You are on page 1of 9

Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Setelah Olah Raga.............................Hosen, hal.

245 - 253
PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SETELAH
OLAHRAGA JALAN KAKI PADA LANSIA DENGAN RIWAYAT
HIPERTENSI
*Hosen, **Said Mardijanto, ***Firdha Novitasari

*, **, *** Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES dr. Soebandi Jember

ABSTRACT

The difference in blood pressure before and after exercise walking in elderly people with a
history of hypertension in the Sumberbaru Health Center District of Jember recidence
Elderly is the process of becoming older with age reaching 45 years of age or older. The
number of elderly in Indonesia amounted to 19.3 million (8.37%) of the total population of
Indonesia), the number of elderly in Jawa Timur 11.16%. in Sumberbaru health centers in
February 2014 there were as many as 45 elderly people suffering from hypertension. The
aim of this study was to analyze differences in blood pressure before and after exercise
walking in elderly people with a history of hypertension. The research is a Quasi-
Experiment with design one group pre-test post-test design. The population in this study
amounted to 45 people. Sample size is 12 people with porpusive sampling technique.
Research results obtained by the average blood pressure before walking downhill after
walking 1.7611 by 0.083 into 1.528, Based on the paired t test obtained results that the
significance value of 0.000> 0.05, meaning that there is a difference walking on blood
pressure. The conclusion of this study there was no difference in blood pressure before and
after exercise walking in elderly people with a history of hypertension in the Sumberbaru
Health Center District of Jember recidence

Keywords: blood pressure, hypertension

PENDAHULUAN pendengaran dan perubahan pada


Lansia adalah bagian dari proses tumbuh penglihatan. Terdapat beberapa macam
kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba penyakit yang biasa menimpa para lansia
menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, antara lain hipertensi, diabetes mellitus,
anak-anak, dewasa, dan akhirnya menjadi jantung koroner, stroke, katarak, dan lain
tua (Pujianti, 2003). Pada tahap ini sebagainya
individu mengalami banyak perubahan Struktur penduduk dunia termasuk
baik secara fisik maupun mental, Indonesia saat ini menuju proses penuaan
khususnya kemunduran dalam berbagai yang ditandai dengan meningkatnya
fungsi dan kemampuan yang pernah jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia
dimilikinya (Soejono, 2000). Menurut (lansia). Jumlah lansia di Indonesia
Jubaidi (2008) ada beberapa perubahan berjumlah 19,3 Juta (8,37 %) dari total
fisik pada lansia yang dapat menjadi keseluruhan penduduk indonesia) target
suatu kondisi lansia terserang penyakit, untuk Usia Harapan Hidup (UHH) pada
seperti perubahan kardiovaskuler yaitu tahun 2014 adalah 72 tahun, jumlah
menurunnya elastisita spembuluh darah, lansia di jawa timur 11,16%. Berdasarkan
perubahan pada respirasi yaitu Data rekam medik di puskesmas Sumber
menurunnya kekuatan otot-otot Baru pada bulan Februari 2014 terdapat
pernafasan, serta perubahan pada

