You are on page 1of 9

MAHA WIDYA BHUWANA VOLUME 

1, No.2, SEPTEMBER 2018 ISSN : 2621-1025

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF
SOSIAL HUMANIORA MENGUAK GRADASI KEMANUSIAAN
I Putu Suardipa
Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja

ABSTRACT
Social  problems  in  every  society  have  a  significant  level  of  cultural  diversity  and
interactionism patterns with one another that are very different. This deflation involves the level
of cultural development and the condition of its natural environment. These problems can be
manifested in moral issues, political problems, religious problems and other problems. Humanities
education is an educational material that reflects human integrity and helps people to become
more humane,  which  is  to  help  humans to  actualize  existing  potentials,  so  that  eventually a
complete human being is formed, which has emotional maturity, moral maturity and spiritual
maturity.  Various  kinds  of  cases  of  violence  that  occur  in  social  life,  anarchist  actions  and
violations of human values   have even become everyday. The indicator is that education has not
played  a  significant  role in  the process  of  building a national personality with a social  and
humanitarian  spirit.  Apparently,  humans  must  be  more  “humanized”  again.  The  protracted
nation’s  decline  is  also  related  to  educational  failures  in  the  past  which  resulted  in  a
dehumanization process. The educational process that emphasizes the development of personality
includes a broader process, namely improving thought processes, feeling, and acting. With the
hope of students being able to practice the values   of life which include the values   of truth
(verum), beauty (pulcrum) and kindness (bonum).

Keywords: Educational Problems, Social Humanities

I. PENDAHULUAN
Persoalan pendidikan di Indonesia begitu kian bertambah dan  angka pengangguran dari
komplek. Berbagai problematika muncul tidak kalangan intelektual (sarjana) dari hari ke hari
hanya dalam permasalahan konsep pendidikan, angka  statistiknya  kian  naik.  Tentu  hal  ini
peraturan, dan anggaran saja, namun persoalan sangat  memprihatinkan  bagi  kalangan
pelaksanaan  pendidikan  dari  berbagai  sistem pemerhati  pendidikan  di  Indonesia,  hingga
di  Indonesia  juga  turut  serta  menambah berujung pada satu kesimpulan bahwa ada yang
kompleknya  problematika  pendidikan  di salah dalam sistem pendidikan di negara kita.
Indonesia.  Sejak  bergulirnya  era  reformasi, Dan perlu adanya perbaikan yang menyeluruh
banyak  kalangan  terperanjat  dengan terhadap masalah pendidikan di negara kita ini.
problematika  pendidikan  yang  ada  di  negara Problem  sosial  pada  setiap  masyarakat
kita ini. Hal ini bermula dari penilaian banyak berbeda  antara  satu  dengan  yang  lainnya.
orang  terhadap  output  hasil  pendidikan  di Perbedaan  tersebut  tergantung  pada  tingkat
Indonesia  yang  belum  sesuai  dengan  tujuan perkembangan  kebudayaan  dan  kondisi
pendidikan di Indonesia. Kemerosotan moral lingkungan alamnya. Masalah-masalah tersebut
anak-anak  bangsa,  etos  kerja  yang  kurang, dapat terwujud dalam masalah moral, masalah
keterampilan yang masih rendah, korupsi yang politik, masalah agama dan masalah lainnya.

