You are on page 1of 25

PEMANASAN GLOBAL:

Dampak dan Upaya Meminimalisasinya

Ramli Utina1

Abstract: Global warming, or what has been called the Greenhouse effect, refers to
an average increase in the earth's temperature, which in turn causes changes in
climate. The Greenhouse Effect is the results from a four step process. First, sunlight
radiates from the sun, through space to earth's atmosphere. Second, the sunlight
enters the atmosphere and hits earth. Some of it turns into heat energy in the form of
infrared light. The heat is absorbed by surrounding air and land, which in turn makes
it warm. Third, infrared rays, which are remitted into the atmosphere, are trapped by
greenhouse gases. The gas absorbs the light and is remitted back to the earth's surface
and warms it even more. Greenhouse gases primarily carbon dioxide, methane, and
nitrous oxide. Global warming caused by greenhouse effect, feedback effect and solar
cycle variations. Global warming caused by climate changes and extreme weather
events, rising sea levels, increasing of precipitation are likely to have detrimental
effects on human health that accompany malnutrition. The objective of this study is to
give information about global warming, and how to change people attitude toward
environment by conservation, efficiency of energy, reduction of energy, and
educational approach.

Keyword; global warming, greenhouse effect

Pemanasan global (global warming) adalah suatu bentuk ketidakseimbangan


ekosistem di bumi akibat terjadinya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut,
dan daratan di bumi. Selama kurang lebih seratus tahun terakhir, suhu rata-rata di
permukaan bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C. Meningkatnya suhu rata-rata
permukaan bumi yang terjadi adalah akibat meningkatnya emisi gas rumah kaca,
seperti; karbondioksida, metana, dinitro oksida, hidrofluorokarbon, perfluorokarbon,
dan sulfur heksafluorida di atmosfer. Emisi ini terutama dihasilkan dari proses
pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi dan batu bara) serta akibat
penggundulan dan pembakaran hutan.
Pemanasan global diperkirakan telah menyebabkan perubahan-perubahan
sistem terhadap ekosistem di bumi, antara lain; perubahan iklim yang ekstrim,
mencairnya es sehingga permukaan air laut naik, serta perubahan jumlah dan pola
presipitasi. Adanya perubahan sistem dalam ekosistem ini telah memberi dampak
pada kehidupan di bumi seperti terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser dan
punahnya berbagai jenis hewan.

1
Dosen Biologi FMIPA Universitas Negeri Gorontalo

1
Efek rumah kaca sebagai suatu sistem di bumi sangat dibutuhkan oleh
makhluk hidup di bumi. Suhu atmosfer bumi akan menjadi lebih dingin jika tanpa
efek rumah kaca. Tetapi, jika efek rumah kaca berlebihan dibandingkan dengan
kondisi normalnya maka sistem tersebut akan bersifat merusak. Melihat sebagian
besar emisi gas rumah kaca bersumber dari aktivitas hidup manusia, maka pemanasan
global harus ada upaya solusinya dengan merubah pola hidup dan perilaku
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Tulisan ini diharapkan dapat memberi wawasan dan pengetahuan bagi
masyarakat tentang apa dan bagaimana terjadinya pemanasan global, serta bagaimana
perilaku masyarakat yang diharapkan dalam upaya meminimalisasi efek terjadinya
pemanasan global.

Pemanasan Global
Pemanasan global (global warming) menjadi salah satu isu lingkungan utama
yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungann dengan proses
meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi. Peningkatan suhu permukaan bumi ini
dihasilkan oleh adanya radiasi sinar matahari menuju ke atmosfer bumi, kemudian
sebagian sinar ini berubah menjadi energi panas dalam bentuk sinar infra merah
diserap oleh udara dan permukaan bumi.
Sebagian sinar infra merah dipantulkan kembali ke atmosfer dan ditangkap
oleh gas-gas rumah kaca yang kemudian menyebabkan suhu bumi meningkat. Gas-
gas rumah kaca terutama berupa karbon dioksida, metana dan nitrogen oksida.
Kontribusi besar yang mengakibatkan akumulasi gas-gas kimia ini di atmosfir adalah
aktivitas manusia. Temperatur global rata-rata setiap tahun dan lima tahunan tampak
meningkat, seperti pada diagram berikut (Anonim, 2004).

Penyebab Pemanasan Global

Efek rumah kaca


Proses terjadinya efek rumah kaca dapat dijelaskan melalui gambar berikut.
Dalam rumah kaca (greenhouse) yang digunakan dalam budidaya terutama di negara
yang mengalami musim salju, atau percobaan tanaman dalam bidang biologi dan
pertanian, energi matahari (panas) yang masuk melalui atap kaca sebagian

2
dipantulkan keluar atmosfer dan sebagian lainnya terperangkap di dalam greenhouse
sehingga menaikkan suhu di dalamnya. Gambar berikut menunjukkan bagaimana
terjadinya efek rumah kaca (Gealson,2007).
Efek Rumah Kaca

Gas-gas emisi (buangan) pabrik,


kendaraan bermotor, dan buangan gas
aktivitas manusia terakumulasi di atmosfer
kemudian menangkap energi panas
matahari dan menyebabkan suhu bumi
meningkat.

Contoh lain yang dapat mengilustrasikan kejadian efek rumah kaca adalah, ketika kita
berada dalam mobil dengan kaca tertutup yang sedang parkir di bawah terik matahari.
Panas yang masuk melalui kaca mobil, sebagian dipantulkan kembali ke luar melalui
kaca tetapi sebagian lainnya terperangkap di dalam ruang mobil. Akibatnya suhu di
dalam ruang lebih tinggi (panas) daripada di luarnya. Perhatikan gambar berikut
(Gealson,2007).

Efek Rumah Kaca dan Pemanasan Global

Energi matahari masuk melalui kaca ke


dalam ruang mobil.

Energy (panas) terperangkap di


dalam ruang (mobil) dan
sebagian besar tidak dapat
keluar melalui kaca,
menyebabkan suhu udara di
dalam ruang (mobil) meningkat.

