You are on page 1of 16

KAJIAN KEMANDIRIAN KEUANGAN

BADAN LAYANAN UMUM DAERAH


TERHADAP PELAYANAN PUBLIK SELAMA
PANDEMI

JURNAL
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akuntansi Sektor Publik

Disusun :
Dwi Indah Rahmawati
4320600159

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS PANCASAKTI
KAJIAN KEMANDIRIAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
TERHADAP PELAYANAN PUBLIK SELAMA PANDEMI

ABSTRACT
Financial independence can increase the level of public health, so the role of the
hospital as a public body is absolutely necessary. Therefore, this study aims to clarify
about the COVID19 pandemic affecting the financial independence of the
Public/Regional Service Agency (BLU/D). This research was conducted at two
regional public hospitals owned by the Government in Brebes Regency, namely
Bumiayu Hospital and Brebes Hospital. The method used is secondary data in the form
of hospital patient visit data, financial reports, and the results of the Community
Satisfaction Index (CMI) survey. The approach of the research is to use a non-
empirical quantitative approach and a comparative descriptive approach that is useful
in providing a comparison of the financial independence status of hospitals that
function as Public/Regional Service Agencies (BLU/D) both before and after the
COVID19 pandemic in the territory of Indonesia. This study obtained results showing
that the COVID19 pandemic in general had several positive impacts on financial
autonomy and services in the regional health sector. During the pandemic, the number
of patient visits decreased, but community satisfaction with hospital services increased.
Because the quality of hospital services is one factor in the occurrence of community
satisfaction.

Keyword: Independence of Financial; COVID19; Service Quality; BLUD

ABSTRAK
Kemandirian keuangan dapat meningkatkan tingkat derajat kesehatan masyarakat,
maka peran dari rumah sakit sebagai badan publik mutlak sangat diperlukan. Maka
dari itu, Penelitian bertujuan mengklarifikasi tentang pandemi COVID19
mempengaruhi kemandirian finansial terhadap Badan Layanan Umum /Daerah
(BLU/D). Penelitian ini dilaksanakan pada dua rumah sakit umum daerah milik
Pemerintah di Kabupaten Brebes, yaitu RS Bumiayu serta RS Brebes. Metode yang
digunakan dengan data sekunder berbentuk data kunjungan pasien rumah sakit,
laporan keuangan, serta hasil survei Community Satisfaction Index (CMI).
Pendekatan dari penelitian adalah dengan menggunakan pendekatan kuantitatif non
empiris dan pendekatan deskriptif komparatif yang berguna memberikan
perbandingan status kemandirian finansial rumah sakit yang berfungsi sebagai
Badan Layanan Umum /Daerah (BLU / D) baik sebelum maupun sesudah pandemi
COVID19 di wilayah Indonesia. Penelitian ini memperoleh hasil memperlihatkan
bahwa pandemi COVID19 secara umum mempunyai beberapa dampak positif
terhadap otonomi keuangan serta pelayanan pada bidang kesehatan daerah. Pada
masa selama pandemi, jumlah kunjungan pasien menurun, tapi kepuasan masyarakat
terhadap pelayanan rumah sakit meningkat. Dikarenakan kualitas pelayanan rumah
sakit adalah salah satu faktor terjadinya kepuasan masyarakat.

