You are on page 1of 14

PENGARUH ISOMETRIC EXERCISE TERPADU PERNAFASAN

YOGA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA


PASIEN HIPERTENSI DI DESA MOJOJAJAR WILAYAH
KERJA PUSKESMAS KEDUNGSARI
KABUPATEN MOJOKERTO

Dinda Risma Putri Anjarsari1) , Abdul Hanan2) , Esti Widiani3)


1,2,3)
Prodi Sarjana Terapan Keperawatan Lawang, Poltekkes Kemenkes Malang
E-mail: dindarisma37@gmail.com1) , abdulhananmolla@gmail.com2), diani.esti@gmail.com3)

EFFECT OF ISOMETRIC EXERCISE INTREGATED YOGA BREATHING ON


DECREASE BLOOD PRESSURE OF HYPERTENSION PATIENTS IN
MOJOJAJAR VILLAGE AREA PUSKESMAS KEDUNGSARI
MOJOKERTO DISTRICT

Abstract: Hypertension is a chronic increase in blood pressure which systolic pressure is


≥140 mmHg and diastolic ≥90 mmHg. Various attempts can be use to reduce blood
pressure, like pharmacological and non-pharmacological therapy. Non-pharmacological
therapy that can be use to reduce blood pressure is to increase the physical activity of
patients such as Isometric Exercise and Yoga breathing exercises. The purpose of this
study was to determine the effect of Isometric Exercise Integrated Yoga Breathing on
Decrease Blood Pressure of Hypertension Patients. This research is carried out 2 times a
week within 4 weeks or 1 month. This research using Pre-experiment design with One
group pretest-posttest design. The respondents taken using Purposive Sampling technique
with 25 person. Based on the results of Paired T-test statistical test, found that there is
significant decrease in blood pressure after the intervention of Isometric Exercise
integrated Yoga Breathing with P-value 0,000 (p < 0.05). Concluded as the Isometric
Exercise integrated Yoga Breathing intervention can be an alternative non-
pharmacological therapy to decrease blood pressure in hypertension patients.

Keywords: Isometric Exercise, Yoga Breathing, blood pressure, hypertension

Abstrak: Hipertensi merupakan peningkatan kronik pada tekanan darah yang tekanan
sistoliknya ≥140 mmHg dan diastoliknya ≥90 mmHg. Berbagai upaya dilakukan untuk
menurunkan tekanan darah yaitu dengan terapi farmakologi dan non farmakologi. Terapi
non farmakologi yang dapat dilakukan untuk menurunkan tekanan darah ialah dengan
meningkatkan aktivitas fisik pasien seperti Isometric Exercise dan dengan latihan
pernapasan Yoga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Isometric Exercise
terpadu Pernafasan Yoga terhadap penurunan tekanan darah pada pasien Hipertensi.
Penelitian ini dilaksanakan 2x seminggu selama 4 minggu. Penelitian ini menggunakan
desain Pre-experiment design dengan rancangan One group pretest-postest. Pengambilan
responden menggunakan teknik Purposive Sampling dengan jumlah responden 25 orang.
Berdasarkan hasil uji statistik Paired T-test terdapat penurunan tekanan darah setelah
diberikan intervensi Isometric Exercise terpadu Pernafasan Yoga dengan Pvalue 0,000 (p
< 0,05). Dapat disimpulkan bahwa pemberian intervensi Isometric Exercise terpadu
Pernafasan Yoga dapat menjadi salah satu alternatif terapi non-farmakologi untuk
menurunkan tekanan darah pada pasien Hipertensi.

Kata kunci : Isometric Exercise, Pernafasan Yoga, tekanan darah, hipertensi.