Matahari merupakan sumber energi utama dari setiap sumber energi yang
terdapat di bumi. Energi matahari sebagian terbesar dalam bentuk radiasi gelombang
pendek, termasuk cahaya tampak. Energi ini mengenai permukaan bumi dan berubah
dari cahaya menjadi panas. Permukaan bumi kemudian menyerap sebagian panas
sehingga menghangatkan bumi, dan sebagian dipantulkannya kembali ke luar
angkasa. Menumpuknya jumlah gas rumah kaca seperti uap air, karbon dioksida, dan
metana di atmosfer mengakibatkan sebagian dari panas ini dalam bentuk radiasi infra
merah tetap terperangkap di atmosfer bumi, kemudian gas-gas ini menyerap dan
memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan oleh permukaan bumi.
Akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Kondisi ini dapat
terjadi berulang sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus

3
meningkat. Gambar berikut menunjukkan bagaimana terjadinya pemanasan global
(Gealson,2007).

Ilustrasi Proses Pemanasan Global

Carbon Dioxide (CO2)

Bahan bakar (minyak bumi, batu bara, gas)

Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana kaca pada atap rumah kaca. Makin
meningkat konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, makin besar pula efek panas yang
terperangkap di bawahnya.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada
di bumi, karena tanpa efek rumah kaca planet bumi akan menjadi sangat dingin lebih
kurang -18°C, sehingga sekuruh permukaan bumi akan tertutup lapiesan es. Dengan
temperatur rata-rata sebesar 15°C, bumi sebenarnya telah lebih panas 33°C dengan
efek rumah kaca. Akan tetapi jika gas-gas tersebut telah berlebih di atmosfer, maka
akan terjadi sebaliknya dan mengakibatkan pemanasan global.

Efek balik
Penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses efek balik
yang dihasilkannya, seperti pada penguapan air. Pada awalnya pemanasan akan lebih
meningkatkan banyaknya uap air di atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas
rumah kaca, maka pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di
udara hingga tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Keadaan ini
menyebabkan efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh
akibat gas CO2 itu sendiri. Peristiwa efek balik ini dapat meningkatkan kandungan air
absolut di udara, namun kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak
menurun karena udara menjadi menghangat. Karena usia CO2 yang panjang di
atmosfer maka efek balik ini secara perlahan dapat dibalikkan (Soden and Held,
2005).
Selain penguapan, awan diduga menjadi efek balik. Radiasi infra merah akan
dipantulkan kembali ke bumi oleh awan, sehingga akan meningkatkan efek
pemanasan. Sementara awan tersebut akan memantulkan pula sinar Matahari dan
radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Secara
detail hal ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan

4
sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam
model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan
Pandangan IPCC ke 4). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada
peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif
(menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan
Pandangan IPCC ke Empat (Soden and Held, 2005).
Efek balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan
cahaya oleh es. Lapisan es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan
yang terus meningkat ketika temperatur global meningkat. Bersamaan dengan
mencairnya es tersebut, daratan atau air dibawahnya akan terbuka. Daratan maupun
air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan
dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Kejadian ini
akan menambah faktor penyebab pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es
yang mencair, sehingga menjadi suatu siklus yang berkelanjutan (Thomas, 2001).
Faktor lain yang memiliki kontribusi terhadap pemanasan global adalah efek
balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku
(permafrost). Selain itu, es yang mencair juga akan melepas CH4 yang juga dapat
menimbulkan umpan balik positif.
Laut memiliki kemampuan ekologis untuk menyerap karbon di atmosfer.
Fitoplankton mampu menyerap karbon guna kelangsungan proses fotosintesis. Tetapi
kemampuan ini akan berkurang jika laut menghangat yang diakibatkan oleh
menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan
diatom daripada fitoplankton (Buesseler, et al, 2007).

Variasi matahari
Pemanasan global dapat pula diakibatkan oleh variasi matahari. Suatu
hipotesis menyatakan bahwa variasi dari Matahari yang diperkuat oleh umpan balik
dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini (Marsh and Henrik,
2000). Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca
adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer, sebaliknya efek
rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah
paling tidak telah diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila aktivitas
Matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini. Penipisan lapisan ozon juga
dapat memberikan efek pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai
akhir tahun 1970-an. Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas
gunung berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri
hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950 (Hegerl, et al. 2007,
Ammann, et al, 2007).
Hasil penelitian menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin telah
diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuan dari Duke University
mengestimasikan bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50%
peningkatan temperatur rata-rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-
35% antara tahun 1980 dan 2000 (Scafetta and West, 2006). Selanjutnya menurut

5
Stott (2003) bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat estimasi
berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh
Matahari, mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik
dan aerosol sulfat juga tidak diperhitungkan. Walaupun demikian, mereka
menyimpulkan bahwa bahkan dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap
pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi pada dekade-
dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.
Peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 menurut
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) sebagian besar disebabkan oleh
meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia. Suhu
permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C antara tahun 1990 dan 2100.
Dengan menggunakan model iklim, perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh
penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa
mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian
besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka
air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun
tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas
dari lautan.
Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuan adalah mengenai jumlah
pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan
serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke
daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia
mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau
membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi
yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani
dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas
rumah kaca.
Protokol ini mengharuskan negara-negara industri untuk menurunkan
emisinya sebesar 5,2 persen di bawah tingkat emisi tahun 1990 dengan target waktu
hingga 2012 dan baru memperoleh kekuatan hukumnya secara internasional pada
tanggal 16 Februari 2005. Hingga 23 Oktober 2007 sudah 179 negara yang
meratifikasi Protokol Kyoto tersebut. Kemudian pada tanggal 3-14 Desember 2007 di
Bali diselenggarakanlah Konvensi Tingkat Tinggi yang digelar oleh UNFCCC
(United Nations Framework Convention on Climate Change) dan dihadiri hampir 10
ribu orang dari 185 negara. Melalui pertemuan tersebut diharapkan dapat
mengevaluasi hasil kinerja dari Protokol Kyoto yang dibuat sebagai bukti komitmen
negara-negara sedunia dalam mengurangi emisi Gas Rumah Kaca demi
menanggulangi permasalahan yang terjadi saat ini.

