You are on page 1of 10

Jurnal Anestesiologi Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA

Pemilihan Anestesi Regional dan Anestesi Umum Untuk


Pasien COVID-19 Sebagai Upaya Mengurangi Risiko
Penularan
Selection of Regional Anesthesia and General Anesthesia For COVID-19
Patients As an Effort to Reduce Transmission Risk
Widya Istanto Nurcahyo, Gatot Nurbianto

Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran, Universitas


Diponegoro/RSUP Dr. Kariadi, Semarang, Indonesia

Korespondensi: widya_istanto2@yahoo.com

ABSTRACT
Coronavirus disease (COVID-19) is a pandemic that was declared by Wolrd Health
Organization on March 11, 2020. This pandemic quickly spread throughout the world.
With this pandemic, health workers and services are taking certain steps in dealing with
this change. In the operating room, an anesthetist is required to increase actions that are
preventative and adjust anesthesia practices for each patient. It is hoped that, by
minimizing the majority of aerosol-producing procedures that usually occur during
general anesthesia, the anesthesiologist is able to reduce exposure to the patient's
respiratory secretions and the risk of perioperative transmission of the virus to health
workers and other patients. General anesthesia with airway intervention and airway
manipulation leads to aerosol formation, which increases the risk of COVID-19
contamination in the operating room and significantly exposes health professionals to
COVID-19 infection during tracheal intubation and extubation. Therefore, the
administration of regional anesthesia may be key during this pandemic, because it can
reduce the need for general anesthesia and the associated risks of procedures that
produce aerosols. However, guidelines on the safe performance of general and regional
anesthesia given the COVID-19 pandemic are limited. The writing of this literature
review aims to provide an overview and input on the management of general and regional
anesthesia in the era of the COVID-19 pandemic.

Keywords: aerosol; COVID-19; personal protective equipment; regional anesthesia;


transmission

Volume 12, Nomor 2, Tahun 2020 37


Jurnal Anestesiologi Indonesia

ABSTRAK
Penyakit coronavirus (COVID-19) adalah sebuah pandemik yang dinyatakan oleh World
Health Organization pada tanggal 11 Maret 2020. Pandemi ini dalam waktu singkat
menyebar ke seluruh dunia. Dengan adanya pandemi ini, tenaga dan pelayanan kesehatan
melakukan langkah-langkah tertentu dalam menghadapi pandemik ini. Di ruang operasi,
seorang ahli anestesi diharuskan untuk meningkatkan tindakan-tindakan yang bersifat
mencegah dan menyesuaikan praktik-praktik anestesi untuk setiap pasien. Diharapkan,
dengan meminimalisir sebagian besar prosedur yang menghasilkan aerosol yang
biasanya terjadi selama anestesi umum, ahli anestesi mampu mengurangi pajanan
terhadap sekret atau droplet pernapasan pasien dan risiko penularan virus secara
perioperatif ke petugas-petugas kesehatan dan pasien-pasien lainnya. Anestesi umum
dengan intervensi jalan napas serta manipulasi jalan napas yang menyebabkan
pembentukan aerosol, yang dapat meningkatkan risiko kontaminasi COVID-19 di ruang
operasi dan secara signifikan dapat menyebarkan pada tenaga kesehatan terhadap infeksi
COVID-19 selama intubasi dan ekstubasi trakea. Karena itu, penggunaan anestesi
regional menjadi kunci selama pandemi ini, karena dapat mengurangi kebutuhan untuk
anestesi umum dan risiko terkait dari prosedur yang menghasilkan aerosol. Namun,
pedoman tentang kinerja aman anestesi umum dan regional mengingat pandemi COVID-
19 terbatas. Penulisan tinjauan pustaka ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan
masukan pada manajemen anestesi umum dan regional pada era pandemi COVID-19.

