You are on page 1of 10

IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 5 No.

1 – Januari 2018

Penatalaksanaan Terapi Musik Klasik dengan Masalah Keperawatan


Gangguan Penurunan Curah Jantung pada Pasien Hipertensi
di RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri
1, 2
Eva Pratama Sari , Novi Indah Aderita
Poltekkes Bhakti Mulia, Sukoharjo
eva.pratama04@gmail.com, adherita_alhaniin@yahoo.com

Abstract: Health Central Java (2014) define the highest case with indications of the disease is not
contagious by 2013 on a group of diseases of the heart and blood vessels essential hypertension is a
disease. Hypertension meyebabkan artery aorta and large reduced his ability to accommodate the
volume of blood pumped by the heart, resulting in a decrease in cheating heart. To cope with the
decrease in the bulk of the heart that is by way of grant of classical music therapy. The purpose of this
research is lower blood pressure in people with hypertension in the PROVINCIAL HOSPITAL of Dr.
Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. The design of this research is descriptive research using the
approaches of nursing (nursing process). Research subject retrieval techniques with non probability
sampling purposive. The subject of a number of 5 people who will be given a classical music therapy.
The results of the study of 5 subjects found that the subjects said experiencing stress, have a history
of hypertension in the family, experiencing shortness of breath, insomnia, pain in the back of the neck,
feeling anxious, pounding, and anxious. Result of physical examination to research subject got result:
good general condition, awareness compos mentis. The exterior is cold. Looking anxious, a strong
palpable pulse. TTV: TD: 150-190 / 90-120 mmHg, N: 88-110 x / min, R: 20-22x / min, S: 36-36,7oC.
CRT 2-3 seconds. The diagnosis of nursing decreased cardiac output. Intervention for decreased
cardiac output is by giving classical music therapy for 20-30 minutes. After doing that action got result
that the problem of decrease of cardiac output resolved on 1 subject that match with result criteria and
resolved partially on 4 subject because blood pressure of research subject decreased but not in
normal range. The results obtained blood pressure in the range 130-160 / 80-90 mmHg.
Keywords: Hypertension, Penurunanan Heavy Heart, Classical Music Therapy

Abstrak: Depkes Jawa Tengah (2014) mendefinisikan kasus tertinggi dengan indikasi penyakit tidak
menular tahun 2013 pada kelompok penyakit jantung dan pembuluh darah adalah penyakit hipertensi
esensial. Hipertensi menyebabkan aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung, mengakibatkan penurunan curang jantung.
Untuk mengatasi penurunan curah jantung yaitu dengan cara pemberian terapi musik klasik. Tujuan
penelitian ini menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi di RSUD dr. Soediran Mangun
Sumarso Wonogiri. Desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan
pendekatan keperawatan (nursing process). Teknik pengambilan subjek penelitian dengan non
probability sampling (purposive). Subjek penelitian sejumlah 5 orang yang akan diberi terapi musik
klasik. Hasil pengkajian dari 5 subjek didapatkan bahwa subjek penelitian mengatakan mengalami
stress, mempunyai riwayat hipertensi di keluarganya, mengalami sesak nafas, susah tidur, merasa
nyeri pada tengkuk, merasa gelisah, berdebar, dan cemas. Hasil pemeriksaan fisik kepada subjek
penelitian didapatkan hasil: keadaan umum baik, kesadaran compos mentis. Ekstermitas teraba
dingin. terlihat cemas, nadi teraba kuat. TTV: TD: 150-190/90-120 mmHg, N: 88-110 x/menit, R: 20-
o
22x/menit, S: 36-36,7 C. CRT 2-3 detik. Didapatkan diagnosis keperawatan penurunan curah jantung.
Intervensi untuk penurunan curah jantung yaitu dengan pemberian terapi musik klasik selama 20-30
menit. Setelah dilakukan tindakan tersebut didapatkan hasil bahwa masalah penurunan curah jantung
teratasi pada 1 subjek yang sesuai dengan kriteria hasil dan teratasi sebagian pada 4 subjek karena
tekanan darah subjek penelitian menurun tetapi tidak dalam rentang normal. Hasil penelitian
didapatkan tekanan darah dalam rentang 130-160/80-90 mmHg.
Kata kunci: Hipertensi, Penurunanan Curah Jantung, Terapi Musik Klasik

I. PENDAHULUAN penderita mengalami komplikasi pada organ-


Penyakit jantung dan penyakit pembuluh organ vital seperti jantung, otak ataupun ginjal
darah, termasuk hipertensi telah menjadi (Triyanto, 2014).
penyakit yang mematikan banyak penduduk di Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
negara maju dan berkembang lebih dari 8 darah sistolik lebih dari140 mmHg dan tekanan
dekade terakhir. Hipertensi sering disebut darah diastolik lebih dari 90 mmHg,
pembunuh siluman, karena seringkali penderita berdasarkan pada dua kali pengukuran atau
hipertensi bertahun-tahun tanpa merasa lebih (Smeltzer, 2013). Menurut organisasi
sesuatu gangguan atau gejala. Tanpa disadari kesehatan dunia (WHO) mencatat pada tahun

ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org 28


IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 5 No. 1 – Januari 2018

2012 sedikitnya sejumlah 839 juta kasus Berdasarkan data di atas yaitu angka
hipertensi, diperkirakan menjadi 1,15 milyar hipertensi pada tahun 2025 diperkirakan
pada tahun 2025 atau sekitar 29% dari total mencapai 1,15 milyar, maka penulis tertarik
penduduk dunia, dimana penderitanya lebih membahas penatalaksanaan keperawatan
banyak pada wanita (30%) dibanding pria terapi musik klasik dengan masalah penurunan
(29%). Sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi curah jantung yang akan disajikan dalam karya
terjadi terutama di negara-negara berkembang. tulis ilmiah yang berjudul “Penatalaksanaan
Prevalensi hipertensi di Indonesia Terapi Musik Klasik dengan Masalah
mencapai 31,7% dari populasi usia 18 tahun ke Keperawatan Gangguan Penurunan Curah
atas. Dari jumlah tersebut, 60% penderita Jantung pada Pasien Gangguan Sistem
hipertensi mengalami penyakit jantung, gagal Kardiovaskuler: Hipertensi di Rumah Sakit dr.
ginjal, dan kebutaan. Hipertensi sebagai Soediran Mangun Sumarso Wonogiri”.
penyebab kematian ketiga setelah stroke dan
tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari II. METODE PENELITIAN
provinsi penyebab kematian pada semua umur Penelitian ini dilakukan di RSUD dr.
di Indonesia (Riskesdas, 2010). Soediran Mangun Sumarso Wonogiri pada
Menurut Depkes Jawa Tengah (2014) tanggal 27 Maret-8 April 2017. Jenis Penelitian
kasus tertinggi dengan indikasi penyakit tidak ini menggunakan desain penelitian deskriptif
menular tahun 2013 pada kelompok penyakit menggunakan pendekatan proses
jantung dan pembuluh darah adalah penyakit keperawatan (nursing process).
hipertensi esensial, yaitu sebanyak 497.966 Populasinya adalah pasien hipertensi di
kasus (67,00%) menurun dibandingkan tahun Rumah Sakit Umum dr. Soediran Mangun
2012 yaitu sebanyak 554.771 kasus (67,57%). Sumarso Wonogiri.. Subjek adalah 5 pasien
Prevalensi tertinggi hipertensi menurut hasil hipertensi di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
pengukuran terdapat di Kabupaten Wonogiri Umum dr. Soediran Mangun Sumarso
(49,5%) dan terendah hasil pengukuran Wonogiri, dengan kriteria inklusi penderita
terdapat di Demak (26,5%) (Kemenkes RI, hipertensi yang berobat, pasien laki-laki atau
2013). perempuan dengan penyakit hipertensi, berada
Tekanan darah tinggi (hipertensi) yang di tempat penelitian yang diteliti oleh peneliti
tidak terkontrol akan menyebabkan komplikasi, pada waktu pengambilan data dilakukan,
komplikasi yang sering muncul akibat hipertensi bersedia menjadi responden, dapat
yaitu stroke. Oleh karena itu penanganan untuk berkomunikasi dengan baik. Dan kriteria
menstabilkan tekanan darah sangat diperlukan. ekslusi: pasien yang sedang menjalankan
Berbagai cara untuk mengatasi hipertensi yaitu terapi pengobatan alternatif lainnya, tidak bisa
dengan terapi farmakologi dan nonfarmakologi. membaca dan menulis.
Pada terapi farmakologi diberi obat untuk Teknik pengambilan subjek yang digunakan
menurunkan tekanan darah namun tidak yaitu nonprobabilyty sampling purposive
menstabilkan tekanan darah, efek kelanjutan sampling. Teknik pengumpulan data didapatkan
dari mengonsumsi obat-obatan yaitu membuat dari hasil wawancara, observasi, pemeriksaan
ketergantuan dan jika mengonsumsi terus- fisik, dan studi dokumentasi.
menerus dapat merusak organ lain Instrumen yang digunakan yaitu peneliti
(Triyanto, 2014) sendiri dengan menggunakan format
Salah satu terapi nonfarmakologi untuk pengkajian asuhan keperawatan, alat-alat
penurunan curah jantung adalah dengan terapi pemeriksaan fisik, tensimeter, stetoskop, mp3,
musik. Musik dapat digunakan sebagai media headset/headphone, musik klasik, dan lembar
terapeutik, manfaat yang optimal dalam terapi observasi.
musik ini tergantung pada cara penerapan ke
pasien. Terapi musik juga sebagai III. HASIL PENELITIAN
keterampilan, seseorang yang ahli dibidang 1. Karakteristik Subjek Penelitian
musik dapat meningkatkan, memelihara, Tabel 1 Karakteristik Subjek Penelitian
memperbaiki kesehatan mental, fisik, emosi
dan spiritual (Triyanto, 2014). Penurunan stres Prosentase
No Karakteristik Frekuensi
akan menyebabkan tekanan daran menurun. (%)
Menurut Susilo dan Ari (2011), banyak dokter 1. Pekerjaan
yang menggunakan musik untuk membantu 20
Petani 1
pasien mengatasi krisis, musik yang digunakan IRT 2
40
yaitu musik klasik. Rangsangan musik ternyata 40
Swasta 2
mampu mengatasi emosi. Alunan musik juga
dapat menstimulasi tubuh untuk mengurangi 2. Umur
tekanan darah. 40
40-49 2
ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org 29
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 5 No. 1 – Januari 2018

60 jugularis, tidak ada disritmia, tidak ada bunyi


50-60 3
3. jantung abnormal, tidak ada angina, tidak ada
Pendidikan
40 edema perifer, tidak ada edema pulmonal, tidak
SD 2 ada diaphoresis, tidak ada mual, tidak ada
40
SMP 2 kelelahan. Perencaan yang dilakukaan adalah
20 dengan terapi musik, terapi akan dilakukan
SMA 1
4. Jenis Kelamin
dengan durasi 20-30 menit/hari selama 3 hari
60 berturut-turut.
Perempuan 3 5. Pelaksanaan Keperawatan
40
Laki-laki 2 a. Subjek 1
Sumber: Data Primer 2017 Pertemuan pertama, tindakan pertama sebelum
diberi terapi musik klasik yaitu dilakukan
Peneliti menetapkan subjek penelitian sejumlah pengkajian, pemeriksaan fisik dan observasi,
5 orang karena peneliti menganggap bahwa subjek merasakan susah tidur, perasaannya
jumlah subjek penelitian sudah mewakili jumlah biasa saja, tidak mual, CRT kembali dalam
penderita hipertensi di ruang Mawar dan sudah waktu kurang dari 2 detik, pasien tidak
memenuhi kriteria subjek penelitian, kembung, hasil pemeriksaan fisik TTV: TD:
o
berdasarkan data primer karakteristik subjek 170/120 mmHg, N: 88 x/menit, S: 36,5 C, RR:
penelitian didapatkan bahwa pekerjaan subjek 20 x/menit, subjek penelitian tampak gelisah.
penelitian memiliki proporsi yang sama antara Tindakan kedua subjek penelitian diberikan
IRT dan swasta yang masing-masing 2 orang terapi musik selama 20-30 menit. Respon
(20%), dilihat dari umurnya sebagian besar subjek penelitian rileks dan memejamkan mata.
subjek penelitian antara 50-60 tahun dengan Tindakan ketiga dilakukan pengkajian,
proporsi 3 orang (60%), dan dari segi pemeriksaan fisik dan observasi kembali
pendidikan subjek peneliti memiliki proporsi terhadap subjek penelitian dan diperoleh hasil:
yang sama rata SD dan SMP yaitu sejumlah subjek penelitian mengatakan merasakan
masing-masing 2 orang (40%). Subjek rileks, tidak mual, CRT kembali <2 detik, tidak
penelitian kebanyakan berjenis kelamin ada keluhan lain, tidak kembung, TTV: TD:
perempuan yang sejumlah 3 orang (60%). 160/120 mmHg, N: 88 x/menit, S: 36,5 C, RR:
2. Pengkajian 21 x/menit.
Dari 5 subjek penelitian didapatkan hasil Pertemuan kedua. Tindakan pertama sebelum
pengkajian yaitu subjek mengatakan:subjek diberi terapi musik klasik yaitu dilakukan
penelitian mengatakan mengalami stress, pengkajian, pemeriksaan fisik dan observasi,
mempunyai riwayat hipertensi di keluarganya, didapatkan hasil: subjek penelitian mengatakan
mengalami sesak nafas, susah tidur, merasa merasakan susah tidur, tidak mual, tidak ada
nyeri pada tengkuk, merasa gelisah, berdebar, keluhan lain, CRT kembali dalam 2 detik, TTV:
o
dan cemas. TD: 160/90 mmHg, N: 90 x/menit, S: 36,5 C,
Hasil pemeriksaan fisik kepada subjek RR: 20 x/menit. Tindakan kedua diberikan
penelitian didapatkan hasil: keadaan umum terapi musik kalsik selama 20-30 menit.
baik, kesadaran compos mentis. Ekstermitas Didapatkan hasil subjek tampak rileks.
teraba dingin. terlihat cemas, nadi teraba kuat. Tindakan ketiga dilakukan kembali pengkajian,
TTV: TD: 150-190/90-120 mmHg, N: 88-110 pemeriksaan fisik dan observasi terhadap
o
x/menit, R: 20-22x/menit, S: 36-36,7 C. CRT 2- subjek penelitian, dengan hasil: subjek
3 detik. mengatakan merasakan nyaman, tidak mual,
3. Diagnosis Keperawatan CRT kembali 2 detik, tidak kembung, TTV: TD:
Berdasarkan data yang ditemukan peneliti dan 150/80 mmHg, N: 92 x/menit, S: 36,5 C, RR: 20
sesuai dengan rumusan diagnosis maka dapat x/menit.
dirumuskan diagnosis keperawatan yaitu Pertemuan ketiga. Tindakan pertama yang
penurunan curah jantung berhubungan dengan dilakukan adalah pengkajian, pemeriksaan fisik
peningkatan afterload. dan observasi subjek penelitian, didapatkan
4. Perencanaan Keperawatan hasil: subjek merasakan biasa saja, tidak mual,
Tujuan dan kritera hasil yang peneliti tetapkan tidak ada keluhan lain, CRT kembali dalam 3
adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan detik,TTV: TD: 170/100 mmHg, N: 104 x/menit,
o
1 hari sekali dengan durasi 20-30 menit S: 36,2 C, RR: 21 x/menit. Didapatkan hasil
selama 3 hari berturut-turut dengan musik subjek tampak nyaman. Tindakan kedua adalah
klasik mozart, subjek penelitian dapat pemberian terapi musik selama 20-30 menit.
mengontrol tekanan darah, dengan kriteria hasil Didapatkan hasil pasien nyaman. Tindakan
tekanan darah dalam rentang normal, toleransi ketiga adalah melakukan pengkajian,
terhadap aktivitas, nadi perifer kuat, ukuran pemeriksaan fisik dan observasi kembali
jantung normal, tidak ada distensi vena terhadap subjek penelitian, didapatkan hasil:
ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org 30
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 5 No. 1 – Januari 2018

