnoe)
 Cepat lelah
 Gagal jantung
2. Sesak Nafas
Sesak nafas yaitu perasaan sulit bernapas yang biasanya terjadi ketika kita
melakukan aktivitas fisik. Sesak napas adalah suatu gejala dari beberapa
penyakit yang dapat bersifat kronis. Sesak napas juga dikenal dengan istilah
“Shortness Of Breath”. Kejadian-kejadian sesak nafas bergantung dari tingkat
keparahan dan sebabnya. Perasaan itu sendiri merupakan hasil dari kombinasi
impuls (rangsangan) ke otak dari saraf yang berakhir di paru-paru, tulang iga,
otot dada, atau diafragma, ditambah dengan persepsi dan interpretasi pasien.
Pada beberapa kasus, sesak napas diperhebat karena kegelisahan memikirkan
penyebabnya.
Pasien mendeskripsikan dyspnea dengan berbagai cara, sesak napas yang tidak
menyenangkan, merasa sulit untuk menggerakkan otot dada, merasa tercekik,
atau rasa kejang di otot dada.
Macam-Macam Sesak Napas (Dyspnea)
a. Dyspnea (Sesak Nafas) akut
Dyspnea (Sesak Nafas) akut dengan awal yang tiba-tiba merupakan
penyebab umum kunjungan ke ruang gawat darurat. Penyebab dyspnea akut
diantaranya penyakit pernapasan (paru-paru dan pernapasan), penyakit jantung
atau trauma dada.
b. Dyspnea (Sesak Nafas) kronis
Dyspnea (Sesak Nafas) kronis (menahun) dapat disebabkan oleh
asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), emfisema, inflamasi paru-paru,
tumor, kelainan pita suara

a. PATOFISIOLOGI SESAK NAFAS

1. Oksigenasi jaringan berkurang Penyakit yang menyebabkan


kecepatan pengiriman oksigen ke jaringan berkurang seperti perdarahan
2. Kebutuhan oksigen meningkat Peningkatan kebutuhan oksigen secara tiba
– tiba akan memerlukan oksigen yang lebih banyak untuk
proses metabolisme
3. Kerja pernafasan meningkat Otot pernafasan dipaksa bekerja lebih kuat
karena adanya penyempitan saluran pernafasan
4. Rangsangan pada sistem syaraf pusat Penyakit – penyakit yang
menyerang sistem syaraf pusat
5. Penyakit neuromuskuler Penyakit yang menyerang diafragma

Besarnya tenaga fisik yang dikeluarkan untuk menimbulkan sesak


nafas tergantung kepada
Usia

 Jenis kelamin
 Ketinggian tempat
 Jenis latihan fisik
 Emosi

Gejala sesak nafas biasanya memiliki satu atau beberapa keadaan


 Penyakit kardiovaskuler
 Emboli paru
 Penyakit paru interstitial atau alveolare
 Gangguan dinding dada atau otot dada
 Penyakit obstruksi paru
 Kecemasan

b. ETIOLOGI

Sesak Nafas karena Faktor Keturunan .Yang memang dari lahier memiliki
paru-paru dan organ pernafasan lemah. Ditambah kelelahan bekerja dan gelisah,
maka bagian-bagian tubuh akan memulai fungsi tidak normal. Hal ini tidak
otomatis membuat tubuh menderita, sebab secara alami akan melindungi diri
sendiri. Namun demikian, sistem pertahanan bekerja ekstra, bahkan kadang-
kadang alergi dan asma timbul sebagai reaksi dari sistem pertahanan tubuh yang
bekerja terlalu keras.

Sesak Nafas karena Faktor lingkungan. Udara dingin dan lembab dapat
menyebabkan sesak nafas. Demikian pula dengan serbuk sari bunga (pollen) dan
partikel lain. Bekerja di lingkungan berdebu atau asap dapat memicu sesak nafas
berkepanjangan. Polusi pada saluran hidung disebabkan pula oleh rokok yang
dengan langsung dapat mengurangi suplai oksigen.

Sesak Nafas karena Produksi lendir yang berlebihan akan menyumbat


saluran udara. Makanan yang menyebabkan produksi lendir berlebih adalah
produk dari susu, tepung, nasi putih, dan permen.

Sesak Nafas karena kurangnya asupan cairan. Sesak Nafas karena


kurangnya asupan cairan sehingga lendir pada paru-paru dan saluran nafas
mengental. Kondisi ini juga menjadi situasi yang menyenangkan bagi mikroba
untuk berkembang biak.

Masalah pada susunan tulang atau otot tegang pada punggung bagian atas
akan menghambat sensor syaraf dan bioenergi dari dan menuju paru-paru.

Sesak Nafas karena ketidakstabilan emosi. Orang-orang yang gelisah, depresi,


ketakutan, rendah diri cendertung untuk sering menahan nafas. Atau justru
menarik nafas terlalu sering dan dangkal sehingga terengah-engah. Dalam waktu
yang lama, kebiasaan ini berpengaruh terhadap produksi kelenjar adrenal dan
hormon, yang berkaitan langsung dengan sistem pertahanan tubuh. Kurang
pendidikan bisa juga menyebabkan sesak nafas. Pengetahuan akan cara bernafas
yang baik dan benar akan bermanfaat dalam jangka panjang baik terhadap fisik
maupun emosi seseorang.

c. MANIFESTASI KLINIS

You might also like