Kata Kunci: aerosol; alat perlindungan diri; anestesi regional; COVID-19; penyebaran

PENDAHULUAN 35.449. Hingga saat ini, total 131 pasien


Penyakit coronavirus (COVID-19) di RSUP Dr. Kariadi Semarang
dinyatakan sebagai pandemik oleh dinyatakan sembuh dan pulang,
World Health Organization pada 11 sedangkan 16 orang dinyatakan
Maret 2020 karena penyebaran virus ini meninggal.1
di seluruh dunia sangat cepat, sehingga
memicu peningkatan tanggap darurat di Mengurangi jumlah prosedur bedah
seluruh dunia. Manifestasi klinis yang dapat memberikan waktu bagi petugas
ditimbulkan virus ini sangat bervariasi, tenaga kesehatan untuk memprediksi
dengan sebagian besar pasien memiliki peningkatan jumlah pasien dengan
gejala saluran pernapasan. Sebuah COVID-19, mengecek stok alat
penelitian terhadap 1.099 pasien dengan pelindung diri (APD) yang ada dan
COVID-19 menunjukkan bahwa 19% merencanakan tim kerja dengan tepat,
mengalami sesak napas, 41% terutama karena adanya kemungkinan
membutuhkan bantuan oksigen, 5% petugas-petugas kesehatan yang akan
mengalami sakit kritis, dan 2,3% dikarantina setelah kontak. Semua
membutuhkan ventilator.1 Berdasarkan operasi elektif harus ditunda untuk
laporan terkahir sebaran kasus COVID- mengurangi risiko paparan pasien dan
19 di Jawa Tengah, Sabtu 30 Mei 2020, petugas layanan kesehatan terhadap
pasien yang dinyatakan positif sebanyak COVID-19. Oleh karena itu, pelayanan
1.434, Pasien Dalam Pengawasan (PDP) anestesi harus tersedia untuk operasi
sebanyak 5.493 orang, serta Orang yang bersifat gawat darurat.2
Dalam Pemantauan (ODP) sebanyak

Volume 12, Nomor 2, Tahun 2020 38


Jurnal Anestesiologi Indonesia

Selain itu, harus dilakukan pengawasan secara menyeluruh (lab darah,


secara ketat dan menyeluruh terhadap radiologi), skrining secara klinis tidak
kebersihan lingkungan, praktik kerja dapat dijadikan acuan untuk diagnosis
yang tepat, serta penggunaan APD yang pasien secara pasti terinfeksi.2
tepat, sesuai dengan rekomendasi dari
World Health Organization (WHO) dan Petugas kesehatan sangat rentan tertular
Pusat Pencegahan dan Pengendalian infeksi. Oleh karena itu, strategi untuk
Infeksi.1,2 meminimalkan pajanan dan risiko
penularan penyakit ke petugas kesehatan
PANDEMIK COVID-19 atau pasien di rumah sakit sangat
Penyakit COVID-19, secara resmi oleh penting. Pengaturan perioperatif dan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ruang gawat darurat dianggap sebagai
pada 11 Maret 2020 sebagai COVID-19, zona merah untuk penularan penyakit,
muncul dari Wuhan, Cina pada awal dan langkah-langkah untuk
Desember 2019. Sejak saat itu, Severe meminimalkan paparan dan penularan
acute respiratory syndrome akibat sangat penting di area ini.2,3
coronavirus 2 (SARS - CoV-2) yang
menyebabkan transmisi dari manusia ke TEKNIK ANESTESI REGIONAL
manusia melalui kontak, droplet, dan DAN ANESTESI UMUM
airborne. Pada tanggal 3 Maret 2020, Kelebihan anestesi regional dibandingkan
sebanyak 80.303 kasus terkonfirmasi dengan anestesi umum di era COVID-19
dan telah didokumentasikan di Penularan COVID-19 sering terjadi di
Tiongkok. Temuan bahwa SARS-CoV-2 rumah sakit, pemilihan teknik anestesi
sangat menular menyebabkan darurat regional pada saat operasi biasanya
kesehatan masyarakat berskala dianggap memberikan efek yang
internasional, sebagaimana dinyatakan optimal, namun dengan tindakan ini ahli
oleh WHO.1 anestesi memiliki risiko terpapar yang
sangat tinggi terhadap pasien yang
Angka kejadian yang mewakili jumlah dicurigai ataupun terkonfirmasi dengan
infeksi sekunder yang dihasilkan pada COVID-19. Secara garis besar, anestesi
orang yang terinfeksi, diperkirakan regional memiliki efek lebih sedikit
sebesar 2,6 ribu (95% CI 1,5-3,5). terhadap fungsi pernapasan
Namun, sebuah studi terbaru dibandingkan dengan anestesi umum.
menyarankan bahwa nilai kejadian dari Fungsi pernapasan ini secara teoritis
COVID-19 dapat mencapai sebesar 5,7 dapat mengurangi komplikasi paru pasca
ribu. Dalam upaya untuk membatasi operasi pada pasien COVID-19, yang
penyebaran infeksi pada sumber daya mungkin telah mengalami penurunan
kesehatan, termasuk tim medis, ruang fungsi pernapasan, pneumonia maupun
operasi dan mesin anestesi, prosedur sindrom gangguan pernapasan akut.1,3
bedah elektif telah ditunda di banyak
negara. Namun, pelayanan anestesi Selama pandemik COVID-19, persiapan
masih diperlukan untuk operasi-operasi anestesi dan operasi melibatkan skrining
yang bersifat darurat.1 pada seluruh pasien dalam menentukan
status COVID-19. Jika penyebaran di
Sekitar 80% dari individu yang terinfeksi lingkungan rendah dan pasien tidak
muncul tanpa atau dengan gejala infeksi menunjukkan gejala, atau jika hasil tes
pernapasan ringan. Dengan tidak adanya COVID-19 negatif, maka anestesi
pemeriksaan penunjang terhadap pasien regional dapat diberikan dengan

