You are on page 1of 7

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.18 No.

2 Tahun 2018

Latihan Otot Progresif pada Lansia Dengan Hipertensi Essensial di Kota Jambi

Abstract
Based on health surveys, 30% of Indonesians are hypertensive. Hypertension is a risk factor
for the third-leading cause of death after stroke and tuberculosis, i.e. 67% of the population
of deaths at all ages. The number of an elderly female with essential hypertension at the
public health center Simpang Kawat Jambi city year 2017 as many as 191 people. This study
aimed to determine is there the effect of giving progressive muscle relaxation techniques
toward changes in blood pressure in elderly with essential hypertension. This study used one
group pre-post test design method; it used simple random sampling technique, numbers of
samples were 20 respondents. This study was conducted at Auditorium the public health
center Simpang Kawat Jambi city from July 24th – 30th 2017. The instruments are Blood
pressure measurement results, data analyzed as univariate and bivariate. The findings
indicated that p-value Systole blood pressure p-value = 0.000 and diastole p-value = 0.000,
so it can conclude that there is the significant effect of Changes in blood pressure in the
elderly with essential hypertension before and after the technique of progressive muscle
relaxation at the public health center Simpang Kawat Jambi city. It expected to Health
workers can provide knowledge about progressive muscle relaxation technique exercises so
that people with essential hypertension can control blood pressure independently at home.

Keywords: Progressive Muscle Relaxation Techniques, Essential Hypertension, Elderly

PENDAHULUAN terhadap 62% timbulnya kasus stroke,


Semakin meningkatnya arus 49% timbulnya serangan jantung.
globalisasi di segala bidang, Berdasarkan
perkembangan teknologi dan industri telah survey kesehatan, 30% penduduk
banyak membawa perubahan pada prilaku Indonesia mengalami hipertensi.
dan gaya hidup masyarakat, serta situasi Hipertensi merupakan faktor resiko ketiga
lingkungan misalnya perubahan pola penyebab kematian setelah penyakit stroke
konsumsi makanan, berkurangnya dan tuberkolosis yakni 67% dari populasi
aktivitas fisik dan meningkatnya polusi kematian pada semua umur.
lingkungan. Perubahan tersebut tanpa Lansia merupakan kelompok yang
disadari telah memberi pengaruh terhadap rentan sekali terkena penyakit menular
perubahan tingkat kesehatan yang memicu ataupun tidak menular karena dengan
transisi epidemiologi penyakit degeneratif bertambahnya umur seseorang akan
atau penyakit tidak menular. Salah satu mengalami penurunan atau perubahan
penyakit tidak menular adalah hipertensi fungsi seperti fisik, psikis, biologis,
(tekanan darah tinggi). Tekanan darah spiritual, serta hubungan sosialnya, dan
adalah desakan darah terhadap dinding tentunya memberikan pengaruh terhadap
arteri ketika darah tersebut dari jantung ke berbagai aspek kehidupanya,salah satunya
jaringan. Tekanan ini bervariasi sesuai kondisi kesehatanya, World Population
pembuluh darah terkait dan denyutan Prospect (2010) dalam KemenKesRI
jantung (Depkes RI, 2008). (2013) menyebutkan bahwa populasi
WHO menetapkan hipertensi sebagai lansia di dunia pada tahun 2010 mencapai
faktor risiko nomor tiga etiologi kematian 14,35% dari total penduduk dunia.
di dunia. Hipertensi bertanggung jawab Hipertensi adalah penyakit yang
paling banyak di derita oleh lansia di
1
Pemberian Relaksasi Otot Progresif pada Lansia Dengan Hipertensi Essensial di Kota Jambi
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.18 No.2 Tahun 2018

