You are on page 1of 10

INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DAN RASIO LINGKAR PINGGANG DAN

PANGGUL (RLPP) SEBAGAI PREDIKTOR


HIPERTENSI PADA LANJUT USIA

Yuriza Agustiningrum, Nur Lathifah Mardiyanti


Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammdiyah Surakarta

Abstract: Elderly, Hypertension, Body Mass Index, Waist Circumference and Hip.
The problem of hypertension is one of the most common diseases in elderly people. Risk
factors that can cause hypertension are obesity and central obesity. That is caused by
the lack of appropriateness of eating intake with activity in the elderly are declining. So
there is a possibility of normal BMI and RLPP will reduce the risk of hypertension. This
study aims to determine IMT and RLPP measurements as a predictor of hypertension.
This type of research is observational with cross-sectional design and the number of
research subjects is 71 elderly who suffer from hypertension and not hypertension.
Sampling using total sampling method. Data analysis was done by univariate and
bivariate analysis using chi-square test and logistic regression test. The result of
statistic test showed that there was a correlation between body mass index with
hypertension 0,002 (p <0,002) and BMI was risk factor proved by RR 2,228 (CI 1,333-
3,723). There is a relationship between RLPP with hypertension 0.000 (p <0.000) and
RLPP is hypertension risk factor with RR value 4,340 (CI 1,896-9,933). The result of
BMT logistic regression test is not a predictor of hypertension, but RLPP is a predictor
to determine hypertension with the formula Y = -3,614 + 2,285X1. It is advisable for the
elderly to maintain normal RLPP in order to reduce the risk of hypertension.

Keywords: Seniors, Hypertension, Body Mass Index, Waist and Waist Circumference.

Abstrak: Lanjut Usia, Hipertensi, Indeks Massa Tubuh, Rasio Lingkar Pinggang
dan Panggul. Masalah penyakit hipertensi merupakan salah satu penyakit yang sering
terjadi pada lanjut usia. Faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi
adalah kegemukan dan obesitas sentral. Yang disebabkan karena tidak kesesuaian
asupan makan dengan aktivitas pada lansia yang menurun. Sehingga terdapat
kemungkinan IMT dan RLPP normal akan mengurangi resiko terjadinya hipertensi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengukuruan IMT dan RLPP sebagai
prediktor hipertensi. Jenis penelitian bersifat observasional dengan desain cross-
sectional dan jumlah subjek peneliti adalah 71 lanjut usia yang menderita hipertensi dan
tidak hipertensi. Pengambilan sampel menggunakan metode total sampling. Analisa
data dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat menggunakan uji chi – square dan
uji regresi logistic. Hasil uji statistik diperoleh ada hubungan antara indeks massa tubuh
dengan hipertensi 0,002 (p< 0,002) dan IMT merupakan faktor resiko dibuktikan
dengan nilai RR 2,228 (CI 1,333-3,723). Ada hubungan antara RLPP dengan hipertensi
0.000 (p< 0,000) dan RLPP merupakan faktor resiko hipertensi dengan nilai RR 4,340
(CI 1,896- 9,933). Hasil uji regresi logistik IMT bukan merupakan prediktor hipertensi,
tetapi RLPP merupakan prediktor untuk menentukan hipertensi dengan rumus Y= -

127
128 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 6, No 2,November 2017, hlm 118-240

3,614+ 2,285X1. Sebaiknya untuk lanjut usia menjaga RLPP normal agar mengurangi
resiko terjadi hipertensi.

Kata Kunci : Lanjut Usia, Hipertensi, Indeks Massa Tubuh, Rasio Lingkar Pinggang
dan Panggul.