subjek merasakan rileks, tidak mual, CRT x/menit, S: 36,2 C, RR: 21 x/menit. Tindakan
kembali 3 detik, subjek tidak kembung, TTV: kedua adalah pemberian terapi musik selama
o
TD: 140/90 mmHg, N: 98 x/menit, S: 36,2 C, 20-30 menit. Didapatkan hasil subjek tampak
RR: 21 x/menit. menikmati, tampak nyaman. Tindakan ketiga,
b. Subjek 2 yang dilakukan adalah pengkajian,
Pertemuan pertama. Tindakan pertama, yang pemeriksaan fisik dan observasi, didapatkan
dilakukan adalah pengkajian, pemeriksaan fisik hasil: subjek mengatakan merasakan lebih
dan observasi, didapatkan hasil: subjek tidak rileks, tidak mual, tidak mual, tidak kembung,
dapat bicara, tidak mual, tidak ada keluhan lain, TTV: TD: 120/90 mmHg, N: 80 x/menit, S:
o
CRT kembali dalam 3 detik,TTV: TD: 190/120 36,2 C, RR: 21 x/menit. CRT kembali 3 detik.
o
mmHg, N: 105 x/menit, S: 36,7 C, RR: 21 Pertemuan kedua. Tindakan pertama, yang
x/menit. Tindakan kedua adalah pemberian dilakukan adalah pengkajian, pemeriksaan fisik
terapi musik selama 20-30 menit. Didapatkan dan observasi, didapatkan hasil: subjek
hasil subjek rileks. Tindakan ketiga adalah mengatakanmerasa berdebar, tidak mual,
melakukan pengkajian, pemeriksaan fisik dan mengatakan nyeri pada kakidengan skala 3,
observasi, didapatkan hasil: subjek merasakan tidak ada keluhan lain, CRT kembali dalam 3
nyaman, tidak mual, CRT kembali 2 detik, detik, TTV: TD: 160/90 mmHg, N: 90 x/menit, S:
o
subjek tidak kembung, TTV: TD: 180/120 36,5 C, RR: 20 x/menit. Tindakan kedua adalah
o
mmHg,N: 100 x/menit, S: 36,7 C, RR: 20 pemberian terapi musik selama 20-30 menit.
x/menit. Didapatkan hasil subjek tampak rileks.
Pertemuan kedua. Tindakan pertama, yang Tindakan ketiga, yang dilakukan adalah
dilakukan adalah pengkajian, pemeriksaan fisik pengkajian, pemeriksaan fisik dan observasi,
dan observasi, didapatkan hasil: subjek tidak didapatkan hasil: subjek merasakan berdebar
dapat bicara, tidak mual, tidak ada keluhan lain, berkurang, tidak mual, CRT kembali 2 detik,
CRT kembali dalam 2 detik,TTV: TD: 180/100 tidak kembung, TTV: TD: 150/80 mmHg, N: 88
o o
mmHg, N: 110 x/menit, S: 36,5 C, RR: 20 x/menit, S: 36,5 C, RR: 20 x/menit.
x/menit. Tindakan kedua adalah pemberian Pertemuan ketiga. Tindakan pertama, yang
terapi musik selama 20-30 menit. Didapatkan dilakukan adalah pengkajian, pemeriksaan fisik
hasil subjek tampak nyaman Tindakan ketiga, dan observasi, didapatkan hasil: subjek
yang dilakukan adalah pengkajian, mengatakan nyeri pada kaki, tidak mual, tidak
pemeriksaan fisik dan observasi, didapatkan ada keluhan lain, CRT kembali dalam 3 detik,
hasil: subjek penelitian mengatakan merasakan TTV: TD: 160/90 mmHg, N: 104 x/menit, S:
o
nyaman, tidak mual, tidak mual, tidak kembung, 36,2 C, RR: 21 x/menit. Tindakan kedua adalah
TTV: TD: 160/90 mmHg, N: 100 x/menit, S: pemberian terapi musik selama 20-30 menit.
o
36,5 C, RR: 20 x/menit. CRT kembali 2 Didapatkan hasil subjek tampak nyaman.
detik. Subjek tampak rileks. Tindakan ketiga, yang dilakukan adalah
Pertemuan ketiga. Tindakan pertama, yang pengkajian, pemeriksaan fisik dan observasi,
dilakukan adalah pengkajian, pemeriksaan fisik didapatkan hasil: subjek mengatakan
dan observasi, didapatkan hasil: subjek tidak merasakan nyaman, tidak mual, tidak kembung,
dapat bicara, tidak mual, tidak ada keluhan lain, TTV: TD: 140/90 mmHg, N: 90 x/menit, S:
o
CRT kembali dalam 2 detik, TTV: TD: 180/90 36,2 C, RR: 20 x/menit. CRT kembali 2 detik.
o
mmHg, N: 115 x/menit, S: 36,2 C, RR: 22 d. Subjek 4
x/menit, subjek bicara pelo, bicara tidak jelas. Pertemuan pertama. Tindakan pertama, yang
Tindakan kedua adalah pemberian terapi musik dilakukan adalah pengkajian, pemeriksaan fisik
selama 20-30 menit. Didapatkan hasil pasien dan observasi, didapatkan hasil: subjek
tampak nyaman, memejamkan mata. Tindakan mengatakan gelisah, subjek tidak mual, subjek
ketiga, yang dilakukan adalah pengkajian, mengatakan nyeri pada punggung dan ulu hati,
pemeriksaan fisik dan observasi, didapatkan subjek tidak ada keluhan lain, CRT kembali
hasil: subjek mengatakan merasakan rileks, dalam 3 detik, TTV: TD: 150/90 mmHg, N: 100
o
tidak mual, tidak ada keluhan lain, tidak mual, x/menit, S: 36 C, RR: 20 x/menit. Tindakan
tidak kembung, TTV: TD: kedua adalah pemberian terapi musik selama
150/80 mmHg, N: 98 x/menit, S: 36,2 C, RR: 20 20-30 menit. Didapatkan hasil subjek tampak
x/menit. CRT kembali 2 detik. nyaman. Tindakan ketiga, yang dilakukan
c. Subjek 3 adalah pengkajian, pemeriksaan fisik dan
Pertemuan pertama. Tindakan pertama, yang observasi, didapatkan hasil: subjek merasakan
dilakukan adalah pengkajian, pemeriksaan fisik lebih rileks, subjek tidak mual, subjek
dan observasi, didapatkan hasil: subjek mengatakan nyeri berkurang, tidak
mengatakan tidak ada keluhan berarti, tidak kembung,TTV: TD: 140/80 mmHg, N: 90
o
mual, tidak ada keluhan lain, CRT kembali x/menit, S: 36 C, RR: 20 x/menit. CRT
dalam 3 detik, TTV: TD: 150/90 mmHg, N: 80 kembali 2 detik.
ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org 31
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 5 No. 1 – Januari 2018