PENDAHULUAN
Hipertensi atau tekanan darah 26,4% penduduk bumi mengidap hipertensi,
tinggi dapat didefinisikan sebagai angka ini kemungkinan akan meningkat
peningkatan tekanan darah sistolik lebih menjadi 29,2% di tahun 2025. Hipertensi
dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik telah menjadi penyebab kematian di seluruh
lebih dari 90 mmHg[ CITATION Pus14 \l dunia, yaitu sekitar 9,4 juta warga setiap
1057 ]. Tekanan darah tinggi atau hipertensi tahunnya.
sering disebut sebagai “silent killer [ CITATION Ris18 \l 1057 ]
(pembunuh diam-diam)”, sebab seseorang Menjelaskan hasil Riset Kesehatan Dasar
dapat mengidap hipertensi selama bertahun- tahun 2013 di 22 provinsi yang ada di
tahun tanpa menyadarinya sampai terjadi Indonesia, terdapat penduduk yang
kerusakan organ vital yang cukup berat, memiliki prevalensi aktivitas fisik yang
bahkan dapat membawa kematian kurang, dan data tersebut berada di atas
[ CITATION Adi09 \l 1057 ]. rata-rata penduduk yang ada di seluruh
Hipertensi juga termasuk dalam wilayah Indonesia. Hal ini dapat dilihat
kategori Penyakit Tidak Menular (PTM) dengan adanya 5 daerah tertinggi dengan
yang sampai saat ini cenderung terus penduduk yang kurang aktif, yaitu DKI
meningkat dan menjadi penyebab kematian Jakarta (44,2%), Papua (38,9%), Papua
tertinggi di Indonesia dengan salah satu Barat (37,8%), Sulawesi Tenggara dan
penyebab tingginya resiko kejadian ialah Aceh (37,2%).
gaya hidup kurang sehat, yaitu kurangnya Sedangkan pada hasil Riset
aktivitas fisik [ CITATION Dep19 \l 1057 ]. Kesehatan Dasar tahun 2018 prevalensi
Berbagai upaya sering dilakukan hipertensi berdasarkan hasil pengukuran
untuk menurunkan tekanan darah yaitu pada penduduk usia 18 tahun sebesar
dengan terapi farmakologi dan non 34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan
farmakologi. Terapi non farmakologi yang 44,1%, sedangkan terendah di Papua
dapat dilakukan untuk menurunkan tekanan sebesar 22,2%. Hipertensi terjadi pada
darah salah satunya ialah dengan kelompok usia 31-44 tahun sebanyak
meningkatkan aktivitas fisik pasien dan 31,6%, usia 45-54 sebanyak 45,3%, dan
dengan latihan pernapasan [ CITATION Hen \l usia 55-64 tahun sebanyak 55-64%
1057 ]. [ CITATION Ris181 \l 1057 ].
Menurut [ CITATION Wor17 \l 1057 ] Penderita Hipertensi di Provinsi
tekanan darah tinggi atau hipertensi yang Jawa Timur sendiri sebesar 20,43% atau
tidak segera ditangani merupakan faktor sebesar 1.828.669 penduduk, dengan
resiko utama pada penyakit jantung proporsi laki-laki sebesar 20,83% (825,412
koroner, stroke iskemik, dan hemoragik. penduduk) dan perempuan sebesar 20,11%
Selain itu, komplikasi hipertensi juga (1.003.257 penduduk)[ CITATION Din18 \l
termasuk gagal jantung, penyakit pada 1057 ]. Data yang didapatkan dari [ CITATION
pembuluh darah perifer, gangguan ginjal, Din19 \l 1057 ] bahwa penduduk usia ≥18
penglihatan, dan perdarahan retina. WHO tahun di Kabupaten Mojokerto pada tahun
juga mencatat sekitar 982 juta orang atau 2018 sebanyak 811.362 jiwa. Dari 228.017
orang yang sudah dilakukan pemeriksaan dapat menyeimbangkan system saraf
terdapat 43.064 (18,89%) yang terdeteksi otonom, sehingga tubuh menjadi lebih
mengalami hipertensi. relaks dan pengeluaran hormon-hormon
Global Action Plan yang berperan dalam peningkatan tekanan
direkomendasikan oleh WHO dalam upaya darah seperti hormon adrenalin lebih
mengendalikan prevalensi penyakit tidak terkontrol [ CITATION Jai11 \l 1057 ].
menular seperti hipertensi salah satunya Yoga dianjurkan pada penderita
adalah pengendalian ketidakaktifan fisik hipertensi, karena yoga memiliki efek
dan pengendalian stress atau psikologis. relaksasi yang dapat meningkatkan sirkulasi
Oleh karena itu peningkatan aktivitas fisik darah yang lancar, mengindikasikan kerja
sangat direkomendasikan sebagai salah satu jantung yang baik.Pranayama (teknik
strategi preventif dan promotif untuk bernapas) pada yoga berfungsi untuk
menstabilkan tekanan darah[ CITATION menenangkan pikiran dan tubuh yang
alC14 \l 1057 ]. membuat detak jantung lebih tenang
Penelitian sebelumnya juga sehingga tekanan darah dan produksi
mengidentifikasi bahwa upaya agar tekanan hormon adrenalin menurun[ CITATION
darah pada penderita hipertensi menurun Jai11 \l 1057 ].
bisa dilakukan dengan cara aktivitas fisik Penelitian [ CITATION Sus15 \l 1057 ]
yang dapat memberi manfaat besar pada menunjukan adanya pengaruh isometric
segala usia dan juga memiliki hubungan exercise yang signifikan terhadap
positif terhadap penurunan kasus penyakit penurunan tekanan darah penderita
kardiovaskular pada penderita hipertensi hipertensi. Penelitian [ CITATION Hen \l
sebesar 50%. Sehingga dikembangkan 1057 ] dalam menunjukkan bahwa ada
latihan isometrik sebagai salah satu terapi pengaruh yoga terhadap penurunan tekanan
potensial untuk hipertensi[ CITATION Par16 \l darah yang signifikan.
1057 ]. Berdasarkan hasil survey
Mekanisme yang bertanggung jawab pendahuluan pada tanggal 29 Juli 2019
terhadap penurunan tekanan darah pada didapatkan data kasus hipertensi dari