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 245


Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Setelah Olah Raga.............................Hosen, hal. 245 - 253
lansia sebanyak 45 orang menderita ditemukan pada bulan Februari 2014
hipertensi. menderita hipertensi.
Hipertensi merupakan terjadinya Menurut catatan Hipertensi dapat terjadi
peningkatan secara abnormal dan terus dari berbagai faktor, diantaranya yaitu
menerus tekanan darah yang disebabkan gaya hidup dan pola makan. Hipertensi
satu atau beberapa faktor yang tidak juga dapat terjadi akibat obstruksi pada
berjalan sebagaimana mestinya dalam arteri dan kelemahan otot jantung untuk
mempertahankan tekanan darah secara memompa darah. Hal itu disebabkan
normal. Hipertensi pada usia lanjut karena padausia lanjut terjadi penurunan
sebagian besar merupakan hipertensi massa otot, kekuatan dari laju denyut
sistolik terisolasi (HST). Hiperten jantungmaksimal, dan terjadinya
sisistolik terisolasi adalah hipertensi yang peningkatan kapasitas lemak tubuh.
terjadi ketika tekanan sistolik lebih dari Penyebab dari itu semua dapat dicegah
140 mmHg namun tekanan diastolic dengan cara berolahraga secara teratur
dalam batas normal (Nugroho, Levine & baik dari semasamuda hingga masa tua.
Fodor, 2003, 2006 Wahid, 2008, Olahraga dan latihan pergerakan secara
Kuswardhani, 2006) teratur dapatmenanggulagi masalah
Prevalensi kejadian hipertensi sangat akibat perubahan fungsi tubuh
tinggi pada lansia, yaitu 60%-80% pada (Muhammad, 2010).
usia diatas 65 tahun. Tidak sedikit orang Menurut Stanley dan Patricia (2007)
yang menganggap penyakit hipertensi dengan penurunan aktivitas fisik maka
pada lansia adalah hal biasa. Sehingga terjadi penurunan masa otot dan tonus
mayoritas masyarakat menganggap otot, kehilangan massa otot yang
remeh penyakit ini. Hipertensi dapat digantikan dengan jaringan berlemak
menyebabkan berbagai macam menyebabkan aktifitas fisik lansia
komplikasi antara lain gagal jantung dan berkurang dan mempengaruhi sistem
stroke (Muhammad, 2010). Berdasarkan kardiovaskular dan mengakibatkan
data Depkes (2008) Penderita Hipertensi timbulnya berbagai macam penyakitpada
pada Lansia dari tahun 2007 ke tahun lansia. Jalan kaki selama 10-15 menit dan
2013 terjadi peningkatan antara 2,8 % - meningkat 30-45 selama 3-4 kali
3,7 %. Seperti terlihat pada kelompok perminggu bermanfaat karena terjadi
usia 55-64 tahun, kenaikan sekitar 2,8%, peningkatan denyut jantung dan
kelompok usia 65-74 tahun proporsi peningkatan curah jantung untuk
penderita Hipertensi meningkat 3,6% dan mensirkulasi darah ke seluruh bagian
kelompok usia 75 th ke atas meningkat tubuh. Latihan fisik yang dianjurkan bagi
sekitar 3,7%. Bahkan secara tren usia di lansia penderita hipertensi salah satunya
kedua hasil riset tersebut menunjukkan adalah jalan kaki. Mamfaat jalan kaki
bahwa makin meningkat usia, cenderung sendiri sebagai pencegahan sangat baik
makin meningkat proporsi penderita untuk mengatasi proses – proses
Hipertensi. Di Jawa Timur sendiri jumlah degenerasi tubuh. Sebagai pengobatan
lansia dengan hipertensi pada tahun 2011 penyakit yang dapat dikurangi ataupun di
sebanyak 174.041 jiwa sedangkan di 3 sembuhkan seperti hipertensi, dengan
Kabupaten Ponorogo sejumlah 8.721 jiwa jalan kaki secara rutin yang merupakan
dan di Kecamatan Kesugihan sebanyak suatu aktifitas, bermanfaat untuk
402 jiwa dan didesa pomahan paling meningkatkan dan mempertahankan
banyak yaitu sejumlah 365 jiwa (Dinkes, kesehatan dan daya tahan jantung, paru,
2011). Berdasarkan data rekam medik di peredaran darah, otot dan sendi. Jalan
Puskesmas Sumber Baru ditemukan kaki dilakukan secara teratur akan
lansia sebanyak 45 orang dari data yang memberikan pengaruh yang sangat besar
terhaadap tubuh. Jalan kaki dengan

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 246


Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Setelah Olah Raga.............................Hosen, hal. 245 - 253
pembebanan tertentu akan mengubah faal (eksperimen semu) dengan rancangan
tubuh yang selanjutnya akan mengubah one-group pre-test post-test design
tingkat kesegaran jasmani. Olah raga (rancangan pra-pasca test dalam satu
teratur juga dapat mengurangi berat kelompok), dimana tekanan darah lansia
badan dan juga dapat mengelola stres diukur sebelum dan setelah aktifitas fisik
yang menrupakan dua faktor yang yaitu jalan kaki. Teknik sampling
mempertinggi angka kejadian hipertensi merupakan cara ditempuh dalam
(Sustrani, 2004). Oleh karena itu peneliti pengambilan sampel yang benar sesuai
tertarik untuk meneliti, perbedaan dengan keseluruhan subyek penelitian.
tekanan darah sebelum dan setelah Sampling dalam penenlitian ini
olahraga jalan kaki pada lansia dengan menggunakan porpusive sampling.
riwayat hipertensi di puskesmas Sumber Porpusive sampling adalah teknik
Baru. penentuan sampel sesuai dengan maksud
dan tujuan penelitian (Sugiyono,
METODE PENELITIAN 2011;68)
Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Quasi Experiment