indonesia dibuktikan dengan hasil respon stress dengan mencoba meredakan


Riskedas 2013 tentang 10 masalah ketegangan otot secara sadar.(Widyastuti,
kesehatan lansia yang tercantum di 2003).
InfoDATIN Situasi Lanjut Usia (pusat data Data dari Dinas Kesehatan Kota
dan informasi kementrian kesehatan RI) di Jambi bahwa penderita hipertensi pada
Indonesia bahwa penyakit Hipertensi lansia di Kota Jambi dari 20 Puskesmas di
menempati urutan pertama sebagapenyakit dapatkan nilai tertinggi berada di wilayah
lansia yaitu dengan prevalensi usia 55 – 64 kerja Puskesmas Simpang Kawat dengan
tahun sebanyak 45,9%, usia 65 – 74 tahun angka penderita 2.029 orang atau 13,85%.
sebanyak 57,6%, dan usia 75+ tahun Berdasarkan survei awal penelitian yang
sebanyak 63,8%. dilakukan di Puskesmas Simpang Kawat
Pada orang lanjut usia penyebab Kota Jambi, diperoleh gambaran bahwa 10
hipertensi disebabkan terjadinya perubahan pasien lansia dengan hipertensi esenssial
pada penurunan elastisitas dinding aorta, yang melakukan kunjungan, Para penderita
katup jantung menebal dan menjadi kaku, hipertensi mengatakan hanya
kemampuan jantung memompa darah, mengkonsumsi obat anti-hipertensi seperti
kehilangan elastisitas pembuluh darah dan amlodhipin dan tidak mengetahui cara
meningkatnya resistensi pembuluh darah mengatasi secara non farmakologis untuk
perifer. Setelah usia 20 tahun kemampuan mengurangi nyeri dalam beraktivitas.
jantung memompa darah menurun 1% tiap Kebanyakan masih mengalami nyeri
tahun sehingga menyebabkan menurunya tengkuk, lemas, kadang sesak didada dan
kontraksi dan volume (Aspiani,2014). pusing serta sulit tidur dimalam hari.
Selain penurunan fisiologis sistem Ketika peneliti bertanya tentang pola
kardiovaskuler seorang lanjut usia juga makan sehari – hari dirumah, 3 dari lansia
telah menghadapi banyak situasi yang menjawab mereka masih sangat menyukai
penuh tekanan dalam kehidupan sehari- daging merah seperti daging sapi, 7 dari
hari yang menimbulkan respons stres. mereka menjawab tidak mengonsumsi
Relaksasi dan teknik manipulasi daging merah lagi, sedangkan dari ke 10
pikiran mengurangi komponen fisiologis lansia masih mengonsumsi garam dalam
dan emosional stress. Relaksasi bertujuan makananya sehari – hari. Selanjutnya
untuk memberikan rasa nyaman, peneliti bertanya tentang aktivitas mereka
memperbaiki disfungsi fisik, mengubah sehari-hari 9 dari lansia tersebut
respon fisiologis, dan mengurangi rasa mengatakan hanya duduk dirumah dan
takut yang terkait dengan penyakitnya. bermain dengan cucu ketika cucunya
Relaksasi akan membuat individu lebih pulang sekolah, 1 lansia mengatakan
mampu menghindari reaksi yang kadang berolahraga di pagi dan sore hari
berlebihan karena adanya stres sehingga seperti berjalan di kompleks tempat
dengan melakukan relaksasi dapat tinggalnya. Mereka belum mengetahui
mengurangi tekanan darah, detak jantung tentang Terapi Relaksasi Otot progresif,
jadi lebih rendah dan tidur menjadi baik cara ataupun manfaatnya untuk
nyenyak (Potter, 2006). menurunkan tekanan darah.
Salah satu teknik relaksasi yang Berdasarkan latar belakang di atas,
sering digunakan adalah teknik Relaksasi maka rumusan masalah dalam penelitian
Otot Progresif (Progressive Muscular ini adalah “Bagaimana pengaruh
Relaxation [PMR]) sebagai terapi untuk pemberian teknik relaksasi otot progresif
membantu meredakan beberapa gejala terhadap perubahan tekanan darah pada
yang berkaitan dengan stress, seperti lanjut usia dengan hipertensi essensial di
Insomnia dan Hipertensi. Teknik ini Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Kawat
mungkin lebih unggul dari teknik lain, Kota Jambi?”.
memperlihatkan pentingnya menahan
2
Latihan Otot Progresif pada Lansia Dengan Hipertensi Essensial di Kota Jambi
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.18 No.2 Tahun 2018