Volume 12, Nomor 2, Tahun 2020 39


Jurnal Anestesiologi Indonesia

mengikuti pedoman yang sudah ada al. dengan menggunakan ropivacaine,


seperti sebelum pandemik. Jika didapatkan bahwa anestesi spinal tidak
penyebaran infeksi COVID-19 di memiliki dampak buruk selama periode
lingkungan tersebut signifikan, maka intraoperatif. Perubahan pada jumlah
semua pasien tanpa gejala harus leukosit setelah operasi dan anestesi
dianggap positif COVID-19 jika tidak spinal tidak memperburuk hasil pasien
terdapat pemeriksaan penunjang yang COVID-19 dengan pneumonia. 3
sedang dilakukan atau sedang menunggu
hasil tes.2 Meskipun teknik anestesi regional
memiliki keunggulan terhadap pasien
Manipulasi jalan napas dikaitkan dengan dengan COVID-19, terdapat beberapa
risiko tinggi penularan COVID-19 pertimbangan dalam menentukan teknik
bertujuan untuk meminimalisir paparan anestesi itu sendiri dan perlu dilakukan
aerosol. Anestesi regional dapat menjadi penelitian lebih lanjut, beberapa
pilihan terbaik dalam memberikan alasannya adalah sebagai berikut:9 (1)
tindakan anestesi, karena dapat Gangguan koagulasi, yang mana sering
memberikan alternatif rencana tindakan terjadi pada pasien yang terinfeksi
anestesi yang aman dengan menghindari COVID-19 berat; (2) Fungsi miokard
prosedur tindakan yang menghasilkan dapat menyulitkan prosedur anestesi; (3)
aerosol. Kedua, mengingat kurangnya Penyebaran COVID-19 ke sistem saraf
obat-obatan anestesi selama pandemik pusat dapat menimbulkan keraguan
ini, anestesi regional dapat mengurangi terhadap keamanan anestesi
kebutuhan untuk obat penenang dan regional/spinal; (4) Perhatian khusus
hipnotik serta memanipulasi kurangnya harus diberikan pada pemeriksaan jalan
sumber daya dibandingkan dengan napas sebelum melakukan anestesi
anestesi umum.2,6 regional; (5) Pasien dengan COVID-19
memiliki perasaan yang lebih cemas
Penggunaan anestesi neuraksial dan blok daripada pasien bedah lainnya yang
saraf perifer dapat digunakan sebagai memasuki ruang operasi.
pilihan pertama untuk manajemen
anestesi pasien dengan dugaan infeksi Dalam pelaksanaan anestesi umum lebih
COVID-19. Pertimbangan yang cermat banyak berkaitan dengan tindakan medis
harus diberikan untuk memungkinkan yang menyebabkan terjadinya aerosol,
operasi dilakukan dibawah anestesi yang berisiko tinggi terjadinya penularan
regional. Kejadian yang tidak COVID-19. Hal ini termasuk
direncanakan dimana terjadi perubahan penggunaan nonrebrebreathing oxygen
intraoperatif dari anestesi regional mask, tindakan bronkoskopi, lavage
menjadi anestesi umum. Oleh karena itu, bronchoalveolar, tindakan intubasi,
dibutuhkan komunikasi yang sangat baik tindakan ekstubasi, tindakan suction
antara pasien, ahli anestesi dan tim jalan napas terbuka, terapi nebulisasi.
bedah.2,4 Seorang ahli anestesi harus didampingi
oleh satu orang asisten setiap saat dan
Anestesi spinal adalah anestesi pilihan selama prosedur tersebut, keduanya
untuk banyak prosedur bedah, harus memakai APD. Sehingga, anestesi
khususnya operasi caesar. Namun, umum juga lebih banyak menggunakan
apakah risiko anestesi spinal terhadap tenaga kesehatan, selain risiko
anestesi dilakukan pada pasien dengan paparannya yang tinggi.10,12
COVID-19 masih belum pasti. Zhong et

