Sebuah Kasus Peminjaman Sastra
L’Homme rompu Karya Tahar Ben Jelloun'
Novel Tahar Ben Jelloun berjudul L'Homme rompu, yang diterbitkan oleh
penerbit Prancis Le Seuil, di Paris, bulan Januari 1994, diawali dengan
pemyataan oleh pengarangnya, yang mengakui bahwa ia berhutang budi pada
novel Pramoedya Ananta Toer, Korupsi.
Buku ini aku hutang budi pada Pramoedya Ananta Toer, seorang sastrawan
Indonesia yang besar, yang saat ini hidup di Jakarta sebagai tahanan rumah,
sedangkan karya-karyanya dilarang terbit.
Ketika saya berkunjung ke Indonesia, saya berusaha menemuinya untuk
menunjukkan solidaritas saya serta mengungkapkan kekaguman saya. Tapi
saya disarankan jangan, Kunjungan saya dapat menyulitkannya,
Di Indonesia, saya membaca Korupsi, novelnya yang terbit di Indonesia
tahun 1954 (diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis oleh Denys Lombard
dan diterbitkan oleh penerbit Philippe Picquier). Sebagai tanda hormat dan
untuk menyampaikan dukungan saya kepadanya, dari sastrawan ke sastrawan.
saya mengarang L'Homme rompu, sebuah novel mengenai korupsi, sebuah
bencana yang telah menjadi sama lazimnya di negara-negara Selatan dan
Utara. Kisahnya terjadi di Maroko sekarang ini. Maksudnya mengatakan
kepadanya bahwa di kolong langit berbeda, terpisah oleh jarak beribu-ribu
kilometer, manusia terseret oleh setan yang sama, ketika jiwanya digerogoti
oleh kebusukan yang sama.
Kisah yang serupa sekaligus beda, lokal sekaligus universal ini, itulah
yang mendekatkan kita, para sastrawan dari Selatan, kendatipun “Selatan” itu
terletak di Timur Jauh.
Novel Tahar Ben Jelloun langsung disambut sukses besar di toko-toko buku
dan menjadi topik banyak resensi dalam pers Prancis. Namun, tak satu pun
—
1 Versi asli artikel ini, berjudul “Un cas récent d’emprunt littéraire: L’Homme rompu de
Tahar Ben Jelloun”, terbit dalam majalah Archipel no. 48, tahun 1994, him. 177-191.i sebuah Kases Pere” Sastra
berusaha mengetahui kenapa kedua novel itu “serupa sekaligus beda”. apalagi
Sa membandingkan keduany@ + sebuah novel Indonesia
epanjang pengetahuan saya, ini pe ain ee
menjadi ae ftham bagi still novel Eropa. Masalah ae yang, akan
dibahas dalam tulisan ini, menyusul tiga studi tentang jem's transforma! sastra
yang sama sekali berbeda.*
arn ea rT ieKimHHok,ketikameminiam one
novel olch seorang pengarang asing dianggap sesuatu yan Tazim, bahkan
tanpa perlu menyebut sumbernya, hingga masa ini, ketika peminjaman yang
jauh lebih halus sifatnya, pahkan dinyatakan secara terbuka, menyebabkan
hak cipta dibagi dua antara kedua pengarang yang ersangkutan, terlihat jelas
ilikan sastra telah jauh berubah. Kedua artikel oleh
ique Zaini-Lajoubert di atas® mengilustrasikan
dianggap sebagai seni yang tidak bersalah,
iat justru belum ada. Di satu pihak, Lie Kim
cerita, beberapa tokoh,
dalam latar ruang yane
sama menyajikan versinya sendiri,
juis Melayu yang diciplakan beberapa wks
jah karya Belanda atau Melayu. ia melakukan
i pengarang, dengan tujuan memberikan
sastra yang sesuai dengan cara berpikir
skohnya, mentalitasnya, problematikany*
insurutama sebuah
lebih nyata lagi di masa yang sama. Salah
ah Nyai Dasima, Selain dua versi dalam
. satunya se dapat ditemukan lagi sekarang),
rs ‘oi i ga ee yang praktis sama telap!
Hatta dial) wenemitan Saal
(1897), yan menerbitkan dua Sair Nya!
at g satu boleh dikatakan disalin dat!