isometric exercise masih sulit dipahami, Puskesmas Kedungsari bahwa di Desa
tetapi berdasarkan penelitian termasuk di Mojojajar ada sebanyak 53 orang dalam 6
dalamnya adalah modulasi otonom, bulan terakhir (Januari – Juni 2019).
perbaikan stres oksidatif, dan atau Selanjutnya dengan metode wawancara
terjadinya peningkatan fungsi endotel terhadap 5 orang warga didapatkan data 3
pembuluh resistensi. Fungsi resistensi orang mengatakan mengatasi tekanan darah
pembuluh darah endotel mungkin yang tinggi hanya dengan minum obat,
paling berperan, mengingat pembuluh sedangkan 2 lainnya mengatasi dengan
resisten ini terutama bertanggung jawab menggunakan obat dan minum ramuan
untuk modulasi tekanan darah arteri dan herbal untuk menurunkan tekanan darahnya
terbukti telah berperan penting dalam dan belum pernah melakukan isometric
patogenesis kronis peningkatan tekanan exercise dan pernafasan yoga.
darah atau hipertensi[ CITATION Par16 \l 1057 Salah satu faktor penyebab
]. banyaknya penderita hipertensi di Desa
Selain isometric exercise dapat juga Mojojajar yaitu kurangnya aktivitas fisik
dilakukan latihan yoga yang di dalamnya serta perilaku hidup sehat seperti senam
terdapat teknik pernafasan pada yoga atau olahraga khusus yang dapat
(pranayama). Latihan yoga secara teratur dilakukan untuk menurunkan tekanan
darah. Selama ini hanya ada senam pengukuran tekanan darah dilakukan 5
aerobik intensitas tinggi yang menit sebelum dan sesudah intervensi.
dilaksanakan setiap seminggu sekali yang Statistik Analisis
ditujukan untuk semua masyarakat yang Analisa data ini akan diolah
berminat dan bukan senam atau olahraga dengan menggunakan aplikasi SPSS 25.
khusus untuk penderita hipertensi. Analisa data univariat dilakukan untuk
Berdasarkan latar belakang di mengetahui gambaran karakteristik
atas peneliti tertarik untuk melakukan responden yang terdiri dari usia, jenis
penelitian dengan judul “Pengaruh kelamin, jenis obat, riwayat keluarga,
isometric exercise terpadu pernafasan serta riwayat merokok responden berupa
yoga terhadap penurunan tekanan darah data kategori yang disajikan dalam bentuk
pada pasien hipertensi”. Dimana peneliti frekuensi ataupun jumlah dan presentase
ingin mengetahui pengaruh isometric [ CITATION Not12 \l 1057 ].
exercise terpadu pernafasan yoga terhadap Sedangkan untuk normalitas data
penurunan tekanan darah pada pasien menggunakan shapiro wilk. Uji
hipertensi. parametrik paired sample t-test digunakan
untuk melihat ada tidaknya pengaruh atau
METODE PENELITIAN penurunan tekanan darah sebelum (pre-
Penelitian ini menggunakan desain test) dan setelah (post-test) diberikan
pre-experiment design dengan jenis intervensi.
rancangan One group pretest-posttest.
Populasi dalam penelitian ini adalah HASIL PENELITIAN
seluruh penderita hipertensi di Desa Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik
Mojojajar sebanyak 53 orang pada periode Dasar Responden
bulan Januari-Juni 2019. Variabel N %
Jumlah sampel dari penelitian ini a. Usia
sebanyak 25 orang yang memiliki kriteria  < 30 0 0
tekanan darah sistolik ≥ 130 mmHg dan  31-40 1 4
tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg,  41-50 15 60
berusia ≥ 30 sampai ≤ 70 tahun dan pasien  51-60 6 24
dengan keadaan composmentis serta  > 60 3 12
kooperatif. Sementara pasien yang Pasien b. Jenis Kelamin
dengan riwayat gangguan jantung berat  Perempuan 25 100
dantidak kooperatif tidak diikutsertakan c. Jenis Obat
dalam penelitian ini.  Amlodipin 15 60
Penelitian dilaksanakan di  Captopril 10 40
Wilayah Kerja Puskesma Kedungsari di d. Riwayat
Desa Mojojajar pada tanggal 18 Keluarga
November -15 Desember 2019.  Ya 20 80
Intervention Group  Tidak 5 20
Pada kelompok Intervensi isometric e. Aktivitas
exercise terpadu pernafasan yoga Olahraga
diberikan selama 2x seminggu dalam 4  Ya 0 0
minggu dengan durasi selama latihan Tidak 25 100
sebanyak 20 menit setiap intervensi dan Berdasarkan tabel 1 menunjukkan
bahwa lebih dari setengah responden
(60%) berusia 41-50 tahun dengan Isometric Exercise Terpadu Pernafasan
keseluruhan (100%) berjenis kelamin Yoga adalah 105mmHg yang tergolong
perempuan, sebanyak 15 orang (60%) dalam kategori Hipertensi Derajat 2
mendapatkan obat Amlodipin dan 10 dengan nilai minimum 90mmHg dan
orang (40%) mendapatkan obat Captopril. maksimum 120mmHg, sedangkan rerata
Sebagian besar responden (80%) tekanan darah diastolik sesudah intervensi
memiliki riwayat keluarga dengan Isometric Exercise Terpadu Pernafasan
hipertensi dan keseluruhan responden Yoga adalah 81mmHg yang tergolong
(100%) tidak pernah melakukan aktivitas dalam kategori Normal dengan nilai
fisik berolahraga untuk menurunkan minimum 70mmHg dan maksimum
hipertensi. 95mmHg.
Tabel 2 Identifikasi Tekanan Darah
Sebelum dan Sesudah Intervensi Tabel 3 Analisis Tekanan Darah Sebelum
Pre Test dan Sesudah Intervensi dengan Uji
Variab Mi Ma Mea Statistik Paired t-test
N SD
el n x n
TD 2 9,36
140 170 157
Sistole 5 7
TD
2 9,01
Diastol 90 120 105
5 4
e

