You are on page 1of 17

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Open Journal System (OJS) Universitas Bengkulu

UBELAJ, Volume 3 Number 2, October 2018 | 142

KEADILAN RESTORATIF SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PENYELESAIAN


TINDAK PIDANA DAN PENGARUHNYA DALAM SISTEM PERADILAN
PIDANA DI INDONESIA

Henny Saida Flora


Fakultas Hukum Universitas Katolik St. Thomas Medan Sumatera Utara
Email: hennysaida@yahoo.com

ABSTRACT

The criminal punishment system in the Criminal Code basically still retains the
retributive paradigm, namely providing appropriate retaliation for crimes committed by
perpetrators and still focusing on prosecuting criminals, not paying attention to the recovery
of losses. and the suffering of the victims lost due to crime. Retributive paradigm with the aim
of providing a deterrent effect for the perpetrator not to repeat the crime again and prevent
the community from committing a crime. The use of the retributive paradigm has not been
able to recover the losses and sufferings experienced by victims. Even though the offender
was convicted and sentenced, the victim's condition could not return to normal. With this
weakness, the idea of a punishment system emerged that was oriented towards the recovery of
victims and suffering of victims, which was called restorative justice, because the victims
were the parties most harmed by crime. By using the normative juridical method it can be
concluded that the settlement of crimes with restorative justice can accommodate the interests
of the parties, including victims because the victims are involved in determining sanctions for
the perpetrators. Restorative justice returns conflict to the most affected parties - victims,
perpetrators, and the community, and prioritizes their interests. With law enforcement
through restorative justice it is expected that the losses and suffering suffered by victims and
their families can be restored and the burden of guilt of criminals can be reduced because
they have received forgiveness from victims or their families.
Keywords: Restorative Justice, Criminal Settlement, Criminal Justice System

ABSTRAK

Sistem hukuman pidana dalam KUHP pada dasarnya masih mempertahankan


paradigma retributif, yaitu memberikan pembalasan yang sesuai untuk kejahatan yang
dilakukan oleh pelaku dan masih fokus pada penuntutan pelaku kejahatan, belum
memperhatikan pemulihan kerugian. dan penderitaan para korban hilang karena kejahatan.
Paradigma retributif dengan tujuan untuk memberikan efek jera bagi pelaku untuk tidak
mengulangi kejahatan lagi dan mencegah masyarakat melakukan kejahatan. Penggunaan
paradigma retributif belum mampu memulihkan kerugian dan penderitaan yang dialami
korban. Meskipun pelaku telah dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman, kondisi korban
tidak bisa kembali normal. Dengan kelemahan ini, muncul gagasan tentang sistem hukuman
yang berorientasi pada pemulihan korban dan penderitaan korban, yang disebut keadilan
restoratif, karena korban adalah pihak yang paling dirugikan karena kejahatan. Dengan
menggunakan metode yuridis normatif dapat disimpulkan bahwa penyelesaian kejahatan
dengan peradilan restoratif dapat mengakomodasi kepentingan para pihak, termasuk korban
karena korban terlibat dalam penentuan sanksi bagi pelaku. Keadilan restoratif
UBELAJ, Volume 3 Number 2, October 2018 | 143

mengembalikan konflik ke pihak yang paling terkena dampak - korban, pelaku, dan
masyarakat, dan mengutamakan kepentingan mereka. Dengan penegakan hukum melalui
peradilan restoratif diharapkan bahwa kerugian dan penderitaan yang dialami oleh korban dan
keluarga mereka dapat dipulihkan dan beban rasa bersalah para penjahat dapat dikurangi
karena mereka telah menerima pengampunan dari korban atau keluarganya.

Kata Kunci: Keadilan Restoratif, Penyelesaian Tindak Pidana , Sistem Peradilan Pidana

Pendahuluan ditangani dengan baik sudah tentu akan


Keadilan restoratif merupakan suatu mengganggu keseimbangan dalam
bentuk model pendekatan baru dalam masyarakat terlebih apabila masalah-masalah
penyelesaian perkara pidana. model tersebut berkaitan dengan suatu tindak
pendekatan restorative justice ini sebenarnya pidana.
telah digunakan di beberapa negara dengan Secara umum penyelesaian masalah
fokus pendekatannya kepada pelaku, korban atau sengketa ini dapat ditempuh dengan dua
dan masyarakat dalam proses penyelesaian jalur yaitu dengan menggunakan jalur litigasi
kasus hukum yang terjadi diantara mereka. dan jalur non litigasi. Pada dasarnya kedua
Walaupun model pendekatan ini masih jalur ini bertujuan untuk menciptakan suatu
banyak diperdebatkan dalam tataran teori keadilan bagi masyarakat pada umumnya,
oleh para ahli, namun dalam kenyataannya dan keadilan untuk para pihak pada
tetap tumbuh dan eksis serta mempengaruhi khususnya. Penggunaan salah satu jalur
kebijakan dan praktek hukum di banyak penyelesaian perkara litigasi maupun non
negara. Permasalahan yang terjadi dalam litigasi tersebut akan sangat ditentukan oleh
masyarakat Indonesia merupakan suatu konsep dan tujuan penyelesaian perkara yang
fenomena sosial yang senantiasa ada sejak ingin dicapai oleh para pihak serta yang tidak
mulainya kehidupan manusia karena manusia kalah pentingnya adalah itikad baik dari para
merupakan makhluk sosial yang mempunyai pihak untuk menyelesaiikan perkara tersebut.
kehendak atau kepentingan yang tidak Dewasa ini apabila terjadi suatu tindak
seragam antara manusia yang satu dengan pidana, masyarakat cenderung menggunakan
manusia yang lain. semakin tingginya jalur pengadilan yang secara konsep akan
kompleksitas dan persaingan yang semakin menciptakan keadilan namun dalam
keras dalam kehidupan bermasyarakat kenyataannya hal ini merupakan hal yang
cenderung meningkatkan atau setidaknya tidak mudah untuk dicapai. Hal ini
berpotensi menimbulkan berbagai dikarenakan hasil yang akan dicapai dari
permasalahan. Muncul banyaknya perkara proses penyelesaian perkara dengan jalur
atau sengketa dalam masyarakat bila tidak peradilan besifat win lose solution, dimana
UBELAJ, Volume 3 Number 2, October 2018 | 144