Pertemuan kedua. Tindakan pertama, yang subjek tampak rileks. Tindakan ketiga, yang
dilakukan adalah pengkajian, pemeriksaan fisik dilakukan adalah pengkajian, pemeriksaan
dan observasi, didapatkan hasil: subjek fisik dan observasi, didapatkan hasil: subjek
penelitian mengatakan berdebar, tidak mual, mengatakan merasakan nyaman, tidak
mengatakan nyeri sedikit, tidak ada keluhan mual, tidak kembung, TTV: TD: 140/80
o
lain, CRT kembali dalam 2 detik, TTV: TD: mmHg, N: 88 x/menit, S: 36,2 C, RR: 20
o
160/90 mmHg, N: 100 x/menit, S: 36,2 C, RR: x/menit. CRT kembali 2 detik.
21 x/menit. Tindakan kedua adalah pemberian Pertemuan ketiga. Tindakan pertama,
terapi usik selama 20-30 menit. Didapatkan yang dilakukan adalah pengkajian,
hasil subjek tampak nyaman dan rileks. pemeriksaan fisik dan observasi, didapatkan
Tindakan ketiga, yang dilakukan adalah hasil: subjek mengatakan biasa saja, tidak
pengkajian, pemeriksaan fisik dan observasi, mual, tidak ada keluhan lain, CRT kembali
didapatkan hasil: subjek merasakan tenang, dalam 2 detik,TTV: TD: 150/90 mmHg, N: 90
o
subjek tidak mual, subjek mengatakan nyeri x/menit, S: 36 C, RR: 21 x/menit. Tindakan
berkurang, CRT kembali 2 detik, subjek tidak kedua adalah pemberian terapi musik
kembung, TTV: TD: 160/80 mmHg, N: 98 selama 20-30 menit. Didapatkan hasil
o
x/menit, S: 36,2 C, RR: 21 x/menit. subjek tampak tenang. Tindakan ketiga,
Pertemuan ketiga. Tindakan pertama, yang yang dilakukan adalah pengkajian,
dilakukan adalah pengkajian, pemeriksaan fisik pemeriksaan fisik dan observasi, didapatkan
dan observasi, didapatkan hasil: subjek hasil: subjek mengatakan merasakan
mengatakan kesemutan pada tangan kiri, tenang, tidak mual, tidak kembung, TTV: TD:
subjek tidak mual, subjek mengatakan nyeri 130/80 mmHg, N: 88 x/menit, RR: 20
o
hilang timbul, subjek tidak ada keluhan lain, x/menit, S: 36 C, CRT kembali 2 detik.
CRT kembali dalam 3 detik,TTV: TD: 170/90 6. Evaluasi Keperawatan
o
mmHg, N: 99 x/menit, S: 36,5 C, RR: 20 a. Subjek 1
x/menit. Tindakan kedua adalah pemberian Setelah dilakukan terapi musik klasik tekanan
terapi musik selama 20-30 menit. Didapatkan darah subjek penelitian menurun sehingga
hasil subjek riles, tenang, tampak nyaman. masalah penurunan curah jantung
Tindakan ketiga, yang dilakukan adalah berhubungan dengan peningkatan afterload
pengkajian, pemeriksaan fisik dan observasi, teratasi sebagian, ditandai dengan data: subjek
didapatkan hasil: subjek mengatakan mengatakan rileks, subjek tidak mual, subjek
merasakan tenang, tidak mual, tidak kembung, tidak kembung, TTV: TD: 140/90 mmHg, N: 98
o
TTV: TD: 160/80 mmHg, N: 88 x/menit, S: x/menit, S: 36,2 C, RR: 21 x/menit, CRT
o
36,5 C, RR: 20 x/menit. CRT kembali 2 detik. kembali 3 detik. Dari hasil tersebut maka
e. Subjek 5 anjurkan subjek penelitian untuk mengontrol
Pertemuan pertama. Tindakan pertama, tekanan darah menggunakan terapi musik saat
yang dilakukan adalah pengkajian, di rumah.
pemeriksaan fisik dan observasi, didapatkan
hasil: subjek mengatakan biasa saja, tidak b. Subjek 2
mual, tidak ada keluhan lain, CRT kembali Setelah dilakukan terapi musik klasik tekanan
dalam 2 detik,TTV: TD: 160/90 mmHg, N: 90 darah subjek penelitian menurun sehingga
o
x/menit, S: 36 C, RR: 21 x/menit. Tindakan masalah penurunan curah jantung
kedua adalah pemberian terapi musik berhubungan dengan peningkatan afterload
selama 20-30 menit. Didapatkan hasil teratasi sebagian, ditandai dengan data: subjek
subjek tampak tenang dan rileks. Tindakan merasakan rileks, subjek mengatakan tidak
ketiga, yang dilakukan adalah pengkajian, mual, tidak ada keluhan lain, subjek tidak
pemeriksaan fisik dan observasi, didapatkan kembung, TTV: TD: 150/80 mmHg, N: 98
o
hasil: subjek mengatakan merasakan x/menit, S: 36,2 C, RR: 20 x/menit, CRT
tenang, tidak mual, tidak kembung, TTV: TD: kembali 2 detik. Dari hasil tersebut maka
o
150/80 mmHg, N: 88 x/menit, S: 36 C, RR: anjurkan subjek penelitian untuk mengontrol
20 x/menit. CRT kembali 2 detik. tekanan darah menggunakan terapi musik saat
Pertemuan kedua. Tindakan pertama, di rumah.
yang dilakukan adalah pengkajian, c. Subjek 3
pemeriksaan fisik dan observasi, didapatkan Setelah dilakukan terapi musik klasik tekanan
hasil: subjek mengatakan tidak ada darah subjek penelitian menurun sehingga
keluahan, tidak mual, CRT kembali dalam 2 masalah penurunan curah jantung
detik, TTV: TD: 150/80 mmHg, N: 88 berhubungan dengan peningkatan afterload
o
x/menit, S: 36,2 C, RR: 20 x/menit. teratasi sebagian, ditandai dengan data: subjek
Tindakan kedua adalah pemberian terapi merasakan nyaman, subjek tidak mual, subjek
musik selama 20-30 menit. Didapatkan hasil tidak kembung, TTV: TD: 140/90 mmHg, N: 90
ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org 32
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 5 No. 1 – Januari 2018