Volume 12, Nomor 2, Tahun 2020 40


Jurnal Anestesiologi Indonesia

PERSIAPAN PREOPERATIF ahli anestesi yang paling berpengalaman


Intubasi dan Kamar Operasi adalah ahli dalam jalan napas dan video
Intubasi pasien dengan COVID-19 atau laryngoscopy digunakan untuk
11,12
dengan kecurigaan COVID-19 adalah membatasi risiko pajanan.
prosedur berisiko tinggi karena
kedekatan petugas kesehatan dengan Oksigen Nasal dan Ventilasi Non
orofaring pasien dan paparan sekresi Invasif
saluran napas, yang dapat membawa WHO menyarankan bahwa High Flow
jumlah virus yang tinggi di jalan napas.8 Nasal Canul (HFNO) harus digunakan
Ketersediaan dan kesesuaian masker dan untuk pasien dewasa yang mengalami
respirator telah menjadi perdebatan gagal napas hipoksemia khusus yang
ilmiah. Sungkup wajah bedah tahan secara klinis tidak membutuhkan
cairan melindungi pemakai terhadap bantuan napas invasif dimana HFNO
semprotan cairan tubuh, sedangkan dapat mengurangi kebutuhan untuk
respirator N95, FFP2, dan FFP3 intubasi. Pasien yang menggunakan
dianggap melindungi pemakai terhadap HFNO harus berada di area yang
patogen aerosolis dan di udara. Dalam dipantau, dan ahli anestesi harus tersedia
studi laboratorium, masker FFP2 untuk intubasi pasien jika mereka
menyaring setidaknya 94% dari semua memburuk secara klinis, atau tidak
partikel yang berdiameter 0,3 μm atau membaik setelah uji coba singkat selama
lebih besar; Masker N95 memblokir 1 jam.13
setidaknya 95% dan masker FFP3
memblokir setidaknya 99%. Namun, Baik NIV dan HFNO harus
meta-analisis terbaru dari uji klinis dipertimbangkan sebagai prosedur
menunjukkan bahwa tidak ada aerosolis. Dispersi udara dengan
perbedaan yang signifikan secara Continuous Positive Airway Pressure
statistik dalam mencegah influenza atau (CPAP) dengan masker wajah penuh
infeksi virus pernapasan menggunakan dapat diabaikan pada ventilasi tekanan
respirator N95 dan masker bedah.9 rendah (5 cm H2O) dan tinggi (20 cm
H2O). CPAP dengan bantalan hidung
Sehubungan dengan intubasi, intubasi berkinerja lebih buruk dimana standar
dini harus dipertimbangkan untuk deviasi (SD) terjadi maksimum 207 mm
menghindari intubasi secara mendadak, pada tekanan 5 cm H2O, hingga jarak
dimana hal ini akan memberikan tim dispersi 332 mm pada tekanan 20 cm
kesehatan waktu yang memadai untuk H2O. Oleh karena itu pasien dengan
secara tepat mengenakan APD standar CPAP idealnya harus dirawat di fasilitas
tingkat III. Ahli anestesi profesional tekanan negatif dengan staf mengenakan
yang paling berpengalaman yang harus APD yang sesuai untuk kontaminasi
melakukan intubasi, dengan mengingat udara.12
bahwa jumlah orang yang ada di ruangan
harus diminimalkan dan spesifik dengan Perawatan Kritis
jumlah yang diperlukan untuk perawatan Solusi di ruang perawatan intensif (ICU)
yang memadai dan mendukung pasien bergantung pada isolasi pasien menular
yang membutuhkan.10 Seorang di ruang sisi tekanan netral atau negatif,
‘volunteer’ harus membantu tim dimungkinkan dengan ruangan
intubasi. Strategi untuk menargetkan bertekanan negatif. Solusi teknik ini
upaya intubasi pertama yang paling memungkinkan fleksibilitas dalam
berhasil secara logis menentukan bahwa manajemen klinis ventilasi untuk pasien