ke mudian, seorang pengarang Melayu, Ahmad
artikel, antaa Iai i
ain dua artikel oleh Claudine Salmon da
h Archipel ‘
I Leet an Artikel C. Salmon mengulas
modem pnts au *Bintang Kartika’
Kim He Ea Issa) . Zaini- ajoubert membahas
ba Sebagai penitisan baru Syaif
LI
aw
er eer iaHomme rompu xarya tanar pen venuun
Beramka, menyalin juga versi Tjiang O.S. sambil sedikitmengubah bahasanya,
dan menyebarkannya dalam bentuk manuskrip atas namanya sendiri.4
Apakah ini berarti bahwa pada masa itu karya sastra adalah milik umum,
dan siapa pun boleh saja menyalin sebuah karya dan menandatanganinya? Pasti
tidak. Lie Kim Hok adalah contoh khas dari pengarang suatu periode transisi
antara kesusastraan Melayu lama dan kesusastraan Indonesia modern. Selama
periode itu, karya-karya “klasik” terutama puisi-puisi naratif (syair) tercetak
dalam huruf Latin, bersama dengan karya-karya sastra (puisi dan novel)
yang sepenuhnya modern. Sebelum karya-karya sastra beredar dalam bentuk
buku, teks-teks tersebar dalam bentuk naskah, yang umumnya tidak disebut
-pengarangnya. Karya-karya yang paling kuno dan paling terkenal (Hikayat
Marakarma, Hang Tuah, Indraputra, Panji Semirang dan puluhan karya lain)
-diteruskan dari satu abad ke abad berikutnya, dan dari satu daerah ke daerah
y proses salin-menyalin secara berturut-turut, tanpa seorang
kan asal-usulnya. Kadang seorang penyalin menandatangani
‘namun itu tidak berarti bahwa ia menganggap teks itu sebagai
_ Pada masa itu, karya-karya sastra memang dianggap milik umum:
skah relatif langka, dan teks-teks hanya dikenal karena dibacakan
n di depan sekelompok hadirin. Sebuah hikayat tidak terkait
seorang pengarang: ceritanya adalah bagian dari warisan
, yang diaktualisasikan ulang, bagai sebuah ritus, setiap kali
dengan munculnya mesin cetak, yang disertai peredaran
ssal, maka pengarang-pengarang mulai menandatangani karya-
dan mulai pula menuntut hak milik mereka atas karya itu.
bkan beberapa faktor yang berlainan. Karena beredar melalui
buku, maka teks-teks sastra menjadi sumber penghasilan.
| kalinya, para pengarang memperoleh imbalan uang atas
ya, maka wajarlah mereka berupaya agar pengarang lain tidak
caplok keuntungan dari publikasinya, Di samping itu, sebab-
hirkan kesusastraan “modern” (yaitu terutama perkembangan
pers) juga mendorong perkembangan rasa individualisme
in apresiasi terhadap penciptaan sastra sebagai ekspresi
ig, “Nyai Dasima, een yrouw vit de Literatur”, dalam C.M.S. Hellwig,
(ds), A Man of Indonesian Letters: Essays in Honour of Professor A.
Foris, 1986, him. 48-66; dan Henri Chambert-Loir, “Sair Java-Bank Di
scature malaise ou sino-malaise?”, dalam C, Salmon (ed), Le moment “sino-
Tintérature indonésienne, Paris: Archipel, him, 43-70.Sejak awal abad ke-19, beberapa pengarang Melaye mulai membubyy,
kan nama mereka sebagai pencipta karyanya dan mengungkapkan pendiria,,
mereka sebagai individu. Di antara mereka, Ahmad Rijali, Abdullah al-ic,,
dan Abdullah bin Abdulkadir Munsyi, yang termasuk kelompok peranak,,
India dan Arab, tidak perlu mencari keuntungan materil dari karya-kary,
mereka, Dalam konteks budaya yang lain, bangsawan Bugis di Riau, Raja aj,
Haji, juga tampil sebagai pengarang. Di tahun 1880-an, pengarang-pengarang
yang berasal dari kelompok peranakan yang Jain, yaitu Tionghoa, dan yang
menyebarkan puisi mereka di surat-surat kabar, sudah mempertahankan hak
oo Patut berhenti sejenak pada masa genting di pergantian abad, ketika
penerbit-penerbit_ menjamur ‘dan peraturan tentang hak milik karya sastra
dibentuk sedikit demi sedikit. Sedini 1888, Bintang Soerabaja memuatkan
$I pembaca yang protes karena mengenali atau merasa mengenal)
ada tahun yang sama, di Batavia, penerbit Albrecht
ya pengarang, Minangkabau, Tuanku Syekh
m huruf Latin oleh Amold Snackey. Sampul dan
‘cama isinya, yaitu memuat judul buku, tanpa menyebut nama
ama sekali, nada keterangan di halaman di balik sampul yanz
mer :mungkin hak A. Snackey) sebagai berikut
a bolih disalin, ditiroe atau ditocroenkan.
idak disertai tanda tangan).° Tujuanny3
-yang disebut dalam kata pengantar —
-yang langsung terlibat dalam terbitan
maupun abli warisnya tidak menerimé
tangan sering menjadi bukti orisinalitas
atau tanda tangan juga sama mudahnya dite
ata Hari karya Tan Kim Sen, yang diterbitkan
r 1888; Sair Bajan(g) yang dimuat dalam nomor 215. \
‘salah seorang redaktur koran itu, yakni The E.L., menu!
Kit Tjoan yang diterbitkan oleh Karssboom & Co ¢
| kepada Claudine Salmon untuk acuan itu dan karen
p ungkapan-ungkapan awal dari kesadaran akan bok
BC Melajoe-Arab dan diterangkan oleh Arnold Snackey:[Homme rompu Karya Tahar Ben Jelloun
40 tahun kemudian, masih ditemukan peringatan yang
tidak sah kalau tidak disertai tanda tangan di bawah ini.””.