PENDAHULUAN. tekanan darah karena adanya peningkatan


Lanjut usia (lansia) adalah resistensi perifer dan aktivitas simpatik
seseorang yang disebabkan usianya serta terjadi penurunan aktivitas
mengalami perubahan fisik, biologi dan pengaturan tekanan darah (reflek
fisik, jiwa dan sosial (Undang-undang baroreseptor), hal ini disebabkan faktor
No.32 Tahun 1992 tentang kesehatan). umur pada lansia (Khomarun, 2013).
Lansia biasanya mengalami penurunan Pada lansia juga bisa disebabkan
dan perubahan pada fungsi organ yang oleh pola makan yang salah yang dapat
menyebabkan kemampuan tubuh untuk menyebabkan berat badan berlebih. Hal
berkerja menjadi berkurang. Organ yang ini disebabkan oleh ketidaksesuaian antara
mengalami penurunan pada lansia yaitu asupan yang dikonsumsi lansia dengan
sistem endokrin dan sistem imun (Fatmah, kalori yang harus dikeluarkan sebagai
2010). energi yang digunakan untuk beraktifitas.
Lansia mengalami penurunan Aktifitas fisik pada lansia berkurang
fungsi organ yang menyebabkan masalah karena faktor umur, sehingga banyak
kesehatan yang sangat bervariasi, yang lansia yang mengalamikegemukan.
sangat berkaitan dengan degeneratif Kegemukan dapat menjadi pencetus
(manula) dan pada tubuh akan mulai berbagai penyakit, misalnya penyakit
kehilangan daya tahan tubuh secara jantung, diabetes millitus dan tekanan
progresif,ditambah dengan kemampuan darah (Maryam dan Siti,2008).
fisik dan mental menurun sehingga tidak Berdasarakan hasil penelitian
mampu melakukan pekerjaan yang berat menunjukan adanya hubungan positif
kemudian tidak diimbangi dengan asupan yang signifikan antara IMT dengan
makanan yang cukup sehingga cepat tekanan darah sistolik dan diastolik pada
memudahkan untuk muncul beberapa orang yang memiliki BB lebih dan
penyakit pada lansia (Darmojo dan dibandingkan dengan yang memilki BB
Martono,2006). kurus, BB lebih akan berisiko mengalami
Penyakit pada lansia salah satunya peningkatan tekanan darah. Responden
hipertensi, terjadinya perubahan tekanan yang BB lebih memilliki peluang yang
darah disebabkan salah satunya faktor lebih besar mengalami hipertensi
umur, yang mempengaruhi perubahan dibandingan responden yang memiliki
setruktur atau kelenturan pada pembuluh Indeks massa tubuh kurang dari 25 kg/m2
darah besar. Hasil penelitian bahwa terjadi (Karel,2014). Hasil penelitian terdapat
peningkatan tekanan darah sistolik sebesar hubungan signifikan antara lingkar
71,7% pada usia >60 tahun paling banyak pinggang dan panggul dengan tekanan
lanjut usia 60-74 tahun di RW 01 darah sistolik dan diastolik (Irene, 2014).
Kunciran, Tangerang (Mardiana, 2014). National Heart, Lung and Blood Institute
Pada lansia akan terjadi peningkatan (2005) melaporkan bahwa responden yang
Yuriza Agustiningrum, Indeks Massa Tubuh (IMT) 129