6
Dampak Pemanasan Global

Pemanasan global telah memicu terjadinya sejumlah konsekuensi yang


merugikan baik terhadap lingkungan maupun setiap aspek kehidupan manusia.
Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Mencairnya lapisan es di kutub Utara dan Selatan. Peristiwa ini mengakibatkan
naiknya permukaan air laut secara global, hal ini dapat mengakibatkan sejumlah
pulau-pulau kecil tenggelam. Kehidupan masyarakat yang hidup di daerah pesisir
terancam. Permukiman penduduk dilanda banjir rob akibat air pasang yang tinggi,
dan ini berakibat kerusakan fasilitas sosial dan ekonomi. Jika ini terjadi terus
menerus maka akibatnya dapat mengancam sendi kehidupan masyarakat.
2. Meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim. Perubahan iklim
menyebabkan musim sulit diprediksi. Petani tidak dapat memprediksi perkiraan
musim tanam akibat musim yang juga tidak menentu. Akibat musim tanam yang
sulit diprediksi dan musim penghujan yang tidak menentu maka musim produksi
panen juga demikian. Hal ini berdampak pada masalah penyediaan pangan bagi
penduduk, kelaparan, lapangan kerja bahkan menimbulkan kriminal akibat
tekanan tuntutan hidup.
3. Punahnya berbagai jenis fauna. Flora dan fauna memiliki batas toleransi terhadap
suhu, kelembaban, kadar air dan sumber makanan. Kenaikan suhu global
menyebabkan terganggunya siklus air, kelembaban udara dan berdampak pada
pertumbuhan tumbuhan sehingga menghambat laju produktivitas primer. Kondisi
ini pun memberikan pengaruh habitat dan kehidupan fauna.
4. Habitat hewan berubah akibat perubahan faktor-faktor suhu, kelembaban dan
produktivitas primer sehingga sejumlah hewan melakukan migrasi untuk
menemukan habitat baru yang sesuai. Migrasi burung akan berubah disebabkan
perubahan musim, arah dan kecepatan angin, arus laut (yang membawa nutrien
dan migrasi ikan).
5. Peningkatan muka air laut, air pasang dan musim hujan yang tidak menentu
menyebabkan meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir.
6. Ketinggian gunung-gunung tinggi berkurang akibat mencairnya es pada
puncaknya.
7. Perubahan tekanan udara, suhu, kecepatan dan arah angin menyebabkan
terjadinya perubahan arus laut. Hal ini dapat berpegaruh pada migrasi ikan,
sehingga memberi dampak pada hasil perikanan tangkap.
8. Berubahnya habitat memungkinkan terjadinya perubahan terhadap resistensi
kehidupan larva dan masa pertumbuhan organisme tertentu, kondisi ini tidak
menutup kemungkinan adanya pertumbuhan dan resistensi organisme penyebab
penyakit tropis. Jenis-jenis larva yang berubah resistensinya terhadap perubahan
musim dapat meningkatkan penyebaran organisme ini lebih luas. Ini
menimbulkan wabah penyakit yang dianggap baru.
9. Mengancam kerusakan terumbu karang di kawasan segitiga terumbu karang yang
ada di enam negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Kepulauan Salomon, Papua

7
Nugini, Timor Leste, dan Philipina. Dikhawatirkan merusak kehidupan
masyarakat lokal yang berada di sekitarnya. Masyarakat lokal yang pertama kali
menjadi korban akibat kerusakan terumbu karang ini. Untuk menyelamatkan
kerusakan terumbu karang akibat pemanasan global ini, maka para aktivis
lingkungan dari enam negara tersebut telah merancang protokol adaptasi
penyelamatan terumbu karang. Lebih dari 50 persen spesies terumbu karang
dunia hidup berada di kawasan segitiga ini. Berdasarkan data Intergovernmental
Panel on Climate Change (IPCC), sebanyak 30 persen terumbu karang dunia telah
mati akibat badai el nino pada 1998 lalu. Diprediksi, pada 10 tahun ke depan akan
kembali terjadi kerusakan sebanyak 30 persen.

Meminimalisasi Dampak Pemanasan Global

1. Konservasi lingkungan, dengan melakukan penanaman pohon dan penghijauan di


lahan-lahan kritis. Tumbuhan hijau memiliki peran dalam proses fotosintesis,
dalam proses ini tumbuhan memerlukan karbondioksida dan menghasilkan
oksigen. Akumulasi gas-gas karbon di atmosfer dapat dikurangi.
2. Menggunakan energi yang bersumber dari energi alternatif guna mengurangi
penggunaan energi bahan bakar fosil (minyak bumi dan batu bara). Emisi gas
karbon yang terakumulasi ke atmosfer banyak dihasilkan oleh pembakaran bahan
bakar fosil. Kita mengenal bahwa paling banyak mesin-mesin kendaraan dan
industri digerakkan oleh mesin yang menggunakan bahan bakar ini. Karena itu
diupayakan sumber energi lain yang aman dari emisi gas-gas ini, misalnya;
menggunakan energi matahari, air, angin, dan bioenergy. Di daerah tropis yang
kaya akan energi matahari diharapkan muncul teknologi yang mampu
menggunakan energi ini, misalnya dengan mobil tenaga surya, listrik tenaga
surya. Sekarang ini sedang dikembangkan bioenergy, antara lain biji tanaman
jarak (Jathropa. sp) yang menghasilkan minyak.
3. Daur ulang dan efisiensi energi. Penggunaan minyak tanah untuk menyalakan
kompor di rumah, menghasilkan asap dan jelaga yang mengandung karbon.
Karena itu sebaiknya diganti dengan gas. Biogas menjadi hal yang baik dan perlu
dikembangkan, misalnya dari sampah organik.
4. Upaya pendidikan kepada masyarakat luas dengan memberikan pemahaman dan
penerapan atas prinsip-prinsip sebagai berikut:
a) Dimensi manusia
Manusia berperan sebagai pengguna-perusak-pelestari alam. Manusia harus
diberi kesadaran akan pentingnya alam bagi kehidupannya. Alam memiliki
keterbatasan dibanding kemampuan manusia dalam mengeksploatasi alam.
Manusia memanfaatkan alam guna memperoleh sumber makanan dan
kebutuhan sosial lainnya, tetapi disadari atau tidak tindakannya dapat
berakibat kerusakan faktor-faktor ekologis. Karena itu manusia harus
menyadari bahwa ia dan perilakunya adalah bagian dari alam dan lingkungan
yang saling mempengaruhi.