HASIL
Data Umum
1. Lansia berdasarkan Usia
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi lansia berdasarkan usia di Puskesmas Sumber
Baru Kecamatan Sumber Baru Kabupaten Jember tahun 2014
No Usia Frekuensi Prosentase (%)
1 49 Tahun 1 8.3
2 50 Tahun 1 8.3
3 54 Tahun 1 8.3
4 55 Tahun 1 8.3
5 59 Tahun 1 8.3
6 61 Tahun 1 8.3
7 63 Tahun 1 8.3
8 65 Tahun 3 25.0
9 66 Tahun 1 8.3
10 67 Tahun 1 8.3
Jumlah 12 100
Sumber : Data primer diolah tahun 2014
2. Lansia berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi lansia berdasarkan Jenis Kelamin di Puskesmas
Sumber Baru Kecamatan Sumber Baru Kabupaten Jember tahun 2014
No Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase (%)
1 Laki-laki 10 83.3
2 Perempuan 2 16.7
Jumlah 12 100
Sumber : Data primer diolah tahun 2014
Data Khusus
1. Perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah jalan kaki pada lansia dengan
riwayat hipertensi di Puskesmas Sumber Baru Kecamatan Sumber Baru
Kabupaten Jember

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 247


Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Setelah Olah Raga.............................Hosen, hal. 245 - 253
Tabel 5.6 Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Jalan Kaki Pada Lansia Dengan
Riwayat Hipertensi di Puskesmas Sumber Baru Kecamatan Sumber Baru
Kabupaten Jember tahun 2014