mengalami hipertensi banyak ditemukan sedangkan obat antihipertensi merupakan


pada orang yang mengalami penumpukan penyebab terjadinya penurunan tekanan
lemak pada sekitar abdomen yang sering darah. Menurut (Irene,
berhubungan signifikan dengan kejadian 2014;Novianingsih, 2012), bahwa
hipertensi. hubungan IMT dan RLPP pada tekanan
Menurut WHO (World Health darah signifikan karena terdapat
Organization) tahun 2013 penyakit penumpukan lemak sekitar abdomen pada
kardiovaskular telah menyebabkan 17 juta lingkar pinggang dan panggul merupakan
kematian tiap tahun akibat komplikasi resiko terkena hipertensi dengan berat
hipertensi yaitu sekitar 9,4 juta tiap tahun badan lebih berpeluang tinggi
di seluruh dunia (A Global Brief on menyebabkan tekanan darah tinggi.
Hypertension, 2013). Berdasarkan data
Riskesdas (2013), pravelensi hipertensi1. METODE PENELITIAN
pada tahun 2013 sebesar 9,5%, merupakan Jenis penelitian ini termasuk
suatu masalah yang terjadi di indonesia penelitian observasional dengan
karena terjadi peningkatan pravelensi pendekatan cross-sectional di Posyandu
hipertensi dari 7,6% tahun 2007 menjadi Jetak dan Posyandu Bolon di Desa Bolon
9,5% tahun 2013. Kecamatan Colomadu Kabupaten
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Karanganyar pada bulan Februari sampai
Provinsi Jawa Tengah (2013), jumlah Juni 2017. Jumlah populasi pada
penderita hipertensi esensial sebanyak penelitian ini yaitu 71 responden.
554.771 (67,57%) kasus. Jumlah kasus Pengambilan sampel pada penelitian ini
hipertensi laki-laki dan perempuan pada dilakukan dengan menggunakan dua
tahun 2015 di Karanganyar sebesar teknik yaitu total sampling. Sampel yang
25,28%. Di Karanganyar prevalensi di digunakan harus memenuhi kriteria
Puskesmas Colomadu dengan jumlah inklusi meliputi responden lanjut usia,
responden laki laki yang mengalami dapat berdiri tegak (tidak bungkuk),
hipertensi mencapai 5,9%dan responden responden baru yang didiagnosis
perempuan mencapai 31,37% (DKK hipertensi dan tidak mempunyai penyakit
Karanganyar, 2016). penyerta contoh penyakit ginjal, diabetes
Berdasarkan laporan hasil kegiatan mellitus, jantung korener, responden yang
Posyandu lansia di daerah Puskesmas sehat tidak mempunyai penyakit yang
Colomadu pada tahun 2016 bahwa di dapat mempengaruhi hipertensi seperti
Desa Bolon banyak lansia yang menderita penyakit ginjal, diabetesmillitus, jantung
hipertensi yang tidak mengonsumsi obat koroner, responden yang tidak mengalami
antihipertensi (Laporan Posyandu Lansia asites, edeman Extremitas, hepatomegali
Puskesmas Colomadu, 2016) (pembesaran hati), Splenomegali
Berdasarkan hal hal yang diuraikan (pembesaran limfa), responden yang tidak
di atas penulis tertarik untuk meneliti IMT menjalani diet. Jumlah populasi pada
dan RLPP sebagai prediktor hipertensi penelitian ini yaitu 239 responden. Jumlah
pada lansia di Desa Bolon karena pada penelitian ini yaitu 71 responden.
pravelensi hipertensi di daerah tersebut Pengumpulan data status gizi
banyak lansia hipertensi yang tidak diperoleh dari pengukuran antropometri
mengonsumsi obat antihipertensi, berupa tinggi badan dan berat badan
130 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 6, No 2,November 2017, hlm 118-240

kemudian dihitung berdasarkan indeks rasio lingkar pinggang dan panggul


massa tubuh (IMT) dihitung dengan cara ditampilkan pada Tabel 1.
berat badan dalam kg dibagi tinggi badan
kuadrat dalam meter. Pengukuran tekanan Tabel 1
darah diperoleh dengan menggunakan Distribusi Karateristik Responden
tensi meter (Sphigmomanometer) hasil Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur,
dari pengukuran tekanan sistolik dan Tekanan Darah, Indeks Massa Tubuh
diastolik. Pengukuran rasio lingkar (Imt) Dan Rasio Lingkar Pinggang Dan
pinggang dan panggul (RLPP) diperoleh Panggul (RLPP)
dengan menggunakan metlin untuk Variabel Jumlah (%)
mengukur lingkar pinggang dan panggul, Jenis Laki-laki 4 5,6
kelamin Perempuan 67 94,4
kemudian lingkar pinggang dibandingkan
Umur Usia 21 29,6
dengan lingkar panggul. pertengahan
Analisis data menggunakan (45-59 tahun)
program SPSS for Windows versi 21.0. Lanjut usia 40 56,3
Data indeks massa tubuh dan rasio lingkar (60-74 tahun)
pinggang dan panggul sebagai prediktor Lanjut usia tua 10 14,1
(75-90 tahun)
hipertensi dianalisis menggunakan metode
Tekanan Hipertensi 33 46,5
Chi Square. Interpretasinya adalah Jika p darah (>140 / 90
≤ 0,05 maka hipotesis diterima yang mmHg)
artinya ada hubungan. Jika p > 0,05 maka Tidak hipertensi 38 53,5
hipotesis ditolak yang artinya tidak ada (<140 / 90
hubungan. Jika ada hubungan antara mmHg)
IMT Gemuk >25,0 29 40,8
variabel dilakukan uji regresi logistik kg/m2
untuk mengetahui variabel merupakan Tidak gemuk ≤ 42 59,2
prediktor hipertensi tidak. 25,0kg/m2
RLPP Obesitas sentral 40 56,3
HASIL PENELITIAN Perempuan
>0,77
Penelitian ini dilakukan di
Laki-laki
Posyandu Jetak dan Posyandu Bolon di >0,9cm
Desa Bolon Kecamatan Colomadu Tidak obesitas 31 43,7
Kabupaten Karangnyar. Jumlah penduduk sentral
Desa Bolon 37,922 jiwa dan jumlah lanjut Perempuan
0,77cm Laki-
usia 591 jiwa. Jumlah lanjut usia di
laki 0,9cm
Posyandu Jetak 89 dan di Posyandu Bolon
Berdasarkan tabel 1 diketahui jenis
150.
kelamin paling banyak adalah pada
perempuan 67 lanjut usia yaitu sebesar
Analisis Univariat
94,4%. Untuk umur pada lanjut usia
Pada penelitian ini responden
diketahui paling banyak pada umur usia
berusia diatas 45 tahun. Responden yang
lanjut 60-74 tahun yaitu sebesar 56,3%.
digunakan untuk penelitian ini sebanyak
Karakteristik pada tekanan darah paling
71 responden. Karakteristik responden
banyak pada tidak hipertensi tekanan
berdasarkan jenis kelamin, umur, tekanan
darah <140/90 mmHg yaitu sebesar
darah, indeks massa tubuh (IMT) dan
53,5%. Pada distribusi indeks massa tubuh
Yuriza Agustiningrum, Indeks Massa Tubuh (IMT) 131