8
b) Penegakan hukum dan keteladanan
Pelanggaran atas tindakan manusia yang merusak lingkungan harus mendapat
ganjaran. Penegakan hukum lingkungan menjadi bagian yang penting guna
menjaga kelestarian lingkungan, dan memberi efek jera bagi yang melanggar.
Penegakan hukum tidak memandang strata sosial masyarakat. Selain itu
adalah panutan dan ketokohan seseorang memegang peranan penting. Mereka
yang memiliki pemahaman yang lebih baik (berpendidikan) terhadap
lingkungan hidup hendaknya berperan memberi contoh dan sikap lingkungan
yang baik pula kepada masyarakat. Misalnya, kita masih menemukan kasus
peran beberapa aparat pemerintah dibalik kerusakan hutan, baik dengan
memberikan modal maupun perlindungan bagi perambah hutan.
c) Keterpaduan
Seluruh elemen masyarakat harus mendukung upaya pelestarian lingkungan
dan sumberdaya alam serta penegakan hukumnya. Upaya ini harus dilakukan
secara komprehensif dan lintas sektor. Misalnya, untuk mengatasi emisi gas-
gas rumah kaca akibat peningkatan jumlah kendaraan di Kota Jakarta, harus
di atas secara bersama dengan daerah sekitar seperti Bogor, Depok, Bekasi,
dan Tangerang. Karena pekerja yang menggunakan kendaraan bermotor
setiap hari masuk ke kota Jakarta bermukim di empat kota tersebut. Demikian
halnya mengatasi banjir di Kota Gorontalo, misalnya, tidak dapat diatasi
dengan perbaikan fasilitas lingkungan dan membina kesadaran penduduk
kota, tetapi secara menyeluruh dengan masyarakat di wilayah lain (hulu dan
DAS) yang memberi kontribusi terhadap bencana banjir. Masyarakat dan
pemerintah daerah terdekat seperti Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten
Gorontalo turut bertanggungjawab dalam upaya penanggulangan banjir di
Kota Gorontalo. Secara geografis, terdapat daerah aliran sungai dimana dua
sungai besar yang melewati dan bermuara di kota ini. Karena itu bencana
alam dan kerusakan lingkungan tidak dapat dipilah menurut wilayah
administratif semata, tetapi bersifat area geografis-ekologis.
d) Mengubah pola pikir dan sikap
Faktor-faktor lingkungan fisik, mahluk hidup lain dan manusia memiliki
peran masing-masing dalam lingkungan hidup. Manusia sebagai mahluk yang
diberi kemampuan logika harus mampu memandang kepentingan hidupnya
terkait dengan kehidupan mahluk hidup lain beserta kejadian proses-proses
alam. Sikap dan perilaku manusia terhadap alam cepat atau lambat memberi
berdampak pada lingkungan hidupnya. Peduli terhadap lingkungan pada
dasarnya merupakan sikap dan perilaku bawaan manusia. Akan tetapi
munculnya ketidak pedulian manusia adalah pikiran atau persepsi yang
berbeda-beda ketika manusia berhadapan dengan masalah lingkungan.
Manusia harus memandang bahwa dirinya adalah bagian dari unsur ekosistem
dan lingkungannya. Naluri untuk mempertahankan hidup akan memberi
motivasi bagi manusia untuk melestarikan ekosistem dan lingkungannya.

9
e) Etika lingkungan
Kecintaan dan kearifan kita terhadap lingkungan menjadi filosofi kita tentang
lingkungan hidup. Apa pun pemahaman kita tentang lingkungan hidup dan
sumber daya, kita harus bersikap dan berperilaku arif dalam kehidupan.
Dalam wujud budaya tradisional, kearifan lokal melahirkan etika dan norma
kehidupan masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya alam dan
lingkungannya. Selama masyarakat masih menghormati budaya tradisional
yang memiliki etika dan nilai moral terhadap lingkungan alamnya, maka
konservasi sumber daya alam dan lingkungan menjadi hal yang mutlak.
Dalam kehidupan masyarakat demikian, etika lingkungan tidak tampak secara
teoretik tetapi menjadi pola hidup dan budaya yang dipelihara oleh setiap
generasi. Etika lingkungan akan berdaya guna jika muncul dalam tindakan
nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Daftar Rujukan

Ammann, Caspar, et al. (2007). "Solar influence on climate during the past
millennium: Results from ransient simulations with the NCAR Climate
Simulation Model". Proceedings of the National Academy of Sciences of the
United States of America 104 (10): 3713-3718.

Anonimous, 2004. Temperatur Rata-rata Global 1860 sampai 2000. tersedia dalam
http//id.wikipedia.org/wiki. Pemanasan_Global#search column-one

Buesseler, K.O., C.H. Lamborg, P.W. Boyd, P.J. Lam, T.W. Trull, R.R. Bidigare,
J.K.B. Bishop, K.L. Casciotti, F. Dehairs, M. Elskens, M. Honda, D.M. Karl,
D.A. Siegel, M.W. Silver, D.K. Steinberg, J. Valdes, B. Van Mooy, S.
Wilson. (2007) "Revisiting carbon flux through the ocean's twilight zone."
Science 316: 567-570.

Climate Change 2001:Working Group I: The Scientific Basis (Fig. 2.12). URL
diakses pada 11-11-2008

Gleason, Karen K., Simon Karecki, and Rafael Reif (2007). Climate Classroom;
What’s up with global warming?, National Wildlife Federation. URL diakses
22-01-2008

Hegerl, Gabriele C. et al. Understanding and Attributing Climate Change. Climate


Change 2007: The Physical Science Basis. Contribution of Working Group I
to the Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate

10
Change. Intergovernmental Panel on Climate Change. URL diakses pada 10-
11-2008

Marsh, Nigel, Henrik, Svensmark (2000). "Cosmic Rays, Clouds, and Climate" Space
Science Reviews 94: 215-230. URL diakses pada 11-11-2008.