Berbagai peringatan yang diajukan para penerbit guna mempertahankan
hak mereka sering disertai penyebutan undang-undang yang berlaku, seperti
contoh tahun 1904 berikut: “Ini boekoe di perlindoengan di bawa atoeran hak
Pengarang (Staatsblad 1881 n° 199)", Peringatan-peringatan tersebut sering
ditulis dalam bahasa Belanda, yang menjadi bahasa hukum; pada tahun 1900
misalnya, “Het auteursrecht van dit verhael is verzekerd overeenkomstig de
des betreffende /staatshlad bepalingen” (‘Hak cipta kisah ini terjamin, sesuai
-ketetapan yang bersangkutan dalam Lembaran Negara’). Keterangan lain
- yang, juga lazim berbunyi: “Het auteursrecht op dit verhael is aan uitgever
yang dengan jelas menegaskan bahwa hak cipta berada di
penerbit.
i Dalam hal itu, dunia Nusantara mengikuti —secara lebih cepat daripada
z bisa diperkirakan — jenis pemikiran yang merisaukan pengarang-
arang Eropa. Namun, situasi di Eropa merupakan hasil dari perkembangan
i berlangsung selama berabad-abad. Sejak ditemukannya mesin cetak
rtengahan abad ke-15, para penerbit menyadari bahwa usaha mereka
at menghadapi persaingan tanpa batas. Maka mereka segera meminta
a agar diberikan berbagai “keistimewaan” (privileges), yaitu
mal ; penerbitan karya-karya tertentu'®. Dengan demikian, hak para
er in atau toko bukulah yang diakui, bukan hak pengarang
sama: “Terbitan ini
1
Sen, Hikajat Nona Marguerite Zelle Alias Si Mata Hari, Batavia: Loa Moek
5 jilid. (Pada waktu menerjemahkan artikel ini, buku Tan Kim Sen tersebut
ia lagi, schingga kutipan di atas diterjemahkan balik dari bahasa Prai
oh lain yang kurang lebih sezaman, dari pengarang yang sama, boleh dikutip dari
nya, sebagai berikut; “Boekoe ini deperlindoengi oleh hak pengarang dengan
n Lima Yerita-Verita ‘an tempo doeloe kala di Gerita-in Tan The Twan, Batavia: G
Uff & Co, edisi ke-2, 1904.
ngemanan, Tjerita Si Tjonat, Batavia: Tjoe Toei Yang, 1900, Tiga tahun kemudian,
r menerbitkan Tjerita Rossing, yang wmumnya dianggap sebagai karya asli,
1 saya pernah dengar dari Henk Maier bahwa karya itu diterjemahkan dari bahasa
itu kemudian direproduksi oleh H.F.R, Kommmer menggunakan namanya
in yang dilakukan oleh Kommer dapat dianggap sangat buruk” (Pramoedya
s Toer, Tempo Doeloe, Jakarta: Hasta Mitra, 1982, him. 28),
Bertrand, Le droit d'auteur et les droits voisins (Paris: Masson, 1991),
“ejarah, perkembangan dan hakekat hak pengarang serta hak-hak yang
Saya mengucapkan terima kasih kepada Isabelle Barcet yang memberi
ng acuan ini.