(IMT) responden tidak gemuk paling yang memiliki IMT kategori gemuk
banyak yaitu sebesar 59,2% dan distribusi memiliki peluang hipertensi 2,228 kali
rasio lingkar pinggang dan panggul dari pada responden yang memiliki IMT
(RLPP) obesitas sentral jumlah paling kategori tidak gemuk.
banyak yaitu sebesar 56,7. 1.1.1 Hubungan rasio lingkar pinggang dan
panggul dengan hipertensi
Analisa Bivariat Hasil hubungan rasio lingkar pinggang
Hubungan Indeks Massa Tubuh dan panggul ditampilkan pada tabel 3.
dengan Hipertensi
Hasil hubungan indeks massa tubuh Tabel 3
dengan hipertensi ditampilkan pada tabel Hubungan Rasio Lingkar Pinggang
2. Dan Panggul Dengan Hipertensi
Tabel 2. Rasio lingkar Hipertensi Total
Hubungan Indeks Massa Tubuh pinggang dan
panggul Ya Tidak
Dengan Hipertensi
Indeks Hipertensi Total RR P value n % n % n %
massa (95% CI) Obesitas 28 70 12 30 40 100
tubuh Tidak obesitas 5 16,1 26 83,9 31 100
Ya Tidak
sentral
n % n % n %
Total 33 46,5 38 53,5 71 100
Gemuk 20 69 9 31 29 100 2.228 0,002
RR P
Tidak 13 31 29 69 42 100 (1,333-
(95% val
gemuk 3,723)
CI) ue
Total 33 46,5 38 53,5 71 100
Berdasarkan tabel 2 diketahui
bahwa dari 29 responden yang memiliki 4,340 (1,896- 0,0
IMT kategori gemuk terdapat 20 (69%) 9,933) 00
responden yang memilki penyakit
hipertensi. Dari 42 responden yang
memilliki IMT kategori tidak gemuk Berdasarkan tabel 3, diketahui
sebanyak 13 (31%) responden yang bahwa dari 40 responden yang memiliki
memilki penyakit hipertensi. Dari hasil uji rasio lingkar pinggang dan panggul
statistik (chi-square) didapatkan p-value kategori obesitas sentral terdapat 28
sebesar 0,002 (lebih kecil dari pada (70%) responden yang hipertensi. Dari 31
α=0,05). Maka H0 ditolak dan H1 responden yang memiliki rasio lingkar
diterima artinya terdapat hubungan antara pinggang dan panggul kategori tidak
indeks massa tubuh dengan kejadian obesitas sentral terdapat 5 (16,1%)
hipertensi pada Posyandu lansia Jetak dan responden hipertensi. Dari hasil uji
Posyandu lansia Bolon di Desa Bolon, statistik (chi square) didapatkan nilai p
Kecamatan Colomadu, Kabupaten sebesar 0,000 (lebih kecil dari pada nilai
Karanganyar. Dari analisis nilai Relative α=0,05). Hal ini berarti terdapat hubungan
Risk (RR) diketahui nilai RR sebesar hipertensi pada responden yang memiliki
2,228 (CI1,333-3,723), sehingga rasio lingkar pinggang dan panggul
kesimpulan Indeks Massa Tubuh kategori obesitas sentral. Dari hasil
merupakan faktor resiko menyebabkan analisis dihasilkan nilai Relative Risk
penyakit Hipertensi. Kemudian responden sebesar 4,340 (CI 1,896-9,933) sehingga
132 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 6, No 2,November 2017, hlm 118-240