Kata kunci: Kemandirian Keuangan; COVID19; Kualitas Pelayanan, BLUD

PENDAHULUAN
Kemandirian finansial institusi adalah salah satu tujuan dari otonomi institusional.
Adanya otonomi kelembagaan seharusnya membuat rumah sakit menjadi mandiri. Untuk
mencapai otonomi dan akuntabilitas kelembagaan yang sejati, diperlukan wewenang dan
juga kemampuan untuk menemukan berbagai sumber pembiayaan yang didukung dengan
keseimbangan keuangan pemerintah pusat, provinsi, kabupaten serta kota merupakan
syarat di dalam sistem kelembagaan pemerintah (Bratakusumah dan Solihin, 2001 : 169).
Selain itu, jika ada kemandirian yang dapat meningkatkan tingkat derajat
kesehatan masyarakat, maka peran dari rumah sakit sebagai badan publik mutlak sangat
diperlukan. Di tahun 2011, status seluruh rumah sakit umum akan berubah menjadi
organisasi Badan Layanan Umum /Daerah (BLU /D). Yang Bertujuan supaya RS dapat
melakukan pemberian pelayanan publik yang efisien, transparan, optimal dan efektif
sesuai dengan prinsip bisnis sehat untuk mencapai yang menjadi tujuan dari pemerintah,
dengan tetap menghormati tentang prinsip yang menjamin pemberian keadilan,
kelayakan, serta kenyamanan. Penerapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum/ Daerah (PPKBLU/D) saat ini berada di bawah aturan Permendagri No. 79 pada
tahun 2018 mengenai Badan Peayanan Publik Daerah serta PMK No.129/PMK.05/2020
mengenai Pedoman Pengelolaan BLU / D.
BLU / D berfungsi penyedia utilitas mempunyai peran yang sangat penting di
dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaiknya kepada masyarakat. Selain itu, BLU
/D juga memiliki peran sebagai unit kerja yang akan memberikan pelayanan publik serta
pengelolaan keuangan rumah sakit serta tidak dapat dipisahkan dari organisasi induknya
(Juliani, 2018). Pengenalan terhadap PPKBLU diharapkan dapat meningkatkan kinerja
secara optimal bagi pegawai untuk meningkatkan pendapatan bagi rumah sakit tersebut.
Dengan adanya peningkatan pendapatan juga dapat meningkatkan kemandirian finansial
serta dapat memungkinkan adanya pengadaan pada obat-obatan serta alat kesehatan yang
saat ini dibutuhkan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di wilayah
kabupaten brebes (Punitha et al., 2003).
Menurut Penelitian terdahuku pelaksanaan PPKBLU/D telah mencapai efisiensi
yang belum optimal dikarenakan masih terdapatnya konflik kepentingan antar partai
politik, budaya birokrasi pemerintah juga sangat kuat, maka dari itu masyarakat belum
bisa merasakan manfaat dari BLU/D. Lalu, Apa manfaat optimalnya? Tinjauan BLU /D
tidak dapat menyangkal keadaan bahwa sumber daya manusia merupakan faktor
terpenting bagi keberhasilan suatu pelaksanaan BLU /D. Kurangnya dalam memahami
faktor kepemimpinan masing-masing unit kerja menjadi penyebab tidak efektifnya
pelaksanaan PPKBLU. Analisis Kinerja BLU/D merupakan salah satu kemungkinan yang
dapat dilakukan secara efektif, efisien dan juga optimal.
Untuk mengevaluasi kinerja keuangan dalam rumah sakit, maka harus
dilaksanakannya berbagai analisis kinerja keuangan rumah sakit terutama atas dasar
ukuran independensi rumah sakit itu sendiri. Matrik kemandirian merupakan hal yang
sangat cocok untuk mengukur kinerja keuangan BLU/D rumah sakit, BLU/D dapat
mandiri dalam mengelola pendapatan dan sumber daya lain yang tersedia, sehingga
BLU/D dapat melakukan pendanaan ataas operasional kegiatannya. Adapun beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi tingkat derajat independensi. Hal ini sesuai dengan
adanya beberapa penelitian terdahulu. Termasuk pada penelitian (Candrasari et al., 2018),
independensi pelayanan yang diukur oleh BTO sangat berdampak signifikan terhadap
kemandirian finansial rumah sakit. Selain itu (Tama, 2019), menurutnya usia rumah sakit
tidak berbanding lurus terhadao kemandirian ekonomi rumah sakit, dan tingkat kepuasaa
masyarakat yang diukur dengan skala enam indikator justru dapat mempengaruhi
kemandirian rumah sakit. Investigasi di atas mengungkapkan bahwa banyak faktor yang
mempengaruhi kemandirian finansial rumah sakit dari pejabat setempat, tetapi hasilnya
mungkin berbeda jika investigasi dilakukan selama pandemi COVID19 saat ini. Dari
pembahasan di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji kinerja keuangan rumah sakit
berstatus BLU/BLUD selama masa pandemi COVID19 dengan melihat derajat
kemandirian ekonomi.
Penghitungan dalam kemandirian keuangan merupakan salah satu cara menilai
kemampuan rumah sakit dalam membiayai seluruh kegiatan BLU/D. Kualitas
kemandirian finansial sangatlah tergantung pada pokok BLU/D serta tingkat pendapatan
transfer. Dikarenakan Semakin tinggi pokok atau pendapatan, maka semakin rendah
pendapatan transfer dan juga semakin tinggi kualifikasi pengusaha BLU/D. Pendapatan
rumah sakit yang tinggi tidak lepas dari bagaimana kualitas pelayanan dari rumah sakit
yang prima dan juga kepercayaan masyarakat. Adanya klaim bahwa kepuasan pasien
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor: keandalan, kerelavan, daya tanggap, dan juga
bukti fisik. Keempat faktor ini saling terkai sesuai dengan penelitian (Suryani, 2018) juga
menunjukkan adanya kepuasan dari pasien sangat dipengaruhi oleh pelayanan yang
diberikan oleh RSUD. Kepuasan pada pasien yang tinggi pasti akan berbanding lurus
dengan pemberian kualitas pada pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit tersebut.
Hampir semua industri terkena dampak pandemi COVID19, bukan hanya
kesehatan dalam hal ini rumah sakit, tetapi juga sektor bisnis. Dalam menghadapi situasi
tersebut, Presiden Republik Indonesia Bapak Joko Widodo mengeluarkan Keputusan
No.4 tahun 2020 untuk mengatasai pandemi COVID19 yang dimana fokus akan lebih
besar pada anggaran untuk menangani COVID19. Selain itu, Pemerintah sebagai
pengambil kebijakan, akan mengambil langkah-langkah di bidang kesehatan, antara lain
mempercepat rekrutmen tenaga kesehatan tanpa ASN, serta memberikan insentif
terhadap tenaga kesehatan, dan mengefisienkan proses penanganan isolasi mandiri
COVID19. Oleh karena itu, peneliti bertujuan mengetahui lebih dalam mengenai apa saja
dampak pandemi COVID19 terhadap kemandirian ekonomi, kepercayaan masyarakat,
dan juga kualitas pelayanan publik daerah di bidang kesehatan terutama kabupaten
Brebes.