rrUndang-undang pertama tentang hak cipta pengarang diresmikan di Inggris
pada tahun 1710, di bawah pemerintahan Anne Stuart (“Statute of Anne”),
tetapi “terutama pada paruh kedua abad ke-19, barulah negara-negara Eropa
memiliki peraturan mengenai hak cipta pengarang, yaitu 1812 di Swedia, 1337
di Prusia, 1846 di Austria, 1847 di Spanyol, 1851 di Portugal, 1865 di Italia
1869 di Jepang, 1883 di Swiss, dan 1886 di Belgia” (A. Bertrand, op. cit., him,
30). Sebuah perhimpunan swasta bernama Association littéraire et artistique
internationale (Yayasan Internasional Sastra dan Seni), yang didirikan tahun,
1878 di bawah pengayoman Victor Hugo, menjadi asal muasal Konvengj
Berne yang ditandatangani pada tahun 1886 dan yang selanjutnya menjadi
model bagi kebanyakan legislasi nasional yang diresmikan di kemudian hari
Karena hukum Belanda berlaku di jajahan Hindia Belanda maka sebuah
kerangka hukum tersedia tentang pokok itu. Undang-undang Belanda yang
pertama tentang hak pengarang berasal dari tahun 1803. Undang-undang
tersebut direvisi tahun 1817 dan 1881; kemudian pada tahun 1912, sebuah
undang-undang baru (Auteurswet) diumumkan, saat Belanda bersiap-siap
__ untuk menandatangani Konvensi Berne'!.
eae
rya Moliére ace disadur oleh Nur Sutan Iskandar
9); Le Médecin malgré lui karya pengarang yang sama
‘Sunda dari versi bahasa Belanda oleh Moh. Ambri
fi Dukun (1932?), dan puluhan bahkan ratusan
disadur oleh anggota-anggota redaksi Balai
a Melayu maupun bahasa daerah (Jawa, Sunda,
tanpa menyebutkan sumber aslinya.'*
lak Cipta 1982; Pandangan Seorang Awam, Jakatte
i Berkut; “Si Bachil, Drama lima babak, ditulis oleh Balai
g Prancis Moliére”. Sebuah pembahasan menarik dari salah
oleh A. Teeuw: “Dari Jan Smees ke Si Jamin dan Si Johan:
Kesastran”, dalam Sapardi Djoko Damono (ed.), H.B. Jassin
dia, 1987, him. 184-207. Patut diingat bahwa Prof Teeuw
jenis ini pada Seminar Eropa Studi Indonesia, di Leiden,
tion, transformation and Indonesian literary history”
& S.0. Robson (eds.), Cultural Contact and TextualHomme rompu Karya Tahar Ben Jelloun
Jadi, ada masa _mengambang selama lebih dari setengah abad, ketika
sejumlah pengarang sadar akan norma etika dan hukum serta mengklaim
hak cipta mereka, sementara kebanyakan yang Jain tetap menganggap
kesusastraan sebagai wilayah umum yang luas, yang boleh ditimba setiap
orang sekehendaknya, Undang-undang tahun 1912 menjamin hak eksklusif
seorang pengarang atas karyanya sepanjang hidupnya dan selama 50 tahun
setelah kematiannya, tanpa prasyarat untuk mendaftarkannya. Kini sulit
diketahui sejauh mana undang-undang itu diberlakukan; paling tidak, kita
boleh meragukan bahwa hak setelah kematian itu diterapkan. Bagaimanapun
| ae skandal atau proses hukum atas plagiat mana pun sebelum
Sere ua pee einen undang-undang Belanda (Auteurswet)
esas see a it Indonesia keluar dari Konvensi Berne
By ssishaitrya: peat tis tatau eat oleh Indonesia sebagai negara
. Gnas Udang i ini iperdebatkan dalam berbagai kesempatan.
cua Bey pada tahun 1958, 1966, dan 1972,
U pete aria nue yang pertama (Undang-Undang Hak Cipta)
a euear a kemerdekaan, mengenai masalah
sastra cues ca atau pengaruh), lebih bersifat etis
Bee a itu sengit dan jelas mencerminkan konflik
Sa pengarang yang dituduh (Chairil Anwar, Mochtar
a), kalaupun tidak menganut ideologi yang sama, tetap saja
e an aliran liberal dan universalis yang hadir dalam kesusastraan
sejak Poedjangga Baroe hingga masa kini, lewat Surat Gelang
1950 dan Manifes Kebudayaan tahun 1963. Sedangkan para penuduh
‘anggota, atau dekat dengan, LEKRA dan Partai Komunis. Di awal
Pramoedya Ananta Toer “mengungkapkan” bahwa novel Mochtar
ian Tak Ada Ujung, diadaptasi dari film Jean Renoir, This Land is
asliny - Vivre Libres), padahal Mochtar Lubis sendiri mengaku tidak
-menonton: ae itu, i memang skenario film itu rupanya tak ada
dengan plot novelnya.
ikel H.B. Jassin, “Asli atau Saduran?”, mengenai tuduhan itu serta
tuduhan plagiat yang Jain menunjukkan bahwa debat itu bersifat
|, bukan yuridis, dan bahwa tuduhan itu bersifat moral: “Juridis
h urian jang patut dihukum. Hukuman jang paling berat ialah
moril jang diderita plagiator apabila perbuatannja ketahuan oleh
on, Foris Publications, 1986, VI 115).
iadi pokok pembahasan buku Ajip Rosidi, 1984.
Indang itulah yang meni}
[Jnssin, “Aaliatau saduran?” dalam Kesusaviraan Indonesia Modern dalam Kritk
Esei, Jakarta: Gunung Aguné, edisi ke-empat, 1967, jilid 1, blm. 62.
7Tiga tahun kemudian, H.B. Jassin menulis sebuah buku Pen
mengenai Chairil Anwar, karena orang mulai melihat bahwa sebagian puisin,
diterjemahkan atau disadur dari sajak-sajak Eropa. “Enam sadjak saduray
dan terdjemahan inilah yang memakai nama Chairil dengan tidak disebutk,,
bahwa itu saduran dan terdjemahan dan peristiwa inilah yang membiki,
Chairit djadi bernama plagiator atau pentjuri karangan. Enam sadjak tjuria,
jang membikin namanya djadi bernoda.""°.