Post Test
Variab Mi Ma Mea
N SD
el n x n Sumber : Uji Statistik Paired t-test
TD 2 6,91 Berdasarkan tabel 3
115 140 130
Sistole 5 0 menunjukkan bahwa hasil uji Paired t-test
TD antara Pre-post test sistolik didapatkan
2 7,11
Diastol 70 95 81 nilai sig. (2-tailed) = ,000 <0,05 dan hasil
5 2
e uji Paired t-test antara Pre-post test
Sumber : Uji Normalitas Shapiro-Wilk diastolik didapatkan nilai sig. (2-tailed) = ,
Berdasarkan tabel 2 diketahui rerata 000 <0,05. Maka dapat disimpulkan
tekanan darah sistolik sebelum diberikan bahwa didapatkan penurunan yang
intervensi Isometric Exercise Terpadu signifikan terhadap tekanan darah sistolik
Pernafasan Yoga adalah 157mmHg yang dan diastolik sebelum dan sesudah
tergolong dalam kategori Hipertensi diberikan Isometric Exercise Terpadu
Derajat 1 dengan nilai minimum Pernafasan Yoga yang berarti H0 ditolak
140mmHg dan maksimum 170mmHg, dan H1 diterima.
sedangkan rerata tekanan darah sistolik PEMBAHASAN
sesudah intervensi Isometric Exercise
Terpadu Pernafasan Yoga adalah Identifikasi Tekanan Darah Sistolik
130mmHg yang tergolong dalam kategori Sebelum dan Sesudah Intervensi
Normal Tinggi (Pre-Hipertensi) dengan Isometric Exercise Terpadu Pernafasan
nilai minimum 115mmHg dan maksimum Yoga Terhadap Penurunan Tekanan
140mmHg. Untuk rerata tekanan darah Darah pada Pasien Hipertensi
diastolik sebelum diberikan intervensi
Berdasarkan hasil penelitian dalam tubuh akan meningkat sehingga
diketahui bahwa terjadi penurunan rata- denyut jantung juga akan meningkat. Pada
rata tekanan darah sistolik sebesar ± saat frekuensi denyut jantung meningkat,
27mmHg setelah dilakukan intervensi tekanan arteri turun secara tajam selama
isometric exercise terpadu pernafasan fase ejeksi ventrikel karena katup
yoga 2 kali seminggu selama 4 minggu atrioventrikular tertarik kebawah
dari 157mmHg menjadi 130mmHg. meningkatkan kapasitas atrium. Kerja ini
Peneliti berpendapat bahwa kejadian menyediakan darah untuk atrium. Sedotan
hipertensi tersebut dapat disebabkan darah ke atrium selama sistolik turut
karena proses penyakit dimana membantu secara nyata pada arus balik
bertambahnya usia yang disertai dengan vena [ CITATION Ast17 \l 1057 ].
kurangnya aktivitas fisik responden dapat Selama melakukan latihan yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat. berat, tekanan darah sistolik dapat naik
Hal ini dapat dilihat dari hasil data yang menjadi 150-200mmHg dari tekanan
diperoleh dari hasil kuisioner yang sudah darah sistolik istirahat sebesar 110-
diberikan kepada responden pada saat 120mmHg. Demikian juga setelah
penelitian didapatkan bahwa keseluruhan aktivitas fisik selesai, maka tekanan darah
responden tidak pernah melakukan akan turun sampai dibawah normal dan
aktivitas fisik olahraga untuk menurunkan berlangsung selama 30-120 menit
hipertensi, sehingga cenderung lebih besar dikarenakan terjadi pelebaran dan
beresiko terkena hipertensi. relaksasi pada pembuluh darah[ CITATION
Menurut [ CITATION Pen15 \l 1057 ] Sar16 \l 1057 ]. Hal ini menjelaskan
penyebab tekanan darah meningkat adalah mengapa pada responden terjadi
peningkatan kecepatan denyut jantung, penurunan pada tekanan sistole setelah
peningkatan retensi (tahanan) dari intervensi.
pembuluh darah tepi dan peningkatan Berdasarkan hasil penelitian
volume aliran darah. Peningkatan [ CITATION Nur162 \l 1057 ] tentang
pelebaran pembuluh darah saat latihan Perbandingan Tekanan Darah Sebelum
juga dipengaruhi oleh keringat yang dan Sesudah Melakukan Isometric
keluar yang akan menyebabkan plasma Exercise. Melibatkan 24 orang subjek
darah keluar dan volume darah menurun, laki-laki dengan usia 18-23 tahun,
sehingga tekanan darah tidak naik memiliki indeks masa tubuh normal, dan
berlebihan. Senakin berat latihan maka bersedia menandatangani surat
tekanan darah sistolik akan meningkat persetujuan. Hasil penelitian menunjukkan
dari kondisi normal. Hal ini terjadi karena bahwa ada perbandingan tekanan darah
banyak otot yang berkontraksi sehingga sebelum dan sewaktu melakukan
mendesak pembuluh-pembuluh darah. Isometric Exercise pada mahasiswa di
Namun, tekanan darah sistolik yang naik Universitas Andalas dengan 24 responden,
tersebut hanya terjadi sesaat, begitu menunjukkan penurunan tekanan darah
setelah latihan akan terjadi penurunan sistolik sebelum dan sewaktu melakukan
tekanan darah kembali. Isometric Exercise pada kontrol penelitian
Tekanan darah akan meningkat sebesar 2,3 ± 5,1 mmHg dan diastolik
pada saat terjadi vasokontriksi, jika arteri sebesar 2,1 ± 5,1 mmHg.
kecil (arteriola) untuk sementara waktu Hasil penelitian ini juga dapat
mengecil karena perangsangan saraf atau didukung dengan kajian literatur
hormone di dalam darah. Volume darah penelitian tentang penerapan Hatha Yoga