KERANGKA TEORITIS
a. Grand Theory Resource-Based View Theory
Teori manajemen strategis dan merupakan keunggulan kompetitif bagi lembaga yang
percaya bahwa lembaga akan mencapai keunggulan jika mereka memiliki sumber daya
yang tepat. Dengan adanya sumber daya yang unggul tersebut, instansi pasti dapat
melaksanakan strategi bisnis yamg hendak diraih, sehingga memberikan keunggulan
kompetitif. Kemandirian finansial pada RS merupakan ukuran kinerja rumah sakit
dalam mengelola keuangannya agar rumah sakit tidak selalu bergantung pada dukungan
pemerintah. Badan pelayanan publik diciptakan dengan tujuan agar dapat mengelola
keuangannya sendiri, yang menjelaskan bahwa rumah sakit harus mampu mengelola
sumber dayanya secara efektif, efisien dan optimal. Dengan mengoptimalkan sumber
daya, agen dapat menjalankan strategi bisnisnya sehingga tujuan yang diinginkan dapat
tercapai.

b. Kemandirian Rumah Sakit


Kemandirian keuangan rumah sakit (otonomi keuangan) menunjukkan kemampuan
rumah sakit untuk mendanai sendiri operasi, pengembangan, dan pelayanannya kepada
masyarakat pembayar royalti sebagai sumber pendapatan rumah sakit. Otonomi rumah
sakit merupakan salah satu alat untuk mengukur kinerja keuangan rumah sakit.
Kemandirian keuangan rumah sakit dihitung dengan membagi total pendapatan rumah
sakit dengan total pendapatan transfer dari pemerintah pusat dan negara bagian dan
jumlah pinjaman rumah sakit (Mahmudi, 2007). Semakin mandiri rumah sakit maka
semakin tinggi kemandirian finansial rumah sakit tersebut.