Heboh yang paling besar timbul tahun 1962, sedangkan ketegangay,
antara kaum liberal dan komunis dalam lingkungan intelektual mendekai
perpecahan. Hamka digugat dengan keras, pada bulan September 1962, dal
bagian budaya yang dipimpin oleh Pramoedya Ananta Toer, dari surat kal
Bintang Timur, yang menyatakan bahwa novel Tenggelamnya Kapal Van De
Wijck menjiplak novel pengarang Mesir al-Manfaluthi berjudul Mayculin
‘sementara novel itu sendiri menyadur sebuah novel Prancis karya Alp
Karr berjudul Sous /es Tilleuls. Kesamaan kedua novel itu, dan secara leoih
aren Manfaluthi atas Hamka, telah pernah disinggung pada tahun
bukannya tanpa sengaja kalau pada tahun 1962, serangan terha
Setahun kemudian, seorang sarjana yang terlibat 4
opini st dibaca tiga puluh tahun kemudian, maka
itu sangat menonjol, sedangkan analisis y
it dan tidak meyakinkan, karena tidak saling jaw
yang digunakan, terkadang berlebihan atay mencerca,
pa beda situasi ini dengan masa Lie Kim Hok.
g bersalah, dalam dunia sastra, plagiarisme masuk dalam
paling buruk, bersifat penipuan dan pencurian sekaligus
mka dapat mempertanggungjawabkan tindakannya terhads?
terhadap Alphonse Karr dan Manfaluthi, terh um:
i Seaak sekolah dan terhadap Tuhan?
iril Anwar Pelopor Angkatan 45, Jakarta: Gunung Agung, 1956, ble. >
Asli atau saduran?”, op. cit., him. 61-
za Kapal Van der Wijck dalam Polemik, Jakarta, Mee
198 him. HB. Jassin sudah pasti ikut serta dalam polemik itu; artikel"
Kapal Van der Wijck plagiat?” dalam Kesusasiraan ncors
an Es¢i, jil. 1V, him 64-71) menggunakan metode ya sempu
-acuannya karena Jassin tidak sempat melihat novel Prancis 0? a
| harian Merdeka, 22 September 1962, dikutip dalam J.A, Hamza. *
Catatan tahun 2018: kutipan ini diterjemabkan balik dari versi Prancs™™
' a pada waktu artikel ini diterjemahkan.)['Homme rompu Karya Lanar perverse
hanya beberapa
ang ada sekarang
erapkan secara
kira satu abad ini, yan}
an rumit selama kira~
Scie an situasl Yé
s pentingnya saja dicatat di atas, membuahk i
iii frdonesia, yaitu undang-undang mengenai hak cipta ii Fa beia
rentan (kasus pembajakan buku pelajaran sekolah oleh penerbit-p a Aahtaah
masih sering terjadi”, tetapi pengertian hak milik dalam bidang eas i lihat
mantap dan dapat dibandingkan dengan keadaan di Prancis. Mari kita ik
sekarang kasus sebuah novel Prancis yang gagasannya pun serta sejumia’
unsur bentuknya diilhami oleh sebuah novel Indonesia.
[Homme rompw® adalah kisah seorang koruptor, kisah kejatuhan seorang
pegawai negeri jujur yang terseret ke dalam arus korupsi, sehingga tanpa
dapat dihindarinya, mengubah gaya hidupnya dan bahkan mentalitasnya.
Mula-mula kisah disampaikan oleh seorang penutur anonim, sepanjang sekitar
sepuluh halaman, lalu dilanjutkan oleh tokoh utamanya sendiri dengan gaya
aku. Maka novel ini sebuah soliloki panjang, di mana bagian-bagian narasi
berselang-seling dengan kenangan, pemikiran, rencana serta khayalan. Paham
‘waktu menjadi lebur dalam keterputusan-keterputusan aliran kronologis
secara terus menerus. Alur cerita seakan berlangsung selama beberapa hari
saja, tetapi beberapa petunjuk memperlihatkan bahwa dua adegan yang
berdampingan dapat terpisah oleh beberapa minggu’!, Bagaimanapun juga,
cerita tidak berlangsung lebih lama dari beberapa bulan.
Mourad adalah seorang pegawai negeri Maroko, yang lahir di Fez dan
hidup di Casablanca. Usianya 40 tahun; ia sudah menikah, mempunyai dua
orang anak dan hidupnya serba kekurangan. Gajinya tidak cukup; direkturnya
serta asistennya di Kementerian Pekerjaan Umum menganggapnya seorang
idealis kerdil yang ketinggalan zaman; istrinya serta seluruh keluarga iparnya
‘menghinanya karena kejujurannya yang bodoh; pernikahannya satu kegagalan:
ja tidak berbagi apa pun dengan istrinya, sedangkan nafsu birahi yang pernah
mengikat mereka sudah lama sirna. Ia hampir tidak mengenal putranya. la
Ppunya beberapa teman tetapi jarang bertemu dengan mereka, ia tidak punya
banyak hiburan, sehingga hidupnya terutama berlangsung di antara rumah
ee
19 Lihat artikel George Miller, “Copyright infringement of book publishing in the New
Order: The industry strikes back”, dalam V. Matheson Hooker (ed.), Culture and Society
in New Order Indonesia, Kuala Lumpur: Oxford University Press, 1993, hm. 263-271
20 Tahar Ben Jelloun, L'Homme rompu, Paris: Editions du Seuil, 1994. Dalam judul novel ini,
kata “rompu’ (patah) mirip kata “corrompu” (‘korup’), sehingga judulnya menyiratkan
‘gagasan orang patah karena korup.