Volume 12, Nomor 2, Tahun 2020 41


Jurnal Anestesiologi Indonesia

yang terinfeksi, termasuk prosedur penutup plastik. Perangkat USG


penghasil aerosol seperti NIV dan genggam lebih disukai daripada unit
HFNO.10 sejenisnya yang lebih besar untuk pasien
dicurigai atau terkonfirmasi COVID-19.
Dampak pada suplai oksigen untuk Jika menggunakan mesin ultrasonik
penggunaan NIV secara luas berbasis troli, peralatan-peralatan
kemungkinan akan cukup besar. tambahan seperti keranjang dan printer
Beberapa modalitas ventilasi noninvasif harus dilepas. Kemasan gel ultrasound
sangat membutuhkan oksigen, sekali pakai lebih disukai daripada botol
menggunakan aliran tinggi untuk jelly multifungsi. Membawa troli dengan
memberikan tekanan inspirasi. Setelah obat-obatan dan peralatan ke ruang
perangkat ini digunakan di atas prosedur harus dicegah. Jumlah personil
kebutuhan dasar ditambah peningkatan yang hadir selama pelaksanaan prosedur
penggunaan ventilator, laju aliran harus diminimalkan.2,15
maksimum melalui penyimpanan
oksigen Vacuum Insulated Evaporators
(VIE) dapat dengan cepat dicapai. Hal
ini mengakibatkan terganggunya
distribusi oksigen ke seluruh rumah sakit
mulai dari lokasi yang paling jauh ke
regulator disebabkan penyebaran virus,
dengan satu-satunya solusi adalah
membatasi jumlah perangkat yang
menarik oksigen melalui regulator atau
menggunakan peralatan yang lebih
efisien.12 Gambar 2. Layar dan kontrol mesin
ultrasonografi dilindungi dengan
Peralatan penutup plastik sekali pakai untuk
Hanya peralatan dan obat-obatan yang mencegah kontaminasi dan untuk
diperlukan yang harus dibawa ke ruang memudahkan desinfeksi pascaprosedur.1
operasi untuk mencegah kontaminasi
dan pemborosan sumber daya. Peralatan
tambahan yang diperlukan yang awalnya
tidak diantisipasi dapat diperoleh
melalui 'volunteer diluar ICU'.
‘Volunteer diluar ICU’ biasanya adalah
perawat anestesi yang terlatih. Peralatan
sekali pakai harus menjadi pilihan utama
selama pandemik ini.1,14,15