Scafetta, Nicola, West, Bruce J. (2006). "Phenomenological solar contribution to the


1900-2000 global surface warming". Geophysical Research Letters 33 (5).
URL diakses pada 10-11-2008.

Soden, Brian J., Held, Isacc M. (2005). "An Assessment of Climate Feedbacks in
Coupled Ocean-Atmosphere Models". Journal of Climate 19(14). URL
diakses pada 10-11-2008.

Stocker, Thomas F.; et al. Sea Ice. Climate Change 2001: The Scientific Basis.
Contribution of Working Group I to the Third Assessment Report of the
Intergovernmental Panel on Climate Change. Intergovernmental Panel on
Climate Change. URL diakses pada 11-11-2008

Stott, Peter A., et al. (2003). "Do Models Underestimate the Solar Contribution to
Recent Climate Change?". Journal of Climate 16 (24): URL diakses pada 10-
11-2008.

Summary for Policymakers. Climate Change 2007: The Physical Sciences Basis,
Contribution of Working Group I to the Fourth Assessment Report of the
Intergovernmental Panel on Climate Change. Intergovernmental Panel on
Climate Change. URL diakses pada 10-11-2008

11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Efek rumah kaca, pertama kali ditemukan oleh Joseph Fourier pada
1824, merupakan sebuah proses di mana atmosfer memanaskan sebuah planet.
Mars, Venus, dan benda langit beratmosfer lainnya (seperti satelit alami
Saturnus, Titan) memiliki efek rumah kaca. Efek rumah kaca dapat digunakan
untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca alami yang terjadi secara
alami di bumi, dan efek rumah kaca ditingkatkan yang terjadi akibat aktivitas
manusia (lihat juga pemanasan global). Yang belakangan ini diterima oleh
semua; yang pertama diterima kebanyakan oleh ilmuwan, meskipun ada
beberapa perbedaan pendapat.
Ketika radiasi matahari tampak maupun tidak tampak dipancarkan ke
bumi, 10 energi radiasi matahari itu diserap oleh berbagai gas yang ada di
atmosfer, 34% dipantulkan oleh awan dan permukaan bumi, 42% membuat
bumi menjadi panas, 23% menguapkan air, dan hanya 0,023% dimanfaatkan
tanaman untuk perfotosintesis.
Malam hari permukaan bumi memantulkan energi dari matahari yang
tidak diubah menjadi bentuk energi lain seperti diubah menjadi karbohidrat
oleh tanaman dalam bentuk radiasi inframerah. Tetapi tidak semua radiasi
panas inframerah dari permukaan bumi tertahan oleh gas-gas yang ada di
atmosfer. Gas-gas yang ada di atmosfer menyerap energi panas pantulan dari
bumi.
Dalam skala yang lebih kecil – hal yang sama juga terjadi di dalam
rumah kaca. Radiasi sinar matahari menembus kaca, lalu masuk ke dalam
rumah kaca. Pantulan dari benda dan permukaan di dalam rumah kaca adalah
berupa sinar inframerah dan tertahan atap kaca yang mengakibatkan udara di
dalam rumah kaca menjadi hangat walaupun udara di luar dingin. Efek
memanaskan itulah yang disebut efek rumah kaca atau ”green house effect”.
Gas-gas yang berfungsi bagaikan pada rumah kaca disebut gas rumah kaca
atau ”green house gases”.

Pengaruh Efek Rumah Kaca Terhadap Lingkungan Hidup 1


Oleh : Putu Nopa Gunawan
Untuk itulah efek rumah kaca sangat penting untuk di pelajari,
sehingga dalam makalah ini akan dijelaskan tentang pengaruh efek rumah
kaca terhadap lingkungan hidup.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan efek rumah kaca?
2. Bagaimana Proses terjadinya efek rumah kaca?
3. Apa dampak efek rumah kaca terhadap lingkungan?
4. Bagaimana solusi menangani efek rumah kaca?

C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dan gas – gas rumah kaca.
2. Mendeskripsikan proses terjadinya efek rumah kaca.
3. Menjelaskan dampak efek rumah kaca terhadap lingkungan.
4. Memberikan solusi menanggani efek rumah kaca.

Pengaruh Efek Rumah Kaca Terhadap Lingkungan Hidup 2


Oleh : Putu Nopa Gunawan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Efek Rumah Kaca
Istilah efek rumah kaca dalam bahasa inggris disebut green house efect,
pada awalnya berasal dari pengalaman para petani yang tinggal di daerah
beriklim sedang yang memanfaatkan rumah kaca untuk menanam dan
menyimpan sayur mayur dan bunga-bungaan di musim dingin. Para petani
tersebut menggunakan rumah kaca karena sifat kaca yang mudah menyerap
panas dan sulit melepas panas, di dalam rumah kaca suhunya lebih tinggi dari
pada di luar rumah kaca, karena cahaya matahari yang menembus kaca akan
dipantulkan kembali oleh benda-benda di dalam ruanagn rumah kaca sebagai
gelombang panas berupa gelombang sinar infra merah, tetapi gelombang
panas tersebut terperangkap di dalam ruangan rumah kaca dan tidak
bercampur dengan udara dingin di luar ruangan.

