You are on page 1of 16

HUBUNGAN KARAKTERISTIK (UMUR, JENIS KELAMIN, TINGKAT

PENDIDIKAN) DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TEKANAN DARAH


PADA LANSIA DI KELURAHAN MAKAMHAJI KECAMATAN
KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh :

TRI NOVITANINGTYAS
J 310 090 044

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
HUBUNGAN KARAKTERISTIK (UMUR, JENIS KELAMIN, TINGKAT
PENDIDIKAN) DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TEKANAN DARAH
PADA LANSIA DI KELURAHAN MAKAMHAJI KECAMATAN
KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

Tri Novitaningtyasa
a
Prodi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57102

High blood pressure (hypertension) is a disease caused by increased


pressure in the blood vascular. Factors that affect blood pressure are age, sex,
education level, physical activity, genetic factors (heredity), feed intake, smoking,
and stress. The prevalence of hypertension in Makamhaji village is 23%.
Makamhaji village is the highest number of people with hypertension in Kartasura
district.
To determine the relationship characteristics (age, sex, education level)
and physical activity with blood pressure of the elderly in the Makamhaji village.
Type of observational study with crosssectional approach. The sampling
technique using Multistage sampling with a sample size of 40 study samples.
Age, sex, and level of education obtained by filling the form identity by subjects.
Physical activity was obtained by the method of physical activity recall 1x24 hours
for 7 days. For blood pressure data obtained using a sphigmomanometer.
Analysis of the data using the Spearman Rank test and Fisher Exact.
Univariate analysis indicated older age category that many elderly people
with hypertension is an old category that is equal to 42.9%. Female elderly who
suffer from hypertension is higher than that of men 43.7%. Based on the level of
education, elementary education level categories of the elderly are more likely to
have hypertension of 45.7%. Categories of physical activity that many have
hypertension in this study is the category of light physical activity that is equal to
46%. Results of correlation test between age and blood pressure is the p value =
0.148, sex with a blood pressure p value = 1.000, level of education with a blood
pressure p value = 0.346, physical activity with blood pressure p value = 0.538.
There is no relationship among the characteristics (age, sex, level of
education) and physical activity with blood pressure in the elderly.
.

Keywords : Physical Activity, Characteristics, Elderly, Blood Preasure


Bibliography : 57 (1993-2013)

1
PENDAHULUAN aktivitas fisik, faktor genetik
Peningkatan usia harapan hidup (keturunan), asupan makan, kebiasaan
dan penurunan angka fertilitas merokok, dan stres (Rosta, 2011).
mengakibatkan populasi penduduk Umur merupakan salah satu
lanjut usia meningkat. World Health faktor yang mempengaruhi tekanan
Organization (WHO) memperkirakan darah. Umur berkaitan dengan tekanan
akan terjadi peningkatan proporsi lansia darah tinggi (hipertensi). Semakin tua
di dunia dari 7% pada tahun 2020 seseorang maka semakin besar resiko
sampai 23% pada tahun 2025. terserang hipertensi (Khomsan, 2003).
Tekanan darah pada usia lanjut Penelitian Hasurungan dalam Rahajeng
(lansia) akan cenderung tinggi dan Tuminah (2009) menemukan
sehingga lansia lebih besar berisiko bahwa pada lansia dibanding umur 55-
terkena hipertensi (tekanan darah 59 tahun dengan umur 60-64 tahun
tinggi). Bertambahnya umur terjadi peningkatan risiko hipertesi
mengakibatkan tekanan darah sebesar 2,18 kali, umur 65-69 tahun
meningkat, karena dinding arteri pada 2,45 kali dan umur >70 tahun 2,97 kali.
usia lanjut (lansia) akan mengalami Hal ini terjadi karena pada usia tersebut
penebalan yang mengakibatkan arteri besar kehilangan kelenturannya
penumpukan zat kolagen pada lapisan dan menjadi kaku karena itu darah
otot, sehingga pembuluh darah akan pada setiap denyut jantung dipaksa
berangsur-angsur menyempit dan untuk melalui pembuluh darah yang
menjadi kaku (Anggraini dkk, 2009). sempit daripada biasanya dan
Hipertensi adalah penyakit yang menyebabkan naiknya tekanan darah
terjadi akibat peningkatan tekanan (Sigarlaki, 2006).
darah. Hipertensi seringkali tidak Jenis kelamin juga merupakan
menimbulkan gejala, sementara salah satu faktor yang mempengaruhi
tekanan darah yang terus-menerus tekanan darah (Rosta, 2011).
tinggi dalam jangka waktu lama dapat Berdasarkan hasil penelitian Wahyuni
menimbulkan komplikasi. Oleh karena dan Eksanoto (2013), perempuan
itu, hipertensi perlu dideteksi dini yaitu cenderung menderita hipertensi
dengan pemeriksaan tekanan darah daripada laki-laki. Pada penelitian
secara berkala. Faktor-faktor yang tersebut sebanyak 27,5% perempuan
mempengaruhi tekanan darah adalah mengalami hipertensi, sedangkan untuk
usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, laki-laki hanya sebesar 5,8%.