No Sebelum Sesudah
Selisih
Sistolik Diastolik % Sistolik Diastolik
1 160 90 8.33 140 90 8.33 0.22
2 140 80 8.33 130 80 16.7 0.13
3 160 90 16.7 140 90 8.33 0.22
4 140 100 8.33 130 100 8.33 0.1
5 130 80 8.33 120 80 8.33 0.13
6 160 90 25 130 90 8.33 0.33
7 170 90 8.33 120 90 8.33 0.56
8 190 90 8.33 180 90 16.7 0.11
9 150 100 8.33 120 100 8.33 0.3
10 150 80 8.33 150 80 8.33 0
11 140 100 8.33 120 100 8.33 0.2
12 180 80 16.7 140 80 16.7 0.5
2. Sumber : Data primer diolah tahun 2014
PEMBAHASAN pun dijalarkan secara serentak
A. Interpretasi dan Diskusi Hasil melalui saraf rangka menuju ke
Penelitian otot-otot rangka tubuh, terutama
1. Tekanan Darah Sebelum Jalan otot-otot abdomen. Keadaan ini
Kaki pada Lansia dengan Riwayat akan meningkatkan tonus dasar
Hipertensi di Puskesmas Sumber otot-otot tersebut yang menekan
Baru Kecamatan Sumber Baru seluruh vena cadangan abdomen,
Kabupaten Jember. membantu mengeluarkan darah dari
Berdasarkan hasil penelitian cadangan vaskuler abdomen ke
diketahui bahwa tekanan darah jantung. Hal ini membuat jumlah
sebelum jalan kaki pada lansia darah yang tersedia bagi jantung
dengan riwayat hipertensi rata-rata untuk dipompa menjadi meningkat.
1.7611. Hal ini berarti bahwa Keseluruhan respon ini disebut
sebelum lansia melakukan aktifitas refleks kompresi abdomen.
fisik atau jalan kaki tekanan darah Pada posisi tidak melakukan
adalah stabil. Tekanan darah adalah aktifitas jalan kaki, maka
tekanan yang dihasilkan oleh darah pengumpulan darah di vena lebih
terhadap pembuluh darah. Tekanan banyak. Dengan demikian selisih
darah dipengaruhi volume darah volume total dan volume darah
dan elastisitas pembuluh darah. yang ditampung dalam vena kecil,
Peningkatan tekanan darah berarti volume darah yang kembali
disebabkan peningkatan volume ke jantung sedikit, isi sekuncup
darah atau elastisitas pembuluh berkurang, curah jantung
darah. Sebaliknya, penurunan berkurang, dan kemungkinan
volume darah akan menurunkan tekanan darah akan turun. Jantung
tekanan darah. memompa darah ke seluruh bagian
Menurut pendapat Guyton dan tubuh. Darah beredar ke seluruh
Hall, (2002) Sikap atau posisi bagian tubuh dan kembali ke
duduk membuat tekanan darah jantung begitu seterusnya. Darah
cenderung stabil. Hal ini sampai ke kaki, dan untuk kembali
dikarenakan pada saat duduk sistem ke jantung harus ada tekanan yang
vasokonstraktor simpatis mengalirkannya. Untuk itu perlu
terangsang dan sinyal-sinyal saraf adanya kontraksi otot guna
JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 248
Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Setelah Olah Raga.............................Hosen, hal. 245 - 253
mengalirkan darah ke atas. Pada Baru Kecamatan Sumber Baru
vena ke bawah dari kepala ke Kabupaten Jember.
jantung tidak ada katup, pada vena Tekanan darah sesudah jalan kaki
ke atas dari kaki ke jantung ada mengalami penurunan. Berdasarkan
katup. Dengan adanya katup, maka hasil penelitian diketahui bahwa
darah dapat mengalir kembali ke tekanan darah sesudah jalan kaki
jantung. Jika pompa vena tidak pada lansia dengan riwayat
bekerja atau bekerja kurang kuat, hipertensi nilai rata-rata 1.528.
maka darah yang kembali ke Jalan kaki diklaim dapat
jantung berkurang, memompanya menyehatkan jantung, karena jalan
berkurang, sehingga pembagian kaki secara teratur dapat
darah ke sel tubuh pun ikut menurunkan risiko hipertensi, yaitu
berkurang. Banyaknya darah yang salah satu faktor pencetus penyakit
di keluarkan jantung itu jantung. Jalan kaki juga membantu
menimbulkan tekanan, bila menurunkan mengurangi tekanan
berkurang maka tekanannya darah, jika dilakukan secara rutin.
menurun. Tekanan darah berkurang Penelitian dr. Duncan
akan menentukan kecepatan darah membuktikan, latihan atau olahraga
sampai ke bagian tubuh yang seperti jalan kaki atau joging, yang
dituju. Ketika berdiri darah yang dilakukan selama 16 minggu akan
kembali ke jantung sedikit. Volume mengurangi kadar hormon
jantung berkurang maka darah yang norepinefrin (noradrenalin) dalam
ke luar dan tekanan menjadi tubuh, yakni zat yang dikeluarkan
berkurang (Guyton dan Hall, 2002). sistem saraf yang dapat menaikkan
Olahraga banyak dihubungkan tekanan darah. Berat badan yang
dengan pengelolaan penyakit tidak berlebih juga merupakan biang
menular, karena olahraga isotonik keladi tekanan darah tinggi karena
dan teratur dapat menurunkan orang yang kegemukan akan
tahanan perifer yang akan mengalami kekurangan oksigen
menurunkan tekanan darah (untuk dalam darah, hormon, enzim, serta
hipertensi) dan melatih otot jantung kurang melakukan aktivitas fisik
sehingga menjadi terbiasa apabila dan makan berlebihan. Terlalu
jantung harus melakukan pekerjaan banyak lemak dalam tubuh dapat
yang lebih berat karena adanya menyebabkan badan memerlukan
kondisi tertentu . Kurangnya lebih banyak oksigen. Jadi, jantung
aktivitas fisik menaikan risiko harus bekerja lebih keras
tekanan darah tinggi karena (Selamiharja: 2013.)
bertambahnya risiko untuk menjadi
gemuk. Orang-orang yang tidak Bagi penderita hipertensi faktor
aktif cenderung mempunyai detak yang harus diperhatikan adalah
jantung lebih cepat dan otot jantung tingginya tekanan darah. Semakin
mereka harus bekerja lebih keras tinggi tekanan darah semakin keras
pada setiap kontraksi, semakin kerja jantung, sebab untuk
keras dan sering jantung harus mengalirkan darah saat jantung
memompa semakin besar pula memompa maka jantung harus
kekuaan yang mendesak arteri. mengeluarkan tenaga sesuai dengan
tingginya tekanan tersebut. Jantung
2. Tekanan Darah Sesudah Jalan Kaki apabila tidak mampu memompa
pada Lansia dengan Riwayat dengan tekanan setinggi itu, berarti
Hipertensi di Puskesmas Sumber jantung akan gagal memompa