Tujuan dari penelitian adalah untuk dan sebaliknya jika P value > α (0,05),
mengetahui rata-rata tekanan darah pada maka Ho diterima artinya kedua variabel
lansia dengan hipertensi esenssial sebelum tidak terdapat pengaruh yang signifikan.
dan sesudah diberikan teknik relaksasi otot
progresif, dan mengetahui pengaruh HASIL DAN PEMBAHASAN
pemberian teknik relaksasi otot progresif Hasil penelitian yang telah dilakukan
terhadap tekanan darah pada lansia dengan pada tanggal 24-30 Juli 2017 di Puskesmas
hipertensi esenssial di Wilayah Kerja Simpang Kawat Kota Jambi dengan 20
Puskesmas Simpang Kawat Kota Jambi. responden tentang pengaruh teknik
relaksasi otot progresif terhadap perubahan
METODE PENELITIAN tekanan darah pada lansia dengan
Desain penelitian yang digunakan hipertensi esensial. Adapun hasil yang
dalam penelitian ini adalah pre - diperoleh adalah sebagai berikut:
experiment dengan metode pendekatan one Analisa Univariat
group pre – post test design design yaitu Distribusi responden berdasarkan
untuk melihat pengaruh pemberian teknik karakteristik:
relaksasi otot progresif terhadap perbedaan Gambar 1
tekanan darah pada lansia dengan Karakteristik umur responden
hipertensi esensial. Rancangan ini
memberikan perlakuan terhadap semua
responden secara bersamaan, diawali
dengan pengukuran tekanan darah (pre-
test), dan setelah diberikan perlakuan 60–66
30%
dilakukan pengukuran tekanan darah tahun
kembali (post-test), pengukuran tekanan 67–74
darah dalam penelitian ini menggunakan 70%
tahun

sphygnomanometer air raksa. Intervensi


relaksasi otot progresif dalam penelitian ini
dilakukan sebanyak satu kali/hari selama
satu seminggu dengan lama waktu
intervensi 10-30 menit,tempat penelitian Berdasarkan gambar 1 diketahui
Aula Puskesmas Simpang Kawat Kota bahwa sebanyak 14 orang responden
Jambi. Sampel dalam penelitian ini adalah dengan persentase (70,0%) berumur 60-66
20 responden lansia berjenis kelamin tahun.
perempuan dengan hipertensi esensial yang
berobat di Puskesmas Simpang Kawat Gambar 2
Kota Jambi yang telah memenuhi kriteria Karakteristik jenis kelamin responden
inklusi. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan yaitu Simple Random Samping
teknik ini digunakan apabila populasi dari SD
5% 10%
mana sampel diambil merupakan populasi
homogen yang hanya mengandung satu SMP
ciri. Dengan demikian sampel yang 50%
dikehendaki dapat diambil secara 35%
SMA
sembarang (acak) saja (Arikunto, 2009).
Analisis data yang digunakan dalam
Perguruan
penelitian ini meliputi analisis univariat
Tinggi
dan bivariat yang apabila hasil P value ≤ α
(0,05), maka Ho ditolak artinya kedua
variabel terdapat pengaruh yang signifikan

3
Latihan Otot Progresif pada Lansia Dengan Hipertensi Essensial di Kota Jambi
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.18 No.2 Tahun 2018