Meminimalisir jumlah peralatan di


dalam ruangan dengan lebih
memprioritaskan alat-alat yang paling Gambar 3. Probe ultrasonik ditutupi
penting, dan lindungi peralatan dengan dengan selongsong plastik sekali pakai
penutup plastik selama prosedur. di sepanjang seluruh bagiannya,
Peralatan ultrasonografi, termasuk sehingga setiap bagian probe yang
transduser ultrasonik harus dilindungi berpotensi bersentuhan dengan pasien
dari kontaminasi dengan menggunakan
terlindungi.1
Volume 12, Nomor 2, Tahun 2020 42
Jurnal Anestesiologi Indonesia

PERSIAPAN INTRAOPERATIF langsung untuk mencegah kontaminasi


Sedasi harus digunakan dengan hati-hati pada monitor pasien.1,2
pada pasien COVID-19 karena pasien
mungkin memiliki masalah pada saluran Berdasarkan jurnal Lie et al, mereka
pernapasan sebagai akibat dari mencoba menghubungkan konektor pipa
pneumonia COVID-19. Oksigenasi dan endotrakeal (ETT) 15-mm dan filter
ventilasi harus dipantau secara ketat jika pertukaran panas dan uap air (HEPA)
pasien akan dibius.1 efisiensi tinggi (HME) baik secara
Kehadiran infeksi COVID-19 bukan langsung ke masker wajah sederhana
merupakan kontraindikasi untuk atau diselingi oleh segmen potongan dari
melakukan anestesi regional, karena ia pipa hisap. Jalur pengambilan sampel
bukan prosedur yang menghasilkan CO2 kemudian dihubungkan ke HEPA
aerosol. Trombositopenia harus HME sehingga gas sampel disaring dan
disingkirkan dalam tahap perencanaan pelacakan CO2 dapat diperoleh untuk
teknik ini. Meskipun direkomendasikan memantau laju pernapasan, atau laju
bahwa pemantauan karbon dioksida pernapasan dapat dipantau dengan
(CO2) harus segera tersedia untuk setiap observasi secara klinis dan penilaian
pasien yang menjalani sedasi, seseorang oleh ahli anestesi atau dengan sistem
harus menghindari menghubungkan elektrokardiogram yang menggunakan
jalur pengambilan sampel CO2 secara plethysmography impedansi.1

Gambar 4. Pengaturan pemantauan kapnografi. A) Konektor tabung endotrakeal 15-mm


bersama-sama dengan penukar/filter panas dan kelembaban dihubungkan ke masker
wajah sederhana. Jalur pengambilan sampel karbon dioksida (CO2) kemudian
dihubungkan ke penukar panas dan kelembaban. B) Dalam pengaturan alternatif, bagian
potongan kateter isap disisipkan di antara masker wajah sederhana dan konektor tabung
endotrakeal. C) Kedua pengaturan memungkinkan untuk mendapatkan pemantauan
terhadap CO2 dan memonitoring gerakan pernapasan.2,3

PERSIAPAN PASCAOPERATIF dengan jelas. Mesin ultrasound harus


Setelah prosedur pembedahan, pasien dibersihkan dengan tisu/kain dengan
harus tetap berada di dalam ruang operasi menggunakan disinfektan. Kemudian
yang sama untuk pemulihan pasca- harus dibiarkan berada di dalam ruang
anestesi, demi mencegah kontaminasi di operasi untuk diberikan radiasi
area kamar operasi lainnya.1,7,16 ultraviolet C atau penguapan hidrogen
Lembaran plastik yang menutupi mesin peroksida sebelum digunakan pada
ultrasound harus dilepas dan dibuang ke pasien lain.1,7,16
tempat sampah biohazard berlabel