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 249


Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Setelah Olah Raga.............................Hosen, hal. 245 - 253
darah. Latihan olahraga dapat sehingga tekanan darah menurun,
menurunkan tekanan sistolik sama halnya dengan melebarnya
maupun diastolik pada usia tengah pipa air akan menurunkan tekanan
baya yang sehat dan juga mereka air. Latihan olahraga juga dapat
yang mempunyai tekanan darah menyebabkan aktivitas saraf,
tinggi ringan. Latihan olahraga reseptor hormon, dan produksi
tidak secara signifikan menurunkan hormon-hormon tertentu menurun.
tensi pada penderita yang Berjalan kaki adalah salah satu
mengalami hipertensi berat, tetapi bentuk aktivitas fisik yang tidak
paling tidak olahraga membuat mungkin tidak dilakukan setiap
seseorang menjadi lebih santai. hari. Berjalan kaki sebenarnya
dapat menjadi salah satu pilihan
3. Perbedaan Tekanan Darah Sebelum bentuk olahraga intensitas rendah
dan Sesudah Jalan Kaki pada hingga sedang yang bermanfaat
Lansia dengan Riwayat Hipertensi untuk kesehatan tubuh. Jalan kaki
di Puskesmas Sumber Baru juga bermanfaat mengontrol
Kecamatan Sumber Baru tekanan darah dan melawan
Kabupaten Jember. hipertensi atau tekanan darah
Berdasarkan uji t berpasangan tinggi. Dengan berjalan kaki
dengan bantuan SPSS diperoleh melatih otot-otot di paha, bokong
hasil bahwa tekanan darah sebelum dan kaki sehingga lebih kuat.
jalan kaki diperoleh rata-rata Sirkulasi darah menjadi lancar, otak
1.7611. Sementara tekanan darah mendapat asupan oksigen dan
sesudah jalan kaki diperoleh rata- memperbaiki fungsi otak.
rata 1.5282. Berdasarkan uji t
berpasangan diperoleh hasil bahwa SIMPULAN
nilai signifikansi sebesar Berdasarkan pada pembahasan pada bab
0.000<0.05, artinya ada pengaruh sebelumnya, maka hasil dari penelitian
jalan kaki terhadap tekanan darah. ini dapat disimpulkan bahwa:
Latihan aerobik yang dilakukan a. Tekanan darah sebelum jalan kaki
agar dapat berpengaruh terhadap pada lansia dengan riwayat
efisiensi kerja jantung, sebaiknya hipertensi rata-rata 155/89 mmhg.
latihan berada pada intensitas b. Tekanan darah sesudah jalan kaki
sedang yaitu denyut jantung 150- pada lansia dengan riwayat
170 per menit. Intensitas sedang hipertensi nilai rata-rata 135/89
kurang lebih sama dengan 70-80% mmhg.
dari kapasitas aerobik maksimal c. Berdasarkan uji t berpasangan
(Bompa, 1994 78). Orang yang diperoleh hasil bahwa nilai
tidak pernah melakukan olahraga signifikansi sebesar 0.00<0.05,
menurut penelitian Ralph artinya ada perbedaan jalan kaki
Paffenharger, Ph.D., punya risiko terhadap tekanan darah. Penurunan
mendapat tekanan darah tinggi 35% rata-rata tekanan darah sistolik dan
lebih besar. Hasil penelitian lain distolik rata-rata 20.8/0 mmhg.
menyimpulkan orang yang tidak
pernah berlatih olahraga risikonya SARAN
bahkan menjadi 1,5 kalinya. Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka
Latihan olahraga bisa menurunkan saran dalam penelitian ini adalah sebagai
tekanan darah karena latihan berikut:
olahraga dapat melemaskan 1. Bagi Pengembangan Bidang
pembuluh-pembuluh darah, Kesehatan