c. Tipe Rumah Sakit


Association for Hospital Care (Azwar, 1996) menyatakan bahwa rumah sakit
merupakan pusat pelayanan kesehatan masyarakat, pendidikan dan penelitian
kedokteran. Jenis Rumah Sakit yaitu Kelas A, B, C, D, E. Jenis Rumah Sakit Rumah
Sakit dapat dibedakan menjadi beberapa kategori menurut jenisnya, yaitu:
1. Kategori A: Dilengkapi dengan fasilitas mekanis dan kapasitas untuk layanan
kesehatan khusus yang berbeda dan subspesialisasi yang berbeda Contoh: Ph.D.
Rumah Sakit Umum Cipto Mangunkusumo, Rumah Sakit PAD Gatot Soebroto,
Rumah Sakit Jiwa Jakarta.
2. Kategori BII: Keterbatasan fasilitas dan kapasitas pelayanan medis profesional dan
semi spesialistik: RS Pusat Pertamina, RS MMC, RS Persahabatan, RS Jantung
Harapan Utara, RS Dr. Suranti Saloso.
3. Kategori BI: Memiliki peralatan dan keterampilan yang diperlukan untuk layanan
profesional oleh setidaknya 11 profesional.
4. Kategori C: Dengan fasilitas dan fungsi pelayanan medis yang profesional, paling 4
dasa. Contoh : RS Meditra, RS UKI Kawan, RS Haji Jakarta, RS Antarixa PAU
5. Kategori D: Dilengkapi dengan fasilitas dan fungsi medis dasar. Contoh : RS
Gandaria, RS Ashi, RS Psudikes, RS Abdi Waryo.
6. Kategori E: Rumah sakit ini hanya khusus menyediakan satu jenis pelayanan medis.
Misalnya: RS jiwa, RS paru-paru, RS kusta, RS jantung, dll.

d. Tingkat Inflasi
Menurut Ainun Na`im (1995: 1), inflasi cenderung merupakan kenaikan harga barang
dan jasa secara terus menerus dan terus menerus, termasuk faktor-faktor produksi yang
diukur dalam satuan moneter. Veneris dan Sebol de Muana Nanga (2001: 241)
mendefinisikan inflasi sebagai kecenderungan terus menerus untuk meningkatkan
tingkat harga umum pada setiap titik waktu. Menurut definisi ini, kenaikan tingkat harga
umum yang jarang terjadi bukanlah inflasi.

METODE PENELITIAN
Pendekatan kuantitatif non empiris menggunakan pendekatan deskriptif
komparatif, yang khusus dalam membandingkan kemandirian financial BLU/D di bidang
kesehatan baik sebelum maupun sesudah pandemi COVID19. Penelitian ini
menggunakan data sekunder berupa data-data kunjungan pasien , pelaporan keuangan,
dan hasil dari survei pada kepuasan masyarakat. Penelitian ini melibatkan dua BLU/D
bidang kesehatan di regulator Brebes, yaitu BLUD RS Bumiayu dan BLUD RS Brebes.
Survei ini mencakup tiga variabel: kemandirian finansial, kepercayaan publik, dan
kualitas layanan. Kemandirian finansial BLUD adalah kemampuan sejati BLUD untuk
menutupi semua biaya dengan pendapatan murni BLUD. Rumus untuk menghitung
kemandirian pada pemerintah daerah sebagai berikut:

Rumus yang ada diatas kemudian akan dilanjutkan dengan kita turunkan untuk mengukur
rasio kemandirian BLU/D sebagai berikut:
Kriteria dari Rasio Kemandirian berikut perhitungannya:

1. Model hubungan yang mendalam, yaitu hubungan yang terjadi ketika peran
pemerintah pusat atau daerah menang atas independensi BLUD.
2. Model konsultatif adalah model relasional yang berorientasi pada penasihat, karena
BLUD dianggap mampu menjalankan sebagian otonomi BLUD.
3. Model relasional partisipatif adalah bahwa derajat kemandirian BLUD lebih dekat
dengan pelaksanaan otonomi, sehingga peran pemerintah berkurang.
4. Model proksi, BLUD, sangat mandiri dalam menjalankan pemerintahannya sendiri
sehingga tidak lagi bergantung pada pemerintah.