Efek rumah kaca, pertama kali ditemukan oleh Joseph Fourier pada
1824, merupakan sebuah proses di mana atmosfer memanaskan sebuah planet.
Mars, Venus, dan benda langit beratmosfer lainnya (seperti satelit alami
Saturnus, Titan) memiliki efek rumah kaca. Efek rumah kaca dapat digunakan
untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca alami yang terjadi secara
alami di bumi, dan efek rumah kaca ditingkatkan yang terjadi akibat aktivitas
manusia (lihat juga pemanasan global). Yang belakangan ini diterima oleh
semua; yang pertama diterima kebanyakan oleh ilmuwan, meskipun ada
beberapa perbedaan pendapat.
Ketika radiasi matahari tampak maupun tidak tampak dipancarkan ke
bumi, 10 energi radiasi matahari itu diserap oleh berbagai gas yang ada di
atmosfer, 34% dipantulkan oleh awan dan permukaan bumi, 42% membuat
bumi menjadi panas, 23% menguapkan air, dan hanya 0,023% dimanfaatkan
tanaman untuk perfotosintesis.
Malam hari permukaan bumi memantulkan energi dari matahari yang
tidak diubah menjadi bentuk energi lain seperti diubah menjadi karbohidrat
oleh tanaman dalam bentuk radiasi inframerah. Tetapi tidak semua radiasi
panas inframerah dari permukaan bumi tertahan oleh gas-gas yang ada di

Pengaruh Efek Rumah Kaca Terhadap Lingkungan Hidup 3


Oleh : Putu Nopa Gunawan
atmosfer. Gas-gas yang ada di atmosfer menyerap energi panas pantulan dari
bumi.
Dalam skala yang lebih kecil – hal yang sama juga terjadi di dalam
rumah kaca. Radiasi sinar matahari menembus kaca, lalu masuk ke dalam
rumah kaca. Pantulan dari benda dan permukaan di dalam rumah kaca adalah
berupa sinar inframerah dan tertahan atap kaca yang mengakibatkan udara di
dalam rumah kaca menjadi hangat walaupun udara di luar dingin. Efek
memanaskan itulah yang disebut efek rumah kaca atau ”green house effect”.
Gas-gas yang berfungsi bagaikan pada rumah kaca disebut gas rumah kaca
atau ”green house gases”.

Gas Rumah Kaca


Gas rumah kaca adalah gas-gas yang ada di atmosfer yang menyebabkan efek
rumah kaca. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami di lingkungan,
tetapi dapat juga timbul akibat aktivitas manusia.

Gas rumah kaca yang paling banyak adalah uap air yang mencapai atmosfer
akibat penguapan air dari laut, danau dan sungai. Karbondioksida adalah gas
terbanyak kedua. Ia timbul dari berbagai proses alami seperti: letusan
vulkanik; pernapasan hewan dan manusia (yang menghirup oksigen dan
menghembuskan karbondioksida); dan pembakaran material organik (seperti
tumbuhan).

Karbondioksida dapat berkurang karena terserap oleh lautan dan diserap


tanaman untuk digunakan dalam proses fotosintesis. Fotosintesis memecah
karbondioksida dan melepaskan oksigen ke atmosfer serta mengambil atom
karbonnya.

1. Uap air

Uap air adalah gas rumah kaca yang timbul secara alami dan
bertanggungjawab terhadap sebagian besar dari efek rumah kaca.
Konsentrasi uap air berfluktuasi secara regional, dan aktivitas manusia

Pengaruh Efek Rumah Kaca Terhadap Lingkungan Hidup 4


Oleh : Putu Nopa Gunawan
tidak secara langsung mempengaruhi konsentrasi uap air kecuali pada
skala lokal.

Dalam model iklim, meningkatnya temperatur atmosfer yang


disebabkan efek rumah kaca akibat gas-gas antropogenik akan
menyebabkan meningkatnya kandungan uap air di troposfer, dengan
kelembapan relatif yang agak konstan. Meningkatnya konsentrasi uap air
mengakibatkan meningkatnya efek rumah kaca; yang mengakibatkan
meningkatnya temperatur; dan kembali semakin meningkatkan jumlah uap
air di atmosfer. Keadaan ini terus berkelanjutan sampai mencapai titik
ekuilibrium (kesetimbangan). Oleh karena itu, uap air berperan sebagai
umpan balik positif terhadap aksi yang dilakukan manusia yang
melepaskan gas-gas rumah kaca seperti CO2. Perubahan dalam jumlah uap
air di udara juga berakibat secara tidak langsung melalui terbentuknya
awan.

2. Karbondioksida

Manusia telah meningkatkan jumlah karbondioksida yang dilepas ke


atmosfer ketika mereka membakar bahan bakar fosil, limbah padat, dan
kayu untuk menghangatkan bangunan, menggerakkan kendaraan dan
menghasilkan listrik. Pada saat yang sama, jumlah pepohonan yang
mampu menyerap karbondioksida semakin berkurang akibat perambahan
hutan untuk diambil kayunya maupun untuk perluasan lahan pertanian.

Walaupun lautan dan proses alam lainnya mampu mengurangi


karbondioksida di atmosfer, aktivitas manusia yang melepaskan
karbondioksida ke udara jauh lebih cepat dari kemampuan alam untuk
menguranginya. Pada tahun 1750, terdapat 281 molekul karbondioksida
pada satu juta molekul udara (281 ppm). Pada Januari 2007, konsentrasi
karbondioksida telah mencapai 383 ppm (peningkatan 36 persen). Jika
prediksi saat ini benar, pada tahun 2100, karbondioksida akan mencapai
konsentrasi 540 hingga 970 ppm. Estimasi yang lebih tinggi malah

Pengaruh Efek Rumah Kaca Terhadap Lingkungan Hidup 5


Oleh : Putu Nopa Gunawan
memperkirakan bahwa konsentrasinya akan meningkat tiga kali lipat bila
dibandingkan masa sebelum revolusi industri.

3. Metana

Metana yang merupakan komponen utama gas alam juga termasuk


gas rumah kaca. Ia merupakan insulator yang efektif, mampu menangkap
panas 20 kali lebih banyak bila dibandingkan karbondioksida. Metana
dilepaskan selama produksi dan transportasi batu bara, gas alam, dan
minyak bumi. Metana juga dihasilkan dari pembusukan limbah organik di
tempat pembuangan sampah (landfill), bahkan dapat keluarkan oleh
hewan-hewan tertentu, terutama sapi, sebagai produk samping dari
pencernaan. Sejak permulaan revolusi industri pada pertengahan 1700-an,
jumlah metana di atmosfer telah meningkat satu setengah kali lipat.

4. Nitrogen Oksida

Nitrogen oksida adalah gas insulator panas yang sangat kuat. Ia


dihasilkan terutama dari pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan
pertanian. Ntrogen oksida dapat menangkap panas 300 kali lebih besar dari
karbondioksida. Konsentrasi gas ini telah meningkat 16 persen bila
dibandingkan masa pre-industri.