Berdasarkan gambar 2 diketahui Berdasarkan tabel 1 didapatkan nilai


bahwa sebanyak 10 orang responden rata-rata pada tekanan darah sistole dan
dengan persentase (60,0%) memiliki diastole dari 20 responden sebelum dan
pendidikan terakhir pada jenjang SMA sesudah diberikan latihan teknik relaksasi
sederajat. otot progresif sebesar 30,75 mmHg pada
tekanan darah sistole, sedangkan pada
Gambar 3 tekanan darah diastole nilai rata-ratanya
Karakteristik pekerjaan responden sebesar 11,00 mmHg. Dari hasil uji
statistik dengan menggunakan Uji paired
t-test didapatkan p-value = 0,000 ≤ α
0% (0,05) pada tekanan darah sistole maupun
diastole, maka dapat disimpulkan bahwa
Bekerja ada pengaruh yang signifikan terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia
Tidak
dengan hipertensi esensial sebelum dengan
Bekerja sesudah diberikan teknik relaksasi otot
100% progresif di Puskesmas Simpang Kawat
Kota Jambi.
Hasil penelitian ini berbanding lurus
dengan teori yang mengatakan bahwa
menciptakan keadaan rileks seperti
Berdasarkan gambar 3 diketahui
melakukan latihan teknik relaksasi otot
bahwa sebanyak 20 orang responden
progresif adalah salah satu cara
dengan persentase (100,0%) tidak bekerja.
penatalaksanaan hipertensi secara non
Hasil analisis univariat pada
farmakologis (Widyanto,2013). Karena
gambaran tekanan darah sebelum dan
teknik relaksasi otot progresif bekerja
sesudah di berikan teknik relaksasi oto
dengan cara memusatkan perhatian pada
progresif yaitu nilai rata-rata tekanan darah
suatu aktivitas otot dengan
sistole mengalami penurunan dari 149,25
mengidentifikasikan otot yang tegang
mmHg menjadi 118,50 mmHg, Pada nilai
kemudian menurunkan ketegangan dengan
rata-rata tekanan darah diastole mengalami
melakukan teknik relaksasi untuk
penurunan dari 97,50 mmHg menjadi
mendapatkan perasaan rileks. (Herodes,
86,50 mmHg.
2010).
Penurunan tekanan darah pada
Analisa Bivariat
pasien lansia dengan hipertensi esensial
Analisa ini untuk melihat pengaruh
sesudah diberikan latihan teknik relaksasi
latihan teknik relaksasi otot progresif
otot progresif ini sesuai dengan apa yang
terhadap perubahan tekanan darah pada
dikemukakan oleh Asmadi (2008) relaksasi
lansia dengan hipertensi esensial. Analisis
otot progresif merupakan salah satu terapi
bivariat ini mengguanakan uji Paired t-test
nonfarmakoterapi yang tidak memerlukan
dengan tingkat kemaknaan sebesar 95%
imajinasi, sugesti, tidak ada efek samping,
atau α =0,05. Hasil analisis bivariat dapat
mudah untuk dilakukan. Relaksasi otot
dilihat pada tabel 1 sebagai berikut:
progresif merupakan salah satu teknik
untuk mengurangi ketegangan otot dengan
Variabel N Mean SD P proses yang simpel dan sistematis dalam
(Tekanan value menegangkan sekelompok otot kemudian
Darah) merilekskanya kembali sehingga otot-otot
Sistole 20 30,75 7,48 0,000 menjadi relaks dan menurunkan
kecemasan/stres sehingga menyebabkan
Diastole 20 11,00 9,12 0,000 tekanan darah menurun pada hipertensi.
4
Latihan Otot Progresif pada Lansia Dengan Hipertensi Essensial di Kota Jambi
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.18 No.2 Tahun 2018