2
Perempuan akan mengalami diberikan oleh petugas sehingga
peningkatan resiko tekanan darah berdampak pada perilaku/pola hidup
tinggi (hipertensi) setelah menopouse sehat (Anggara dan Prayitno, 2013 ).
yaitu usia diatas 45 tahun. Perempuan Faktor lain yang dapat
yang belum menopouse dilindungi oleh mempengaruhi tekanan darah adalah
hormon estrogen yang berperan dalam aktivitas fisik. Kurangnya aktifitas fisik
meningkatkan kadar High Density meningkatkan risiko menderita
Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol hipertensi karena meningkatkan risiko
HDL rendah dan tingginya kolesterol kelebihan berat badan. Orang yang
LDL (Low Density Lipoprotein) kurang melakukan aktivitas fisik juga
mempengaruhi terjadinya proses cenderung mempunyai frekuensi
aterosklerosis dan mengakibatkan denyut jantung yang lebih tinggi
tekanan darah tinggi (Anggraini dkk, sehingga otot jantungnya harus bekerja
2009). lebih keras pada setiap kontraksi.
Tingkat pendidikan secara tidak Makin keras dan sering otot jantung
langsung juga mempengaruhi tekanan harus memompa, makin besar tekanan
darah. Tingkat pendidikan berpengaruh yang dibebankan pada arteri (Anggara
terhadap gaya hidup yaitu kebiasaan dan Prayitno, 2013). Peningkatan
merokok, kebiasaan minum alkohol, tekanan darah yang disebabkan oleh
dan kebiasaan melakukan aktivitas fisik aktivitas yang kurang akan
seperti olahraga. Hasil Riskesdas menyebabkan terjadinya komplikasi
tahun 20 13 dalam Badan Penelitian seperti penyakit jantung koroner,
dan Pengembangan Kesehatan (2013) gangguan fungsi ginjal, stroke dan
menyatakan bahwa penyakit hipertensi sebagainya. Berdasarkan penelitian
(tekanan darah tinggi) cenderung tinggi Lewa, dkk (2010), secara umum lansia
pada pendidikan rendah dan menurun yang tidak melakukan aktivitas fisik
sesuai dengan peningkatan pendidikan. berhubungan dengan kejadian HST
Tingginya risiko terkena hipertensi pada (Hipertensi Sistolik Terisolasi) yaitu
pendidikan yang rendah, kemungkinan dengan angka kejadian sebesar 2,336
disebabkan karena kurangnya kali beresiko terkena hipertensi.
pengetahuan pada seseorang yang Hipertensi Sistolik Terisolasi yaitu
berpendidikan rendah terhadap hipertensi yang terjadi ketika tekanan
kesehatan dan sulit atau lambat sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih,
menerima informasi (penyuluhan) yang tetapi tekanan diastolik kurang dari 90