Volume 12, Nomor 2, Tahun 2020 43


Jurnal Anestesiologi Indonesia

MANAJEMEN KOMPLIKASI TERKAIT Operator yang paling berpengalaman


ANESTESI REGIONAL harus melakukan blok dan ujung jarum
Sebelum dimulainya operasi, blok harus harus selalu divisualisasikan untuk
diuji untuk memastikan kondisi operasi mencegah pneumotoraks. Paralisis
yang optimal sehingga menghindari diafragma terjadi karena efek
terjadinya perubahan menjadi anestesi penghambatan anestesi lokal pada saraf
umum secara tiba-tiba ketika operasi frenikus atau akar sarafnya dari C3-5.
sudah berlangsung. Ahli anestesi dapat Berbagai metode dapat diadopsi untuk
ditekan untuk segera menggunakan meminimalkan terjadinya kelumpuhan
PAPR dan beralih ke anestesi umum, diafragma. Tindakan ini merubah dosis
yang menyebabkan meningkatnya risiko anestesi lokal melalui volume dan
pelanggaran kontrol infeksi yang tidak konsentrasi atau tempat injeksi dan
disengaja. Oleh karena itu, ahli anestesi teknik dalam blok interskaleni, atau
dapat memilih untuk tidak menggunakan melakukan teknik anestesi regional yang
PAPR (atau APD serupa yang digunakan sama sekali berbeda seperti blok
untuk intubasi) bahkan ketika melakukan supraskapular atau infraklavikular.11.17
blok, sehingga dapat merespons keadaan
darurat intraoperatif dengan cara yang RINGKASAN
tepat waktu namun aman. Jika kebutuhan Penggunaan anestesi regional selama
untuk dilakukannya perubahan ke pandemi COVID-19 menjadi metode
anestesi umum terjadi, ahli anestesi harus anestesi pilihan utama apabila
mengikuti pedoman APD dan memungkinkan. Selain memiliki banyak
menggunakan teknik induksi yang manfaat dalam pencegahan komplikasi
mengurangi pembentukan aerosol pascaoperasi, teknik regional yang tepat
seminimal mungkin.11 dapat menjaga fungsi pernapasan dan
menghindari aerosolisasi dan
Jika pasien menunjukkan tanda-tanda instrumentasi jalan napas untuk
dan gejala terjadinya Local Anesthetic mencegah penularan virus ini. Pemilihan
Systemic Toxicity (LAST), rencana anestesi regional yang matang
kegawatdaruratan harus ditegakkan dan untuk manajemen pasien yang terinfeksi
memanggil bantuan lebih awal, karena dalam keadaan ‘new normal’ ini akan
dibutuhkan waktu untuk personil memastikan hasil terbaik untuk pasien
tambahan melindungi dirinya sendiri dan tim manajemen perioperatif.
secara tepat dengan APD/PAPR sebelum
memasuki ruang resusitasi. Manajemen DAFTAR PUSTAKA
LAST harus mengikuti pedoman yang 1. Lie, S. A., Wong, S. W., Wong, L. T.,
ada saat ini. Troli obat anestesi yang Wong, T. G. L., & Chong, S. Y.
mengandung obat resusitasi standar dan (2020). Practicalconsiderations for
troli defibrillator harus didorong untuk performing regional anesthesia:
digunakan dalam resusitasi pasien.17 lessons learned from the COVID-
19pandemic. Canadian Journal of
Beberapa komplikasi yang terjadi pada Anesthesia/Journal
saat blok pleksus brakialis termasuk CanadienD’anesthésie. doi:10.1007/
pneumotoraks dan keterlibatan saraf s12630-020-01637-0.
frenikus yang menyebabkan kelumpuhan 2. Uppal, V., Sondekoppam, R. V.,
diafragma, yang mana dapat Landau, R., El‐Boghdadly, K.,
menyebabkan gangguan pernapasan Narouze, S., & Kalagara, H. K. P.
lebih lanjut pada pasien COVID-19. (2020). Neuraxial anaesthesia and

