Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
The criminal punishment system in the Criminal Code basically still retains the
retributive paradigm, namely providing appropriate retaliation for crimes committed by
perpetrators and still focusing on prosecuting criminals, not paying attention to the recovery
of losses. and the suffering of the victims lost due to crime. Retributive paradigm with the aim
of providing a deterrent effect for the perpetrator not to repeat the crime again and prevent
the community from committing a crime. The use of the retributive paradigm has not been
able to recover the losses and sufferings experienced by victims. Even though the offender
was convicted and sentenced, the victim's condition could not return to normal. With this
weakness, the idea of a punishment system emerged that was oriented towards the recovery of
victims and suffering of victims, which was called restorative justice, because the victims
were the parties most harmed by crime. By using the normative juridical method it can be
concluded that the settlement of crimes with restorative justice can accommodate the interests
of the parties, including victims because the victims are involved in determining sanctions for
the perpetrators. Restorative justice returns conflict to the most affected parties - victims,
perpetrators, and the community, and prioritizes their interests. With law enforcement
through restorative justice it is expected that the losses and suffering suffered by victims and
their families can be restored and the burden of guilt of criminals can be reduced because
they have received forgiveness from victims or their families.
Keywords: Restorative Justice, Criminal Settlement, Criminal Justice System
ABSTRAK
mengembalikan konflik ke pihak yang paling terkena dampak - korban, pelaku, dan
masyarakat, dan mengutamakan kepentingan mereka. Dengan penegakan hukum melalui
peradilan restoratif diharapkan bahwa kerugian dan penderitaan yang dialami oleh korban dan
keluarga mereka dapat dipulihkan dan beban rasa bersalah para penjahat dapat dikurangi
karena mereka telah menerima pengampunan dari korban atau keluarganya.
Kata Kunci: Keadilan Restoratif, Penyelesaian Tindak Pidana , Sistem Peradilan Pidana
akan terdapat pihak yang menang dan ada memenuhi rasa keadilan. Publik menilai
pihak yang kalah. Dengan kenyataan seperti bahwa aparat penegak hukum yang dalam hal
ini penyelesaian suatu perkara melalui jalur ini adalah polisi dan jaksa seharusnya tidak
peradilan tradisional apda umumnya kerap melanjutkan perkara tersebut ke pengadilan
menimbulkan satu rasa tidak enak di benak karena dapat diselesaikan melalui pola-pola
pihak yang kalah, sehingga berupaya untuk penyelesaian yang disepakati oleh
mencari keadilan ke tingkat peradialn lebih keduabelah pihak. Hal ini menjadi menarik
lanjut. untuk diperbincangkan mengingat bahwa
Terkait dengan hal itu, Satjipto sifat dari hukum pidana adalah ultimum
Rahardjo menyatakan, bahwa penyelesaian remidium yang berarti suatu upaya terakhir
perkara melalui sistem peradilan yang yang ditempuh bilamana tidak ada upaya lain
berujung pada vonis pengadilan merupakan untuk menyelesaikan perkara. Namun pada
suatu penegakan hukum ke arah jalur lambat. perkembangannya hukum pidana justru
Hal ini karena penegakan hukum itu melalui digunakan seagai upaya pertama dalam
jarak tempuh yang panjang, melalui berbagai menyelesaikan suatu masalah justru
tingkatan mulai dari kepolisian, kejaksaan, digunakan sebagai upaya pertama dalam
pengadilan negeri, pengadilan tinggi bahkan menyelesaikan suatu masalah antara orang
sampai ke Mahkamah Agung. Pada akhirnya yang satu dengan yang lain. pergeseran
berdampak pada penumpukan perkara yang fungsi hukum pidana ini menunjukkan bahwa
jumlahnya tidak sedikit di pengadilan. masyarakat telah meninggalkan sedikit demi
Disamping menimbulkan penumpukan sedikit budaya berhukum.