3
mmHg. Jadii tekanan diastolik masih eksklusi. Teknik pengambilan sampel
dalam kisaran normal sedangkan dengan cara multistage sampling yaitu
tekanan sistolik cenderung tinggi. dengan cara memilih responden dengan
Data dari Dinas Kesehatan melakukan sampling sebanyak 2 kali.
Kabupaten Sukoharjo tahun 2011 Data primer pada penelitian ini
menunjukkan jumlah kasus hipertensi diperoleh secara langsung dengan
esensial di Puskesmas Kartasura metode wawancara mengenai
Sukoharjo yaitu sebesar 14,71% dan karakteristik subjek. Data aktivitas fisik
merupakan salah satu puskesmas yang diperoleh dengan menggunakan form
memiliki angka tertinggi untuk kasus recall aktivitas fisik 1x24 jam selama 7
hipertensi (tekanan darah tinggi) di hari. Data sekunder diperoleh bukan
Kabupaten Sukoharjo . Data profil dengan wawancara meliputi gambaran
kesehatan di .Puskesmas Kartasura demografi Makamhaji.
Sukoharjo pada bulan Maret 2013 Hasil uji kenormalan data dengan
menunjukkan di Kelurahan Makamhaji menggunakan uji Kolmogorof Smirnov,
Kecamatan Kartasura Kabupaten menunjukkan semua data berdistribusi
Sukoharjo sebesar 23% lansia tidak normal maka digunakan uji statistik
mengalami tekanan darah tinggi Rank Spearman dan Fisher Exact.
(hipertensi). Kelurahan Makamhaji ini
merupakan kelurahan yang memiliki HASIL DAN PEMBAHASAN
jumlah penderita hipertensi tertinggi di A. Karakteristik Subjek Penelitian
Kecamatan Kartasura. 1. Umur
Usia lansia yang terbanyak dalam
penelitian ini yaitu kategori usia lansia
METODE PENELITIAN
(elderly) sebesar 82,5%. Rata-rata
Jenis penelitian ini bersifat
umur lansia pada penelitian ini yaitu
observasional dengan pendekatan cross
67,60 5,41, sedangkan umur
sectional. Penelitian ini dilaksanakan di
minimal subyek penelitian adalah 60
Posyandu Kalurahan Makamhaji pada
tahun dan umur maksimal 83 tahun
bulan April 2013 Januari 2014.
2. Jenis Kelamin
Populasi adalah semua lansia di
Sebagian besar subjek berjenis
Kalurahan Makamhaji. Subjek dalam
kelamin perempuan yaitu sebesar
penelitian ini adalah 40 lansia yang
80%.
memenuhi kriteria inklsusi dan

4
3. Tingkat Pendidikan dalam kategori hipertensi yaitu sebesar
Kategori tingkat pendidikan 42,5%. Rata-rata tekanan darah sistolik
subjek yang terbanyak yaitu kategori pada penelitian ini yaitu 130 mmHg
tingkat pendidikan dasar yaitu 22,86, sedangkan tekanan darah sistolik
sebanyak 87,5%. Rata-rata tingkat minimal adalah 90 mmHg dan tekanan
pendidikan dalam penelitian ini yaitu darah sistolik maksimal 170 mmHg.
6,75 2,86 (kategori SD), sedangkan Tabel 2.
tingkat pendidikan minimal adalah 0 Distribusi Tekanan Darah
tahun (tidak sekolah) dan tingkat Diastolik
pendidikan maksimal 12 tahun (SMA). Kategori
Tekanan Jumlah Persentase
4. Aktivitas Fisik Darah
Sebagian besar subjek Normal 24 60%
Hipertensi 16 40%
penelitian memiliki aktivitas fisik Jumlah 40 100%
yang ringan yaitu sebesar 92,5%.
Tabel 2 menunjukkan subjek
Rata-rata nilai aktivitas fisik
yang termasuk dalam kategori tekanan
(Physical Activity Level) pada
darah normal yaitu sebanyak 60%,
penelitian ini yaitu 1,502 0,08,
sedangkan subjek yang termasuk dalam
sedangkan aktivitas fisik minimal
kategori hipertensi yaitu sebesar 40%.
adalah 1,420 dan aktivitas fisik
Rata-rata tekanan darah diastolik pada
minimal 1,765.
penelitian ini yaitu 80 mmHg 10,92
sedangkan tekanan darah diastolik
B. Tekanan Darah Subjek Penelitian
minimal adalah 60 mmHg dan tekanan
Distribusi tekanan darah lansia
darah diastolik maksimal 100 mmHg.
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 C. Hubungan Umur dengan Tekanan
Distribusi Tekanan Darah Sistolik
Kategori
Darah
Tekanan Jumlah Persentase Analisis hubungan umur dengan
Darah
Normal 23 57,5% tekanan darah pada lansia dapat
Hipertensi 17 42,5%
dilihat pada Tabel 3.
Jumlah 40 100%

Tabel 1 menunjukkan subjek


yang termasuk dalam kategori tekanan
darah sistolik normal yaitu sebanyak
57,5%, sedangkan subjek yang termasuk