kesimpulan rasio lingkar pinggang Tabel 4


panggul merupakan faktor resiko yang Variabel berdasarkan Faktor Resiko
menyebabkan terjadinya hipertensi. Hipertensi
Kemudian responden yang memiliki rasio Variabel Hipertensi
lingkar pinggang dan panggul kategori ß p value OR (95% CI)
IMT (< 25 0,360 0,592 1.433
berisiko obesitas sentral memiliki peluang
kg/m2 =0) (384-5.341)
hipertensi 4,340 kali dari pada responden (≥ 25 kg/m2 =1)
yang memiliki lingkar pinggang kategoriRLPP (Perempuan 2.285 0,001 9.822
normal. 0,77cm (2.448-39.405)
Laki-laki 0,9cm
=0)
Analisis Uji Regresi (Perempuan
Pemilihan Variabel Kandidat Uji >0,77 Laki-laki
Regresi >0,9cm =1)
Didalam penelitian ini terdapatConstant
2 - 0,000 0,27
variabel yang di duga berpengaruh dengan 3,614
penyakit hipertensi yaitu Indeks Massa Pada tabel 4 dapat diketahui
Tubuh (IMT) dan Rasio Lingkar Pinggang bahwa hanya variabel RLPP yang
dan Panggul (RLPP). Untuk mendapatkan menunjukan hasil yang signifikan (p
model uji regresi terlebih dahulu <0,05) dan untuk variabel IMT tidak
dilakukan analisis bivarat yaitu antara 2 menunjukan hasil yang signifikan. Dari
variabel IMT dan RLPP dengan penyakit hasil tersebut dapat diketahui bahwa rasio
hipertensi. Variabel yang memiliki nilai p lingkar pinggang dan panggul secara
< 0,25, maka dapat dijadikan kandidat signifikan berpengaruh terhadap kejadian
yang akan dimasukan ke dalam model uji hipertensi pada lanjut usia. Model regresi
regresi ditahap selanjutnya. Hasil uji yang diperoleh adalah sebagai berikut:
hubungan dapat dilihat pada tabel Y= -3,614+ 2.285X1
sebelumnya tabel 2 dan 3. X 1
Keterangan:
Pembuatan Model Faktor Resiko Y: Status Hipertensi
Hipertensi X1: Rasio Lingkar Pinggan dan Panggul
Analisis regresi mempunyai tujuan (RLPP)
yaitu untuk mendapatkan model yang Maka jika terdapat seseorang dengan
terbaik dalam menentukan determinan kriteria X1= obesitas sentral, RLPP laki-
penyakit hipertensi. Analisis yang laki > 0,90 dan perempuan 0,77 (nilai 1),
digunakan untuk penelitian ini adalah uji maka kemungkinan terjadi hipertensi
regresi logistik karena variabel terikat dan adalah
variabel bebasnya merupakan variabel Z = -3,614+ 2,285X1
kategorik yang dikotom. Berdasarkan Z = -3,614+ 2,285(1)
hasil analisis faktor resiko hipertensi yaitu Z = -1.329
IMT dan RLPP karena 2 variabel tersebut Sehingga p = E (Y = atau p =
memiliki nilai p < 0,25. Hasil uji regresi
indeks massa tubuh (IMT) dan rasio E (Y = )
lingkar pinggang dan panggul (RLPP) Besar Z = -1.329 dengan e bilangan
dapat dilihat pada tabel 4 natural yaitu 2,718, maka:
Yuriza Agustiningrum, Indeks Massa Tubuh (IMT) 133