78
PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF SOSIAL.....(I Putu Suardipa, 78-86)

Dengan  adanya  permasalah- dalam anak yang tidak bisa di biayai oleh


permasalahan  tersebut  timbullah  teori-teori orang tuanya karena ekonominya kurang.
sosial, yang pada akhirnya terbentuklah ilmu- b) Pergaulan
ilmu  sosial.  Dibandingkan  dengan ilmu-ilmu Di Indonesia di Negara kita ini sudah tidak
alam  yang  kemajuannya  sangat  pesat,  ilmu- heran atau tabu melihat anak remaja jaman
ilmu sosial agak tertinggal di belakang. Hal ini sekarang  melakukan  hal-hal  yang  tidak
disebabkan oleh subyek ilmu-ilmu sosial adalah pantas seperti merokok,meminum minuman
manusia sebagai makhluk multidimensional keras  dan  sex  bebas.  Padahal  dalam
Hal  ini  bertujuan  untuk  memberi pergaulan ini bisa di ambil menjadi 2 bagian
landasan  bagi  pemahaman  tentang  ilmu  dan ada  pergaulan  positif  dan  pergaulan
profesi  kedokteran. Akan  tetapi  tidak  ada negatif.Pergaulan  positif  yang  kita  tahu
ketetapan lebih lanjut tentang arahan, tujuan, adalah  mengikuti  eskul  di  sekolah  atau
lingkup  bahasan  cabang  ilmu,  dan  buku  ajar belajar  kelompok  bersama  dan  yang
sebagai rujukan. Pendidikan humaniora adalah negative itu seperti tadi ada yang merokok
suatu  bahan  pendidikan  yang  mencerminkan dan  meminum  minuman  keras.Orang  tua
keutuhan manusia dan membantu agar manusia harusnya mulai kini mengawasi anak anak
menjadi  lebih  manusiawi,  yaitu  membantu mereka  untuk  tidak  akan  menjadi  hal-hal
manusia untuk mengaktualkan potensi-potensi yang  tidak  di  inginkan,orang  tua  bisa
yang ada, sehingga akhirnya terbentuk manusia membimbing anak untuk mengajarkan tugas
yang  utuh,  yang  memiliki  kematangan dll.
emosional, kematangan moral dan kematangan c) Mahalnya Pendidikan
spiritual. Di  Indonesia  tidak  semua  orang  yang
mempunyai  ekonomi  yang  sama  seperti
II. PEMBAHASAN yang  kita  bahas  di  nomor  1,Pemerintah
2.1 Problematika Pendidikan Indonesia sudah    merancangkan  sekolah  gratis  12
Pendidikan adalah hal terpenting untuk tahun tapi,masih ada yang kita bayar seperti
anak-anak  masa  kini  untuk biaya baju seragam,buku-buku dll.Selagi itu
menjunjung,mempersiapkan diri dimasa yang biaya  hidup  semakin  lama  semakin  tinggi
akan  mendatang  dan  menjadi  manusia  yang dan orang tua tidak hanya membiayai untuk
berguna.Tetapi  banyak  masalah  sosial  dalam sekolah  saja  masih  ada  kebutuhan  yang
soal pendidikan yang saya akan bahas disini. harus terpenuhi.
Contoh masalah sosial yang pertama adalah : d).Fasilitas Kurang Memadai
a). Ekonomi Kurangnya  fasilitas  disuatu  sekolah  juga
Masalah  pendidikan  yang  pertama  bisa bisa  mengaruhi  kualitas  anak  didik
terjadi dari ekonomi,dikarenakan orang tua siswa,dengan  ada  nya  fasilitas  yang
kurang  mampu untuk  membiayai anaknya memadai  anak  bisa  menambah
untuk  sekolah,orang  tua  malah  menyuruh pengetahuannya seperti lab computer, anak
anaknya untuk mencari nafkah seperti orang bisa mencari hal-hal untuk melihat di dunia
tua,padahal  anak  itu  pun  belum  pantas perteknologian dan menambah pengetahuan
dikategorikan untuk mencari nafkah karena anak tersebut.
umur  yang  belum  cukup  dan  fisik,seperti
yang  kita  lihat  dijalan  anak-anak  menjadi 2.2 Konsepsi Humaniora dalam Pendidikan
pengamen,pengemis  dan  ada  yang Humaniora adalah cerita, ide dan kata
berjualan.Itu  salah  satu  factor  ekonomi -  kata  yang  membantu  kita  merasakan
kehidupan  dan  dunia  kita.  Humaniora

79
MAHA WIDYA BHUWANA VOLUME 1, No.2, SEPTEMBER 2018 ISSN : 2621-1025

mengenalkan kita pada orang - orang yang tidak kemanusiaan  yang  mencakup  etika,  logika,