5
Tabel 3 Tabel 4 menunjukkan bahwa
Distribusi Hubungan Umur kategori usia lansia tua (old)
denganTekanan Darah Sistolik
Tekanan Darah
cenderungan lebih banyak mengalami
Jumlah P hipertensi. Kategori usia lansia tua (old)
Kategori
Normal Hipertensi
Umur yang mengalami hipertensi yaitu sebesar
N % N % N %
57,1% , sedangkan kategori lansia
Lansia 19 57,6 14 42,4 33 100 (elderly) yaitu 36,4% subjek. Hasil uji
0,148*
Lansia Tua 4 57,1 3 42,9 7 100 statistik mengunakan uji Rank Spearman
*Uji Korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p sebesar 0,181 (p>0,05),
maka H0 diterima sehingga tidak ada
Tabel 3 menunjukkan bahwa
hubungan antara umur lansia dengan
kecenderungan subjek yang mengalami
tekanan darah.
hipertensi antara kategori usia lansia
Tidak adanya hubungan antara
(elderly) dan lansia tua (old) adalah
umur dengan tekanan darah sistolik dan
hampir sama. Kategori usia lansia tua
diastolik pada penelitian ini bisa terjadi
(old) yang mengalami hipertensi yaitu
karena ada faktor lain yang secara
sebesar 42,9% , sedangkan kategori
langsung mempengaruhi tekanan darah
lansia (elderly) yaitu 42,4% subjek.
pada lansia seperti asupan makan
Hasil uji statistik mengunakan uji Rank
lansia. Berdasarkan penelitian payung
Spearman diperoleh nilai p sebesar
dengan Widyaningrum (2014) terdapat
0,148 (p>0,05), maka H0 diterima
hubungan antara asupan natrium, kalium
sehingga tidak ada hubungan antara
dan magnesium dengan tekanan darah
umur lansia dengan tekanan darah.
pada lansia di Kelurahan Makamhaji.
Tabel 4
Konsumsi natrium yang berlebihan
Distribusi Hubungan Umur
menyebabkan konsentrasi natrium di
dengan Tekanan Darah Diastolik
dalam cairan ekstraselular meningkat.
Tekanan Darah
Jumlah Meningkatnya volume cairan
Kategori
Normal Hipertensi P
Umur ekstraselular menyebabkan
N % N % N %
meningkatnya volume darah dalam
Lansia 21 63,6 12 36,4 33 100 tubuh, dengan demikian jantung harus
0,181*
Lansia Tua 4 42,9 4 57,1 7 100 memompa lebih giat sehingga tekanan
*Uji Korelasi Rank Spearman darah menjadi naik (Dalimartha, 2008).
Asupan kalium juga
mempengaruhi tekanan darah, asupan

6
kalium yang meningkat akan D. Hubungan Jenis Kelamin dengan
menurunkan tekanan darah sistolik dan Tekanan Darah
diastolik (Brunner & Suddarth, 2001). Analisis hubungan jenis kelamin
Kadar kalium yang tinggi dapat dengan tekanan darah dapat dilihat pada
meningkatkan ekskresi natrium, Tabel 5.
sehingga dapat menurunkan volume Tabel 5
darah dan tekanan darah (Fatmah, Hubungani Jenis Kelamin dengan
Tekanan Darah Sistolik
2010). Magnesium merupakan salah
Tekanan Darah
Jenis Jumlah
satu nutrien paling penting untuk Normal Hipertensi P
Kelamin
kesehatan jantung. Selain asupan N % N % N %
Laki-laki 5 62,5 3 37,5 8 100
natrium dan kalium, magnesium juga 1,000*
Perempuan 18 56,3 14 43,7 32 100
*Uji Korelasi Fisher Exact
mempengaruhi tekanan darah. Tugas
Tabel 6
utama magnesium adalah membantu
Hubungan Jenis Kelamin dengan
otot jantung untuk relaksasi.
Tekanan Darah Diastolik
Apabila kebutuhan magnesium tidak
Tekanan Darah
terpenuhi, akan terjadi penurunan Jenis Jumlah
Normal Hipertensi P
Kelamin
tekanan darah sehingga akan terjadi N % N % N %
Laki-laki 6 75 2 25 8 100
detakan jantung yang tidak normal Perempuan 18 56,3 14 43,7 0,439*
32 100
(Andarini, 2012). *Uji Korelasi Fisher Exact

Hasil penelitian ini berbeda Tabel 5 dan 6 menunjukkan


dengan penelitian yang dilakukan oleh hubungan antara jenis kelamin dengan
Budi dkk (2011) yaitu ada hubungan tekanan darah pada lansia. Lansia yang
yang bermakna antara umur lansia (60- berjenis kelamin perempuan lebih
90 tahun) dengan tekanan darah. cenderung menderita hipertensi daripada
Tingginya hipertensi sejalan dengan laki-laki. Terdapat 43,7% subjek yang
bertambahnya umur yang disebabkan berjenis kelamin perempuan lebih tinggi
oleh perubahan struktur pada pembuluh menderita hipertensi daripada laki-laki.
darah besar, sehingga pembuluh darah Untuk tekanan sistolik hasil uji statistik
menjadi lebih sempit dan dinding yang dilakukan dengan mengunakan uji
pembuluh darah menjadi kaku, sebagai Fisher Exact diperoleh nilai p sebesar
akibatnya adalah meningkatnya tekanan 1,000 (p>0,05), maka H0 diterima
darah sistolik (Rahajeng dan Tuminah, sehingga tidak terdapat hubungan antara
2009). jenis kelamin dengan tekanan darah
pada lansia, sedangkan untuk tekanan