o
x/menit, S: 36,2 C, RR: 20 x/menit, CRT bahwa penderita hipertensi berusia mulai dari
kembali 2 detik. Dari hasil tersebut maka 29-79 tahun.
anjurkan subjek penelitian untuk mengontrol Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar
tekanan darah menggunakan terapi musik saat penderita hipertensi berjenis kelamin
di rumah. perempuan, hal ini berbeda dengan teori
d. Subjek 4 Triyanto (2014) yang menyatakan bahwa faktor
Setelah dilakukan terapi musik klasik tekanan yang lebih risiko terjadinya hipertensi yaitu
darah subjek penelitian menurun sehingga pada laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan
masalah penurunan curah jantung bahwa subjek perempuan dengan hipertensi
berhubungan dengan peningkatan afterload kebanyakan pada usia di atas 55 tahun, ketika
teratasi sebagian, ditandai dengan data: subjek seorang wanita mengalami menopause. Hal ini
mengatakan merasakan tenang, subjek tidak didukung oleh Dalimartha & Setiawan (2008)
mual,subjek tidak kembung, TTV: TD: 160/80 bahwa peningkatan risiko hipertensi pada
o
mmHg, N: 88 x/menit, S: 36,5 C, RR: 20 perempuan terjadi setelah menopause (sekitar
x/menit, CRT kembali 2 detik. Dari hasil 45 tahun). Didukung juga oleh Nurrahmi (2012)
tersebut maka anjurkan subjek penelitian untuk yang menyatakan bahwa laki-laki mempunyai
mengontrol tekanan darah menggunakan terapi risiko lebih tinggi menderita hipertensi lebih
musik saat di rumah. awal, sedangkan di atas umur 50 tahun banyak
e. Subjek 5 terjadi pada perempuan. Hasil penelitan
Setelah dilakukan terapi musik klasik tekanan Tangahu (2015) menyatakan bahwa
darah subjek penelitian menurun sehingga perempuan lebih berisiko menderita hipertensi
masalah penurunan curah jantung daripada laki-laki.
berhubungan dengan peningkatan afterload Hasil penelitian menunjukkan 2 orang subjek
teratasi, ditandai dengan data: subjek merokok. Merokok merupakan salah satu
mengatakan merasakan tenang, subjek tidak penyebab terjadinya hipertensi sesuai dengan
mual, subjek tidak kembung, TTV: TD: 130/80 teori Triyanto (2014). Hasil penelitian ini sejalan
o
mmHg, N: 88 x/menit, S: 36 C, RR: 20 dengan penelitian Sugiharto (2007)
x/menit, CRT kembali 2 detik. Dari hasil menyatakan bahwa perokok berat merupakan
tersebut maka anjurkan subjek penelitian untuk faktor risiko terjadinya hipertensi.
mengontrol tekanan darah menggunakan terapi Hasil penelitian yang diperoleh terdapat 1
musik saat di rumah. subjek penelitian yang mempunyai riwayat
mengonsumsi alkohol sewaktu muda. Hal
IV. PEMBAHASAN tersebut didukung dengan teori Triyanto (2014)
1. Pengkajian yang menyatakan bahwa jika mengonsumsi
Pengkajian adalah fondasi dari proses alkohol yang berlebihan dapat meningkatkan
keperawatan. Pengumpulan data yang dapat tekanan darah. Hasil penelitian oleh Sugiharto
mengarah pada identifikasi status kesehatan, (2007) membuktikan bahwa mengonsumsi
kekuatan, dan masalah klien untuk alkohol dapat menjadi faktor risiko terjadinya
menegakkan diagnosis keperawatan, yang hipertensi, hal ini juga dibuktikan oleh penelitian
memberikan acuan untuk implementasi Anggara dan Nanang (2013) bahwa seseorang
keperawatan dan mengurangi masalah- yang mengonsumsi alkohol dan terkena
masalah klien (Christensen dan Kenney, 2009). hipertensi lebih banyak dari pada seseorang
Peneliti menggunakan cara untuk yang tidak mengonsumsi alkohol.
mengumpulkan data klien dengan komunikasi, Hasil penelitian menunjukan terdapat satu
pengamatan (observasi), pemeriksaan fisik dan subjek penelitian memiliki IMT berlebih atau
studi dokumentasi (Dermawan, 2012). obestitas. Hal tersebut didukung oleh
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian Wijayaningsih (2013) yang menyatakan bahwa
besar subjek penelitian yang memiliki hipertensi penyebab dari hipertensi salah satunya
berusia antara 50-60 tahun. Hal tersebut obesitas, karena tumpukan lemak yang
didukung oleh Triyanto (2014) yang menumpuk di peredaran darah sehingga
menyatakan bahwa faktor usia sangat menyebabkan pembuluh darah tersumbat
berpengaruh terhadap hipertensi karena sehingga kerja jantung semakin berat dan
dengan bertambahnya umur maka semakin dapat menyebabkan hipertensi serta
tinggi mendapat risiko hipertensi. Penderita arteroslerosis. Hasil penelitian Anggara dan
hipertensi banyak terjadi pada usia di atas 30 Nanang (2013) yang menunjukkan bahwa ada
tahun dan lebih banyak terjadi pada usia di atas hubungan yang bermakna antara IMT (Indeks
55 tahun. Hasil penelitian Tangahu (2015) Massa Tubuh) dengan hipertensi. Obesitas
menyatakan bahwa yang menderita hipertensi adalah satu dari sekian banyak faktor risiko
kebanyakan usia 36 ke atas. Penelitan yang terjadinya hipertensi yang dapat dicegah. Risiko
dilakukan oleh Suherly (2011) menunjukkan hipertensi pada seseorang yang mengalami
ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org 33
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 5 No. 1 – Januari 2018