perkara dalam banyak kasus yang terjadi Dengan demikian dapat dilihat bahwa
khususnya yang terjadi di Indonesia, fenomena yang terjadi menunjukkan dalam
misalnya kasus pencurian sandal jepit yang hukum Indonesia masih sering didapati fakta
menimpa AAL, kasus pencurian piring yang bahwa keadilan yang diharapkan melalui
menimpa Rasminah, kasus pencurian kakao jalur formal ternyata belum tentu
yang senilai Rp. 2.500.000 yang menimpa mencerminkan rasa keadilan, mahal,
Aminan, dan kasus pencurian buah randu, berkepanjangan, melelahkan dan tidak
kasus pencurian semangka serta beberapa menyelesaikan masalah serta lebih parah lagi
kasus lainnya yang sejenis tidak seharunya adalah di dalamnya penuh dengan praktek
dituntut dan masuk ke pengadilan. Dikatakan korupsi, kolusi dan nepotisme. Dari hal-hal
demikian karena putusan hakim dalam kasus- tersebut ternyata banyak kasus yang terjadi
kasus tersebut dan kasus-kasus lain sejenis dalam masyarakat pada dasarnya tidak layak
banyak dikecam publik karena dinilai tidak
UBELAJ, Volume 3 Number 2, October 2018 | 145
masyarakat yang dianggap dapat menengahi antara satu teori dan teori lainnya. Untuk itu
dan menyelesaikan permasalahan tersebut. diperlukan pendekatan multidimensional
Perdamaian antara korban dan pelaku yang bersifat mendasar terhadap dampak
atau pihak yang bersengketa serta pemidanaan, baik yang menyangkut dampat
perdamaian yang dimaksud bertujuan agar yang bersifat individual maupun keharusan
keadaan yang menimbulkan perselisihan atau untuk memilih teori integratif tentang tujuan
persengketaan itu bisa dinetralisir sehingga pemidanaan yang dapat mempengaruhi
antara korban dan pelaku kembali menjadi fungsinya dalam rangka mengatasi
seperti semula sebelum terjadi persengketaan kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh
inilah yang dinamakan perdamaian. Di suatu tindak pidana.
samping itu dengan dilaksanakannya konsep Keadilan restoratif merupakan filosofi
perdamaian dalam menyelesaikan hukum baru yang merupakan gabungan dari
permasalahan tentunya dapat mengatasi teori pemidanaan yang ada. Keadilan
segala permasalaan dalam sistem peradilan restoratif yang berorientasi pada
pidana tradisional misalnya terjadinya penyelesaian perkara yang memfokuskan
penumpukan perkara, permasalahan- perhatian kepada pelaku, korban maupun
permasalahan dalam lembaga masyarakat. Di sini keadilan restoratif
pemasyarakatan dan lain sebagainya. mengandung nilai teori pemidanaan yang
Berdasarkan uraian tersebut di atas klasik yang terfokus pada upaya pemulihan
maka yang menjadi permasalahan dalam korban yang terdapat dalam teori pemidanaan
penulisan ini bagaimanakah konsep keadilan retributif, deterrence, rehabilitation,
restoratif dalam penegakan hukumnya dalam resocialization. Selain terfokus pada
sistem peradilan pidana di Indonesia. pemulihan pelaku keadilan restoratif juga
Dalam menyelesaikan suatu perkara memperhatikan kepentingan korban dan
pidana baik pola penegakan hukumnya masyarakat. Adapun ciri-ciri dari
maupun personil aparat penegak hukumnya pelaksanaan restorative justice dalam
tidaklah adil apabila menyelesaikan suatu merespon suatu tindak pidana adalah sebagai
persoalan pidana hanya memperhatikan salah berikut :
satu kepentingan saja, baik pelaku maupun a. Melakukan identifikasi dan
korban. Maka diperlukan suatu teori mengambil langkah untuk
pemidanaan yang mewakili semua aspek memperbaiki kerugian yang
dalam penyelesaian suatu perkara baik diciptakan
korban, pelaku dan masyarakat oleh b. Melibatkan seluruh pihak yang terkait
karenanya diperlukan adanya kombinasi
UBELAJ, Volume 3 Number 2, October 2018 | 148
keadilan restoratf. Namun untuk kasus- tindak pidana serupa tidak terulang
kasus tertentu akan tetap ditangani oleh kembali
sistem peradilan pidana kontemporer c. Pengertian tindak pidana bukan hanya
(kasus-kasus yang dianggap tidak sesuai sekedar pelanggaran hukum terhadap
untuk ditangani oleh suatu proses atau negara, tetapi juga dimaknai sebagai
program restoratif). perbuatan yang merusak hubungan antar
d. Hybrid System. Dalam model ini proses individu dan individu, dan masyarakat
penentuan atau penetapan seseorang serta individu.