akan terdapat pihak yang menang dan ada memenuhi rasa keadilan. Publik menilai
pihak yang kalah. Dengan kenyataan seperti bahwa aparat penegak hukum yang dalam hal
ini penyelesaian suatu perkara melalui jalur ini adalah polisi dan jaksa seharusnya tidak
peradilan tradisional apda umumnya kerap melanjutkan perkara tersebut ke pengadilan
menimbulkan satu rasa tidak enak di benak karena dapat diselesaikan melalui pola-pola
pihak yang kalah, sehingga berupaya untuk penyelesaian yang disepakati oleh
mencari keadilan ke tingkat peradialn lebih keduabelah pihak. Hal ini menjadi menarik
lanjut. untuk diperbincangkan mengingat bahwa
Terkait dengan hal itu, Satjipto sifat dari hukum pidana adalah ultimum
Rahardjo menyatakan, bahwa penyelesaian remidium yang berarti suatu upaya terakhir
perkara melalui sistem peradilan yang yang ditempuh bilamana tidak ada upaya lain
berujung pada vonis pengadilan merupakan untuk menyelesaikan perkara. Namun pada
suatu penegakan hukum ke arah jalur lambat. perkembangannya hukum pidana justru
Hal ini karena penegakan hukum itu melalui digunakan seagai upaya pertama dalam
jarak tempuh yang panjang, melalui berbagai menyelesaikan suatu masalah justru
tingkatan mulai dari kepolisian, kejaksaan, digunakan sebagai upaya pertama dalam
pengadilan negeri, pengadilan tinggi bahkan menyelesaikan suatu masalah antara orang
sampai ke Mahkamah Agung. Pada akhirnya yang satu dengan yang lain. pergeseran
berdampak pada penumpukan perkara yang fungsi hukum pidana ini menunjukkan bahwa
jumlahnya tidak sedikit di pengadilan. masyarakat telah meninggalkan sedikit demi
Disamping menimbulkan penumpukan sedikit budaya berhukum.
perkara dalam banyak kasus yang terjadi Dengan demikian dapat dilihat bahwa
khususnya yang terjadi di Indonesia, fenomena yang terjadi menunjukkan dalam
misalnya kasus pencurian sandal jepit yang hukum Indonesia masih sering didapati fakta
menimpa AAL, kasus pencurian piring yang bahwa keadilan yang diharapkan melalui
menimpa Rasminah, kasus pencurian kakao jalur formal ternyata belum tentu
yang senilai Rp. 2.500.000 yang menimpa mencerminkan rasa keadilan, mahal,
Aminan, dan kasus pencurian buah randu, berkepanjangan, melelahkan dan tidak
kasus pencurian semangka serta beberapa menyelesaikan masalah serta lebih parah lagi
kasus lainnya yang sejenis tidak seharunya adalah di dalamnya penuh dengan praktek
dituntut dan masuk ke pengadilan. Dikatakan korupsi, kolusi dan nepotisme. Dari hal-hal
demikian karena putusan hakim dalam kasus- tersebut ternyata banyak kasus yang terjadi
kasus tersebut dan kasus-kasus lain sejenis dalam masyarakat pada dasarnya tidak layak
banyak dikecam publik karena dinilai tidak
UBELAJ, Volume 3 Number 2, October 2018 | 145

diteruskan ke pengadilan atau bahkan dalam penanganan perkara pidana serta


menjalani pemidanaan. kepentingan umum yang seringkali diabaikan
Ketidakpuasan terhadap mekanisme atau semakin tidak dirasakan.
pemidanaan yang ada saat ini (salah satunya Konsep keadilan restoratif adalah
karena dirasakan tidak memenuhi rasa alternatif yang populer di berbagai belahan
keadilan dan tujuan yang ingin dicapai dari dunia untuk penanganan perbuatan melawan
pemidanaan itu sendiri yaitu untuk mencegah hukum karena menawarkan solusi yang
dan menanggulangi tindak pidana). telah komprehensif dan efektif. Keadilan restoratif
memicu sejulah pemikiran untuk melakukan bertujuan untuk memberdayakan para
berbagai upaya alternatif dalam menjawab korban, pelaku, keluarga dan masyarakat
persoalan-persoalan yang berkaitan dengan untuk memperbaiki suatu perbuatan melawan
penanganan tindak pidana yang terjadi. hukum dengan menggunakan kesadaran dan
Sistem peradilan pidana dapat dipahami keinsyafan sebagai landasan untuk
sebagai suatu usaha untuk memahami serta memperbaiki kehidupan bermasyarakat.
menjawab pertanyaan apa tugas hukum Konsep keadilan restoratif sebenarnya
pidana dalam masyarakat dan bukan sekedar telah lama dipraktikan masyarakat adat
bagaimana hukum pidana di dalam undang- Indonesia, seperti di Papua, Bali, Toraja,
undang dan bagaimana hakimn Minangkabau, dan Komunitas tradisional lain
menerapkannya. yang masih kuat memegang kebudayaan.
Berdasarkan hal tersebut, dalam Apabila terjadi suatu tindak pidana oleh
penegakan hukum di Indonesia dewasa ini seseorang maka penyelesaian sengketa
sudah seyogianya para aparatur penegak diselesaikan di komunitas adat secara internal
hukum khususnya polisi, jaksa dan hakim dengan perdamaian tanpa melibatkan aparat
serta aparatur penegak hukum lain lebih negara. Walaupun perbuatan pidana umum
mengedepankan prinsip keadialn restoratif. yang ditangani masyarakat sendiri
Munculnya konsep keadilan restoratif bertentangan dengan hukum positif, terbukti
dikarenakan atas ketidakpuasan dan rasa mekanisme ini telah berhasil menjaga
frustrasi di banyak dunia terhadap hukum harmoni di tengah masyarakat.
pidana formal dan pemidanaan yang Mekanisme penyelesaian perkara
nyatanya sering kali tidak dapat menjawab berdasarkan keadilan restoratif didasarkan
persoalan-persoalan dalam sistem peradilan pada musyawarah mufakat dimana para
pidana yang dianggap tidak lagi dapat pihak diminta berkompromi untuk mencapai
memberikan keadilan, perlindungan terhadap sebuah kesepakatan. Setiap individu diminta
hak asasi manusia, tiadanya transparansi untuk mengalah dan menempatkan
UBELAJ, Volume 3 Number 2, October 2018 | 146