Dengan melakukan teknik relaksasi relaksasi otot progresif dengan p= 0,001


otot progresif maka lansia akan merasakan sistolik dan p= 0,042. Kesimpulanya terapi
keadaan rileks menyeluruh, mencakup relaksasi otot progresif lebih baik dalam
keadaan rileks secara fisiologis, secara menurunkan tekanan darah pada lansia
kognitif dan secara behavioral. Secara dengan hipertensi dibandingkan dengan
fisiologis, keadaan rileks ini akan terapi napas dalam.
menurunkan tingkat kecemasan dan stres Dari hasil pembahasan dalam
yang dialami pasien dengan hipertensi penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
esensial. Karena Selama seseorang stres teknik relaksasi otot progresif berpengaruh
maka hormon-hormon seperti epineprin terhadap perubahan tekanan darah pada
dan nonepinephrin, kortisol, glukagon, lansia dengan hipertensi esensial, jika
ACTH, kortikosteroid, dan tiroid akan dilakukan dengan benar meliputi benar
meningkat. Nonepinephrine yang gerakan, benar urutan gerakannya, benar
merupakan suatu vasocontrictor yang akan posisi dan juga dilakukan ditempat yang
bekerja pada arteri kecil dan arteriola tenang dan tertutup sehingga dalam
untuk menigkatkan resistensi peripheral melaksanakan teknik relakasasi otot
sehingga tekanan darah meningkat. (Price progresif responden benar-benar
dan Wilson, 2002, dalam Masriadi, 2016). merasakan rileks. Didalam penelitian ini
Teknik relaksasai otot progresif ini akan latihan teknik relaksasi otot progresif
mengaktivasi kerja sistem saraf dilakukan di Aula Puskesmas Simpang
parasimpatis dan memanipulasi hipotalamus Kawat Kota Jambi, yang bersih, nyaman,
melalui pemusatan pikiran untuk tidak ada suara bising dan tidak ada
memperkuat sikap positif sehingga aktivitas keluar masuk ruangan, artinya
rangsangan stres terhadap hipotalamus tempat penelitian ini sangat sesuai untuk
berkurang. Aktivasi dari sistem saraf melakukan teknik relaksasi otot progresif
parasimpatis disebut juga Trophotropic yang dan kesungguhan serta keseriusan seluruh
dapat menyebabkan perasaan ingin istirahat, responden dalam melaksanakan latihan
dan perbaikan fisik tubuh. Respon teknik relaksasi otot progresif sangat
parasimpatik meliputi penurunan denyut nadi terlihat dalam penenlitian karena seluruh
dan tekanan darah serta meningkatkan aliran responden bisa melakukan seluruh gerakan
darah. Oleh sebab itu, melalui latihan dengan baik dan benar sesuai dengan yang
relaksasi lansia dilatih untuk dapat di instruksikan oleh peneliti sebagai
memunculkan respon relakasasi sehingga instruktur latihan teknik relaksasi otot
dapat mencapai keadaan tenang dan rileks progresif, sehingga penelitian yang
sehingga lansia mengalami penurunan berjalan selama seminggu ini berjalan
tekanan darah. (Sucipto, 2014). kondusif. Selama pelaksanaan latihan juga
Pembahasan diatas didukung oleh diiringi oleh musik instrumental, karena
Hasil penelitian yang dilakukan oleh alunan musik dapat mengubah ambang
Yulinda (2012) dengan judul Perbedaan otak yang dalam keadaan stres menjadi
Pengaruh Terapi Napas Dalam Dan Terapi lebih adaptif secara fisiologis dan efektif.
Relaksasi Otot Progresif Terhadap sehingga terciptalah keadaan rileks yang
Penurunan Tekanan Darah Lansia menyeluruh, mencakup keadaan rileks
Hipertensi Di Posyandu Lansia Kelurahan secara fisiologis, secara kognitif dan
Surau Gadang Kecamatan Nanggalo behavioral. Keadaan rileks yang tercipta
Padang Tahun 2012 dengan hasil dari latihan teknik relaksasi otot progresif
penelitian menunjukan terdapat penurunan akan menyebabkan penuruanan kadar
tekanan darah pada masing – masing efinefrin maupun non-epinefrin, sehingga
kelompok dengan p= 0,000 dan terdapat berdampak pada menurunya frekuensi
perbedaan penurunan tekanan darah antara denyut jantung, gerakan teknik relaksasi
kelompok terapi napas dalam dan terapi otot progresif juga dapat menurunkan
5
Latihan Otot Progresif pada Lansia Dengan Hipertensi Essensial di Kota Jambi
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.18 No.2 Tahun 2018