Di sisi lain, kepercayaan dari masyarakatdapat diukur dengan cara perhitungan


banyaknya jumlah dari kunjungan pasien baik sebelum maupun sesudah pandemi dari
tahun 2016 sampai dengan tahun 2020 dan kualitas pada pelayanan kedua rumah sakit
tersebut. Ketika mengukur kepuasan pasien, faktor-faktor berikut diukur:
a. Kebaikan dan perhatian
b. Cepat dan daya tanggap
c. Adanya Kenyamanan terhadap rumah sakit
d. Bentuk / organisasi karyawan
e. Puas dengan kualitas pelayanan
f. Puas dengan biaya pengobatan
g. Puas dengan informasi yang diberikan
h. Puas dengan jawaban yang diberikan
i. Puas dengan pengetahuan medis
Jumlah narasumber terdiri dari 160 orang yaitu 60 narasumber RS di Brebes dan 100
RS di Bumiayu, dan pengambilan data lokasi dilaksanakan di RS Brebes dan juga RS
Bumiayu dari Januari hingga Juli 2020 Responden diidentifikasi berdasarkan usia, jenis
kelamin, pendidikan dan pekerjaan itu sendiri.

Setiap elemen kinerja diukur menggunakan metode rata-rata tertimbang dengan


menggunakan persamaan berikut:

Menghitung bagaimana nilai IKM dengan rumus sebagai berikut:

Selain itu, nilai IKM yang diperoleh dikonversi ke nilai dasar yaitu x 25

Klasifikasi tersebut didasari dari nilai interval pada IKM serta nilai interval pada
konversi IKM yang dipergunakan untuk pernilaian penentuan kualitas pelayanan
dan tingkat unit pelayanan kesehatan, seperti terlihat pada tabel di bawah ini
ANALISIS DATA
Penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif yang dipergunakan sebagai
penggambaran subjek yang akan diteliti berdasarkan data yang dikumpulkan namun tidak
harus menganalisis ataupun menarik kesimpulan yang dapat berlaku umum. Analisis
deskriptif diartikan tidak sebagai penguji hipotesis tetapi untuk menyajikan data melalui
tabel, bagan, grafik, dll untuk memperjelas status dan karakteristik data dan untuk tujuan
analisis saja.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Gambaran Umum
Pemerintah Daerah Kabupaten Brebes memiliki dua rumah sakit umum di
daerahnya, yaitu Rumah Sakit Brebes dan Rumah Sakit Bumiayu, keduanya berstatus
BLU/D. Berdasarkan Surat Keputusan No. 068 tanggal 10 November 2014 tentang
Permenkes RI No. HK.03.05/I/2231/12 (10 September 2012), RS BumiAyu sudah
menjadi BLU/D, namun pada tahun 2014 RS Bumiayu berstatus RS kelas D, dan RS
Brebes berstatus kelas B. RS Brebes dan RS Bumiayu adalah RS rujukan Covid 19.
Rumah Sakit Brebes ditetapkan sebagai rumah sakit kedua dalam acuan berdasarkan
Peraturan Gubernur Jawa Tengah No 445/46 Pada tahun 2020, RS Bumi Ayu didirikan
sebagai rumah sakit ketiga berdasarkan peraturan Bupati 440/153 tahun 2020.

Deskripsi Penelitian
Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan di 2 rumah sakit pada kabupaten Brebes, RS
Brebes sebagai RS kelas B dan RS Bumiayu sebagai RS kelas D dan dapat mewakili
status masyarakat sebagai sebuah agen jasa yang saat ini bergerak di bidang medis.
Adapun Objek penelitian ini adalah Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) di tahun 2020,
daftar laporan keuangan interval pada tahun 2016 sampai dengan 2020, serta data
kunjungan pasien pada tahun 2016 sampai dengan 2020. Penelitian ini bertujuan untuk
menjelaskan pengaruh kepercayaan pada masyarakat dan kualitas pelayanan terhadap
kinerja keuangan, dan bagaimana kemandirian pelayanan pada publik di daerah serta
kualitas pelayanan di bidang kesehatan mempengaruhi kepercayaan di masyarakat.
Kemandirian keuangan
Kemandirian keuangan atau finansial merupakan suatu kemampuan forum untuk
membiayai seluruh pengeluarannya dengan menggunakan pendapatan operasionalnya
sendiri tanpa adanya campur tangan dari pihak lain. Kajian kemandirian ini mengkaji
posisi kemandirian keuangan BLU/D dalam bidang kesehatan selama masa pandemi
COVID19. Dan peneliti menemukan bahwa pandemi COVID19 telah memberikan
dampak yang sangat besar di segala bidang kehidupan, yang dapat mengubah tatanan
kehidupan manusia.