dalam menurunkan tekanan darah yang sama. Karena aktivitas fisik seperti
dilakukan oleh [ CITATION Dwi17 \l 1057 ] olahraga dapat menurunkan denyut
pada lansia dengan hipertensi di wilayah jantung, maka aktivitas fisik juga dapat
Puskesmas II Denpasar Selatan. Hasil menurunkan cardiac output, yang pada
penelitian menunjukkan terdapat pengaruh akhirnya akan menyebabkan penurunan
hatha yoga terhadap tekanan darah. tekanan darah perifer (tekanan darah
diastolik)[ CITATION Ast17 \l 1057 ].
Identifikasi Tekanan Darah Diastolik Latihan isometrik ini secara
Sebelum dan Sesudah Intervensi tradisional tidak direkomendasikan bagi
Isometric Exercise Terpadu Pernafasan klien dengan hipertensi, namun
Yoga Terhadap Penurunan Tekanan berdasarkan penelitian yang dilakukan
Darah pada Pasien Hipertensi oleh [ CITATION Owe10 \l 1057 ]
Berdasarkan hasil penelitian terhadap efek jangka pendek latihan
diketahui bahwa terjadi penurunan rata- isometrik menggunakan latihan selama 10
rata tekanan darah diastolik sebesar ± menit atau lebih yang dilakukan 3-4 kali
24mmHg setelah dilakukan intervensi seminggu terbukti menurunkan tekanan
isometric exercise terpadu pernafasan darah baik sistole maupun diastole,
yoga 2 kali seminggu selama 4 minggu sehingga saat melakukan isometric
dari 105mmHg menjadi 81mmHg. exercise perlu adanya waktu yang tidak
Tekanan darah diastolik akan terlalu lama dalam melakukan latihan ini,
meningkat seiring bertambahnya usia, supaya efek yang mucul tidak bersifat
hingga usia mencapai 60 tahun. negatif dan sesuai dengan kebutuhan
Peningkatan efisiensi kerja jantung penurunan dan ketentuan dari setiap
dicerminkan dengan penurunan tekanan kondisi responden.
darah sistolik, sedangkan penurunan Pranayama merupakan latihan
pertahanan perifer dicerminkan sebagai pernafasan pada Yoga dengan tehnik
penurunan tekanan darah diastolik. bernafas menggunakan otot otot
Penurunan tekanan darah ini antara lain diafragma, bernafas dengan cara perlahan
terjadi karena pembuluh darah mengalami dan dalam sehingga dada dapat
pelebaran dan relaksasi. Lama-kelamaan, mengembang penuh dan memungkinkan
latihan olahraga dapat melemaskan abdomen dapat terangkat perlahan.
pembuluh-pembuluh darah sehingga Dengan menguasai tehnik pernafasan
tekanan darah menurun, sama halnya sama halnya dengan menguasai emosi dan
dengan melebarnya pipa air akan pikiran melalui nafas lembut dan teratur
menurunkan tekanan air. Dalam hal ini yang akam membuat pikiran menjadi
olahraga dapat mengurangi tahanan lebih tenang dan tubuh menjadi lebih
perifer yang berarti menurunkan tekanan rileks[ CITATION Luk18 \l 1057 ].
darah diastolik[ CITATION Ast17 \l 1057 ]. Latihan pernafasan biasa di sebut dengan
Penurunan tekanan darah juga Pranayama, memiliki berbagai manfaat
dapat terjadi akibat aktivitas memompa bagi kesehatan tubuh yaitu merangsang
jantung berkurang. Otot jantung pada pertumbuhan otak, meningkatkan
orang yang rutin berolahraga sangat kuat, variabilitas denyut jantung, menurunkan
maka otot jantung pada individu tersebut kadar stress, menurunkan cemas dan
berkontraksi lebih sedikit daripada otot emosi negatif dan menurunkan tekanan
jantung individu yang jarang berolahraga darah [ CITATION Kar13 \l 1057 ].
untuk memompa volume darah yang
Analisis Pengaruh Isometric Exercise otot jantung harus memompa, maka
Terpadu Pernafasan Yoga Terhadap semakin besar pula tekanan yang
Penurunan Tekanan Darah pada diberikan pada arteri [ CITATION Pal07 \l
Pasien Hipertensi 1057 ].
Hasil penelitian menunjukkan Penelitian ini sesuai dengan
bahwa setelah data diolah secara statistik literatur yang ada bahwa pada saat
dengan uji Paired t test, diketahui bahwa melakukan terapi Isometric Exercise maka
nilai signifikansi tekanan darah sistolik akan terjadi relaksasi otot yang
pre-test dan post-test adalah p=0,000 dan menghasilkan mekanisme shear stress dan
nilai signifikansi tekanan darah diastolik pelepasan turunan Nitrit Oksid-
pre test dan post test adalah p=0,000. endotelium sebagai vasodilator pembuluh
Dari hasil analisa data tersebut terdapat darah yang memungkingkan terjadinya
penurunan yang signifikan (p<0,05) antara pelebaran pembuluh darah yang akan
pre-test dan post-test tekanan darah pada membuat aliran darah menjadi lancar
kelompok perlakuan pemberian terapi sehingga pasien hipertensi dapat
Isometric Exercise terpadu Pernafasan mencegah peningkatan tekanan darah dan
Yoga. mempertahakan tekanan darah tetap
Dalam penelitian ini responden normal [ CITATION Wid10 \l 1057 ].
yang diberikan intervensi Isometric Menurut penelitian [ CITATION
Exercise terpadu Pernafasan Yoga Rah18 \l 1057 ] dengan hasil
menghasilkan penurunan tekanan darah menunjukkan perubahan penurunan