obesitas lebih besar 2 hingga 6 kali dari pengkajian penderita hipertensi akralnya teraba
seseorang yang memiliki IMT ideal (Muniroh et dingin karena peradaran darah yang tidak
al, 2007). efektif sehingga membuat akral dingin dan
Peneliti menemukan keluhan utama yang sama dapat terjadi sianosis.
pada subjek peneliti, hal ini sesuai dengan teori Hasil pemeriksaan nadi teraba kuat. N: 88-110
o
Triyanto (2014) yang meliputi: pusing. mudah x/menit, R: 20-22x/menit, S: 36-36,7 C. Hal ini
marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak sesuai dengan Doenges (2000) menyatakan
nafas saat beraktivitas, rasa berat di tengkuk, gejala: kelemahan, letih, nafas pendek dan
mudah lelah, mata berkunang-kunang, tandanya: frekuensi jantung meningkat. Hasil
mimisan. pemeriksaan jantung didapatkan hasil pulsasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua terlihat, frekuensi nadi kuat dan cepat, tidak ada
subjek penelitian mempunyai riwayat keluarga bunyi tambahan dan tidak ada pembesaran
dengan hipertensi, hal ini sesuai dengan teori jantung. Hal ini sesuai dengan Doenges (2000)
Triyanto (2014) yang menyatakan bahwa pada yang menyatakan bahwa tanda dari hipertensi
70-80% kasus hipertensi didapatkan dari mengalami takhikardi (frekuensi nadi cepat),
riwayat di dalam keluarganya. Apabila riwayat gejalanya yaitu: mempunyai riwayat hipertensi,
hipertensi didapatkan pada kedua orangtua arterosklerosis.
maka dugaan hipertensi esensial lebih besar. 2. Diagnosis Keperawatan
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis
penelitian Sigarlaki (2006) yang menunjukkan tentang respon individu, keluarga atau
bahwa riwayat keluarga bukan penyebab utama komunitas terhadap masalah kesehatan yang
dari sesorang yang menderita hipertensi aktual dan potensial atau proses kehidupan
melainkan seseorang yang kurang (Dermawan, 2012).Batasan karakteristik yang
pengetahuan dan menyadari bahwa dirinya ditemukan peneliti sesuai dengan batasan
terkena hipertensi. karakteristik menurut NANDA 2010 yang
Hasil penelitian didapat data bahwa meliputi: aritmia (takhikardi, bradikardi),
kebanyakan subjek mengalami stress, hal ini perubahan pola EKG, palpitasi, kulit dingin dan
sesuai dengan teori Triyanto (2014) yang berkeringat, gelisah, denyut perifer menurun,
menyatakan bahwa hubungan antara stress dispnea.
dengan hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf Diagnosis keperawatan yang ditegakkan oleh
simpatis. Peningkatan aktivitas saraf simpatis peneliti sesuai dengan NANDA 2010 yaitu
dapat meningkatkan tekanan darah secara penurunan curah jantung berhubungan dengan
intermitten (tidak menentu) apabila bila peningkatan afterload. Penurunan curah
berkepanjangan, dapat mengakibat tekanan jantung adalah keadaan pompa darah oleh
darah menetap tinggi. Hal tersebut juga jantung yang tidak adekuat untuk mencapai
didukung oleh teori Soenanto (2009) yang kebutuhan metabolisme tubuh (Black, 2014).
menyebutkan bahwa tekanan darah dapat Faktor yang mempengaruhi penurunan curah
berubah-ubah sesuai aktivitas, dalam suasana jantung menurut NANDA 2010 yaitu: respon
stress tekanan darah dapat meningkat, fisiologis otot jantung, peningkatan frekuensi
sebaliknya jika dalam kondisi istrahat, santai jantung, dilatasi dan hipertropi/peningkatan isi
atau rileks tekanan darah menurun, dan sekuncup.
didukung oleh penelitian Nafilasari et al (2013) 3. Perencanaan Keperawatan
yang membuktikan bahwa ada perbedaan Perencanaan adalah fase proses keperawatan
tekanan darah pada lansia sebelum dan yang penuh pertimbangan dan sistematis dan
sesudah diberikan terapi musik instrumental mencakup pembuatan keputusan dan
karena para lansia rileks saat mendengarnya. penyelesaian masalah. Dalam proses
Hasil pemeriksaaan didapatkan TD: 150- menyusun rencana asuhan klien, perawat
190/90-120 mmHg, hal ini tersebut sesuai melakukan aktifitas sebagai berikut:
dengan teori (Smeltzer, 2013) menyatakan menetapkan prioritas, menetapkan tujuan/hasil
bahwa tekanan darah sistolik lebih dari 140 yang diharapkan pada klien, memilih intervensi
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 keperawatan, menulis program keperawatan
mmHg. Hal ini didukung oleh penelitian (Kozier, 2011).
Tangahu (2015) yang membuktikan bahwa Pedoman penulisan kriteria hasil berdasarkan
kebanyakan menderita hipertensi derajat III (TD SMART sesuai Dermawan (2012) yang
>180 mmHg), penelitian yang dilakukan oleh menyebutkan dalam kriteria hasil berisi SMART
Suherly (2011) menunjukkan bahwa tekanan (Spesific, Measurable, Achieveble, Reasonable,
darah 140-159/90-99 mmHg. Time). Spesific adalah fokus pada klien.
Hasil penelitian subjek penelitian peroleh data Measurable adalah dapat diukur. Achieveble
akral teraba dingin. Hal tersebut didukung oleh adalah tujuan yang harus dicapai. Reasonable
Wijayaningsih (2013) yang menyebutkan adalah tujuan yang harus
ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org 34
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 5 No. 1 – Januari 2018

dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Time Musik yang dapat menurunkan tekanan darah
adalah batasan waktu yang harus dicapai dan adalah musik alkaline diantaranya musik klasik
jelas batas waktunya. yang lembut, instrumental, musik meditatif, dan
Adapun kriteria hasilyang peneliti tetapkan musik yang menimbulkan rileks dan bahagia.
sudah sesuai dengan kriteria hasil menurut Sistem limbik berkaitan dengan perilaku
Wilkinson (2015) tekanan darah dalam rentang emosional seseorang. Mendengarkan musik
normal, toleransi terhadap aktivitas, nadi perifer alkaline, membuat sistem limbik teraktivasi dan
kuat, ukuran jantung normal, tidak ada distensi individu tersebut pun menjadi rileks. Dari limbik,
vena jugularis, tidak ada disritmia, tidak ada jaras pendengaran dilanjutkan ke hipokampus,
bunyi jantung abnormal, tidak ada angina, tidak tempat salah satu ujung hipokampus
ada edema perifer, tidak ada edema pulmonal, berbatasan dengan nuklei amigdala. Amigdala
tidak ada diaphoresis, tidak ada mual, tidak ada yang merupakan area perilaku kesadaran yang
kelelahan. bekerja pada tingkat bawah sadar, menerima
Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan sinyal dari korteks limbik lalu menjalarkannya
untuk mengatasi penurunan curah jantung ke hipotalamus (Pedak, 2009).
adalah terapi musik klasik, sesuai dengan Hipotalamus adalah pengaturan sebagian
intervensi Wilkinson (2015) yaitu berikan fungsi vegetatif dan fungsi endokrin tubuh
informasi tentang teknik penurunan stress, seperti askep perilaku emosional. Dalam
relaksasi. Peneliti melakukan tindakan selama hipotalamus terdapat 2 saraf yaitu saraf
3 hari, karena terapi yang dilakukan secara simpatis dan saraf otonom. Kedua saraf
rutin dapat memaksimalkan kerja terapi musik tersebut mempengaruhi kontraksi dan relaksasi
dan mendapat hasil sesuai dengan keinginan, organ-organ. Dengan musik maka saraf otonom
sehingga akan menstabilkan tekanan darah. dapat memerintah tubuh untuk melakukan
Hal ini sesuai studi Asrin, Mulidah, Triyanto relaksasi sehingga tubuh menjadi nyaman
(2014) yang menyatakan lama hari terapi musik (Pedak, 2009).
terbanyak mencapai batas normal tekanan Menurut hasil penelitian Tangahu (2015) yang
darah yaitu sebagian besar dilakukan selama 1 menyatakan bahwa musik memiliki kekuatan
hari hingga 3 hari. Dilakukan dengan durasi 20- untuk mengobati penyakit dan ketidakmampuan
30 menit karena durasi yang lama membuat yang dimiiliki seseorang, musik juga dapat
pasien rileks sehingga menekan stressor dan meningkatkan, memulihkan, daan memelihara
tekanan darah menurun. Hal ini sesuai dengan kesehatan fisik, mental, emosional, sosial, dan
Triyanto (2014) yang menyatakan bahwa spiritual.
prosedur terapi musik dilakukan dengan durasi 4. Pelaksanaan Keperawatan
20-30 menit. Hal ini didukung oleh penelitian Implementasi adalah penatalaksanaan rencana
Reuters Health (2008) yang menyatakan bahwa keperawatan oleh perawat dan klien. Fokus
mendengarkan musik klasik 30 menit utama dari komponen implementasi adalah
menurunkan tekanan darah. pemberian asuhan keperawatan yang aman
Terapi musik menurut Djohan (2009) adalah dan individual dengan pendekatan multifokal.
terapi musik sebagai sebuah aktivitas Fase implementasi terjadi dalam tiga fase:
terapeutik yang menggunakan musik sebagai persiapan, implementasi, pasca-implementasi
media untuk memperbaiki, memelihara, (Christensen & Kenney, 2009).
mengembangkan mental, fisik dan kesehatan Dalam implementasi terdapat pedoman yang
emosi. Prinsip kerja terapi musik yaitu terapi harus diperhatikan oleh setiap perawat
musik bersifat nonverbal, dimana dengan diantaranya: tindakan yang dilakukan konsisten
bantuan musik, pikiran klien dibiarkan dengan rencana dan terjadi setelah vadidasi
mengembara, baik untuk mengenang hal-hal rencana tersebut, ketrampilan interpersonal,
yang bahagia, membayangkan ketakutan yang intelektual, dan teknis dilakukan dengan
dirasakan, mengangankan hal-hal yang dicita- kompeten dan efisien di lingkungan yang
citakan dan sesuatu yang diimpikan (Djohan, sesuai, keamanan fisik dan psikologis klien
2006). dilindungi, dokumentasi tindakan dan respons
Pemberian terapi musik dapat menurunkan klien dicantumkan dalam catatan perawatan
hormon adrenokortikotropik (ACTH) yang kesehatan dan rencana asuhan (Dermawan,
merupakan hormon stress (Djohan, 2006). Hal 2012).
ini juga didukung oleh hasil penelitian Tangahu Hasil penelitian, peneliti menemukan saat
(2015) yang membuktikan bahwa subjek dilakukan terapi musik subjek penelitian
penelitian mengalami penurunan tekanan darah merasakan rileks dan tampak nyaman. Hal ini
disebabkan karena subjek penelitian menikmati sesuai dengan hasil penelitian Tangahu (2015)
musik klasik yang didengarkan dan membuat yang menyatakan bahwa sebagian besar
subjek penelitian merasa rileks. subjek penelitian terlihat rileks dan tenang saat
mendengarkan terapi musik. Hasil penelitian
ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org 35
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 5 No. 1 – Januari 2018

menemukan tindakan keperawatan dilakukan pemeriksaan fisik dan pengkajian kembali


dengan durasi lebih dari 30 menit dan subjek terhadap subjek penelitian yang sudah diberi
penelitian mengikuti alunan musik. Hal ini terapi musik, didapatkan hasil tekanan darah
sesuai dengan intervensi yang dilakukan dalam subjek penelitian dapat menurun setelah
penelitian Raharjo (2010) yang menunjukkan dilakukan terapi musik klasik. Terapi musik
bahwa terapi dilakukan selama 60 menit/tatap klasik yang dilakukan memiliki pengaruh yang
muka. baik dan efisien untuk menurunkan tekanan
Hasil penelitian menujukkan bahwa didapatkan darah atau menstabilkan tekanan darah dalam
tekanan darah subjek penelitian diastoliknya rentang angka normal. Menurut Triyanto (2014)
tetap namun sistoliknya menurun, begitu juga bunyi-bunyi frekuensi sedang cenderung
sebaliknya. Hal tersebut didukung oleh hasil merangsang jantung, paru, dan emosi. Bunyi
penelitian Tangahu (2015) yang menyatakan dari musik yang bergetar membentuk pola dan
bahwa musik yang berirama lambat efektif menciptakan medan energi resonansi dan
untuk menurunkan tekanan darah sistolik gerakan di ruang sekitarnya. Energi akan
maupun diastolik, namun musik yang diserap oleh tubuh manusia dan energi-energi
menyenangkan mengurangi tekanan darah itu secara halus mengubah pernafasan, detak
sistolik. Menurut Bonewit-West (2015) jantung, tekanan darah, ketegangan otot,
menyatakan bahwa tekanan diastolik (yang temperatur kulit, dan ritme-ritme internal
diukur selama diastol) menjadi lebih rendah lainnya. Hasil penelitian Tangahu (2015)
saat jantung dalam keadaan rileks. membuktikan bahwa sebagia besar subjek
Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi penelitian mengalami penurunan tekanan darah
nadi menurun. Hal ini didukung oleh hasil setelah dilakukan terapi musik. Hal tersebut
penelitian Sarayar et al (2013), yang juga dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan
membuktikan bahwa intervensi dengan Suherly (2011) yang membuktikan bahwa ada
mendengarkan musik klasik dapat mengubah perbedaan tekanan darah pada lansia sebelum
secara efektif ambang otak yang dalam dan sesudah diberikan terapi musik klasik.
keadaan stress menjadi lebih rileks yang Teori yang dikutip dari Tangahu (2015)
mengakibatkan penurunan tekanan darah dan menyatakan penurunan tekanan darah ini
denyut nadi. disebabkan karena subjek penelitan menyukai
Terapi musik bersifat nonverbal, dimana jenis musik klasik yang dipakai dalam terapi
dengan bantuan musik, pikiran klien dibiarkan musik sehingga menimbulkan perasaan
mengembara, baik untuk mengenang hal-hal nyaman dan rileks bagi subjek penelitian, saat
yang bahagia, membayangkan ketakutan yang keadaan rileks inilah yang menyebabkan
dirasakan, mengangankan hal-hal yang dicita- tekanan darah turun.
citakan dan sesuatu yang diimpikan (Djohan,
2006). V. SIMPULAN
5. Evaluasi Keperawatan Setelah dilakukan tindakan tersebut didapatkan
Evaluasi adalah aktifitas yang direncanakan, hasil bahwa masalah penurunan curah jantung
berkelanjutan dan terarah ketika klien dan teratasi pada 1 subjek yang sesuai dengan
profesional kesehatan menetukan kemajuan kriteria hasil dan teratasi sebagian pada 4
klien menuju pencapaian tujuan/hasil dan subjek karena tekanan darah subjek penelitian
keefektifan rencana asuhan keperawatan. menurun tetapi tidak dalam rentang normal.
Evaluasi adalah aspek penting proses Hasil penelitian didapatkan tekanan darah
keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dalam rentang 130-160/80-90 mmHg.
dari evaluasi menetukan apakah intervensi
keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan, atau VI. DAFTAR PUSTAKA
diubah (Kozier, 2011). Anggara, Febby Haendra D dan Nanang
Tujuan dari evaluasi antara lain: untuk Prayitno. (2013). Faktor-Faktor yang
menentukan perkembangan kesehatan klien, Berhubungan dengan Tekanan Darah di
untuk menilai efektifitas, efisiensi, dan Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat
produktifitas dari tindakan keperawatan yang Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5
telah diberikan, untuk menilai pelaksanaan (1).
asuhan keperawatan, mendapatkan umpan Black, J, M dan Hawks, jane Hokanson. (2014).
balik, sebagai tanggung jawab Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen
dan tanggung gugat dalam pelaksanaan Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Ed: 8.
pelayanan keperawatan (Dermawan, 2012). Singapura: Elsevier.
Hasil implementasi yang dilakukan terhadap Bonewit-West, K. (2015). Clinical Procedures for
subjek penelitian selama 3 hari, subjek Medical Assistants Ninth Eddition.
penelitian rata-rata merasakan lebih rileks dan Missouri: Elsevier Saunders.
tenang, serta didukung dengan hasil
ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org 36
IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 5 No. 1 – Januari 2018