Volume 12, Nomor 2, Tahun 2020 44


Jurnal Anestesiologi Indonesia

peripheral nerve blocks during the Based Med. 13 March 2020 doi:
COVID‐19 pandemic: a literature 10.1111/jebm.12381.
review and practice recommendations. 10. British Thoracic Society and NHS
Anaesthesia. doi:10.1111/anae.1510 England . 26 March 2020. Clinical
3. Zhong, Q., Liu, Y. Y., Luo, Q., Zou, guideline for the use of non-invasive
Y. F., Jiang, H. X., Li, H., … Zhang, ventilation in adult patients
Z. Z. (2020). Spinal anaesthesia for hospitalised with suspected or
patients with coronavirus disease confirmed Coronavirus during the
2019 and possible transmission rates Coronavirus
in anaesthetists: retrospective, pandemic.https://www.england.nhs.
single-centre, observational cohort uk/coronavirus/publication/specialty
study. British Journal of -guides/
Anaesthesia. 11. Herman, J. A., Urits, I., Kaye, A. D.,
4. Perhimpunan Dokter Anestesiologi Urman, R. D., & Viswanath, O.
dan Terapi Intensif. Buku (2020). COVID-19: General
Pedoman Penanganan Pasien Kritis anesthesia precautions. Journal of
COVID-19. April, 2020. Clinical Anesthesia,
5. Macfarlane AJR, Harrop-Griffiths 109840. doi:10.1016/j.jclinane.2020.
W, Pawa A, Regional Anaesthesia 109840
and COVID-19: first choice at last?, 12. Odor PM, Neun M, Bampoe S, Clark
British Journal of Anaesthesia, S, Heaton D, et al. Anaesthesia and
https://doi.org/10.1016/j.bja.2020.05 COVID-19: Infection Control. Br J
.016. Anaesth. 2020 Apr 8
6. Abdelrahman, T., Beamish, A., 13. World Health Organisation. Clinical
Brown, C., Egan, R., Evans, T., Ryan management of severe acute
Harper, E. Williams, A. (2020). respiratory infection (SARI) when
Surgery during the COVID-19 COVID-19 disease is suspected.
pandemic: operating room Available from:
suggestions from an international who.int%2Fdocs%2Fdefault-
Delphi process. British Journal of source%2Fcoronaviruse%2Fclinical
Surgery. doi:10.1002/bjs.11747 -management-of-novel-
7. London M, et al. Coronavirus disease cov.pdf%3Fsfvrsn%3Dbc7da517_1
2019 (COVID-19): Anesthetic 0%26download%3Dtrue&usg=AOv
concerns, including airway Vaw0JbOwYIBw1OP7JHcMdti4s
management and infection control. Interim Guidance
UpToDate, Wolters Kluwer. Mei 14. Bampoe, S., Odor, P.M., Lucas,
2020. D.N., Novel coronavirus SARS-
8. Wang Y., Wang Y., Chen Y., Qin Q. CoV-2 and COVID-19. Practice
Unique epidemiological and clinical recommendations for obstetric
features of the emerging 2019 novel anaesthesia: what we have learned
coronavirus pneumonia (COVID-19) thus far, International Journal of
implicate special control Obstetric Anesthesia (2020), doi:
measures. J Med Virol. 5 March https://doi.org/10.1016/j.ijoa.2020.0
2020 doi: 10.1002/jmv.25748 4.006
9. Long Y., Hu T., Liu L. Effectiveness 15. Abdelrahman, T., Beamish, A.,
of N95 respirators versus surgical Brown, C., Egan, R., Evans, T., Ryan
masks against influenza: a systematic Harper, E. Williams, A. (2020).
review and meta-analysis. J Evid Surgery during the COVID-19

Volume 12, Nomor 2, Tahun 2020 45


Jurnal Anestesiologi Indonesia

pandemic: operating room Columbia. J Anesth Perioper Care.


suggestions from an international 2020 May;1(1):107
Delphi process. British Journal of 17. Mendes A, Penedos C, Rodrigues L,
Surgery. doi:10.1002/bjs.11747 Varandas J, et al. The role of
16. Mehmood R, Mansoor Z, Rashid F, locoregional anesthesia in covid
Mehmood S. Guidelines for pandemic. Acta Med Port. 2020.
Anesthesia During COVID-19 https://doi.org/10.20344/amp.13853
Pandemic in a Hospital in British

Volume 12, Nomor 2, Tahun 2020 46

You might also like