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 250


Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Setelah Olah Raga.............................Hosen, hal. 245 - 253
Dalam rangka pengembangan ilmu Faculty of Medicine-University of
bidang kesehatan memerlukan upaya Riau.
preventif mengurangi resiko terjadinya Amin, Zulkifli .,dan Bahar , Asril.,
hipertensi. Hal ini bisa dilakukan dengan (2007). Pulmonologi. Dalam :
memberikan beragam informasi Sudoyo, Aru, W., dkk.,ed. Buku Ajar
kesehatan terutama yang bersifat non Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :
farmakologis pada lansia dengan riwayat Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
penderita hipertenasi. Penyakit Dalam Fakultas
2. Bagi Bidang Pendidikan Kedokteran Universitas Indonesia :
Pendidikan diupayakan untuk semakin 988 – 994.
inovatif dan kreatif dalam meningkatakan Armilawaty. (2007). Hipertensi dan
SDM, melalui system pembelajaran yang Faktor Risikonya Dalam Kajian
bermutu dan berbasis pada persoalan Epidemiologi. ,Diunduh pada
yang dihadapi oleh masyarakat. tanggal 30 Mei 2014 melalui
3. Bagi Lansia www.ridwanuddin.com
Lansia dengan riwayat hipertensi Bare, B.G. & Smeltzer, S.C.
diharapkan dengan mengetahui hasil dari (2002). Buku Keperawatan Medical
penelitian ini dapat menerapkannya Bedah Brunner and Suddarth, edisi
dalam kehidupan sehari-hari agar resiko 8. Jakarta : EGC.
hipertensi dapat dikurangi. Burnside., John, W., & Thomas, M.
4. Bagi peneliti (2004). Adams diagnosis fisik edisi
Dengan mengetahui hasil dari penelitian 17. Jakarta: EGC.
ini maka diharapkan dapat Corwin, Elizabeth J. (2000). Buku Saku
mengaplikasikan dalam kehidupan Patofisiologi.EGC: Jakarta.
bermasyarakat, terutama berperan dalam Depkes RI, (2009). Sistem Kesehatan
meningkatkan pola hidup sehat pada Nasional. Jakarta.
masyarakat terutama pada lansia dengan Depkes RI. (2002). Keputusan Menkes RI
riwayat hipertensi No. 1439/MENKES/SK/XI/2002
5. Bagi Peneliti Selanjutnya tentang Penggunaan Gas Medis
Peneliti selanjutnya dapat mengkaji pada Sarana Pelayanan Kesehatan.
variabel lain yang tidak dikaji dalam Darmojo & Boedhi,R.(2006), Buku Ajar
penelitian ini seperti pola makan, dan Geriatri Ilmu Kesehatan Usia.
sebagainya. Dengan mengetahui lebih Lanjut , FKUI, Jakarta
banyak faktor yang berkaitan dengan Elsanti, Salma. (2009).Panduan Hidup
hipertensi diharapkan resiko terjadi Sehat Bebas Kolesterol, Stroke,
hipertensi dapat dikurangi. Hipertensi& Serangan Jantung.
Yogyakarta : Araska
DAFTAR PUSTAKA G. Miller. Dan Jarvis, J. (2010). Chese In
Anderson, A. (2011). Caring holistically Diet and Health. Dairy Foods.
older adult. British: Medicus Gunawan, lany. (2005). Hipertensi
Media. tekanan darah tinggi. Yogyakarta :
Anggraini, A. D., Waren, A., Situmorang, Kanisius.
E., Asputra, H., & Siahaan, S. S. Hanns Peter, W. (2008). Hipertensi, PT
(2003).Faktor-faktor yang Bhuana Ilmu Populer, Gramedia,
Berhubungan dengan Kejadian Jakarta.
Hipertensi pada Pasien yang Hidayat, Alimul, A. Aziz (2007) ,
Berobat di Poliklinik Dewasa Metode Penelitian Keperawatan
Puskesmas Bangkinang Periode dan teknik Analisa Data ,. Penerbit
Januari Sampai Juni 2008. Riau: Salemba medika.