yang lebih signifikan dibandingkan pada tekanan darah pada tekanan darah sistolik
saat sebelum diberikan intervensi. Peneliti dan tekanan darah diastolik yang
berpendapat hal ini dikarenakan intervensi signifikan pada kelompok yang diberikan
yang diberikan pada responden dilakukan isometric exercise. Perubahan tekanan
secara rutin, terjadwal dan diberikan darah setelah pemberian isometric
dengan intensitas yang lebih sering exercise terjadi karena selama melakukan
dibandingkan sebelum intervensi dimana isometric exercise, kebutuhan oksigen di
berdasarkan hasil pendataan didapatkan jaringan meningkat dan mengontrol
bahwa keseluruhan responden yang jantung memompa darah untuk memenuhi
berjenis kelamin perempuan selain karena kebutuhan oksigen. Hal ini menyebabkan
faktor hormonal pada wanita dewasa juga peningkatan suplai darah ke otot yang
dipengaruhi oleh kurangnya melakukan aktif untuk memenuhi kebutuhan akan
aktivitas fisik seperti berolahraga secara oksigen.
rutin. Sehingga dapat menyebabkan Menurut [ CITATION Sus15 \l
responden memiliki resiko lebh besar 1057 ] bahwa Isometric exercise dapat
menderita hipertensi seiring bertambahnya menurunkan curah jantung, menurunkan
usia. aktivitas sistem saraf simpatis,
Menurut [ CITATION Hen13 \l 1057 ] menurunkan resistensi pembuluh darah
menyatakan bahwa kurangnya aktivitas perifer dan meningkatnya sensitivitas
fisik meningktkan resiko menderita baroreflek.
hipertensi. Orang yang tidak aktif juga Terapi Isometric Exercise
cenderung mempunyai frekuensi denyut menghasilkan perubahan tekanan darah
jantung lebih tinggi sehingga otot pada pasien hipertensi dan menunjukan
jantungnya harus bekerja lebih keras hasil perbaikan yang lebih signifikan
setiap kontraksi. Semakin keras dan sering karena dikombinasikan dengan latihan
Pernafasan Yoga. Sesuai dengan literatur Ketika bernafas secara lambat dan teratur
yang ada bahwa dengan diberikannya dapat melancarkan sistem peredaran darah
latihan teknik bernafas pada yoga dapat sehingga oksigen dalam otak dapat
mengakibatkan relaksasi sistem saraf terpenuhi dan kerja sistem otonom
simpatis yang berfungsi untuk menjadi lebih maksimal sehingga dapat
menenangkan pikiran dan tubuh yang menjadikan rileks [ CITATION Luk18 \l
dapat membuat detak jantung lebih tenang 1057 ].
sehingga tekanan darah dan produksi Menurut [ CITATION Kur15 \l 1057 ]
hormon adrenalin dapat menurun pernafasan pada yoga dapat menstimulasi
[ CITATION Jai11 \l 1057 ]. medulla oblongata di otak yang memiliki
Hasil penelitian ini juga dapat pusat pernafasan dan pusat vasomotor
didukung dengan kajian literatur lain yang mengatur tekanan darah. Pernafasan
tentang Pengaruh Yoga Pranayama Dhirga cepat dalam situasi stress cenderung
Swasam dengan Posisi Sukhasana merupakan sesuatu yang di curahkan
terhadap hipertensi pada lansia di Desa sinyal listrik di atas pusat vasomotor
Bringin Kecamatan Srumbing Kabupaten sehingga akan meningkatkan tekanan
Magelang oleh [ CITATION Lin19 \l 1057 ] darah. Pranayama Yoga dapat mengatur
bahwa terdapat perbedaan tekanan darah pernafasan sehingga mengurangi tekanan
sebelum dan sesudah intervensi pada yang dapat menyebabkan tekanan darah
kelompok perlakuan. meningkat.
Menurut ([ CITATION Sin15 \l 1057 ]
bahwa berlatih yoga setiap hari dapat PENUTUP
memperlancar peredaran darah, karena Berdasarkan hasil dan pembahasan
rasa rileks yang didapat dari yoga penelitian, maka dapat disimpulkan
membantu kelancaran sirkulasi darah sebagai berikut :
dalam tubuh, sehingga sangat bermanfaat1. 1. Hasil identifikasi tekanan darah
bagi penderita hipertensi. Teknik bernafas sistolik sebelum dan sesudah dilakukan
pada yoga sendiri terbukti dapat intervensi Isometric Exercise terpadu
meningkatkan kadar b-endorphin empat Pernafasan Yoga rata-rata sebesar
sampai lima kali di dalam darah. Ketika 157mmHg yang tergolong dalam kategori
seseorang melakukan latihan maka b- Hipertensi Derajat 1, sedangkan rerata
endorphin akan keluar dan ditangkap oleh tekanan darah sistolik sesudah intervensi
reseptor hipotalamus dan sistem limbik Isometric Exercise Terpadu Pernafasan
yang berfungsi untuk mengatur emosi. Yoga adalah 130mmHg yang tergolong
Yoga dapat menstimulasi dalam kategori Normal Tinggi (Pre-
pengeluaran hormon endorphine. Hipertensi)..
Endorphine merupakan neuro peptide2. 2. Hasil identifikasi tekanan darah
yang di hasilkan oleh tubuh pada saat diastolik sebelum dan sesudah dilakukan
tubuh rileks dan tenang. Salah satu fungsi intervensi Isometric Exercise terpadu
dari hormon ini adalah sebagai obat Pernafasan Yoga rata-rata sebesar
penenang alami yang di hasilkan oleh 105mmHg yang tergolong dalam kategori
tubuh khususnya di produksi oleh otak Hipertensi Derajat 2, sedangkan rerata