p = E (Y = ) signifikan antara IMT dengan tekanan


darah pada usia lanjut di Kota Palu. Usia
p = p = E (Y = ) lanjut 1,5 kali beresiko mengalami
p = E (Y = ) tekanan darah tinggi yaitu lansia dengan
IMT ≥25 dibanding dengan lansia dengan
p = E (Y = ) = 0,209 IMT <25 setelah dikontrol faktor jenis
Jadi seseorang dengan kriteria kelamin, riwayat tekanan darah keluarga
obesitas sentral perempuan >0,07 dan dan stress.
laki-laki > 0,9 maka berisiko 20,9 % Indeks massa tubuh dalam
menderita hipertensi. Untuk seseorang penelitian ini juga merupakan faktor
dengan kriteria X1= tidak obesitas sentral, resiko hipertensi yaitu didapatkan nilai
RLP perempuan < 0,77 dan laki-laki <0,9 RR 2,228 (CI1,333-3,723), yang dimana
(0), maka kemungkinan menderita nilai RR >1 maka orang yang mengalami
hipertensi adalah: IMT lebih akan lebih beresiko mengalami
Z = -3,614+ 2,285X0 hipetensi 2,228 kali lebih besar
Z = -3,614+ 2,285(0) mengalami hipertensi dibandingkan
Z = -3.614 dengan orang yang IMT tidak gemuk.
Besar Z = -3,614 dengan e bilangan Penelitian ini juga didukung dengan
natural yaitu 2,718, maka: penelitian sebelumnya (Nissan,2014) yaitu
ada hubungan IMT dengan tekanan darah
p = E (Y = ) dengan nilai (p value=0,001). Responden
p = p = E (Y = ) yang mengalami kegemukan sebesar
64,7% lebih beresiko mengalami
p = E (Y = ) peningkatan tekanan darah sebanyak 4,97
p = E (Y = ) = 0,026 kali lebih besar dari pada responden yang
memeliki IMT normal.
Jadi seseorang dengan kriteria Indeks massa tubuh yang lebih
tidak obesitas sentral, beresiko 2,6% atau kegemukan memiliki hubungan
menderita hipertensi. Dari hasil regresi dengan kejadian hipertensi. Rata-rata
diatas bahwa orang yang menderita orang yang mengalami kegemukan bisa
obesitas sentral dapat memprediksi 20,9% meningkatkan tekanan darah (hipertensi)
lebih besar mengalami hipertensi hal ini dikarenakan meningkatnya aktivasi
dibandingkan dengan orang yang tidak sistem saraf simpatis dan RAA (Renin
obesitas sentral lebih rendah yaitu 2,6%. Angiotensin-Aldosteron) yang berlebihan
yang dimana dapat meningkatkan risiko
PEMBAHASAN peningkatan tekanan darah (Fatimawali,
Hubungan Indeks Massa Tubuh 2013). Pada orang yang mengalami
dengan Hipertensi kelebihan berat badan akan terjadi
Dapat dilihat pada tabel 2 bahwa peningkatan jaringan adiposa, kemudian
ada hubungan antara IMT dengan jaringan adiposa yang meningkat terus
hipetensi pada lanjut usia dengan nilai p menerus dapat menyebabkan
0,002 (<0,05). Hal ini sejalan dengan meningkatnya Sistem RAA sehingga
penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati membuat terjadi peningkatan reabsorbsi
(2008) yaitu bahwa ada hubungan natrium ginjal. Peningkatan reabsorbsi
134 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 6, No 2,November 2017, hlm 118-240