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 251


Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Setelah Olah Raga.............................Hosen, hal. 245 - 253
Isselbacher, Kurt (2009), Harrison: Stanley, M & Patricia, G.B. (2007). Buku
Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit ajar keperawatan gerontik edisi 2.
Dalam:(Harrison's Principles of Jakarta: EGC.
Internal Medicine); Volume 1 Sustrani, Lanny. (2004). Hipertensi.
.penerbit bukukedokteran Jakarta Jakarta: PT Gramedia Pustaka
JNC-7. (2003). The Seventh Report of the Utama.
Joint National Committee on Saputri, D.E. (2009). Pengaruh keaktifan
Prevention, Detection, Evaluation, olahraga senam jantung sehat
and Treatment of High Blood terhadap tekanan darah pada
Pressure. JAMA 289:2560-2571 lanjut usia hipertensi di klub senam
Kozier, Barbara et. al. (2009). jantung sehat Martoyudan
Fundamentals of nursing, concept, Magelang. Skripsi. Surakarta:
process, and practice. New Jersey, Universitas Muhammadiyah
U.S.A : Multi Media. Surakarta
Kuswardhani, Tuty. (2006). Selamiharja, Nanny, aktifitas fisik
Penatalaksanaan Hipertensi pada menurunkan hipertensi di akses dari
Usia Lanjut. Diunduh pada tanggal : http://www.indomedia.com pada
23 April 2014 dari tanggal 15 Agustus 2014.
http://www.google.co.id/#hl=id&bi Sustrani, Lanny. (2004). Hipertensi.
w=1366&bih=568&q=perkembang Jakarta: PT Gramedia Pustaka
an+tekanan+darah+usia+25- Utama
60+tahun&aq=f&aqi=&aql=&oq= Stockslager, J. dan Liz Schaeffer. (2008).
&fp=1d5091427d9c3ba Buku saku : Asuhan keperawatan
Martuti, A. (2009) Hipertensi Merawat geriatric. Edisi 2. Alih bahasa Nike
dan Menyembuhkan Penyakit B.S. Jakarta : Penerbit Buku
Tekanan Darah Tinggi. Penerbit Kedokteran EGC.
Kreasi Kencana Perum Sidorejo Supartondo, Setiati, S., dan Soejono,
Bumi Indah (SBI) Blok F 155 C.H., (eds). (2003). Prosiding
Kasihan Bantul, pp.10-12 Temu Ilmiah Geriatri 2003
Marliani L, dk. (2007). 10 Question & “Penatalaksanaan Pasien Geriatri
Answers Hipertensi. Jakarta : PT dengan Pendekatan Interdisiplin”.
Elex Media Komputindo, Pusat Informasi dan Penerbitan
Gramedia. Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Maryam R, Siti, dkk. (2008). Mengenal Fakultas Kedokteran Universitas
Usia Lanjut dan Perawatannya, Indonesia, Jakarta: 107-112
Jakarta. Salemba Medika Sheps, Sheldon G. (2005). Mayo Clinic
Muhammadun.(2010). Hidup Bersama Hipertensi, Mengatasi Tekanan
Hipertensi. Jogjakarta : in-Books Darah Tinggi. Jakarta: PT Intisari
Nursalam, (2003). Konsep & Penerapan Mediatama
Metodologi Penelitian Ilmu Tambayong Jan. (2000). Patofisiologi
Keperawatan : Pedoman Skrips, Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Tesis dan Instrumen Penelitian. Tamher, S. dan Noorkasiani. (2009).
Jakarta Salemba Medika Kesehatan Usia Lanjut dengan
Notoatmodjo.S (2005). Metodologi Pendekatan Asuhan Keperawatan.
penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Jakarta: Salemba Medika
Cipta Wahjudi Nugroho, B. S. (2006).
Notoatmodjo,S. (2010). Ilmu Perilaku Keperawatan Gerontik &
Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta Geriartik.Edisi 3.Buku
Palmer, dkk (2007). Tekanan Darah Kedokteran.Jakarta:EGC
Tinggi. Jakarta: Erlangga.

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 252


Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Setelah Olah Raga.............................Hosen, hal. 245 - 253
World Health Organization (WHO).
2005. Deaths from Coronary Heart
Disease. Available from :
http://www.who.int/cardiovascular_
diseases/en/cvd_atlas_14_deathHD.
pdf.diakses pada tanggal 12 April
2014

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 253

You might also like