kepentingan masyarakat di atas kepentingan penyelesaian perkara pidana di luar lembaga


pribadi demi menjaga keharmonisan pengadilan atau out of court settlement
bersama. Konsep musyawarah terbukti lebih banyak dipertanyakan namun dalam
efektif untuk menyelesaikan sengketa dalam kenyataannya terdapat juga beberapa praktek
masyarakat di tengah kegagalan peran negara penyelesaian perkara pidana di luar sistem
dan pengadilan dalam memberikan rasa peradilan pidana.
keadilan. Pendekatan keadilan restoratif yang
Penyelesaian perkara pidana dengan menjunjung tinggi nilai keseimbangan,
pendekatan atau konsep keadilan restoratif keselarasan, harmonisasi, kedamaian,
ini lebih menitikberatkan pada adanya ketentraman, persamaan, persaudaraan, dan
partisipasi langsung baik dari pihak pelaku, kekelurgaan tentu selaras dan sesuai dengan
korban dan masyarakat dalam proses nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila.
penyelesaian perkara. Di samping itu konsep Dengan demikian pendekatan keadilan
keadilan restoratif lebih menekankan kepada restoratif pada hakikatnya telah sesuai
nilai keseimbangan, keselarasan, dengna jiwa bangsa Indonesia yang lebih
harmonisasi, kedamaian, ketentraman, mengedepankan nilai-nilai kekerabatan,
persamaan, persaudaraan, dan kekeluargaan paguyuban, kekeluargaan, gotong royong,
dalam masyarakat daripada penghukuman toleransi, mudah memaafkan, dan
atau pemenjaraan. Upaya penyelesaian mengedepankan sikap ayng mendahulukan
perkara yang dilakukan dengan cara ini tidak kepentingan bersama.
hanya menyelesaikan permasalahan yang Di samping sesuai dengan nilai-nilai
timbul tetapi lebih dalam dari itu konsep yang terdapat dalam pancasila, pendekatan
penyelesaian perkara dengan menggunakan keadilan restoratif yang menjunjung tinggi
pendekatan keadilan restoratif dirasakan nilai keseimbangan, keselarasan,
lebih memberikan rasa keadilan masyarakat. harmonisasi, kedamaian, ketentraman,
Prinsip-prinsip keadilan restoratif persamaan, persaudaraan, dan kekeluargaan
secara sederhana dapat diartikan sebagai selaras pula dengan nilai-nilai yang terdapat
sebuah model penyelesaian perkara di luar dalam hukum adat. Dalam hal ini dapat
lembaga pengadilan atau atau sering disebut dilihat bahwa penyelesaian perkara di
dengan out of court settlement yang lebih Indonesia termasuk penyelesaian perkara
memperhatikan keadilan, tujuan dan dengan menggunakan hukum adat seringkali
keinginan para pihak dengan konsep victim dilakukan dengan cara-cara yang melibatkan
awareness work. Dalam kerangka normatif pelaku, korban, masyarakat serta tokoh
maupun dari kerangka teoretis prinsip
UBELAJ, Volume 3 Number 2, October 2018 | 147

masyarakat yang dianggap dapat menengahi antara satu teori dan teori lainnya. Untuk itu
dan menyelesaikan permasalahan tersebut. diperlukan pendekatan multidimensional
Perdamaian antara korban dan pelaku yang bersifat mendasar terhadap dampak
atau pihak yang bersengketa serta pemidanaan, baik yang menyangkut dampat
perdamaian yang dimaksud bertujuan agar yang bersifat individual maupun keharusan
keadaan yang menimbulkan perselisihan atau untuk memilih teori integratif tentang tujuan
persengketaan itu bisa dinetralisir sehingga pemidanaan yang dapat mempengaruhi
antara korban dan pelaku kembali menjadi fungsinya dalam rangka mengatasi
seperti semula sebelum terjadi persengketaan kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh
inilah yang dinamakan perdamaian. Di suatu tindak pidana.
samping itu dengan dilaksanakannya konsep Keadilan restoratif merupakan filosofi
perdamaian dalam menyelesaikan hukum baru yang merupakan gabungan dari
permasalahan tentunya dapat mengatasi teori pemidanaan yang ada. Keadilan
segala permasalaan dalam sistem peradilan restoratif yang berorientasi pada
pidana tradisional misalnya terjadinya penyelesaian perkara yang memfokuskan
penumpukan perkara, permasalahan- perhatian kepada pelaku, korban maupun
permasalahan dalam lembaga masyarakat. Di sini keadilan restoratif
pemasyarakatan dan lain sebagainya. mengandung nilai teori pemidanaan yang
Berdasarkan uraian tersebut di atas klasik yang terfokus pada upaya pemulihan
maka yang menjadi permasalahan dalam korban yang terdapat dalam teori pemidanaan
penulisan ini bagaimanakah konsep keadilan retributif, deterrence, rehabilitation,
restoratif dalam penegakan hukumnya dalam resocialization. Selain terfokus pada
sistem peradilan pidana di Indonesia. pemulihan pelaku keadilan restoratif juga
Dalam menyelesaikan suatu perkara memperhatikan kepentingan korban dan
pidana baik pola penegakan hukumnya masyarakat. Adapun ciri-ciri dari
maupun personil aparat penegak hukumnya pelaksanaan restorative justice dalam
tidaklah adil apabila menyelesaikan suatu merespon suatu tindak pidana adalah sebagai
persoalan pidana hanya memperhatikan salah berikut :
satu kepentingan saja, baik pelaku maupun a. Melakukan identifikasi dan
korban. Maka diperlukan suatu teori mengambil langkah untuk
pemidanaan yang mewakili semua aspek memperbaiki kerugian yang
dalam penyelesaian suatu perkara baik diciptakan
korban, pelaku dan masyarakat oleh b. Melibatkan seluruh pihak yang terkait
karenanya diperlukan adanya kombinasi
UBELAJ, Volume 3 Number 2, October 2018 | 148