pernah  kita  temui,  tempat  yang  tidak  pernah estetika,  pendidikan  pancasila,  pendidikan
kita  kunjungi,  dan  ide  yang  tidak  pernah kewarganegaraan, agama dan fenomenologi.
terlintas  dalam  benak  kita.  Dengan
memperlihatkan  bagaimana  orang-orang  lain 2.3  Pentingnya  Mempelajari  Pendidikan
hidup  dan  berpikir  tentang  kehidupan, Humaniora
humaniora  membantu  kita  menentukan  apa Berbagai macam kasus kekerasan yang
yang  penting  dalam  kehidupan  kita  dan  apa terjadi  di  dalam  kehidupan  bermasyarakat,
yang  dapat  kita  lakukan  untuk  membuatnya tindakan  anarkis  dan  pelanggaran  nilai
lebih  baik.  Contoh  dari  disiplin  humaniora kemanusiaan  bahkan  sudah  menjadi
adalah  bahasa  kuno  dan  moderen,  literatur, keseharian.  Indikatornya  adalah  pendidikan
hukum, sejarah, filosofi, agama, dan seni visual belum  berperan  signifikan  dalam  proses
dan drama (termasuk musik). Subyek - subyek membangun kepribadian bangsa yang berjiwa
tambahan  yang  terkadang  masuk  dalam sosial dan kemanusiaan. Tampaknya, manusia
humaniora adalah teknologi, antropologi, studi harus lebih “dimanusiakan” lagi. Keterpurukan
area,  studi  komunikasi,  studi  kultural,  dan bangsa  yang  berlarut-larut  juga  berhubungan
linguistik,  meskipun  cabang  tersebut  selalu dengan kegagalan pendidikan di masa lalu yang
dianggap sebagai ilmu sosial. mengakibatkan terjadinya proses dehumanisasi
Sebagai  gerakan,  humaniora  bangkit (Yusuf, Akhyar. 2014).
berbarengan  dengan  renaisans,  sesudah Gagasan  dan  langkah  menuju
ditemukannya kembali pustaka dan peradaban pendidikan  yang  berorientasi  kemanusiaan
Yunani / Romawi kuno, yang membangkitkan merupakan  salah  satu  upaya  mengembalikan
minat kepada manusia, budaya, dan karyanya. nilai-nilai kemanusiaan yang semakin terkikis.
Bahasa Indonesia, yang menerjemahkan kata- Melalui pendidikan de­humaniora diharapkan
kata Inggris dengan suku kata akhir ty, misalnya manusia  dapat  mengenal  dirinya,
university, faculty, dan lain-lain, dengan  tas, kemanusiaannya  yang  utuh,  dan  tidak  hanya
yang  menjadi  universitas  dan  fakultas, dapat  menundukkan  lingkungan  alam  fisik
cenderung lebih menggunakan kata humaniora melalui  kemampuan  ilmu  pengetahuan  dan
daripada  humanitas.  Hal  ini  menunjukkan teknologi.  Pada  prinsipnya,  pendidikan
bahwa  humaniora  bukan  terjemahan  dari humaniora  bertujuan  membuat  manusiawi/
humanity  (Inggris),  tetapi  dari  bahasa  Latin untuk keselamatan dan kesempurnaan manusia.
humaniores.  Selanjutnya  dalam  tulisan  ini
dipakai kata humaniora dan bukan humanitas. 2.4. Latar Belakang Pendidikan Humaniora
Sedang kata humanitas (kb) diartikan sebagai a) Pengertian kebudayaan
kodrat  manusia  atau  perikemanusiaan  (Fajri Kebudayaan adalah keseluruhan sistem
dan Senja). gagasan,  tindakan  dan  hasil  karya  manusia
Berdasarkan hal tersebut di atas maka untuk  memenuhi  kehidupannya  dengan  cara
dapat dideskripsikan bahwa humaniora berasal belajar,  yang  semuanya  tersusun  dalam
dari    bahasa  latin,  humaniora  disebut  artes kehidupan masyarakat.
liberales  yaitu  studi  tentang  kemanusiaan. Untuk lebih jelas dapat dirinci sebagai
Sedangkan menurut pendidikan Yunani Kuno, berikut :
humaniora disebut dengan trivium, yaitu logika, 1) Kebudayaan  adalah  segala  sesuatu  yang
retorika  dan  gramatika.  Pada  hakikatnya dilakukan  dan  dihasilkan  manusia  yang
humaniora dalam pendidikan adalah ilmu-ilmu meliputi  kebudayaan  material  dan
yang  bersentuhan  dengan  nilai-nilai kebudayaan non material.