7
diastolik hasil uji statistik yang dilakukan untuk laki-laki yang mengalami hipertensi
dengan mengunakan uji Fisher Exact . Selain itu diketahui pula bahwa lansia
diperoleh nilai p sebesar 0,439 (p>0,05), yang jenis kelamin perempuan lebih
maka H0 diterima sehingga tidak banyak menderita hipertensi.
terdapat hubungan antara jenis kelamin Tidak adanya hubungan antara
dengan tekanan darah diastolik pada jenis kelamin dengan tekanan darah
lansia. sistolik dan diastolik pada penelitian ini
Dalam penelitian ini subjek yang bisa terjadi karena adanya faktor lain
banyak mengalami hipertensi adalah yang mempengaruhi tekanan darah
perempuan. Menurut Singalingging seperti tingkat stress. Menurut penelitian
(2011) rata-rata perempuan akan Lewa dkk (2010), lansia yang mengalami
mengalami peningkatan resiko tekanan stres psikososial akan meningkatkan
darah tinggi (hipertensi) setelah risiko terjadinya Hipertensi Sistolik
menopouse yaitu usia diatas 45 tahun. Terisolasi (HST) sebesar 2,54 kali lebih
Perempuan yang belum menopouse besar dibandingkan dengan lansia yang
dilindungi oleh hormon estrogen yang tidak mengalami stres psikososial, dan
berperan dalam meningkatkan kadar secara statistik bermakna (p-
High Density Lipoprotein (HDL). Kadar value=0,001).
kolesterol HDL rendah dan tingginya
kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) E. Hubungan Tingkat Pendidikan
mempengaruhi terjadinya proses dengan Tekanan Darah
aterosklerosis (Anggraini dkk, 2009). Analisis hubungan tingkat
pendidikan dengan tekanan darah dapat
Hasil penelitian ini sejalan
dilihat pada Tabel 7 dan 8.
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Tabel 7
Sarasaty (2011) yang membuktikan Hubungan Tingkat Pendidikan dengan
bahwa tidak ada hubungan antara jenis Tekanan Darah Sistolik
kelamin dengan hipertensi pada lansia. Kategori Tekanan Darah
Jumlah
Tingkat Normal Hipertensi P
Pada penelitian tersebut hasil analisis Pendidikan N % N % N %
univariat menunjukkan bahwa proporsi Dasar 19 54,3 16 45,7 35 100
0,346*
Menengah 4 80 1 20 5 100
lansia berjenis kelamin perempuan lebih
*Uji Korelasi Rank Spearman
banyak dibandingkan dengan lansia
berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak
46 orang untuk perempuan dan 23 orang

8
Tabel 8 Pada penelitian ini tidak ada
Hubungan Tingkat Pendidikan hubungan antara tingkat pendidikan
dengan Tekanan Darah Diastolik dengan tekanan darah sistolik dan
Tekanan Darah diastolik. Dalam penelitian ini sebagian
Tingkat Jumlah
Normal Hipertensi P
Pendidikan besar lansia tingkat pendidikannya
N % N % N %
Dasar 19 54,3 16 45,7 35 100 masih termasuk rendah. Tingkat
0,599*
Menengah 5 100 0 0 5 100 pendidikan secara tidak langsung
*Uji Korelasi Rank Spearman mempengaruhi tekanan darah pada

Tabel 7 dan 8 menunjukkan lansia karena tingkat pendidikan

bahwa hipertensi pada lansia cenderung berpengaruh terhadap gaya hidup

terjadi pada seseorang yang tingkat seseorang yaitu seperti kebiasaan

pendidikannya masih dalam kategori merokok, kebiasaan mengkonsumsi

dasar. Terdapat 45,7% subjek yang alkohol, asupan makan, dan aktivitas

termasuk dalam kategori tingkat fisik (Anggara dan Prayitno, 2013).