c. Adanya upaya untuk melakukan masyarakat Indonesia dengan warisan


transformasi hubungan yang ada keanekaragaman adat atau budaya (kearifan
selama ini antara masyarakat dengan lokal) dan nilai-nilai yang hidup dalam
pemerintah dalam merespons tindak masyarakat telah mempunyai mekanisme
pidana. atau proses penyelesaian masalah (sengketa)
Dengan demikian inti dari restorative justice pada hakikatnya sesuai dengan konsep atau
adalah penyembuhan, pembelajaran, moral nilai-nilai yang terkandung dalam keadilan
dan partisipasi dan perhatian masyarakat, restoratif.
dialog, rasa memaafkan, tanggung jawab, Menurut Rufinus Hotmaulana
dan membuat perubahan yang semuanya itu Hutauruk, konsep dasar pendekatan restoratif
merupakan pedoman bagi proses restorasi justice berupa tindakan untuk membangan
dalam perspektif restorative justice. kembali hubungan yang rusak akibat tindak
Restorative justice bertujuan untuk pidana telah lama dikenal dan dipraktikkan di
memberdayakan para korban, pelaku, dalam hukum adat yang berlaku di Indonesia.
keluarga, dan masyarakat untuk memperbaiki Selain itu filosofi dasar tujuan pendekatan
suatu perbuatan melawan hukum dengan restoratif adalah untuk memulihkan keadaan
menggunakan kesadaran dan keinsyafan pada keadaan semula sebelum tejadinya
sebagai landasan untuk memperbaiki konflik adalah identik dengan filosofi
kehidupan bermasyarakat. Menurut Wright, mengembalikan keseimbangan yang
konsep keadilan restoratif pada dasarnya terganggu yang terdapat dalam hukum adat
sederhana. Ukuran keadilan tidak lagi Indonesia.
berdasarkan pembalasan setimpal dari korban Konsep penanggulangan tindak pidana
kepada pelaku (baik secara fisik, psikis, atau melalui restorative justice dianggap sebagai
hukuman) namun perbuatan yang salah satu pilihan untuk menutupi
menyakitkan itu disembuhkan dengan kelemahan-kelemahan dan ketidak puasan
memberikan dukungan kepada korban dan terhadap pendekatan retributif dan
mensyaratkan pelaku untuk bertanggung rehabilitatif yang selama ini telah
jawab dengan bantuan keluarga dan dipergunakan dalam sistem peradilan pidana
masyarakat bila diperlukan. pada umumnya.
Hasil dan Analisis Menurut Gordon Bazemore pokok-
Konsepsi keadilan restoratif pada pokok pemikiran dalam paradigma peradilan
dasarnya bukan suatu hal yang baru atau yang restoratif meliputi beberapa hal sebagai
asing lagi bagi masyarakat Indonesia. berikut :
Dikatakan demikian karena selama ini
UBELAJ, Volume 3 Number 2, October 2018 | 149

a. Tujuan penjatuhan sanksi. Terdapat positif. Dengan demikian pelaku


asumsi bahwa di dalam tujuan merupakan sumber utama. Untuk
penjatuhan sanksi maka korban harus kepentingan rehabilitasi pelaku
diikut sertakan secara aktif untuk terlibat diperlukan perubahan sikap dari lembaga
dalam proses peradilan. Indikator kemasyarakatan dan paradigm
pencapaian tujuan penjatuhan sanksi pemidanaan dewasa ini. Rehabilitasi
tercapai atau tidak dapat dapat dilihat pelaku dalam konsep keadilan restoratif
dengan indikator apakah korban telah dilakukan dengan pelaku yang bersifat
direstorasi, adanya kepuasan korban, konseling dan terapi untuk memotivasi
besarnya ganti rugi, kesadaran pelaku keterlibatan aktif para pihak.
atas perbuatannya, jumlah kesepakatan c. Aspek pelindungan masyarakat. Nilai
perbaikan yang dibuat, kualitas dasar yang yang berikutnya yang ada
pelayanan dan keseluruhan proses yang dalam peradilan restoratif adalah
terjadi. Bentuk-bentuk sanksi yaitu tercapainya perlindungan masyarakat
restitusi, mediasi pelaku dan korban, dengan upaya kolaborasi sistem
pelayanan korban, restorasi masyarakat, peradilan dan masyarakat umum untuk
pelayanan langsung pada korban atau mengembangkan pencegahan.
denda restoratif. Dalam penjatuhan Penyekapan atau pemenjaraan dibatasi
sanksi ini harus mengikutsertakan hanya sebagai upaya terakhir.
pelaku, korban, masyarakat dan para Masyarakat dalam hal ini bertanggung
penegak hukum secara aktif. Pelaku jawab dan berperan aktif dalam
akan berperan aktif dalam merestore mendukung terselenggaranya restorasi.
kerugian korban, dan menghadapi Indikator tercapainya perlindungan
korban wakil korban. Sebaliknya korban masyarakat apabila angka residivis
aktif dalam semua tahapan proses dan turun, sementara pelaku berada di bawah
akan membantu dalam penentuan sanksi pengawasan masyarakat, masyarakat
bagi si pelaku. Masyarakat dalam hal ini merasa aman dan yakin atas peran sistem
terlibat sebagai mediator atau fasilitator peradilan restoratif, pelibatan rekan
(yang dalam hal ini penegak hukum) dekat pelaku, keluarga dan lembaga
membantu korban dan mendukung kemasyarakatan untuk mencegah
pemenuhan kewajiban pelaku. terjadinya kejahatan, ikatan sosial dan
b. Rehabilitasi pelaku. Fokus utama reintegrasi dalam konsep ini senantiasa
peradilan restoratif adalah untuk harus ditingkatkan.
kepentingan dan membangun secara
UBELAJ, Volume 3 Number 2, October 2018 | 150