Tabel 3 menunjukkan persentase kemandirian finansial RS Brebes dan Bumiayu


dari tahun 2016 hingga 2020. Harga terendah adalah 2016. Independensi RS Brebes tahun
2016 adalah 95. Tidak ada intervensi. dari pihak lain. Nilai dari kemandirian RS Bumiayu
tahun 2016 adalah 27 yang artinya termasuk dalam kategori semi edukatif atau peran
pemerintah pusat dan daerah sedikit berkurang, tapi tetap BLUD, tapi BLUD. Otonomi
keuangan BLUD dapat terwujud.
Kemandirian keuangan rumah sakit berkisar dari tahun 2016 hingga tahun 2020.
RSUD Brebes meningkat mencapai hampir 100% pada tahun 2017, serta penurunan pada
tahun 2018 dan kemudian mulai terjadi meningkat lagi di tahun 2019 dan juga 2020.
Adapun Penyebab dari Penurunan kemandirian keuangan di tahun 2019 dikarenakan
adanya kebijakan sistem BPJS, yang mana harus melakukan rujukan online, dan
memungkinkan pasien mendapatkan RS kelas D berdasarkan surat rujukan dari
Puskesmas.
Sementara itu, berbeda dengan penggunaan RS Brebes yang dirugikan dengan
kebijakan sistem pelayanan online BPJS, RS Bumiayu justru diuntungkan dengan
kebijakan tersebut. Alhasil, pendapatan rumah sakit Bumiayu meningkat signifikan di
tahun 2018. Peningkatan pendapatan menyebabkan tingkat kemandirian finansial yang
akhirnya meningkat pada Kategori Partisipatif yaitu intervensi pemerintah. kewenangan
pusat/daerah berkurang, sehingga diyakini akan mampu beroperasi secara mandiri seiring
dengan membaiknya kemandirian finansial.
Pada 2019, pendapatan riil RS Bumiayu naik 38%, namun kemandirian finansial
turun 35%. Pasalnya, pada tahun 2019, masih ada kegiatan pembangunan gedung Central
Surgical Facility (IBS) lantai 5 yang modalnya berasal dari pinjaman daerah sebesar 32
miliar. Akibatnya mempengaruhi proporsi kemandirian finansial yang masuk dalam
kategori semi-mengajar. Secara keseluruhan, tingkat kemandirian finansial RS Brebes
dan RS Bumiayu pada 2020 akan lebih tinggi. Pada tahun 2020, pendapatan RS Bumiayu
turun sebesar 6%, hal ini karena jumlah pasien yang berkunjung ke klinik menurun secara
signifikan selama pandemi COVID19, tetapi angka mandiri sebenarnya lebih tinggi dari
5%. Hal ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang melakukan sentralisasi dan
realokasi regulasi sehingga regulasi dari pusat harus dipotong, yang berdampak pada
kemandirian finansial RS Bumiayu. Sementara itu, meski terjadi penurunan tajam
kunjungan pasien ke RS Brebes selama pandemi COVID19, realisasi pendapatan justru
lebih tinggi, yakni 339%. Pasalnya, banyak pasien Covid19 yang dirawat di RSUD
Brebes.
Peningkatan pendapatan dan pengurangan anggaran karena kebijakan
reorganisasi anggaran dan redistribusi semakin memperkuat kemandirian finansial
Rumah Sakit Brebes sebesar 500%. Perbedaan situasi antara kedua rumah sakit, terutama
pada masa pandemi ini, karena rumah sakit Bumiayu merupakan rumah sakit kelas D
dengan keterpaduan sarana dan prasarana pengelolaan persawahan yang sangat terbatas.
Sebut saja COVID19,karena keterbatasan jumlah ruang isolasi dan ventilator, banyak
pasien COVID19 yang tidak dapat dirawat dan harus dipindahkan ke RS Kelas B untuk
sumber daya manusia, sarana dan prasarana perawatan. Terdapat tingkatan jumlah
aplikasi untuk lebih banyak pasien COVID19 dibandingkan Non Covid.
Dari hasil pembahasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pandemi
COVID19 saat ini berdampak positif terhadap kemandirian finansial pelayanan kesehatan
masyarakat di daerah.