80
PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF SOSIAL.....(I Putu Suardipa, 78-86)

2) Kebudayaan itu diperoleh manusia sebagai sebagai makhluk termulia. Di antara makhluk-
anggota masyarakat. makhluk lain ciptaan Tuhan.
3) Kebudayaan  itu  adalah  kebudayaan Beberapa keistimewaan yang dimiliki
manusia  dan  hampir  semua  tindakan manusia dibanding dengan makhluk yang lain,
manusia adalah kebudayaan. adalah :
1) Manusia mampu mengatur perkembangan
b) Manusia sebagai pengemban nilai-nilai hidup makhluk lain dan menghindarkannya
Di muka telah dijelaskan bahwa adanya dari kepunahan.
akal  dan  budidaya  pada  manusia,  telah 2) Manusia mampu mengubah apa yang ada
menyebabkan adanya perbedaan cara dan pola di alam ini
hidup di antara keduanya. Oleh karena itu, akal 3) Manusia memiliki ilmu pengetahuan yang
dan budi menyebabkan manusia memiliki cara karenanya  kehidupan  mereka  makin
dan pola hidup yang berdimensi ganda, yakni berkembang dan makin sempurna
kehidupan yang bersifat material dan kehidupan 4) Semua  unsur  alam  termasuk  makhluk-
yang bersifat spiritual. Manusia dimanapun dia makhluk lain dapat dikuasai manusia dan
berada  dan  apapun  kedudukannya  selalu dimanfaatkan untuk keperluan hidupnya.
berpengharapan  dan  berusaha  merasakan d).  Budaya  sebagai  sarana  kemajuan  dan
nikmatnya kedua jenis kehidupan tersebut. sebagai ancaman
Hal  di  atas  sebagaimana  kodrat  dari
Tuhan  bahwasanya  manusia  memang 2.5. Metode Pendidikan Humaniora
ditakdirkan  bersuku-suku  dan  berbangsa- Tugas pendidikan masa kini, pertama-
bangsa  agar  mereka  saling  mengenal.  Saling tama bukannya mengajarkan “apa yang paling
mengenal  di  sini  diartikan  bahwasanya  agar baik  diketahui  dan  dipikirkan  pada  masa
mereka  yang  berbeda-beda  itu  bisa  saling lampau”, akan tetapi yang lebih penting adalah
melengkapi  dalam  artian  memberi  dan menyajikan  informasi  dan  orientasi  terhadap
menerima. masa  kini,  dan  khususnya  orientasi  terhadap
Kemajuan  dan  perkembangan  yang masa depan di mana nantinya para siswa akan
hanya  terbatas  pada  kemajuan  material  saja hidup di dalamnya. Dengan pendidikan seperti
akan  menimbulkan  kepincangan  pada itu,  mereka  akan  memiliki  kepekaan  dan
kehidupan manusia. Kehidupan mereka kurang kemampuan-kemampuan  untuk  mengambil
sempurna,  dimensi  di  dalamnya akan hilang, bagian  secara  kreatif  di  berbagai  kehidupan
karena  batin  mereka  kosong  akibatnya  tidak masa mendatang.
akan  memperoleh  ketenteraman,  ketertiban Mengingat  masa  lampau  tidak  akan
hidup,  melainkan  justru  dapat  lebih  rusak memberikan  kesegaran  pada  masa  kini  dan
karenanya.  Material  dan  spiritual  adalah  dua yang  akan  datang.  Sesuai  dengan  maqolah
hal  yang  saling  melengkapi.  Dua  hal  ini dalam buku “Laa Tahzan” bahwasanya hari ini
bagaikan jasad dan ruh. Kebahagiaan material adalah  milik  anda. Yang  perlu  kita  fikirkan
akan  menunjang  jasmani  kita,  sedangkan adalah hari ini, marilah kita hadapkan diri kita
kebahagiaan spiritual akan menunjang ruhani pada  kejadian  sekarang.  Boleh  juga  kita
kita. menoleh masa lampau, sekedar untuk pelajaran.
Kita bisa mengoreksi diri kita dengan melihat
c). Manusia sebagai makhluk termulia kesalahan-kesalahan  pada  masa  lampau.
Kalau  kita  lihat  dari  segi  bentuk Namun  hanya  sebatas itu,  jangan kita  terlalu
fisiknya maupun yang ada di sebaliknya, tidak larut dalam kejadian masa lampau.
berlebihan kalau manusia menyatakan dirinya