ketegangan otot yang berdampak pada Balitbangkes Kemenkes RI, 2013, Riset
vasodilatasi pembuluh darah sehingga Kesehatan Dasar−Riskesdas
tekanan darah pada lansia dengan 2013,Kemenkes RI, Jakarta.
hipertensi esensial setelah melakukan Departemen Kesehatan RI. (2014). Profil
latihan teknik relaksasi otot progresif Kesehatan Provinsi Jambi 2014.
selama seminggu mengalami penurunan www.depkes.go.id/profil/PROFIL_KES...
tekanan darah yang signifikan. /05_Jambi_2014 diperoleh tanggal
30 Desember 2016, pada pukul 18.45
SIMPULAN WIB.
Kesimpulan dalam penelitian ini Fajria. (2012). Perbedaan Pengaruh terapi
yaitu terdapat pengaruh latihan teknik napas dalam dan teknik relaksasi
relaksasi otot progresif terhadap perubahan otot progresif terhadap penurunan
tekanan darah sistole dan diastole pada tekanan darah lansia hipertensi di
responden lansia penderita hipertensi posyandu lansia kelurahan sungai
esensial dengan p-value = 0,000 gadang kecamatan nanggalo
atau < α (0,05). padang. Jurnal Keperawatan.
Berdasarkan hal tersebut maka Universitas Riau. Riau.
diharapkan bisa menjadi sebagai bahan Jauhar, Bararah, 2013.
masukan bagi Puskesmas Simpang Kawat Asuhan
Kota Jambi untuk meningkatkan Keperawatan Panduan Lengkap
pemberian asuhan keperawatan pada Menjadi Perawat Professional.
pasien lansia dengan Hipertensi esensial Jakarta: Prestasi Pustaka.
dengan cara pemberian pengetahuan Masriadi, 2016, Epidemiologi
tentang latihan teknik relaksasi otot Penyakit
progresif maupun kegiatan seperti Tidak Menular, Jakarta: TIM.
pelatihan teknik relaksasi otot progresif Muhith, Abdul, 2016. Pendidikan
minimal 2 kali seminggu agar penderita Keperawatan Gerontik. Yogyakarta:
Hipertensi esensial dapat mengontrol Andi Offset .
tekanan darah secara nonfarmakologis Muttaqin, Arif. (2009). Buku Ajar Asuhan
sehingga pasien tidak ketergantung lagi Keperawatan Klien dengan
dengan obat anti hipertensi. Pada Gangguan Sistem Kardiovaskular
penelitian selanjutnya dapat dikembangkan dan Hematologi. Jakarta. Salemba
dengan dengan meningkatkan lama waktu Medika.
penelitian serta topik permasalahan yang Nair dan Peatte, 2015. Dasar-dasar
sama tetapi menambah variabel seperti Patofisiologi Terapan, Panduan
seperti perubahan BB dan frekuensi napas Penting Mahasiswa Keperawatan
pada lansia dengan hipertensi esensial. dan Kesehatan, Ed. 2, Cetakan. Ke -
1. Jakarta: Bumi Medika.
DAFTAR PUSTAKA Nasrullah, Dede, 2016. Buku Ajar
Arikunto, Suharsimi, 2009. Manajemen Keperawatan Gerontik Jilid I,
Penelitian. Jakarta: Rinneka Cipta. Dengan Pendekatan Asuhan
Ariyani, 2007. Terapi Modalitas Keperawatan Nanda NIC Dan NOC.
Keperawatan.Jakarta: EGC Jakarta: TIM.
Asmadi, 2008. Teknik Prosedural Konsep Nurhaliza, 2015. Pengaruh Latihan
& Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Relaksasi Otot Progresif Terhadap
Penerbit Salemba Medika. Jakarta Penurunan Tekanan Darah Pada
Aspiani, 2014. Buku Ajar Penderita Hipertensi Primer di
Asuhan Dusun Gondang Surakarta 2015.
Keperawatan Klien Gangguan Nursallam, 2008. Konsep Dan Penerapan
Kardiovaskular. Jakarta: EGC Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Pedoman Skripsi,
Tesis Dan Instrument Penelitian
6
Latihan Otot Progresif pada Lansia Dengan Hipertensi Essensial di Kota Jambi
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.18 No.2 Tahun 2018

Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika.
Notoatmodjo, Soekidjo, (2012),
Metodologi Penelitian Kesehatan,
Jakarta: Rineka Cipta.
Potter & Perry, 2010. Fundamental
Keperawatan, Ed. 7. Jakarta:
Salemba Medika.
, 2006. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan- Volume
1. Pnerbit EGC. Jakarta.
Setyoadi & Kushariyadi, 2011. Terapi
Modalitas Keperawatan Pada Klien
Psikogeriatri. Jakarta: Salemba
Medika.
Sucipto. (2014). Perbedaan Pengaruh
teknik relaksasi otot progresif
terhadap tekanan darah pada lansia
hipertensi di desa karangbendo
banguntapan bantul yogyakarta.
Jurnal Keperawatan. Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta.
Yogyakarta.
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian
Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, Dan R & D). Jakarta:
Alfabet ,CV.
Smeltzer, S.C. dan Bare B.G., 2002, Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Volume 2, Ed. 8, , Jakarta : EGC.
Udjianti, Wayan Juni, (2011),
Keperawatan Kardiovaskular,
Jakarta Selatan : Salemba Medika.
Widyanto,dkk, 2013. Trend Disease
“Trend Penyakit Saat Ini”. Jakarta:
TIM.
Widyastuti, 2003. Manajemen Stress. 116
Hal. Jakarta: EGC.

7
Latihan Otot Progresif pada Lansia Dengan Hipertensi Essensial di Kota Jambi

You might also like