21 Dua bulan berlalu antara kedua kunjungan komisi inspeksi (lih. hlm. 176). Potret Nadia di
him, 205 memperlihatkan bahwa narator pernah bertemu dengan dia lebih sering daripada
yang diceritakan.3z
Sebuah Kasus Peminjaman Sas,
a
dan kantornya. Mourad bukan seorang patriot tetapi dia merasa diri scorany
Maroko; ia seorang ateis, tetapi paling tidak secara budaya ia menjadi bagiay
dari Komunitas Muslim, Ia terpana melihat korupsi menggerogoti pemerintahay
negerinya, dan ia takut oleh ekses politik dan sosial yang diakibatkan ole)
ekremisme agama (kisah berlangsung pada waktu Perang Teluk).
, Mourad sama sekali jujur, walaupun mengalami banyak tekanan
dari rekan-rekan kerjanya, sedangkan berkas-berkas yang harus ia sahkan
merupakan sekian banyak bujukan korupsi. la jujur seperti ayahnya, tetap)
gambaran ayah itu tidak begitu jelas: apakah kejujurannya disebabkan
idealisme yang berani ataukah sebaliknya akibat kelemahan? Tidakkah Mourad
sendiri menyembunyikan sifat pengecut yang dalam di balik keteguhan
moralnya? Dalam satu masyarakat yang menganggap korupsi sebagai suatu
ekonomi tidak resmi, keterikatan pada kebajikan masa lalu dianggap sebagai
tanda seorang pengecut yang berpandangan sempit. Mourad merasa jijik.
| keluarganya membuatnya kehilangan rasa hormat terhadap dirinya
SUPRA ea
pertama noyelnya menampilkan latar dan tokoh-tokoh utama
rah dan tamak; kedua anak, Wassit dan Karima; sang direktur,
‘asisten Mourad, Haj Hamid yang dengan congkak
kekayaan yang diperolehnya secara curang: dan
‘sepupu, janda berusia 39 tahun yang dicintainya, atau
iam-diam dibirahikannya. Karena tidak memiliki scorang
ah hati, ataupun seseorang untuk menasihatinya, Mourad
‘dirinya sendiri. Dua suara terdengar dalam dirinya: suara
‘orang yang luwes, teman. Keluwesan, itulah kehidupan”.
ra hati nurani (“Aku di sini untuk mengingatkanmu akan
ip-prinsip, kewajiban dan hukum”, him. 58).
tapi kita baru berada kira-kira di sepertiga novelnya —
korupsi. Asistennya sudah beberapa waktu mendorongny?
berkas seorang pengusaha bernama Sabbane. Kali ini i¢
sannya dan mengantongi bagian komisinya, sejuta sen. la
sarkasme istrinya, karena kejujurannya sia-sia, karena !@
depan apa pun (“Sekarang, hanya masa depan anak-anak
hampir selesai. Aku tidak berani bertarung lagi”.
cannya juga merupakan sisa kemauan terakhir: @
h, untuk berpisah dari manusia kecil, pemalu dan peras
iu terkurung lagi dalam reputasi yang tak berguna; !*[Homme rompu Karya Tahar Ben Jeuourt
berubah”
“ 5 hari ini, aku putuskan untuk
Mulai hari ini ais berbalik, tak ada yan&
him. 102).
menulis di buku catatannya:
him. 74); dan suara batinnya menyuruhnya: Ha
‘dilihat, majulah dan berhentilah berpikir!” i 4 bs
Hlima selalu mendorongnya untuk korupsi, tetap! waktu ia melaku
kannya, ia sudah sama sekali terlepas darinya dan, dengan sendirinya, 1
menyatakan mau berpisah. Ia langsung, pergi menemul Najia, saudara sepupU
menawan, yang terpikir mau dinikahinya. Dengan berbekal hartanya
yang baru serta langkahnya untuk menjauhi kebiasaan sebelumnya, 1 pergi
ersama putrinya melewati dua hari di kota Tanger. Di sana ia bertemu dengan
seorang teman lama, dan sedini itu harus berbohong untuk menyembunyikan
penyelewengannya. Kesempatan kedua yang ditawarkan oleh orang yang
sama, Sabbane, memberinya 4.000 dollar. Mudahnya tindakan itu memberinya
‘segala harapan; mimpi yang paling gila menjadi terjangkau. Namun tubuhnya
smemberontak: bercak-bercak putih mulai muncul di wajah dan lengannya.
“Aku kehilangan warna asli kulitku sejalan dengan menggunakan uang kotor.
Aku sendiri adalah mesin cuci uang kotor” (him. 153)”.
- Terkadang hati nuraninya menang. Mimpi-mimpi yang ditimbulkan
oleh uang gampang bergantian dengan keinginan untuk menemukan kembali
‘kehormatan diri seorang yang jujur. Najia merasa jijik ketika ia mengakui
perbuatannya. Kemudian ia secara kebetulan bertemu dengan seorang
‘mahasiswi, Nadia, dan mereka menjalin hubungan cinta yang sederhana
_ Karena sama-sama bernafsu dan merasa saling kasihan (“Aku melihatnya
" sebagai kembaran perempuanku, Luka-luka kami berbeda, tetapi penderitaan
kami menorehkan bekas yang sama di dalam jiwa”, him. 205). la sama sekali
tidak berbakat untuk egoisme sombong berdasarkan kemewahan yang datang
‘kepadanya. Ja terus menerus ragu antara ketamakan dan rasa menghormati
iri sendiri. Ia berjanji kepada Najia akan kembali ke jalan lurus dan akan
‘menikahinya, tetapi ia tidak melakukan apa pun untuk mengembalikan uang
‘suap yang telah diterimanya.