bersalah diproses dalam sistem peradilan d. Tindak pidana merupakan suatu perbuatan
pidana pada umumnya dan kemudian yang menimbulkan kerugian bagi korban
dalam proses penentuan sanksi maka yang harus dipulihkan.
konsep pendekatan restoratif dapat e. Beban pembuktian dan penyelesaian
dipergunakan untuk menentukan jenis tindak pidana bukan semata-mata beban
sanksinya. Dalam system hybrida, baik dari negara, tetapi merupakan beban
respon pendekatan restoratif maupun individu dan masyarakat.
respon peradilan pidana kontemporer f. Penyelesaian tindak pidana harus
dipandang sebagai bagian-bagian normatif diselesaikan secara adil dan seimbang,
dari sistem peradilan. melalui suatu forum diskusi dan dialog
Praktek-praktek restoratif sebenarnya yang bersifat membangun bagi para pihak
telah ada dalam kultur atau budaya Indonesia yang terlibat di dalamnya khususnya
sebagaimana telah dilakukan di Sumatera korban dan pelaku yang telah menyatakan
Barat, sekalipun hal itu dilakukan oleh rasa penyesalannya atau masing-masing
kalangan elit tertentu dari masyarakat. Dari keluarganya.
pendekatan restoratif tersebut terdapat g. Proses pemulihan bertujuan untuk
pandangan-pandangan umum tentang menyelesaikan konflik dan mencegah
restoratif tersebut antara lain : tindak pidana yang dapat dilakukan
a. Tujuan keadian harus dimaknai sebagai melalui serangkaian pilihan pertemuan
pemulihan keadaan dan penggantian antara keluarga atau masyarakat dan wakil
kerugian yang diderita korban. pemerintah yang disesuaikan dengan
b. Tujuan pemulihan dan ganti rugi adalah kompleksitas masalah serta proses
bagian dari proses perbaikan menyeluruh penyelesaian praktis lainnya. Pertemuan
terhadap seluruh hubungan yang telah tersebut diperlukan untuk dapat
rusak termasuk untuk mencegah agar mengambil keputusan bersama dan
memastikan bahwa proses tersebut
UBELAJ, Volume 3 Number 2, October 2018 | 154
masyarakat dan pihak lain yang merasa mediasi penal harus diterapkan dana
dirugikan. dilaksanakan dengan mengacu pada nilai-
Penyelesaian perkara dengan prinsip nilai keadilan, nilai kepastian hukum, nilai
keadilan restoratif salah satunya kemanfaatan dengan tetap
diimplementasikan dalam bentuk mediasi mempertimbangkan landasan filosofis,
penal atau dalam beberapa istilah disebut yuridis, dan sosiologis.