pendidikan dasar mengalami hipertensi. Pada penelitian ini terdapat 37,5%

Lansia yang tingkat pendidikannya subyek berjenis kelamin laki-laki yang

menengah cenderung tekanan darahnya kategori tingkat pendidikannya dasar

dalam kategori normal. Untuk tekanan memiliki kebiasaan merokok dan

darah sistolik hasil uji statistik yang mengalami hipertensi di Kelurahan

dilakukan dengan mengunakan uji Rank Makamhaji. Menurut penelitian Lewa

Spearman diperoleh nilai p sebesar dkk (2010) lansia yang memiliki

0,346 (p>0,05), maka H0 diterima kebiasaan merokok akan meningkatkan

sehingga tidak terdapat hubungan antara risiko kejadian Hipertensi Sistolik

tingkat pendidikan dengan tekanan Terisolasi (HST) sebesar 2,803 kali

darah sistolik pada lansia di Kelurahan lebih besar dibandingkan lansia yang

Makamhaji, sedangkan untuk tekanan tidak merokok.

diastolik hasil uji statistik yang dilakukan Kebiasaan merokok bisa

dengan mengunakan uji Rank Spearman meningkatkan resiko tekanan darah

diperoleh nilai p sebesar 0,599 (p>0,05), tinggi (hipertensi) karena nikotin yang

maka H0 diterima sehingga tidak terkandung dalam rokok bisa

terdapat hubungan antara tingkat mengakibatkan pengapuran pada

pendidikan dengan tekanan darah dinding pembuluh darah (Singalingging,

diastolik pada lansia di Kelurahan 2011). Nikotin dan karbondioksida yang

Makamhaji terkandung dalam rokok akan merusak

9
lapisan endotel pembuluh darah arteri, Tabel 9
elastisitas pembuluh darah berkurang Hubungan Aktivitas Fisik dengan
Tekanan Darah Sistolik
sehingga pembuluh darah Tekanan Darah
menjadi kaku dan menganggu aliran Kategori Jumlah
Aktivitas Normal Hipertensi P
darah sehingga menyebabkan tekanan Fisik
N % N % N %
darah meningkat (Anggara dan
Prayitno, 2013). Ringan 20 54 17 46 37 100
0,538*
Hasil penelitian ini berbeda Sedang 3 100 0 0 3 100

dengan penelitian yang dilakukan oleh *Uji Korelasi Rank Spearman


Wahyuni dan Eksanoto (2013) yang
membuktikan bahwa ada hubungan Tabel 9 menunjukkan bahwa
yang signifikan antara tingkat berdasarkan pengukuran tekanan darah
pendidikan dengan tekanan darah, nilai sistoliknya, lansia yang memiliki aktivitas
p=0,000. Pada penelitian tersebut fisik ringan cenderung mengalami
sebanyak 58,5% subjek dalam kategori hipertensi daripada lansia yang memiliki
tingkat pendidikan rendah mengalami aktifitas sedang. Terdapat 46% subjek
hipertensi, 4,3% subjek dalam kategori yang termasuk dalam kategori aktivitas
tingkat pendidikan menengah fisik ringan yang menderita hipertensi.
mengalami hipertensi, dan 3,9% subjek Lansia yang aktifitas fisiknya sedang
dalam kategori tingkat pendidikan tinggi tekanan darahnya cenderung dalam
mengalami hipertensi. kategori normal, 100% subjek yang
aktifitas fisiknya sedang tekanan
F. Hubungan Aktivitas Fisik dengan darahnya termasuk dalam kategori
Tekanan Darah normal. Hasil uji statistik yang dilakukan
Analisis Hubungan Aktivitas Fisik dengan mengunakan uji Rank Spearman
dengan Tekanan Darah dapat dilihat diperoleh nilai p sebesar 0,538 (p>0,05),
pada Tabel 9 dan 10. maka H0 diterima sehingga tidak
terdapat hubungan antara aktivitas fisik
dengan tekanan darah sistolik pada
lansia di Kelurahan Makamhaji.