Christensen, Paula J & Kenney, Janet W. Sarayar C, Mulyadi & Henry. (2013). Pengaruh
(2009). Proses Keperawatan Aplikasi Musik Klasik Terhadap Penurunan
Model Konseptual Edisi 4. Jakarta: Tekanan Daarah Pada Pasien Pra-
Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Hemodialisis Di Ruang Dahlia Blu RSUP
Dalimartha & Setiawan. (2008). Care your self Prof. DR. R. D. Kandou Manado. Ejurnal
Hipertensi. Jakarta: Penebar plus. keperawatan.I(1).1-12.
Departemen Kesehatan. (2014). Profil http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/ar
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun ticle/view/2172
2013. [Diakses tanggal 22 Februari 2017]. Sigarlaki, H. J. (2006). Karakteristik dan Faktor
Didapat http://www.depkes. Berhubungan dengan Hipertensi di Desa
go.id/resoureces/download/profil/PROFIL_ Bocor, Kecamatan Bulus Pesantren,
KES_PROVINSI_2013/13_Prov_Jateng_2 Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah,
013.pdf. Tahun 2006. Makara, 78-88.
Dermawan, Deden. (2012). Proses Keperawatan Smeltzer C. Suxanne, Brunner dan Suddarth,
Penerapan Konsep & Kerangka Kerja. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Yogyakarta: Gosyen Publishing. Bedah. Edisi 8. volume 2. Jakarta: EGC.
Djohan. (2006). Terapi Musik Teori dan Aplikasi. Soenanto, H. (2009). 100 Resep Sembuhkan
Yogyakarta: Galangpress. Hipertensi, Asam Urat, dan Obesitas.
. (2009). Psikologi Musik. Yogyakarta: Buku Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Baik. Sugiharto, Aris. (2007). Faktor-Faktor Risiko
Doenges, Marilyn E. (2000). Rencana Asuhan Hipertensi Grade II pada Masyarakat
Keperawatan: Pedoman untuk (Studi Kasus di Kabupaten Karamganyar).
Perencanaan dan Pendokumentasian 1-160.
Perawatan Pasien. Ed 3. Jakarta: EGC. Suherly M, Ismonah & Meikawati W. (2011).
Kozier, Barbara; Erb, Glenora; Berman, Audrey; Perbedaan Tekanan Darah pada Pasien
Snyder, Shirlee j. (2011). Buku Ajar Hipertensi Sebelum dan Sesudah
Fundamental keperawatan Konsep, Pemberian Terapi Musik Klasik di RSUD
Proses, & Praktik Edisi 7 volume 1. Tugurejo Semarang. Jurnal ilmu
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC. keperawatan dan kebidanan. Vol. 1, No. 1,
Muniroh, Lailatul, Wirjatmadi, Bambang & 1-6.
Kuntoro. (2007). Pengaruh Pemberian Jus Susilo, Yekti dan Wulandari,Ari. (2011). Cara Jitu
Buah Belimbing dan Mentimun terhadap Mengatasi Darah Tinggi (Hipertensi).
Penurunan Tekanan Darah Sistolik dan Tangahu, AL, Rini F. Zees, Sitti Rahma. (2015).
Diastolik Penderita Hipertensi. The Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap
Indonesian Journal of Public Health. Vol. Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia
4. No.1. Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabila
Nafilasari & Mike Yevie. (2013). Perbedaan Kabupaten Bone Bolango. Jurnal. 1-12.
Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi http://kim.ung.ac.id/index.php/KIMFIKK/art
Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi icle/view/11250
Musik Instrumental di Panti Werda Triyanto. Endang. (2014). Pelayanan
Pengayoman Pelkris Kota Semarang. Keperawatan Bagi penderita Hipertensi
Jurnal ilmu keperawatan dan kebidanan secara terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.
vol. 1 No. 3, 1-10. Wijayaningsih, Kartika S. (2013). Standar
North American Nursing Diagnosis Association Asuhan Keperawatan. Jakarta: Trans Info
(NANDA). (2010). Diagnosis Keperawatan Media.
Nurrahmi. (2012). Kolesterol Tinggi. Yogyakarta: Wilkinson, Judith M, dan Nancy R. Ahern.
Familia (2015). Buku Saku Diagnosis
Pedak, M. (2009). Metode Supernol Menaklukan Keperawatan. Edisi 9. Jakarta: EGC.
Stres. Jakarta: Hikmah.
Raharjo, Eko. (2010). Musik sebagai Media
Terapi. 1-13.
Reusters Health. (2008). Listening to music
found to lower blood pressure. New York –
Fri, May 16 2008. Http://www.
Reusters.com/article/ 2008/05/16/us-
listening-music-idUSCOL6569042008-516
Riskesdas. (2010). Laporan Riset Kesehatan
Dasar Tahun 2010. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI.
ISSN 2443-1249 (Print) 2355-1313 (On Line) - ijmsbm.org 37

You might also like