juga dengan mediation in criminal cases, atau Meskipun demikian penerapan konsep
mediation in penalmatters. Untuk penyelesaian perkara pidana dengan
menggambarkan hal ini terdapat beberapa pendekatan keadilan restoratif yang
istilah yang digunakan tergantung dari diimplementasikan dengan penyelesaian
bahasa yang digunakan. perkara dengan jalur damai atau dikenal
Penyelesaian perkara pidana dengan dengan istilah mediasi penal pada
prinsip keadilan restoratif salah satunya kenyataannya belum dapat dilaksanakan
diimplementasikan dalam bentuk mediasi secara terpadu dan menyeluruh. Hal ini
penal dinilai dan dirasakan sangat signifikan dikarenakan tidak sedikit aparat penegak
dalam proses penegakan hukum meskipun hukum yang belum menyadari pentingnya
saat itu dapat dikatakan masih menyimpang penyelesaian perkara dengan jalur damai atau
dari prosedur sistem hukum. Oleh karenanya mediasi penal dan belum memahami konsep
penyelesaian perkara pidana prinsip keadilan dan pengimplementasian penyelesaian
restoratif yakni dalam bentuk mediasi penal perkara pidana dengan pendekatan keadilan
sudah selayaknya dimasukkan atau diatur restoratif oleh karena kedua konsep tersebut
secara tegas dalam sistem hukum yang (konsep keadilan restoratif dan konsep
berlaku. Di samping itu perlu untuk disadari mediasi penal) relatif baru dalam penegakan
bahwa penyelesaian perkara pidana dengan hukum pidana.
prinsip keadilan restoratif yakni dalam Dalam konsep penyelesaian perkara
bentuk mediasi penal tidak dapat dilepaskan pidana dengan pendekatan keadilan restoratif
dari cita hukum dan asas-asas hukum yang yang diimplementasikan dengan
didasarkan pada landasan filsafat hukum penyelesaian perkara melalui jalur damai
yaitu keadilan dan asas hukum dalam proses atau dikenal dengan istilah mediasi penal
penyelesaian perkara yang mengacu pada dinilai memiliki beberapa kelebihan.
sumber hukum tertulis dan sumber hukum Kelebihan-kelebihan tersebut misalnya dapat
tidak tertulis. Oleh karena itu penerapan menghindarkan seseorang masuk dalam
konsep penyelesaian perkara pidana dengan lembaga pemasyarakatan, menghindari
jalur damai atau dikenal dengan istilah stigmatisasi terpidana, menghemat biaya
UBELAJ, Volume 3 Number 2, October 2018 | 156
negara, memulihkan kerugian korban dan tidak menerapkan konsep atau pendekatan
masyarakat, menjaga hubungan keadilan restoratif maka putusan yang
kemasyarakatan, mencapai tujuan restoratif tidak mungkin dapat terlaksana.
pemidanaan (efek jera dan pencegahan) dan Misalnya kepolisian, dan kejaksaan telah
lain sebagainya. menganut konsep keadilan restoratif namun
Penerapan penyelesaian perkara pidana hakim masih menganut pola pikir yang
dengan keadilan restoratif antara korban dan legistis, dalam kasus seperti ini hakim akan
pelaku dilakukan dengan cara-cara yaitu : menjatuhkan putusan yang sangat normatif
a. Menyelenggarakan pertemuan yang sehingga lembaga pemasyarakataan tidak
mengundang korban, pelaku dan keluarga bisa menerapkan konsep keadilan restoratif.
yang mendukung mereka Oleh karenanya pendekatan atau konsep
b. Memberikan kesempatan kepada semua keadilan restoratif harus dilaksanakan secara
pihak untuk menceritakan bagaimana terintegrasi antara komponen yang satu
kejahatan yang telah terjadi dan dengan komponen yang lainnya. Sebaliknya
mengusulkan solusi atau rencana aksi apabila satu komponen tidak menjalankan
c. Setelah pelaku dan keluarganya pendekatan atau konsep keadilan restoratif
mendengarkan pendapat pihak lain, beri maka pendekatan atau konsep keadilan
mereka kesempatan untuk mengusulkan restoratif itu sendiri tidak akan terealisasi
solusi akhir yang dapat disetujui oleh dengan baik.