Tingkat Kepercayaan Masyarakat


Kepercayaan masyarakat sering berhubungan langsung terhadap keloyalitasan
masyarakat dan reputasi rumah sakit yang telah beberapa kali mereka kunjungi (Djohan,
2015). Banyak penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kepercayaan
pasien/masyarakat memiliki dampak yang signifikan terhadap kelangsungan hidup rumah
sakit. Namun, dalam pandemi saat ini, masih sangat sedikit penelitian tentang seperti apa
kepercayaan publik. Daftar kunjungan pasien tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan
kepercayaan pada masyarakat terhadap rumah sakit, sebab banyak orang yang masih takut
datang ke rumah sakit selama era pandemi.

Pada tabel 4 memperlihatkan kunjungan pasien di tahun 2020 untuk pasien rawat
jalan maupun rawat inap. Di RS Bumiayu, jumlah kunjungan pasien terus meningkat dari
tahun 2016 hingga 2019, sejalan dengan kebijakan sistem rujukan online BPJS yang
mewajibkan pasien pustule atau dirujuk oleh dokter swasta untuk mendapatkan
pengobatan. Mereka pertama dirawat di rumah sakit kelas D, lalu dirujuk. ke rumah sakit
Kelas B yaitu RSUD Brebes . Terjadi penurunan sejak diterapkannya kebijakan sistem
rujukan online.
Untuk mengatasi kekhawatiran masyarakat tentang tertular virus COVID19,
rumah sakit telah mengubah model layanan mereka untuk meminimalkan infeksi
COVID19, menerapkan protokol medis yang ketat, dan layanan rumah sakit yang
responsif. memenuhi standar medis. Penurunan terbesar dalam kunjungan pasien terjadi
pada bulan Maret, April dan Mei, tetapi kunjungan pasien sudah mulai kembali normal
sejak kebijakan reguler baru diperkenalkan pada bulan Juni.
Dari pembahasan di atas terlihat bahwa pandemi COVID19 tidak akan
berlangsung lama, namun dapat berdampak pada jumlah pasien yang tidak menggunakan
COVID. Pelaksanaan tes pada pasien erat kaitannya dengan kepercayaan pada
masyarakat. Dengan tingkat kepercayaan pada masyarakat yang tinggi akan berpengaruh
positif terhadap keloyalitasan masyarakat kepada rumah sakit. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa kepercayaan pada masyarakat juga dipengaruhi oleh adanya pandemi
COVID19.

Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan rumah sakit dan kepercayaan masyarakat adalah dua faktor
yang berpengaruh signifikan pada kepuasan masyarakat, dan kualitas pelayanan yang
baik akan meningkatkan kepercayaan pelanggan serta kepuasaan yang tinggi dari
masyarakat Menurut (Murtiana et al., 2016). Penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas
pelayanan memiliki hubungan yang kuat dengan kesediaan pasien untuk berobat ke
dokter. Komunikasi juga dapat memberikan dampak kualitas layanan pada retensi pasien.
Indikator kepuasan pelanggan harus bisa menjelaskan tentang kualitas pelayanan rumah
sakit. Karena Apabila Semakin tinggi kualitas pelayanan rumah sakit maka semakin
tinggi juga indeks kepuasan pasien/pelanggan.
Hingga saat ini, survei Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) masih dilakukan
secara rutin di RS Brebes dan RS Bumiayu. Survei kepuasan pasien dilakukan sesuai
PERGUB 27/2011. Survey dilakukan dua kali dalam setahun dengan pengurus internal
(yang bergerak di bidang kerjasama dan penjaminan mutu), yaitu pada semester 1 dan
semester 2 dalam kerangka unit karir. Parameter KEPMENPAN /25/MPAN/2/2004
ditunjuk sebagai parameter dalam bentuk/kuesioner yang digunakan merupakan
gabungan dari konsep dimensi kualitas kepuasan pelanggan.
Berdasarkan data IKM, terlihat RS Brebes dengan sampel 60 orang memiliki skor
IKM 81,13. Artinya indeks kepuasan masyarakat sangat baik. Sedangkan IKM RS
Bumiayu dengan sampel 100 orang adalah 80,77 yang berada pada kategori Baik. Dan
dari hasil kuisioner terhadap kepuasan masyarakat tersebut, sehingga dapat dilakukan
penyimpulan bahwa terdapat kualitas pelayanan kesehatan masyarakat tidak menurun
selama masa pandemi, tetapi meningkat pada kenyataannya. Rumah sakit perlu adanya
peningkatan terhadap kualitas layanan agar selaras dengan standar manajemen rumah
sakit dalam pelayanan COVID19 selama pandemi ini, sehingga akan membuat rumah
sakit tidak kekurangan panduan dan infrastruktur yang didukung pemerintah untuk
melengkapi standar.