5. Gas lainnya

Gas rumah kaca lainnya dihasilkan dari berbagai proses manufaktur.


Campuran berflourinasi dihasilkan dari peleburan alumunium.
Hidrofluorokarbon (HCFC-22) terbentuk selama manufaktur berbagai
produk, termasuk busa untuk insulasi, perabotan (furniture), dan temoat
duduk di kendaraan. Lemari pendingin di beberapa negara berkembang
masih menggunakan klorofluorokarbon (CFC) sebagai media pendingin
yang selain mampu menahan panas atmosfer juga mengurangi lapisan
ozon (lapisan yang melindungi Bumi dari radiasi ultraviolet). Selama masa
Pengaruh Efek Rumah Kaca Terhadap Lingkungan Hidup 6
Oleh : Putu Nopa Gunawan
abad ke-20, gas-gas ini telah terakumulasi di atmosfer, tetapi sejak 1995,
untuk mengikuti peraturan yang ditetapkan dalam Protokol Montreal
tentang Substansi-substansi yang Menipiskan Lapisan Ozon, konsentrasi
gas-gas ini mulai makin sedikit dilepas ke udara.

B. Proses Terjadinya Efek Rumah Kaca

Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas


karbondioksida (CO2) dan gas-gas lainnya CH4(Metan) dan N2O (Nitrous
Oksida), HFCs (Hydrofluorocarbons), PFCs (Perfluorocarbons) dan SF6
(Sulphur hexafluoride) di atmosfer yang disebut gas rumah kaca. Kenaikan
konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar
minyak (BBM), batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui
kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk mengabsorbsinya.
Gas rumah kaca dapat dihasilkan baik secara alamiah maupun dari hasil
kegiatan manusia. Namun sebagian besar yang menyebabkan terjadi
perubahan komposisi gas rumah kaca di atmosfer adalah gas-gas buang yang
teremisikan keangkasa sebagai hasil dari aktifitas manusia untuk membangun
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya selama ini. Aktifitas-aktifitas yang
menghasilkan gas rumah kaca diantarnya dari kegiatan perindustrian,
penyediaan energi listrik, transportasi dan hal lain yang bersifat membakar
suatu bahan. Sedangkan dari peristiwa secara alam juga menghasilkan/
mengeluarkan gas rumah kaca seperti dari letusan gunung berapi, rawa-rawa,
kebakaran hutan, peternakan hingga kita bernafaspun mengeluarkan gas
rumah kaca. Selain itu aktifitas manusia dalam alih guna lahan juga
mengemisikan gas rumah kaca.
Mekanisme kerja gas rumah kaca adalah sebagai berikut, lapisan
atmosfir yang terdiri dari, berturut-turut : troposfir, stratosfir, mesosfir dan
termosfer: Lapisan terbawah (troposfir) adalah bagian yang terpenting dalam
kasus efek rumah kaca.
Sekitar 35% dari radiasi matahari tidak sampai ke permukaan bumi.
Hampir seluruh radiasi yang bergelombang pendek (sinar alpha, beta dan
ultraviolet) diserap oleh tiga lapisan teratas. Yang lainnya dihamburkan dan

Pengaruh Efek Rumah Kaca Terhadap Lingkungan Hidup 7


Oleh : Putu Nopa Gunawan
dipantulkan kembali ke ruang angkasa oleh molekul gas, awan dan partikel.
Sisanya yang 65% masuk ke dalam troposfir. Di dalam troposfir ini, 14 %
diserap oleh uap air, debu, dan gas-gas tertentu sehingga hanya sekitar 51%
yang sampai ke permukaan bumi. Dari 51% ini, 37% merupakan radiasi
langsung dan 14% radiasi difus yang telah mengalami penghamburan dalam
lapisan troposfir oleh molekul gas dan partikel debu. Radiasi yang diterima
bumi, sebagian diserap sebagian dipantulkan. Radiasi yang diserap
dipancarkan kembali dalam bentuk sinar inframerah.
Sinar inframerah yang dipantulkan bumi kemudian diserap oleh molekul
gas yang antara lain berupa uap air atau H20, CO2, metan (CH4), dan ozon
(O3). Sinar panas inframerah ini terperangkap dalam lapisan troposfir dan oleh
karenanya suhu udara di troposfir dan permukaan bumi menjadi naik,
terjadilah efek rumah kaca.
C. Dampak Rumah Kaca
Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya
perubahan iklim yang sangat ekstrem di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan
terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi
kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer. Pemanasan
global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang
dapat menimbulkan naiknya permukaan air laut. Efek rumah kaca juga akan
mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga air laut mengembang dan
terjadi kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara Kepulauan akan
mendapatkan pengaruh yang sangat besar.
Dampak negatif rumah kaca :
1. Iklim Mulai Tidak Stabil
Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan
global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern
Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi.
Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan
mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara
tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan,
mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di

Pengaruh Efek Rumah Kaca Terhadap Lingkungan Hidup 8


Oleh : Putu Nopa Gunawan
daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit
serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di
beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam hari
akan cenderung untuk meningkat. Daerah hangat akan menjadi
lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari lautan.
Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut malah
akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh
lagi. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca,
sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada
atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan
membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan
cahaya matahari kembali ke angkasa luar, dimana hal ini akan
menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air). Kelembaban yang
tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1
persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di
seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun
terakhir ini). Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan
lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan
menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih
kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai
(hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air,
akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang
terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi.
Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.
2. Peningkatan permukaan laut
Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga
akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan
menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan
mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang
lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di
seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 – 10 inchi) selama
abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih

Pengaruh Efek Rumah Kaca Terhadap Lingkungan Hidup 9


Oleh : Putu Nopa Gunawan
lanjut 9 – 88 cm (4 – 35 inchi) pada abad ke-21.Perubahan tinggi
muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai.
Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen
daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-
pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat.
Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air
pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan
menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah
pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat
melakukan evakuasi dari daerah pantai. Bahkan sedikit kenaikan
tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi ekosistem pantai.
Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari
rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan
terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah
dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar
dari Florida Everglades.
3. Suhu Global Cendrung meningkat.
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan
menghasilkan lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal
ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian Selatan
Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari
lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain
pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika
mungkin tidak dapat tumbuh. Tanaman pangan dan hutan dapat
mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.
4. Gangguan ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit
menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan
telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan
cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas
pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya,
mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu

Pengaruh Efek Rumah Kaca Terhadap Lingkungan Hidup 10


Oleh : Putu Nopa Gunawan
hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi
perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau
selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian
mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu
secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.
5. Dampak sosial dan politik
Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya
penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke)
dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan
gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi.
Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut
akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-
penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai
dan kebakaran) dan kematian akibat trauma.
Dampak positif efek rumah kaca antara lain :
1. Efek rumah kaca sangat berguna bagi kehidupan di bumi karena gas-
gas dalam atmosfer dapat menyerap gelombang panas dari sinar
matahari menjadikan suhu di bumi tidak terlalu rendah untuk dihuni
makhluk hidup. Seandainya tidak ada gas rumah kaca jadi tidak ada
efek rumah kaca, suhu di bumi rata-rata hanya akan -180 C, suhu
yang terlalu rendah bagi sebagian besar makhluk hidup, termasuk
manusia. Tetapi dengan adanya efek rumah kaca suhu rata-rata di
bumi menjadi 330C lebih tinggi , yaitu 150C, suhu ini sesuai bagi
kelangsungan kehidupan makhluk hidup.
2. Dengan adanya efek rumah kaca membuat manusia menjadi berhati-
hati dan berhemat terhadap penggunaan bahan bakar fosil,
penggunaan listrik.
3. Dengan adanya efek rumah kaca manusia menjadi sadar bahwa
pohon dan hutan memiliki arti penting sekali bagi kelangsungan
kehidupan, yaitu salah satunya dapat menyerap gas polutan dan
menghasilkan oksigen. Maka reboisasi kembali digalakkan dan
penanaman pohon di kota-kota besar mulai dilakukan.

Pengaruh Efek Rumah Kaca Terhadap Lingkungan Hidup 11


Oleh : Putu Nopa Gunawan
4. Manusia menjadi kreatif, karena mengolah limbah seperti plastik,
kertas untuk didaur ulang menjadi barang yang ekonomis.

D. Solusi untuk Mengatasi Efek Rumah Kaca


a. Penggunaan alat listrik
- Menghemat penggunaan Listrik antara pukul 17.00 sampai 22.00.
- Memadamkan listrik jika sedang tidak digunakan. Karena pada kondisi
stand by, alat elektronik masih mengalirkan listrik sebesar 5 watt.
Kabel dari barang elektronik akan lebih baik jika dilepas dari stop
kontak bila sudah tidak digunakan
- Menggunakan lampu hemat energi (CFL) dan lampu sensor cahaya
untuk lampu taman, sehingga lampu akan hidup dan mati secara
otomatis tergantung cahaya matahari. Memanfaatkan cahaya matahari
untuk penerangan di dalam ruangan di pagi dan siang hari. Selain
menghemat listrik juga dapat menurunkan emisi penyebab pemanasan
global
b. Penggunaan kendaraan bermotor
c. Penanaman pohon
Untuk mengatasi pengurangan polusi udara pada di atmosfer, maka dapat
dilakukan juga penanaman tanaman. Penanaman tanaman dapat berupa
pohon dapat dilakukan di halaman dan tempat-tempat yang banyak
menghasilkan polusi udara, seperti di pinggir-pinggir jalan. Selain itu juga,
melakukan reboisasi pada gunung-gunung yang gundul dan membuat
taman-taman di perkotaan atau biasa disebut dengan taman kota.
d. Pengelolaan sampah
- Mengurangi penggunaan sampah
- Memisahkan antara sampah organik dengan sampah non organik.
- Menghemat penggunaan kertas.
- Mengurangi penggunaan tisu
- Mendaur ulang kertsa, plastik, dan logam
- Membuat kompos

Pengaruh Efek Rumah Kaca Terhadap Lingkungan Hidup 12


Oleh : Putu Nopa Gunawan
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Efek rumah kaca ditimbulkan oleh gas uap air, karbondioksida, metana
dan nitrogen oksida. Dalam lingkungan hidup efek rumah kaca memberikan
dampak tidak stabilnya iklim bumi, peningkatan permukaan laut karena
panasnya suhu bumi, meningkatnya panas dari suhu bumi, perubahan geologis
bumi, hingga membawa dampak pada kehidupan social dan ekonomi serta
politik.
Untuk mencegah atau menanggani efek rumah kaca dapat dilakukan hal –
hal menggunakan alat listrik seperlunya dan sehemat mungkin, serta
menggunakan peralatan elektronik yang hemat daya. Mengontrol penggunaan
kendaraan bermotor karena tidak dapat di pungkiri asap kendaraan sangat
berbahaya bagi kebersihan udara, melakukan penanaman pohon, melakukan
pengelolaan sampah memisahkan antara sampah organik dengan sampah non
organic dan mendaur ulang kertsa, plastik, dan logam.

B. Saran
Kegiatan mencengah efek rumah kaca sebaiknya dilakukan sedini
mungkin dan melibatkan seluruh lapisan masyrakat instansi dan sekolah
karena penangganan efek rumah kaca tidak cukup hanya memberikan
himbauan namun juga kesadaran pada diri masing – masing untuk melakukan
pencegahan efek rumah kaca.

Pengaruh Efek Rumah Kaca Terhadap Lingkungan Hidup 13


Oleh : Putu Nopa Gunawan
DAFTAR PUSTAKA

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/195901011989011-
YAKUB_MALIK/EFEK_RUMAH_KACA_TERHADAP_IKLIM_MIKR
O.pdf
http://oerleebook.files.wordpress.com/2009/10/polusi-udara.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Gas_rumah_kaca
http://gemcha4nn15.blogspot.com/2010/11/efek-rumah-kaca.html

Pengaruh Efek Rumah Kaca Terhadap Lingkungan Hidup 14


Oleh : Putu Nopa Gunawan

You might also like