Berdasarkan pendapat tersebut sejarah dan peradaban manusia. Penyelesaian


indikator dalam peradilan restoratif dapat perkara dengan pendekatan keadilan
dilihat dari peran serta pelaku, korban, restoratif pada umumnya dilakukan dengan
masyarakat dan para profesional atau para menerapkan ganti rugi oleh pelaku dan
penegak hukum. masing-masing berperan keluarganya kepada korban dan/atau
sebagai berikut : keluarganya serta kepada masyarakat.
a. Pelaku : pelaku aktif untuk merestore Pemulihan yang dilakukan oleh pelaku bisa
kerugian korban dan masyarakat, dengan juga berupa ganti rugi, pekerjaan sosial atau
demikian ia harus menghadapi melakukan sesuatu perbaikan atau kegiatan
korban/wakil korban serta menghadapi tertentu sesuai dengan keputusan bersama
masyarakat. yang telah disepakati semua pihak dalam
b. Korban: aktif terlibat dalam semua pertemuan yang dilakukan. Dengan demikian
tahapan atau proses penyelesaian perkara tepatlah kiranya apabila dikatakan bahwa
dan berperan aktif dalam mediasi dan ikut model penyelesaian dengan pendekatan
menentukan sanksi bagi pelaku keadilan restoratif merupakan suatu proses di
c. Masyarakat: terlibat sebagai mediator, luar peradilan formal yang dijalankan dengan
bertugas untuk mengembangkan memperhitungkan pengaruh yang lebih luas
pelayanan masyarakat dan menyediakan terhadap korban, pelaku dan masyarakat itu
kesempatan, bagi pelaku sebagai wujud sendiri.
kewajiban reparatif, membantu korban Menurut Komariah E. Sapardjaja,
dan mendukung pemenuhan kewajiban prinsip-prinsip dasar yang terkandung dalam
pelaku pendekatan keadilan restoratif adalah :
d. Para profesional atau para aparat penegak a. Keadilan yang dituntut adalah adanya
hukum : memfasilitasi berlangsungnya upaya pemulihan bagi pihak yang
mediasi, memberikan jaminan dirugikan
terselenggaranya restoratif, b. Siapapun yang terlibat dan terkena
mengembangkan opsi-opsi pelayanan dampak tindak pidana harus mendapat
masyarakat secara kreatif/restorative serta kesempatan untuk berpartisipasi penuh
melibatkan anggota masyarakat dalam dalam menindaklanjutinya.
proses penyelesaian perkara. c. Pemerintah berperan dalam menciptakan
ketertiban umum sementara masyarakat
Pendekatan keadilan restoratif dewasa membangun dan memelihara
ini telah menjadi model dominan dari sistem perdamaian.
peradilan pidana dalam perkembangan
UBELAJ, Volume 3 Number 2, October 2018 | 151

Dalam konsep restorative justice keadaan yang di dalamnya termasuk ganti


penanganan kejahatan atau tindak pidana rugi terhadap korban melalui cara-cara
yang terjadi bukan hanya menjadi tanggung tertentu yang disepakati oleh para pihak yang
jawab negara akan tetapi juga merupakan terlibat di dalamnya. Prinsip utama
tanggung jawab masyarakat. Oleh karena itu penyelesaian tindak pidana melalui
konsep keadilan restoratif dibangun pendekatan restoratif merupakan suatu
berdasarkan pengertian bahwa kejahatan atau penyelesaian yang bukan hanya sekedar alat
tindak pidana yang telah menimbulkan untuk mendorong seseorang untuk
kerugian (baik bagi korban ataupun melakukan kompromi terhadap terciptanya
masyarakat luas) harus dipulihkan kembali kesepakatan, tetapi pendekatan dimaksud
baik kerugian yang diderita oleh korban harus mampu menembus ruang hati dan
maupun kerugian yang diderita oleh pikiran para pihak yang terlibat dalam proses
masyarakat. Dengan demikian keterkaitan penyelesaian dalam memahami makna dan
dan keterlibatan anggota masyarakat sangat tujuan dilakukannha suatu pemulihan dan
dibutuhkan untuk membantu memperbaiki sanksi yang diterapkan adalah sanksi yang
kesalahan dan penyimpangan yang terjadi memulihkan dan bersifat mencegah.
dalam lingkungan masyarakat yang Dengan demikian terjadi pergeseran
bersangkutan. pemikiran dari model penghukuman
Pemberian penghargaan dan tradisional (pembalasan dan rehabilitasi)
penghormatan pada korban dan/atau kepada model penghukuman yang
keluarganya dan masyarakat dengan memberikan keadilan yakni dengan
mewajibkan pelaku dan/atau keluarganya memberikan akses kepada keadilan itu
melakukan pemulihan kembali atas akibat sendiri terutama keadilan yang ditujukan
dari tindak pidana yang telah dilakukannya pada keadilan masyarakat secara luas. Hal ini
dapat berupa ganti rugi, pekerjaan sosial atau menjadi penting untuk diperhatikan baik bagi
melakukan sesuatu perbaikan atau kegiatan kalanga akademisi maupun bagi para praktisi
tertentu sesuai dengan keputusan bersama hukum karena nilai ini merupakan titik awal
yang telah disepakati semua pihak dalam atau atas dasar lahirnya konsep keadilan
pertemua yang dilakukan. restoratif.
Menurut Rufinus Hotmaulana Pendekatan keadilan restoratif
Hutauruk bahwa proses penanggulangan merupakan sebuah paradigma baru dalam
tindak pidana melalui pendekatan restoratif merespons terjadinya tindak pidana. Dalam
adalah suatu proses penyelesaian tindak perspektif pendekatan keadilan restoratif
pidana yang bertujuan untuk memulihkan tindak pidana dipahami sebagai suatu
UBELAJ, Volume 3 Number 2, October 2018 | 152