KESIMPULAN
RSUD dengan status BLUD jelas dapat bertahan dalam situasi sulit apapun
(pandemi COVID19). Hal tersebut dapat dilihat dari kenyataan bahwa perekonomian
yang mandiri terus berkembang meskipun dalam kondisi perekonomian yang sulit. Secara
keseluruhan, jumlah kunjungan pasien non-COVID19 mengalami penurunan yang
signifikan, namun peningkatan jumlah pasien COVID19 telah meningkatkan pendapatan
mereka. Semakin banyak rumah sakit dan kontraktor selama pandemi, semakin baik
sarana dan prasarananya, semakin lengkap fasilitasnya. Staf rumah sakit mengambil lebih
banyak pasien COVID19. Jumlah kunjungan pasien non-COVID 19 mengalami
penurunan yang signifikan, namun Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) dari tahun ke
tahun terdapat peningkatan signifikan, hal tersebut terbukti dengan adanya peningkatan
jumlah rumah sakit yang merupakan rumah sakit umum dari tahun ke tahun. . Organisasi
layanan Kepercayaan masyarakat umum meningkat. Kualitas layanan yang diberikan oleh
rumah sakit benar-benar meningkat selama pandemi COVID19. Pasalnya, selama
pandemi COVID19, seluruh rumah sakit harus melengkapi sarana dan prasarana sesuai
dengan standar World Health Organization (WHO) serta penerapan protokol kesehatan
dengan memperbanyak staf tenaga kesehatan di rumah sakit. Alhasil, kualitas dari
pelayanan pada bidang kesehatan di era pandemi COVID19 otomatis dibandingkan
dengan tahun sebelumnya ketika belum ada pandemi Covid19.

SARAN
1. Untuk Peneliti, selanjutnya dapat menggunakan variable lain seperti tentang
kebijakan pemerintah, status keuangan rumah sakit, dan faktor lain untuk menguji
kemandirian keuangan rumah sakit.
2. Untuk Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Brebes maupun Bumiayu,
agar terus melakukan peningkatan kualitas pelayanan dan juga berusaha memberikan
yang terbaik untuk pasien maupun masyarakat, walaupun berbagai peralatan tersebut
masih banyak terdapat kekurangan.
3. Untuk Pemerintah Kabupaten Brebes yang mana dalam hal ini sebagai pemangku
kepentingan tertinggi, sekalipun Rumah Sakit menjadi BLUD yang utuh perlu adanya
pengembangan secara kontinue kebijakan yang dimana tetap memperhatikan
kesejahteraan RS, namun tetap dengan pendampingan dari pemangku kepentingan.
DAFTAR PUSTAKA

Biro Organisasi. 2015. https://biroorganisasi.jogjaprov.go.id/v1/mengoptimalkan-


kinerja-rumah-sakit-daerah-sebagai-badan-layanan-umum-daerah-dari-perspektif-
kelembag/. Diakses 15 Desember 2021

Baihaqi. 2015. “ANALISIS KESIAPAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD)”.


Thesis
Tama. 2019. “Kajian Kemandirian Keuangan Rumah Sakit Umum Daerah Brebes
Sebagai BLUD”. Optimal: Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan

Waluyo. 2015. “Analisis Permasalahan PPKBLU”. Journal 1(2)

You might also like