yang dapat menstimulasi adanya rasa tekanan darah diastolik sesudah intervensi
nyaman dan meningkatkan kadar Isometric Exercise Terpadu Pernafasan
endophrin dalam tubuh untuk mengurangi Yoga adalah 81mmHg yang tergolong
tekanan darah [ CITATION Sin15 \l 1057 ] . dalam kategori Normal.
3. Ada pengaruh Isometric Exercise DAFTAR PUSTAKA
terpadu Pernafasan Yoga terhadap
penurunan tekanan darah pada pasien
hipertensi.
Adib, M. (2009). Cara Mudah Memahami Dan Menghindari Hipertensi, Jantung. Dan
Stroke. Yogyakarta: CV Diamloka.
Ahmad, N. (2011). Cara Mencegah dan Mengobati Asam Urat dan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Andri, J. (2018). Efetivitas Isometric Handgrip Exercise dan Slow Deep Breathing
Exercise Terhadap Perubahan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi. Jurnal
Keperawatan Salimpari (JKS) Volume 2 Universitas Muhammadiyah Bengkulu.
Arikunto, S. (2015). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Astuti, N. M. (2017). Pengaruh Stretching Exercise dan Pernafasan Yoga (Pranayama)
Terhadap Regulasi Tekanan Darah dan Kualitas Hidup Klien End Stage Renal
Disease (ESRD) yang Menjalani Hemodialisis di RUMKITAL Dr.Ramelan
Surabaya. Jurnal Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya.
Aziz, A. (2017). Aktifitas Fisik untuk Menurunkan Tekanan Darah pada Penderita
Hipertensi : Literatur Review. Jurnal Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta, 34-49.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI. (2013). Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) 2013. Retrieved from https://www.litbang.kemkes.go.id
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI. (2018). Riset Kesehatan
Dasar (RISKESDAS) 2018. Retrieved from https://www.litbang.kemkes.co.id
Brunner, & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: ECG.
Carlson, D. J., Dieberg, G., Hess, N. C., & Millar, P. J. (2014). Isometric Exercise
Training for Blood Pressure Management:A Systematic Review and Meta-
analysis. Retrieved from http://www.ncbi.nlm.nih.gov
Depkes RI. (2019). Hipertensi Penyakit Paling Banyak Diidap Masyarakat. Retrieved
from www.depkes.go.id
Dinkes Jatim. (2018). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2017. Retrieved
from http://dinkes.jatimprov.go.id/userfile
Dinkes Kabupaten Mojokerto. (2019). Data Kesehatan Masyarakat 2018. Retrieved
from www.dinkes.mojokertokab.go.id
Dwija Yasa, I. D. (2017). Penerapan Hatha Yoga dapat Menurunkan Tekanan Darah
pada Lansia dengan Hipertensi. Community of Publishing in Nursing Vol. 5 No.
1.
Greenwich, S. (2010). Current Evidence on the Hemodynamic and Blood Pressure
Effect of Isometric in Normotensive ad Hypertensive Persons. Retrieved from
https://doi.org/10.1111/j.1751-7176.2010.00328.x
Gunawan, L. (2007). Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Kanisius.
Hendarti, E. S., & Hidayah, A. (2018). Pemberian Terapi Senam Yoga Terhadap
Perubahan Tekanan Darah pada Lansia yang Mengalami Hipertensi di
Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada Jombang,
176-182.
Hengli. (2013). Hubungan Antara Merokok dan Aktivitas fisik dengan Kejadian
Hipertensi pada Pria di Wilayah Kerja Puskesmas Siantan Hulu Kecamatan
Pontianak Utara. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
Pontianak.
Jain, R. (2011). Pengobatan Alternatif Untuk Mengatasi Tekanan Darah. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Junaedi, E., Yuianti, S., & Rinata, M. G. (2013). Hipertensi kandas berkat. Jakarta:
Fmedia (imprint Argomedia Pustaka).
Kartika, U. (2013). Manfaat Olah Napas dengan Meditasi. Retrieved from
https://travel.kompas.com/read/2013/08/12/1436433/7.Manfaat.Olah.Napas.den
gan.Meditasi
Kurniadi, H., & Nurrahmani, U. (2015). Gejala Penyakit Jantung, Kolesterol Tinggi,
Diabetes Melitus, Hipertensi. Yogyakarta: Istana Media.
Lampiran Teknik Pelaksanaan Hatha Yoga. (2018). Retrieved from
http://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/downloadSuppFile/1517/1675
Lindasari, N. (2019). Pengaruh Yoga Pranayama Dhirga Swasam dengan Posisi
Sukhasana Terhadap Hipertensi pada Lansia di Desa Bringin Kecamatan
Srumbing Kabupaten Magelang. Jurnal s1 Ners Ilmu Keperawatan Vol. IX.
Lukmanulhakim, & Agustina. (2018). Pengaruh Yoga Pernapasan (Pranayama)
Terhadap Kecemasan Keluarga Pasien Kritis di Ruang ICU. Jurnal Aisyah :
Jurnal Ilmu Kesehatan.
McGowan. (2007). Isometric handgrip training does not improve flow-mediated
dilation in subjects with normal blood pressure. Retrieved from
https://doi.org/10.1042/CS20060195
Millar, P. J., MacDonald, M. J., Bray, S. R., & McCartney, N. (2009). Isometric
handgrip exercise improves acute neurocardiac regulation. European Journal of
Applied Physiology, 107 (5), 509–515.