sengketa atau konflik yang merusak pandangan ini proses-proses penyelesaian


hubungan antar individu dan masyarakat tindak pidana melalui pendekatan
(bukan sekedar sebagai pelanggaran hukum restoratif seharusnya dapat menggantikan
dimana sebagai konsekuensinya pelakunya semua proses dalam sistem peradilan
akan berhadapan dengan negara. Dengan pidana pada umumnya.
kata lain korban atas terjadinya tindak pidana b. Dual Track System. Model Dual Track
bukanlah negara mealainkan individu. Oleh System ini dapat dibuat menjadi suatu
karenanya kejahatan menciptakan kewajiban pendamping alternatif bersama sistem
untuk memebenahi rusaknya hubungan peradilan pidana yang ada. Dalam suatu
akibat terjadinya suatu tindak pidana. model jalur ganda, proses restoratif dan
Menurut Van Ness sebagaimana proses tradisional akan berdampingan
dikutip oleh Rufinus Hotmaulana Hutauruk secara bersama-sama dimana para pihak
mempostulatkan beberapa model pendekatan dapat menentukan jalannya proses dari
sebagai pilihan alternatif yang dapat suatu kasus tertentu. Jika kesepakatan
menggambarkan tempat dan kedudukan untuk memasuki proses restoratif tidak
pendekatan keadilan restoratif dalam sistem dapat dicapai (dengan konsensus semua
hukum pidana yaitu sebagai berikut : pihak yang berkepentingan) maka sistem
a. Unified System. Dalam masyarakat yang pengadilan peradilan pidana akan tetap
semakin sadar akan pentingya kesetaraan tersedia. Jadi dalam hal ini pendekatan
dalam hukum. Christie menyatakan bahwa restoratif ditempatkan menduduki posisi
negara telah mencuri konflik dari para primer sedangkan lembaga-lembaga
pihak menjadi suatu pilihan yang dapat formal adalah berperan sebagai suatu
memberi pandangan untuk memvisikan unsur pendukung.
pendekatan restoratif menggantikan c. Safeguard System. Model ini adalah suatu
peradilan pidana. untuk mengembalikan model yang dirancang untuk menangani
konflik itu ke pemiliknya yang berhak tindak pidana melalui pendekatan
memerlukan suatu pendekatan yang restoratif dimana program-program
benar-benar berbeda dalam mengelola restoratif akan menjadi sarana utama
pemberian proses-proses keadilan yang untuk menangani permasalahan-
memungkinkan korban dan pelanggar permasalahan tindak pidana. Dengan
dapat menentukan sendiri hasil demikian hal ini berarti bahwa akan
penyelesaian konfliknya tersebut dan terjadi suatu peralihan besar dari sistem
negara tidak memiliki hak mutlak atas peradilan pidana pada umumnya yang
konflik dimaksud, sehingga berdasar akan mengalami reduksi ke sistem
UBELAJ, Volume 3 Number 2, October 2018 | 153

keadilan restoratf. Namun untuk kasus- tindak pidana serupa tidak terulang
kasus tertentu akan tetap ditangani oleh kembali
sistem peradilan pidana kontemporer c. Pengertian tindak pidana bukan hanya
(kasus-kasus yang dianggap tidak sesuai sekedar pelanggaran hukum terhadap
untuk ditangani oleh suatu proses atau negara, tetapi juga dimaknai sebagai
program restoratif). perbuatan yang merusak hubungan antar
d. Hybrid System. Dalam model ini proses individu dan individu, dan masyarakat
penentuan atau penetapan seseorang serta individu.
bersalah diproses dalam sistem peradilan d. Tindak pidana merupakan suatu perbuatan
pidana pada umumnya dan kemudian yang menimbulkan kerugian bagi korban
dalam proses penentuan sanksi maka yang harus dipulihkan.
konsep pendekatan restoratif dapat e. Beban pembuktian dan penyelesaian
dipergunakan untuk menentukan jenis tindak pidana bukan semata-mata beban
sanksinya. Dalam system hybrida, baik dari negara, tetapi merupakan beban
respon pendekatan restoratif maupun individu dan masyarakat.
respon peradilan pidana kontemporer f. Penyelesaian tindak pidana harus
dipandang sebagai bagian-bagian normatif diselesaikan secara adil dan seimbang,
dari sistem peradilan. melalui suatu forum diskusi dan dialog
Praktek-praktek restoratif sebenarnya yang bersifat membangun bagi para pihak
telah ada dalam kultur atau budaya Indonesia yang terlibat di dalamnya khususnya
sebagaimana telah dilakukan di Sumatera korban dan pelaku yang telah menyatakan
Barat, sekalipun hal itu dilakukan oleh rasa penyesalannya atau masing-masing
kalangan elit tertentu dari masyarakat. Dari keluarganya.
pendekatan restoratif tersebut terdapat g. Proses pemulihan bertujuan untuk
pandangan-pandangan umum tentang menyelesaikan konflik dan mencegah
restoratif tersebut antara lain : tindak pidana yang dapat dilakukan
a. Tujuan keadian harus dimaknai sebagai melalui serangkaian pilihan pertemuan
pemulihan keadaan dan penggantian antara keluarga atau masyarakat dan wakil
kerugian yang diderita korban. pemerintah yang disesuaikan dengan
b. Tujuan pemulihan dan ganti rugi adalah kompleksitas masalah serta proses
bagian dari proses perbaikan menyeluruh penyelesaian praktis lainnya. Pertemuan
terhadap seluruh hubungan yang telah tersebut diperlukan untuk dapat
rusak termasuk untuk mencegah agar mengambil keputusan bersama dan
memastikan bahwa proses tersebut
UBELAJ, Volume 3 Number 2, October 2018 | 154