Ketika sebuah komisi inspeksi datang ke kantornya, ia kira sudah
‘hancur, tetapi asistennya berhasil menangani masalah itu, Praktik korupsi
‘punya aturan yang harus ia pelajari, la telah menukar sebagian dolarnya
tanpa kesulitan, tetapi ketika mau menukar dolar yang lain, agar dapat
mMengirim putrinya yang sakit asma ke rumah sakit, para pegawai bank coba
menakut-nakutinya dengan menganeam akan membuatnya ditangkap karena
Jembaran dolar itu uang curian, Ia baru lepas setelah cepat-cepat membakar
Jembaran-lembaran uang itu. Namun ia paham bahwa masuk ke dalam dunia
oo Ee talaaian
2D. Pengusaha korup bernama Sabbane. “Dalam bahasa Arab, sabbane berani orang yang
‘meneuci kain kotor.” (him. 35).korupsi tidak dapat dij
iputuskan oleh seoran;
I ¢ diri. Barangkali i E
ee yang bertujuan untuk Free alia oo
iE Mec) \
fa he ened kenyataan, Pada saat inspeksi baru, ia di
etik milik kantor. la diskors dan diancam akan ai
akan diadili
Sejak saat itu ia hidup dalam ket:
. fakutan da flange i
Yakin akan kehancurannya, ia Peis rasa tanggungjawab
memang disimpannya di rumah ec ee yam
ii ‘ oy seh di bawah sebuah kamus Lar
mulai menciptakan puisi. Yakin bahwa ia akan dihabiskan oleh Riss :
ki sore s oleh gerombola
para koruptor justru pada saat ia ingin bergabung dengan mereka, ia ean
memperoleh hiburan dari ala bs intsos a anya
i Bae sists | alam absurd puisi-puisi yang diciptakan oleh
a ae mesin ketik dengan kamus.
etika ia sadar sesaat, ia kembali ke kant i:
e for, dan di enga
hener t dan penuh hormat, “Selamat datang di arise 3a
a he (him, 223). Fase inisiasi telah selesai. Kali ini ia benar-benar patah
Pembaca yang akrab dengan karya Pramoed, i
Nite ica akrab lya Ananta Toer pasti sudah
melihat _kemiripan kisah itu dengan novel Pram Korupsi®*. Kemiripan itu
jumlahnya dan kompleks sifatnya, dan Tahar Ben Jelloun, seperti telah
hat, tidak hanya mengakuinya, tetapi juga menegaskannya. L Homme
diciptakan sebagai penghormatan terhadap Pram, sebagai ungkapan
ang pengarang kepada pengarang lainnya.
Ben Jelloun singgah di Jawa selama sckitar seminggu pada
, dalam rangka penerbitan karyanya La Nuit sacrée dalam bahasa
Ja tidak bertemu dengan Pramoedya Ananta Toer tetapi sangat
iP’
e novel Korupsi yang dibacanya dengan cepat di Jakarta.
ya ke Prancis, ia memutuskan untuk menulis sebuah novel
i dalam masyarakat Maroko pada masa kini. Novel Pram tidak
a, dan ia tidak bermaksud membacanya kembali waktu
terekam dengan jelas dalam ingatannya. Ta memutuskan
inti plotnya (interogasi diri seorang pegawai neger! berusia
g terlibat korupsi) dan membiarkan diri terbawa oleh
¢ mendalam tentang masyarakat Maroko.
i alah kamus Prancis yang paling terkenal.
ta tahun 1954, novel Pram diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis oleh
Corruption dan diterbitkan oleh Association Archipel tahun
ons Philippe Picquier tahun 1992.
Lumpur; Dewan Bahasa dan Pustaka, 1992. Tahar Ben Jelloun
-perjalanannya dalam sebuah artikel dalam harian Le Monde
20 Februari 1993.
Se ee ey ee eeli,
—
Levlomme rompu Kavya Tahar Ben sewoun
n kita melibat ae te
g Prancisnya- Namun kt
diri langsung dan dengal
Perbandingan isi kedua novel memungkinkai
menilai “pengaruh” buku Pram pada pengaran:
dapat bertanya-tanya kepada pengarangnya sen sate ces ibe h
lasan-alasan yang, disadari dalam me gue
ntu dari novel Indonesianya”. Mari kita
if”.