Moniaga, V. (2012). Pengaruh Senam Bugar Lansia Terhadap Tekanan Darah Penderita
Hipertensi Di BPLU Senja Cerah Paniki Bawah. urnal E-Biomedik (EBM),
Volume 1, Nomor 2, 785-789.
Mycek, M. J., Richard, A. H., & Pamela, C. C. (2001). Farmakologi Ulasan Bergambar
Edisi 2. Jakarta: Widya Medika.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nuraini, D. S. (2016). Perbedaan Slow Deep Breathing Dan Diaphragmatic Breathing
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi di RSUD
Ambarawa. Jurnal S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang.
Nurinda, L. (2016). Perbandingan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Melakukan
Isometric Exercise di Universitas Andalas. Jurnal Kepperawatan Universitas
Andalas.
Nursalam. (2013). Konsep Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Ovianasari, A. (2015). Pengaruh Latihan Yoga Terhadap Tekanan Darah pada Lansia
Penderita Hipertensi di Dusun Niten Nogotirto Gamping Sleman Yogyakarta.
Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Kesehatan 'Aisyiyah
Yogyakarta.
Owen, A., Wiles, J., & Swaine, I. (2010). Effect of isometric exercise on resting blood
pressure: a metaanalysis. Journal of human hypertension.
Palmer, A., & Williams, B. (2007). Simple Guide Tekanan Darah Tinggi. Jakarta:
Erlangga.
Paramitha, N. (2017). Pengaruh Step Up Exercise dan Isometric Handgrip Exercise
Terhadap Tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Batang I
Kabupaten Batang. Jurnal S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang.
Parlindungan, T., & Lukitasari, A. (2016). Latihan Isometrik Bermanfaat Menurunkan
Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:1.
Pudiastuti, R. D. (2011). Penyakit Pemicu Stroke. Yoogyakarta: Nuha Medika.
Pusat Data dan lnformasi Kemenkes RI. (2014). Mencegah dan Mengontrol Hipertensi
Agar Terhindar dari Kerusakan Organ Jantung, Otak, Ginjal. Infodatin
Hipertensi, 1-7.
Pusat Promosi Kesehatan Perhimpunan Hipertensi Indonesia. (2012). Kenalilah
Tekanan Darah Anda. Retrieved from www.p2ptm.kemkes.go.id
Rahmawati, E. (2018). Perbandingan Isometric Handgrip Exercise dan Jalan Kaki
Terhadap Tekanan Darah Sistolik, Tekanan Darah Diastolik pada Pasien
Hipertensi di Wilayah Puskesmas Pohjarak Kabupaten Kediri. Jurnal Ilmu
Kesehatan UMY.
Sarastuti, A. W., & Widyantoro, B. (2018). Latihan Fisik Bagi Penderita Hipertensi.
Jurnal Pusat Jantung Harapan Kita Jakarta Vol. 05 No. 12, 930-933.
Sari, K. M. (2018). Pengaruh Terapi Senam Yoga Terhadap Penurunan Tekanan Darah
pada Lansia dengan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Paku Kota
Solok. Menara Ilmu Vol. XII No. 3, 72-79.
Sasmalinda, L. (2013). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Tekanan Darah
Pasien di Puskesmas Malalo Batipuh Selatan dengan Menggunakan Regresi
Linier Berganda. Jurnal State University of Padang.
Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan (2end) Ed.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sindhu, P. (2015). Panduan Lengkap Yoga : Untuk Hidup Sehat dan Seimbang . Mizan
Qanita.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara. Jakarta: ECG.
Sugiono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Susiladewi, I. A. (2015). Pengaruh Latihan Isometric terhadap Tekanan Darah Pasien
Hipertensi di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Banjarangkan I. Jurnal Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar.
Susilo, Y., & Wulandari, A. (2011). Cara Jitu Mengatasi Darah Tinggi (Hipertensi).
Yogyakarta: CV Andi.
Sutanto. (2010). Cekal (Cegah dan Tangkal) Penyakit Modern Hipertensi, Stroke,
Jantung, Kolesterol, Diabetes. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Syam, N. (2016). Pengaruh Rendam Air Hangat pada Kaki dan Konsumsi Jus
Mentimun Terhadap Hipertensi pada Lansia. Jurnal Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar.
Triyanto, E. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara
Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Udjianti, W. (2011). Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.
Widiastuti. (2010). Perbedaan kadar Nitric Oxide dan Derajat Stenosis Pada Penderita
Penyakit Jantung Koroner Dengan dan Tanpa Diabetes Melitus. Jurnal Fakultas
Kedokteran Universitas Diponnegoro Semarang.
Widjadja, R. (2009). Penyakit kronis. Tindakan pencegahan, pengoobatan secara.
Jakarta: Bee Media Indonesia.
Widya, S. E. (2016). Kehamilan dengan Hipertensi Gestasional. Jurnal Kedokteran
Unila Vol 4, No 3.
Wong, F. (2011). Acuyoga Kombinasi Akupresur + Yoga. Jakarta: Penebar Plus
(Penebar Swadaya Grup).
World Health Association (WHO). (2013). A Global Brief on Hypertension: silent
killer, global public health crisis. Retrieved from
https://apps.who.int//iris/handle/10665/79059

You might also like