berjalan dengan aman, saling bahwa ia mampu menaati rencana


menghormati, dan dapat membimbing tersebut.
para pihak menghadapi hal-hal yang kritis. i. Peranan pemerintah adalah memelihara
Pertemuan tersebut juga dimaksud untuk ketertiban umum, sedangkan peranan
mencari pemecahan bagaimana masyarakat adalah menciptakan dan
menghadapi kejadian setelah timbulnya memelihara perdamaian.
tindak pidana termasuk untuk memastikan Penyelesaian perkara dengan
kesejahteraan atau kepuasan materil dari pemidanaan seringkali tidak memuaskan
si korban, penegasan kembali bahwa semua pihak dan tidak menimbulkan dampak
mereka tidak akan dipersalahkan, adanya positif baik bagi pelaku, korban dan
perhatian kepada kebutuhan emosional masyarakat. Oleh karena itu perlu adanya
korban, pemecahan terhadap setiap pemikiran dan terobosan di bidang hukum
konflik antara korban dengan pelaku (baik tepatnya dalam metode penyelesaian perkara
karena kejahatan itu sendiri maupun yang pidana melalui jalur non litigasi dengan
sudah ada sebelumnya), pemecahan prinsip-prinsip atau nilai-nilai keadilan
pertentangan yang terjadi diantara para restoratif yakni dengan menerapkan model
anggota keluarga atau dengan masyarakat, ADR (Alternative Dispute Resolution) atau
memecahkan kesulitan-kesulitan antara ada pula yang menyebutkan dengan istilah
pelaku dengan keluarganya serta teman- Apropriate Dispute Resolution.
teman lainnya sebagai akibat dari Pemidanaan dan penjara bukanlah satu-
kejahatan tersebut, misalnya malu untuk satunya solusi terbaik dalam menyelesaikan
mengenal pelaku, serta memberi kejahatan atau tindak pidana pada khususnya
kesempatan kepada pelaku untuk kejahatan atau tindak pidana dengna
membebaskan rasa bersalah melalui kerusakan atau kerugian yang
permintaan maat dan penggantian ditimbulkannya masih bisa direstorasi,
kerugian. sehingga kondisi yang telah rusak atau pihak
h. Proses pemulihan juga meliputi tindakan yang dirugikan dapat dikembalikan ke
mengatasi alasan-alasan /penyebab keadaan semula. Restorasi tersebut
kejahatan yang bersangkutan, membuat memungkinkan adanya penghilangan stigma
rencana rehabilitasi, perjanjian antara buruk dari masyarakat terhadap individu
anggota keluarga dengan masyarakat yang pelaku. Paradigma penghukuman tersebut
hadir berdasarkan suatu sistem dukungan dikenal sebagai restorative justice, dimana
bagi pelaku kejahatan, untuk memastikan pelaku diwajibkan memperbaiki kerugian
yang telah ditimbulkannya kepada korban,
UBELAJ, Volume 3 Number 2, October 2018 | 155

masyarakat dan pihak lain yang merasa mediasi penal harus diterapkan dana
dirugikan. dilaksanakan dengan mengacu pada nilai-
Penyelesaian perkara dengan prinsip nilai keadilan, nilai kepastian hukum, nilai
keadilan restoratif salah satunya kemanfaatan dengan tetap
diimplementasikan dalam bentuk mediasi mempertimbangkan landasan filosofis,
penal atau dalam beberapa istilah disebut yuridis, dan sosiologis.
juga dengan mediation in criminal cases, atau Meskipun demikian penerapan konsep
mediation in penalmatters. Untuk penyelesaian perkara pidana dengan
menggambarkan hal ini terdapat beberapa pendekatan keadilan restoratif yang
istilah yang digunakan tergantung dari diimplementasikan dengan penyelesaian
bahasa yang digunakan. perkara dengan jalur damai atau dikenal
Penyelesaian perkara pidana dengan dengan istilah mediasi penal pada
prinsip keadilan restoratif salah satunya kenyataannya belum dapat dilaksanakan
diimplementasikan dalam bentuk mediasi secara terpadu dan menyeluruh. Hal ini
penal dinilai dan dirasakan sangat signifikan dikarenakan tidak sedikit aparat penegak
dalam proses penegakan hukum meskipun hukum yang belum menyadari pentingnya
saat itu dapat dikatakan masih menyimpang penyelesaian perkara dengan jalur damai atau
dari prosedur sistem hukum. Oleh karenanya mediasi penal dan belum memahami konsep
penyelesaian perkara pidana prinsip keadilan dan pengimplementasian penyelesaian
restoratif yakni dalam bentuk mediasi penal perkara pidana dengan pendekatan keadilan
sudah selayaknya dimasukkan atau diatur restoratif oleh karena kedua konsep tersebut
secara tegas dalam sistem hukum yang (konsep keadilan restoratif dan konsep
berlaku. Di samping itu perlu untuk disadari mediasi penal) relatif baru dalam penegakan
bahwa penyelesaian perkara pidana dengan hukum pidana.
prinsip keadilan restoratif yakni dalam Dalam konsep penyelesaian perkara
bentuk mediasi penal tidak dapat dilepaskan pidana dengan pendekatan keadilan restoratif
dari cita hukum dan asas-asas hukum yang yang diimplementasikan dengan
didasarkan pada landasan filsafat hukum penyelesaian perkara melalui jalur damai
yaitu keadilan dan asas hukum dalam proses atau dikenal dengan istilah mediasi penal
penyelesaian perkara yang mengacu pada dinilai memiliki beberapa kelebihan.
sumber hukum tertulis dan sumber hukum Kelebihan-kelebihan tersebut misalnya dapat
tidak tertulis. Oleh karena itu penerapan menghindarkan seseorang masuk dalam
konsep penyelesaian perkara pidana dengan lembaga pemasyarakatan, menghindari
jalur damai atau dikenal dengan istilah stigmatisasi terpidana, menghemat biaya
UBELAJ, Volume 3 Number 2, October 2018 | 156