10
Tabel 10 sistolik dan diastolik lansia pada
Hubungan Aktivitas Fisik dengan penelitian ini tidak terdapat hubungan.
Tekanan Darah Diastolik Banyak faktor-faktor lain yang secara
Tekanan Darah langsung dapat mempengaruhi tekanan
Kategori Jumlah
Aktivitas Normal Hipertensi P darah pada lansia salah satunya yaitu
Fisik status gizi lansia. Berdasarkan penelitian
N % N % N %
payung bersama Widyaningrum (2014)
Ringan 21 56,8 16 43,2 37 100
0,321* terdapat hubungan antara status gizi
Sedang 3 100 0 0 3 100
dengan tekanan darah pada lansia di
*Uji Korelasi Rank Spearman Kelurahan Makamhaji. Sebanyak 72,8%
subjek yang memiliki status gizi lebih
Tabel 10 menunjukkan bahwa cenderung menderita hipertensi ringan
berdasarkan pengukuran tekanan darah dan sedang.
diastoliknya, lansia yang memiliki Status gizi lebih (obesitas) bisa
aktivitas fisik ringan juga cenderung menaikkan tekanan darah yang berarti
mengalami hipertensi daripada lansia memperbesar resiko tekanan darah
yang memiliki aktifitas fisik tinggi atau hipertensi (Singalingging,
sedang. Terdapat 43,2% subjek yang 2011). Obesitas menyebabkan
termasuk dalam kategori aktivitas fisik gangguan pada sistem autonom,
ringan yang menderita hipertensi. Lansia resistensi insulin serta abnormalitas
yang aktifitas fisiknya sedang tekanan struktur dan fungsi pembuluh darah
darahnya cenderung dalam kategori (Lumoindong dkk, 2013). Pada obesitas,
normal, 100% subjek yang aktifitas tekanan perifer berkurang atau normal,
fisiknya sedang tekanan darahnya aktivitas syaraf simpatis meningkat dan
termasuk dalam kategori normal. Hasil aktivitas renin plasma rendah yang
uji statistik yang dilakukan dengan berperan sebagai faktor natriuretik dan
mengunakan uji Rank Spearman menyebabkan peningkatan reabsorbsi
diperoleh nilai p sebesar 0,321 (p>0,05), natrium sehingga menyebabkan
maka H0 diterima sehingga tidak peningkatan tekanan darah (Palmer dan
terdapat hubungan antara aktivitas fisik Williams, 2007).
dengan tekanan darah diastolik pada Hasil penelitian ini berbeda
lansia di Kelurahan Makamhaji. dengan penelitian yang dilakukan oleh
Secara statistik hubungan Pranama, 2012 yang menyatakan bahwa
aktivitas fisik dengan tekanan darah ada hubungan antara aktivitas fisik

11
dengan tekanan darah pada lansia 3. Berdasarkan kategori tekanan
hipertensi. Kurangnya aktivitas fisik darah sistolik, subjek penelitian
meningkatkan risiko menderita tekanan yang mengalami hipertensi yaitu
darah tinggi (hipertensi) karena sebesar 42,5%, sedangkan
meningkatkan risiko kelebihan berat berdasarkan kategori tekanan
badan. Orang yang tidak aktif juga darah diastolik, subjek penelitian
cenderung mempunyai frekuensi denyut yang mengalami hipertensi
jantung yang lebih tinggi sehingga otot sebesar 40%.
jantungnya harus bekerja lebih keras 4. Tidak ada hubungan antara umur,
pada setiap kontraksi. Makin keras dan jenis kelamin, tingkat pendidikan
sering otot jantung harus memompa, dan aktivitas fisik dengan tekanan
makin besar tekanan yang dibebankan darah pada lansia di Kelurahan
pada arteri (Anggara dan Prayitno, 2012) Makamhaji Kecamatan Kartasura
Kabupaten Sukoharjo.

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan B. Saran
Berdasarkan penelitian dapat 1. Bagi Puskesmas Kartasura
disimpulkan sebagai berikut : Pihak Puskesmas diharapkan
1. Berdasarkan karakteristik subjek, lebih intensif lagi memberikan
sebagian besar subjek penelitian informasi tentang tekanan darah
termasuk dalam kategori usia pada lansia misalnya dengan
lansia yaitu sebesar 82,5%, untuk lebih banyak lagi melakukan
jenis kelamin sebagian besar penyuluhan tentang
subjek penelitian adalah mempertahankan tekanan darah
perempuan yaitu sebesar 80%, normal pada lansia dengan
sedangkan untuk tingkat materi faktor-faktor yang
pendidikan sebagian besar mempengaruhi tekanan darah
subjek penelitian termasuk dalam pada lansia.
kategori dasar yaitu sebesar 2. Penelitian Selanjutnya
87,5% Perlu dilakukan penelitian
2. Sebagian besar subjek penelitian lebih lanjut faktor-faktor lain yang
memiliki aktivitas fisik yang ringan dapat mempengaruhi tekanan
yaitu sebesar 92,5%. darah selain faktor-faktor yang