ginjal membuat meningkatnya aktivitas value (p<0,05). Menurut Menurut Irine


sistem saraf simpatis. Regulasi oleh saraf (2014) obesitas sentral ini disebabkan oleh
simpatis dengan jarak waktu yang pendek penumpukan lemak disekitar abdomen
akan meningkatkan curah jantung yang menjadi penyebab yang signifikan
(cardiac output) dan vasokonstriksi dengan kejadian hipertensi dengan nilai p
peripheral, curah jantung yang meningkat (p<0,01).
membuat tekanan darah naik maka Menurut Janssen, dkk (2004)
terajadi penyakit hipertensi (Romayne, obesitas berhubungan dengan tekanan
2011). darah tinggi, meskipun penyebabnya
Hasil penelitian Tesfaye F (2007) belum sepenuhnya diketahui. Salah satu
tekanan darah meningkat dengan mekanismenya mungkin dalam terlibat
bertambahnya indeks massa tubuh, resiko dalam pengaruh obesitas sentral pada
hipertensi lebih tinggi pada orang dengan tekanan darah melibatkan pengurangan
IMT 25kg/m2. Didapatkan hasil yang sensivitas insulin, dengan perkembangan
signifikan bahwa ada hubungan yang selanjutnya kompensansi
positif antara IMT dengan tekanan darah hiperinsulinemia. Sekresi insulin yang
pada 3 populasi yaitu di Ethiopia, berlebihan, yang telah diamati pada
Vietnam dan Indonesia. Hasil penelitian obesitas dan terlihat dihubungkan dengan
Juhi Gupta (2016) ada hubungan IMT adanya lemak intra-abdominal, diduga
dengan hipertensi di rumah sakit Rural meningkatkan retensi sodium dan cairan
Teaching yaitu ada peningkatan yang yang akan menstimulus aktivitas simpatik,
signifikan IMT yang meningkat maka dan akhirnya akan meningkatkan tekanan
tekanan darah semakin meningkat dengan darah. Hasil penelitian Badaruddoza
nilai p < 0,05. (2010) ada hubungan yang signifikan
antara IMT, RLPP dan lipatan kulit
Hubungan rasio lingkar pinggang dan dengan nilai p < 0.05.
panggul dengan hipertensi 1.1.2
Hasil dari tabel 3 diatas bahwa 1.1.3
ada Model faktor resiko hipertensi
hubungan antara RLPP dengan hepertensi Hasil uji regresi logistik pada tabel
dengan hasil nilai p 0,000. Hal ini sejalan 4 bahwa yang menujukan hasil signifikan
dengan penelitian Hananta dan Freitag, hanya RLPP dengan hipertensi yaitu
(2011) bahwa obesitas yang lebih dengan nilai p 0,001 (< 0,05). Kemudian
berpengaruh terhadap kejadian hipertensi dapat disimpulkan bahwa RLPP
adalah obesitas sentral atau obesitas pusat. merupakan prediktor untuk hipertensi
Obesitas sentral secara positif telah dengan rumus regresi logistik Y= -3,614+
dikorelasikan dengan hipertensi pada 2.285X1. Dari perhitungan rumus regresi
beberapa populasi. Secara teori, obesitas didapatkan hasil bahwa orang yang
memiliki hubungan dengan kejadian mengalami obesitas sentral maka akan
hipertensi. Hasil juga didukung oleh diprediksi beresiko lebih besar hipetensi
penelitian Setyaningsih (2013), Putri 20,9% dibandingkan dengan orang yang
(2013), Pradana (2010), mendapatkan tidak hipertensi.
hasil penelitian yang signifikan yaitu
adanya hubungan antara lingkar pinggang
dengan tekanan darah dengan nilai p-
Yuriza Agustiningrum, Indeks Massa Tubuh (IMT) 135

KESIMPULAN DAN SARAN pressure among university-going


Pravelensi responden lanjut usia di Punjabi Sikh and Hindu females.
Posyandu Jetak dan Posyandu Bolon di Department of Human Genetics.
Desa Bolon Kecamatan Colomadu Guru Nanak Dev University.
Kabupaten Karanganyar berdasarakan Amritsar. Punjab. India
pengukuran indeks massa tubuh, Darmojo, Boedhi dan Hadi Martono.
responden dalam kategori gemuk 42%. (2006). Buku Ajar Geriatri. Ilmu
Berdasarkan pengukuran rasio lingkar KesehatanUsia Lanjut. Jakarta.
pinggang dan panggul responden dalam Fakultas Kedokteran. Universitas
kategori obesitas sentral 40%. Ada Indonesia.
hubungan antara indeks massa tubuh dan Fatmah.2010. Gizi Usia Lanjut. Erlangga :
rasio lingkar pinggang dan panggul jakarta.
dengan hipertensi pada lanjut usia di Fatimawali, Tooy R, Manampiring
Posyandu Jetak dan Posyandu Bolon di A.2013. Gambaran Tekanan
Desa Bolon Kecamatan Colomadu Darah pada Remaja Obes di
Kabupaten Karanganyar. Hasil uji regresi Kabupaten Minahasa. e-Biomedik
indeks massa tubuh tidak dapat dijadikan (eBM): 1:951-5
prediktor, bahwa hanya rasio lingkar F Tesfaye1, Dkk. 2007. Association
pinggang dan panggul yang dapat between body mass index and
dijadikan sebagai prediktor hipertensi blood pressure across three
dengan rumus Y= -3,614+ 2,285X1. Ibu populations in Africa and Asia.
bidan atau petugas kesehatan setempat Department of Community Health,
lebih aktif untuk memberikan pengarah Faculty of Medicine, Addis Ababa
dan penyuluhan tentang pentingnya University, Addis Ababa, Ethiopia.
menjaga pola makan yang baik agar tidak Hananta, Y dan Freitag, H. 2011. Deteksi
obesitas atau tidak obesitas sentral Dini dan Pencegahan Hipertensi
sehingga lanjut usia bisa mengurangi dan Stroke. Media Pressindo.
resiko menderita penyakit hipertensi. Yogyakarta.
Sebaikan lanjut usia rajin Irene Moudy Sumayku., Karel
memantau berat badan sehingga tetap Pandelaki.,M.C.P.Wongkar. 2014.
menjaga berat badan tubuh normal, Hubungan Indeks Massa Tubuh
dengan cara mejaga pola makan yang dan Lingkar Pinggang dengan
seimbang dengan aktifias fisik lanjut usia. Tekanan Darah Pada Mahasiswa
Hal ini agar tidak mengalami obesitas Fakultas Kedokteran Universitas
sentral maupun kegemukan untuk Sam Ratulangi. Fakultas
mengurangi resiko terkena penyakit Kedokteran Universitas Sam
hipertensi. Ratulangi Manado. Jurnal e-
CliniC (eCl). Manado
DAFTAR RUJUKAN Janssen, Ian, et.al (2004) Waist
Badaruddoza, Navneet Kaur dan Basanti Circumference and Not Body Mass
Barna. (2010). Inter-relationship Index Explain obesity Related
of waist-to-hip ratio (WHR), body Health. American Journal of
mass index (BMI) and Clinical Nutrition Vol 79: 379-84.
subcutaneous fat with blood
136 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 6, No 2,November 2017, hlm 118-240