negara, memulihkan kerugian korban dan tidak menerapkan konsep atau pendekatan
masyarakat, menjaga hubungan keadilan restoratif maka putusan yang
kemasyarakatan, mencapai tujuan restoratif tidak mungkin dapat terlaksana.
pemidanaan (efek jera dan pencegahan) dan Misalnya kepolisian, dan kejaksaan telah
lain sebagainya. menganut konsep keadilan restoratif namun
Penerapan penyelesaian perkara pidana hakim masih menganut pola pikir yang
dengan keadilan restoratif antara korban dan legistis, dalam kasus seperti ini hakim akan
pelaku dilakukan dengan cara-cara yaitu : menjatuhkan putusan yang sangat normatif
a. Menyelenggarakan pertemuan yang sehingga lembaga pemasyarakataan tidak
mengundang korban, pelaku dan keluarga bisa menerapkan konsep keadilan restoratif.
yang mendukung mereka Oleh karenanya pendekatan atau konsep
b. Memberikan kesempatan kepada semua keadilan restoratif harus dilaksanakan secara
pihak untuk menceritakan bagaimana terintegrasi antara komponen yang satu
kejahatan yang telah terjadi dan dengan komponen yang lainnya. Sebaliknya
mengusulkan solusi atau rencana aksi apabila satu komponen tidak menjalankan
c. Setelah pelaku dan keluarganya pendekatan atau konsep keadilan restoratif
mendengarkan pendapat pihak lain, beri maka pendekatan atau konsep keadilan
mereka kesempatan untuk mengusulkan restoratif itu sendiri tidak akan terealisasi
solusi akhir yang dapat disetujui oleh dengan baik.
semua pihak yang hadir. Kesimpulan
d. Awasi pelaksanaan dari proposal tersebut Konsep restorative justice belum diatur
terutama yang berkaitan dengan secara jelas dalam sistem peradilan pidana
kompensasi untuk korban. Indonesia sehingga menempatkan penegak
Konsep atau pendekatan keadilan hukum dalam posisi yang sulit dan dilematis
restoratif harus dilaksanakan secara mengingat penyelesaian perkara dalam
terintegrasi antara kepolisian, kejaksaan, perkara pidana saat ini sangat formalistik
hakim, lembaga pemasyarakatan, komisi legalistik. Pendekatan atau konsep keadilan
yudisial dan advokat. Di samping itu bahwa restoratif pada dasarnya telah ada dan telah
pelaksanaan atau implementasi konsep atau lama dipraktekkan dalam kehidupan
pendekatan keadilan restoratif harus bermasyarakat Indonesia. Hal ini karena
diaplikasikan dalam struktural, subtansial dan nilai-nilai perdamaian yang terkandung
kultural sistem peradilan pidana terpadu dalam pendekatan atau konsep keadilan
Indonesia. Hal in menjadi penting mengingat restoratif sesuai dengan nilai-nilai yang
apabila salah satu dari komponen tersebut terdapat dalam hukum adat dan hukum islam
UBELAJ, Volume 3 Number 2, October 2018 | 157

serta sesuai pula dengan nilai-nilai pancasila. berada di tangan para pihak, bukan pada
Hukum Pidana Islam dan hukum adat penguasa (negara). Semangat penyelesaian
(khususnya hukum pidana adat) sebagai perkara dengan pidana dengan restoratif
living law di Indonesia sangat menganjurkan yang berdasarkan perdamaian antara korban
penyelesaian sengketa dengan cara atau keluarga dengan melibatkan komunitas
perdamaian. Dengan demikian bagi kedua dan aparat penegak hukum untuk
sistem hukum ini, segala sengketa bisa membicarakan masalah hukumnya dengan
didamaikan apabila ada kesepakatan antara mengedepankan prinsip-prinsip win-win
pelaku dan korban. Semangat perdamaian solution yang menjadi harapan masyarakat
kedua sistem hukum yang telah lama ada di Indonesia sehingga penjara yang ada di
Indonesia ini tentunya sama dengan Indonesia tidak penuh sesak seperti sekarang
semangat atau nilai-nilai yang terdapat dalam ini.
konsep keadilan restoratif. Negara Indonesia Referensi
adalah negara hukum. Penegakan hukum Afhonul Afif, (2015), Pemaafan,
pidana di Indonesia harus dilaksanakan Rekonsiliasi, & Restorative Justice,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
secara terintegrasi yakni dalam koridor
sistem peradilan pidana yang terpadu Bambang Waluyo, (2015), Penegakan
Hukum di Indonesia, Sinar Grafika,
sebagaimana diatur secara tegas dalam Kitab Jakarta
Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
Burt Galaway and Joe Hudson, (2011),
Meskipun demikian perlu diketahui bahwa Criminal Justice, Restitution and
dalam sistem hukum di Indonesia saat ini Reconciliationn(criminal justice),
Monsey, NY: Criminal Justice Press,
tidak mengakui adanya mediasi dalam sistem
Eva Achjani Zulfa, (2012), Pergeseran
peradilan pidana. akan tetapi dalam
Paradigma Pemidanaan, Lubuk
prakteknya di lapangan banyak perkara Agung, BandungNatangsa Surbakti,
2015, Peradilan Restoratif Dalam
pidana diselesaikan melalui mekanisme
Bingkai Empiri, Teori dan Kebijakan,
dengan pendekatan restoratif yang Genta Publishing, Yogyakarta
merupakan inisiatif dari aparat penegak Gordon Bazemore and Mara Schiff, (2010),
hukum sebagai bagian dari penyelesaian Juvenile Justice Reform and
Restorative Justice: Building Theory
perkara, sebagai pengimplementasian hukum and Policy Form Practice, Willan
pidana adat maupun hukum pidana Islam. Publishing, Oregon.
Dalam konsep keadilan restoratif ini T.J. Gunawan, (2015), Konsep Pemidanaan
memberikan perhatian yang sama terhadap Berbasis Nilai Kerugian Ekonomi,
Genta Press,Yogyakarta
korban dan pelaku. Di samping itu otoritas
untuk menentukan rasa keadilan masyarakat
UBELAJ, Volume 3 Number 2, October 2018 | 158

Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Viktimologi Indonesia, 18-20


Barkatullah, (2012), Filsafat, Teori dan September 2016, Purwokerto, Jawa
Imu Hukum:Pemikiran Menuju Tengah
Masyarakat Yang Berkeadilan dan
Bermartabat, Raja Grafindo Persada, Kuat Yudi Prayitno, Restorative Justice
Jakarta. Untuk Peradilan di Indonesia
(Perspektif Yuridis Filosofis dalam
Nur Rochaeti, (2016), Keadilan Restoratif Penegakan Hukum in Concreto), dalam
Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak Jurnal Dinamika Hukum, Vol. 12, No 3
di Indonesia, Makalah Pelatihan September 2012

You might also like