semua pihak yang hadir. Kesimpulan
d. Awasi pelaksanaan dari proposal tersebut Konsep restorative justice belum diatur
terutama yang berkaitan dengan secara jelas dalam sistem peradilan pidana
kompensasi untuk korban. Indonesia sehingga menempatkan penegak
Konsep atau pendekatan keadilan hukum dalam posisi yang sulit dan dilematis
restoratif harus dilaksanakan secara mengingat penyelesaian perkara dalam
terintegrasi antara kepolisian, kejaksaan, perkara pidana saat ini sangat formalistik
hakim, lembaga pemasyarakatan, komisi legalistik. Pendekatan atau konsep keadilan
yudisial dan advokat. Di samping itu bahwa restoratif pada dasarnya telah ada dan telah
pelaksanaan atau implementasi konsep atau lama dipraktekkan dalam kehidupan
pendekatan keadilan restoratif harus bermasyarakat Indonesia. Hal ini karena
diaplikasikan dalam struktural, subtansial dan nilai-nilai perdamaian yang terkandung
kultural sistem peradilan pidana terpadu dalam pendekatan atau konsep keadilan
Indonesia. Hal in menjadi penting mengingat restoratif sesuai dengan nilai-nilai yang
apabila salah satu dari komponen tersebut terdapat dalam hukum adat dan hukum islam
UBELAJ, Volume 3 Number 2, October 2018 | 157
serta sesuai pula dengan nilai-nilai pancasila. berada di tangan para pihak, bukan pada
Hukum Pidana Islam dan hukum adat penguasa (negara). Semangat penyelesaian
(khususnya hukum pidana adat) sebagai perkara dengan pidana dengan restoratif
living law di Indonesia sangat menganjurkan yang berdasarkan perdamaian antara korban
penyelesaian sengketa dengan cara atau keluarga dengan melibatkan komunitas
perdamaian. Dengan demikian bagi kedua dan aparat penegak hukum untuk
sistem hukum ini, segala sengketa bisa membicarakan masalah hukumnya dengan
didamaikan apabila ada kesepakatan antara mengedepankan prinsip-prinsip win-win
pelaku dan korban. Semangat perdamaian solution yang menjadi harapan masyarakat
kedua sistem hukum yang telah lama ada di Indonesia sehingga penjara yang ada di
Indonesia ini tentunya sama dengan Indonesia tidak penuh sesak seperti sekarang
semangat atau nilai-nilai yang terdapat dalam ini.
konsep keadilan restoratif. Negara Indonesia Referensi
adalah negara hukum. Penegakan hukum Afhonul Afif, (2015), Pemaafan,
pidana di Indonesia harus dilaksanakan Rekonsiliasi, & Restorative Justice,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
secara terintegrasi yakni dalam koridor
sistem peradilan pidana yang terpadu Bambang Waluyo, (2015), Penegakan
Hukum di Indonesia, Sinar Grafika,
sebagaimana diatur secara tegas dalam Kitab Jakarta
Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
Burt Galaway and Joe Hudson, (2011),
Meskipun demikian perlu diketahui bahwa Criminal Justice, Restitution and
dalam sistem hukum di Indonesia saat ini Reconciliationn(criminal justice),
Monsey, NY: Criminal Justice Press,
tidak mengakui adanya mediasi dalam sistem
Eva Achjani Zulfa, (2012), Pergeseran
peradilan pidana. akan tetapi dalam
Paradigma Pemidanaan, Lubuk
prakteknya di lapangan banyak perkara Agung, BandungNatangsa Surbakti,
2015, Peradilan Restoratif Dalam
pidana diselesaikan melalui mekanisme
Bingkai Empiri, Teori dan Kebijakan,
dengan pendekatan restoratif yang Genta Publishing, Yogyakarta
merupakan inisiatif dari aparat penegak Gordon Bazemore and Mara Schiff, (2010),
hukum sebagai bagian dari penyelesaian Juvenile Justice Reform and
Restorative Justice: Building Theory
perkara, sebagai pengimplementasian hukum and Policy Form Practice, Willan
pidana adat maupun hukum pidana Islam. Publishing, Oregon.
Dalam konsep keadilan restoratif ini T.J. Gunawan, (2015), Konsep Pemidanaan
memberikan perhatian yang sama terhadap Berbasis Nilai Kerugian Ekonomi,
Genta Press,Yogyakarta
korban dan pelaku. Di samping itu otoritas
untuk menentukan rasa keadilan masyarakat
UBELAJ, Volume 3 Number 2, October 2018 | 158