Juhi Gupta, Dkk (2016). Study Of Nissan Marwadias, Amalina Tri Susilani,
Association Between Body Mass Dwi Ratnaningsih. 2014.
Index And Hypertension In Elderly Hubungan Indeks Massa Tubuh
In A Rural Teaching Hospital. dan Lingkar Pinggang dengan
Department of Medicine, Jawahar Tekanan Darah Pada Wanita
Lal Nehru Medical College, Dewasa di Dusun Kalibang Desa
DMIMS, Sawangi. Wardha. Wonokerto Kecamatan Wonogiri
Khomarun, Endang Sri Wahyuni, Kabupaten Wonogiri Propinsi
Maharso Adhi Nugroho. 2013. Jawa Tengah Tahun 2014. Jurnal
Pengaruh Aktifitas Fisik Jalan Permata Indonesia: Wonogiri.
Pagi Terhadap Penurunan Setyaningsih, Upik. 2013. Hubungan
Tekanan Darah Pada Lansia Indeks Massa Tubuh dan Rasio
dengan Hipertensi Stadium I di Lingkar Pinggang Panggul dengan
Posyandu Lansia Desa Makam Tekanan Darah pada Pasien
Haji. Kementrian Kesehatan Hipertensi Rawat Jalan di RS
Politeknik Kesehatan Surakarta Tugurejo Semarang. Universitas
Jurusan Okupasi Terapi: Surakarta Muhammadiyah Semarang.
Kurniawati, 2008. Hubungan Status Gizi Program Studi Ilmu Gizi:
dengan Hipertensi pada Usia Semarang
Lanjut di Kota Palu Sulawesi Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Badan
Tengah..Abstrak. Program Penelitian dan Pengembangan
Pascasarjana Fakultas Kedokteran Kesehatan Kementrian Kesehatan
Universitas Gajah Mada RI tahun 2013
Yogyakarta World Health Organization, 2013.
L. Romayne Kurukulasuriya, Sameer Stas, WHO‟s Global Brief on
dkk. 2011. Hypertension in Hypertension: Silent killer, global
Obesity. Elsevier public health crisis.
Maryam, R.S., et al., 2008, Mengenal Yanih Mardiana dan Zelfino. 2014.
Usia Lanjut dan Perawatannya. Hubungan Antara Tingkat Stres
Jakarta: Salemba Medika Lansia dan Kejadian Hipertensi
Meilaningrum, Putri Rahayu. 2013. Pada Lansia di RW 01 Kunciran
Hubungan Beberapa Indikator Tangerang. Fakultas Ilmu
Obesitas dengan Tekanan Darah Kesehatan. Universitas Esa
pada Usia Dewasa di Kecamatan Unggul:
Kedungkandang Kota Malang.
Universitas Brawijaya Malang:
Program Studi Ilmu Gizi Fakultas
Kedokteran.
Novianingsih E. 2012. Hubungan
beberapa indikator status gizi
dengan tekanan darah pada
remaja. Fakultas kedokteran
universitas Diponegoro

You might also like