serta
juga ca 4
demikian mengetahui al
atau meninggalkan unsur-unsur terte! :
pahas dahulu kemiripan-kemiripan itu secara “objekti suits Putte
‘Yang terpenting adalah jenis narasi. Tahar Ben Jelloun mengikuti sss
memilih monolog tokoh utama, yang terus saja disisipi penggalan-
1 cerita, kenangan, mimpi dan khayalan, kesemuanya dalam gaya
terputus-putus dan menggunakan ragam bahasa sehari-hari. Bahkan dapat
‘dikatakan bahwa tokohnya sendiri sangat mirip: pria empat puluh tahunan,
sangat perasa dan penakut; di usianya yang ke-45 ia tampak tidak
‘masa depan; ia pegawai negeri di satu kementerian, menikah dan
dua orang anak. Sebaliknya, kedua tokoh utama berikut (istri
1) tampak seperti kembaran negatif dari tokoh-tokoh Pram, sampai
bertanya-tanya apakah Tahar Ben Jelloun memang mengalihkan
| Pram. Mariam, istri Bakir dalam novel Korupsi, bersifat rendah
penuh kasih sayang dan jujur; Hlima, istri Mourad, ambisius,
k dan curang. Sirad, asisten Bakir dalam Korupsi adalah
iswa jujur, penuh hormat dan rajin; ia bertanggung jawab atas
atasannya; Haj Hamid, asisten Mourad, adalah seorang ayah
.arogan dan malas, ia bertanggung jawab atas korupsi atasannya.
n yang mencolok: Bakir ditangkap karena memiliki uang palsu,
ir saja ditangkap karena memiliki uang curian.
unsur atau adegan pelengkap yang hadir dalam kedua novel
) sebagai efek gema dari satu novel ke novel lainnya,
gai konsekuensi logis dari dua situasi yang mirip: misalnya,
segera berpisah dari istrinya setelah tindakan korupsinya yang
Bakir dan Mourad untuk bunuh diri; kecelakaan alu lintas
el, juga hubungan antara korupsi dengan kebejatan seksual”’.
pinjaman itu relatif banyak, termasuk unsur-unsur utama.
ga ditegaskan perbedaan-perbedaan antara kedua novelnya, agar
‘sebesar-besarnya saya ueapkan kepada ‘Tahar Ben Jelloun yang telah
pertanyaan-pertanyaan saya, pada tahun 1994, tentang karirnya
kunjungannya ke Indonesia serta proses penciptaan L'Homme rompu
dan ramah.
Bakir terpaksa menjadi anggota sebuah perkumpulan tukar istri di antara
m L'Homme rompu, si asisten Haji Hamid menyelenggarakan pesta
wtemen dan mengatakan kepada Mourad: “Anda sudah kaya, sudah
di anggota klub ini...” (him. 121). ‘“ly,
mengingat bahwa L’Homme rompu bukan saduran saja dari Korupsi. Mab,
mula, Pram mengisahkan pengalaman seorang koruptor (cerita berlangsin,
selama 18 bulan dan berakhir pada saat Bakir menjadi kaya dan mapan dalay
kehidupannya yang baru); sebaliknya, L Homme rompu berlangsung Sekitay
tiga bulan saja, waktu tokoh utama terjerumus ke dalam dunia korupsi, Laly
akhir cerita: secara simbolis, akhir novel Korupsi bernilai moral, karena Baki,
ditahan dan diadili; secara simbolis pun, akhir L'Homme rompy bersifay
amoral, karena tidak ada tanda bahwa para koruptor Perlu khawatir’s_
samping itu, waktu menggambarkan masyarakat Maroko di awal tahun 199),
Tahar Ben Jelloun memasukkan ke dalam ceritanya banyak unsur yang tiday
ada padanannya dalam novel Pram, antara lain sejumlah besar tokoh ban
- (direktur, sekretaris, ayah, ibu mertua, empat teman, pemilik toko
empah-re1 pengacara, perawat); kehidupan seksual Mourad: Pemikiran
agama; seleranya pada filsafat (Nietzche, Schopenhauer,
); Komisi inspeksi; penyakit psikosomatis Mourad: mesin
valeniaie!
satu unsur-unsur kemiripan dan melihat
en Jelloun, karyanya, dan proses Penciptaan
a mengerti mengapa ia secara pribadi merasa
nengapa ia menganggap wajar atau penting
ir tertentu dan mengganti unsur-unsur lain
ez tahun 1944. Ia belajar mengaji di sebuah
fan dwibahasa (Prancis dan Arab) sejak
menengah, ia melanjutkan pendidikannya
urjana Muda) filsafat (dalam bahasa Prancis)
filsafat selama tiga tahun. Ia telah terlibat
i pendidikannya, tahun 1966-1967, ia pernah
ebuah lembaga pemasyarakatan tentara, oleh
ayap kiri”. Tahun 1971, ia pergi ke Prancis
si, dan menetap di sana sejak saat itu.
bitkan di Maroko; sejak tahun 1972.
ing Prancis, mula-mula dengan sejumlah
‘Seakan memberi suatu kesimpulan pada masin’
Si, sebuah kesimpulan optimis karena kejahata
pu. sebuah kesimpulan pesimis karena tid:h
tlaku. Beberapa kritikus Maroko mencela Tah"
npa rasa penyesalan.
» Arla, 1994), terdapat beberapa butir informs!
* Pemasyarakatan (him, 26-29), serta tentar?
etumlah novel (Harrouda, La wri
les, Tesisnya dalam bidang psikolog