12
sudah diteliti tersebut antara lain as2013/Hasil%20Riskesdas%202013
.pdf
tingkat stres, konsumsi alkohol,
6. Budi, Ls., Sulchan, HM., Wardani,
asupan zat gizi makro dan RS. 2011. Beberapa Faktor yang
Berhubungan dengan Tekanan
hubungan antara karakteristik
Darah pada Usia Lanjut di RW VIII
(umur, jeniskelamin, tingkat Kelurahan Krobokan Kecamatan
Semarang Barat Kota Semarang.
pendidikan) dan aktivitas fisik
Abstrak. Fakultas Kesehatan
dengan tekanan darah pada pra Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Semarang.
lansia di Kelurahan Makamhaji.
7. Dalimartha, S. 2008. Care Your self
Hipertension. Penebar Plus : Jakarta.
8. Khomsan, A. 2003. Pangan dan Gizi
DAFTAR PUSTAKA Untuk Kesehatan. PT. Rajagrafindo
Persada. Jakarta : 95.
1. Andarini. 2012. Terapi Nutrisi Pasien 9. Lewa, FA., Pramantara, PDI., dan
Usia Lanjut yang Dirawat di RS. Baning, RBTh. 2010. Faktor-Faktor
Dalam : Harjodisastro D, Syam AF, Risiko Hipertensi Sistolik Terisolasi
Sukrisman L, editor. Dukungan nutrisi Pada Lanjut Usia. Berita Kedokteran
pada kasus penyakit dalam. Jakarta : Masyarakat. 26(4) : 171-178
Departemen ilmu penyakit dalam 10. Lumoindong, A., Umboh, A.,
Fakultas Kedokteran UI. Masloman, N. 2013. Hubungan
2. Anggara, FHD., dan Prayitno, N. Obesitas dengan Profil Tekanan
2013. Faktor-Faktor Yang darah pada Anak Usia 10-12 tahun di
Berhubungan Dengan Tekanan Kota Manado. Jurnal e-Biomedik
Darah Di Puskesmas Telaga Murni, (eBM). 1(1 ): 147-153
Cikarang Barat Tahun 2012 . 11. Palmer & Williams, 2007. Introduce
Program Studi S1 Kesehatan to Food service. Ed ke-11. New
Masyarakat STIKes MH. Thamrin. Jersey: Prentice Hall.
Jakarta. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 12. Rahajeng, E., Tuminah, S. 2009.
5(1):20-25. Prevalensi Hipertensi dan
3. Anggraini, AD., Waren, S., Determinannya di Indonesia. Majalah
Situmorang, E., Asputra, H., dan Kedokteran Indonesia. 59(12):580-
Siahaan, SS. 2009. Faktor--Faktor 587
Yang Berhubungan Dengan Kejadian 13. Rosta, J. 2011. Hubungan Asupan
Hipertensi Pada Pasien Yang Energi, Protein, Lemak dengan
Berobat Di Poliklinik Dewasa Status Gizi dan Tekanan Darah
Puskesmas Bangkinang Periode Geriatri di Panti Wredha Surakarta.
Januari Sampai Juni 2008.Fakultas Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Kesehatan. Universitas Riau. Files of Surakarta. Surakarta.
DrsMed-FK UNRI : 1-41 14. Sarasaty, RF. 2011. Faktor-faktor
4. Brunner and Suddarth. 2001. yang Berhubungan dengan
Keperawatan Medikal bedah. Edisi 8. Hipertensi pada Kelompok Lanjut
EGC : Jakarta. Usia di Kelurahan Sawah Baru
5. Badan Penelitian dan Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang
Pengembangan Kesehatan. 2013. Selatan. Skripsi. Universitas Islam
Riset Kesehatan Dasar 2013. Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Diakses :23 Januari 2014. Jakarta.
http://depkes.go.id/downloads/riskesd

13
15. Sigarlaki, HJO. 2006. Karakteristik
Dan Faktor Berhubungan Dengan
Hipertensi Di Desa Bocor,
Kecamatan Bulus Pesantren,
Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah,
Tahun 2006. Makara, Kesehatan. 10
(2): 78-88
16. Singalingging, G. 2011. Karakteristik
Penderita Hipertensi Di Rumah Sakit
Umum Herna Medan 2011. Medan :
1-6.
17. Wahyuni., dan Eksanoto, D. 2013.
Hubungan Tingkat Pendidikan dan
Jenis Kelamin dengan Kejadian
Hipertensi di Kelurahan Jagalan di
Wilayah Kerja Puskesmas Pucang
Sawit Surakarta. Jurnal Ilmu
Keperawatan Indonesia. 1 (1) : 79-85
18. Widyaningrum, TA. 2014. Hubungan
Asupan Natrium, Kalium, Magnesium
dan Status Gizi dengan Tekanan
Darah pada Lansia di Kelurahan
Makamhaji Kartasura. Skripsi.
Program Studi Ilmu Gizi Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

14

You might also like