81
MAHA WIDYA BHUWANA VOLUME 1, No.2, SEPTEMBER 2018 ISSN : 2621-1025

Pendidikan  humaniora  adalah sebagainya.  Semua  perilaku  tersebut


pembinaan  kualitas  kepribadian  anak  didik, merupakan gejala sosial yang menjadi wilayah
yaitu  untuk  mencapai  tujuan  pengembangan kajian utama ilmu-ilmu sosial. Hal inilah yang
“pribadi  seutuhnya”,  maka  perlu  untuk membedakan ilmu-ilmu alam dan ilmu sosial.
disajikan  program-program  kegiatan  belajar- Ilmu-ilmu  alam  berhubungan  dengan  gejala-
mengajar  yang  sifatnya  non-verbal,  sehingga gejala alam yang bersifat fisik, konstan dan bias
memungkinkan  anak  didik  untuk diamati  secara  kasat  mata,  dan  untuk
mengembangkan kesadaran kepekaannya, serta memahaminya tidak sesulit gejala social karena
kemampuan-kemampuan  lainnya  untuk gejala  social  komplek,  maka  untuk
menikmati  kehidupan  aktual  dan  bukan  lagi memahaminya tidak cukup dengan satu sudut
terkungkung hanya di dalam lingkungan dunia pandang atau satu disiplin ilmu (Supardi, 2011).
intelek yang serba abstrak. Ilmu  Humaniora  ini  terdiri  dari  kata
Hal tersebut sangat penting, seseorang ilmu  dan  humaniora,  ilmu  dalam  hal  ini
yang hanya intelek, tidak akan seimbang jika merupakan semua pengetahuan yang terhimpun
tidak disertai dengan kecakapan. Orang yang lewat  metode-metode  keilmuan  atau
tidak cakap tidak akan mampu menunjukkan pengetahuan  yang  diperoleh  dari  hasil
dan  mengembangkan  keintelekannya.  Begitu penyimpulan induksi, deduksi dan penyahihan
pula orang yang cakap tapi tidak intelek. Dia (verifikasi/validasi).  Humaniora  menurut
mampu  menunjukkan  dan  mengembangkan Elwood  dalam  Jujun  (2015)  mendifinisikan
sesuatu. Akan tetapi, dia tidak punya sesuatu sebagai seperangkat sikap dan perilaku moral
atau materi atau bahan untuk ditunjukkan dan manusia  terhadap  sesamanya.  Dengan
dikembangkan. pengertian  tersebut  menyatakan  bahwa
Selain  hal-hal  di  atas,  pendidikan humaniora merupakan sikap yang berhubungan
humaniora  juga  mementingkan  masalah dengan  manusia  karena  manusia  adalah
spiritual.  Manusia  tak  cukup  hanya  kaya, makhluk yang mempunyai kedudukan among
tampan, cantik dan berkecukupan. Orang yang (unique)  di  dalam  ekosistem,  dan  tergantung
tersebut tidak akan tenang hatinya tanpa adanya pada  ekosistem tersebut  dan manusia  sendiri
ketenteraman hati. Hal ini dapat dicapai dengan termasuk  dalam  bagiannya.  Sikap  yang
selalu mendekatkan diri pada sang khaliq dan berhubungan dengan manusia dibagi menjadi
mensyukuri nikmat-Nya. tiga atau hubungan trisula atau bercabang tiga,
Ilmu sosial pada dasarnya merupakan yaitu  hubungan  manusia  dengan  khaliknya,
ilmu yang mempelajari perilaku dan aktivitas manusia  dengan  sesamanya  dan  manusia
manusia  dalam  kehidupan  bersama.  Dengan dengan alam, baik makhluk yang jasad-jasad
demikian ilmu social mempelajari bagaimana hidup  maupun  benda-benda  mati.  Jadi  ilmu
hubungan  manusia  dengan  manusia,  dan humaniora  merupakan  sebuah  pengetahuan
bagaimana  hubungan  manusia  dengan yang  membahas  tentang  manusia  dan
lingkungannya. Ilmu social mengkaji perilaku terhubungannya  dengan  yang  lainya  itu
manusia  yang  bermacam-macam,  misalnya hubungan  dengan  sesama,  hubungan  dengan
perilaku manusia dalam hubungannya dengan khaliq/ tuhan dan hubungan dengan alam baik
manusia lain baik pribadi maupun kelompok, jasad hidup maupun jasad mati.
perilaku manusia pada masa lalu, melahirkan
ilmu  sejarah,  perilaku  manusia  kaitannya 2.6. Prinsip Metode Ilmu Sosial-Humaniora
dengan  kejiwaannya  melahirkan  psikologi, Dalam ilmu sosial-humaniora mempunyai
perilaku manusia kaitannya dengan pemenuhan beberapa prinsip dalam metode maieutika, yang
kebutuhannya melahirkan ilmu ekonomi, dan

82
PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF SOSIAL.....(I Putu Suardipa, 78-86)

dikemukakan  oleh  tokoh  Socrates,  adapun aturan-aturan  tertentu  serta  jika  tidak
prinsip tersebut antara lain: mendukung  akal  dan  kehendak  sehingga
1) Manusia harus berbuat baik untuk bangsa nafsu itu menyimpang dari arahnya yang
dan  negaranya   (manusia  berhubungan asasi. Jadi cita-cita suatu kesusilaan bukan
dengan manusia). mematikan  nafsu,  akan  tetapi  mengatur
Untuk  sampai  pada  pemahaman  tersebut nafsu  untuk  melakukan  suatu  perbuatan
Socrates  menggunakan  metode  yang yang baik (Yusuf, 2014).
disebutnya  metode  maieutika  yang
diadopsi  oleh  Socrates  dari  dunia 2.7  Problematika  Pendidikan  dalam
kebidanan, yaitu cara seorang bidan atau Perspektif  Sosial  Humaniora  Menguak
dokter  dalam  menolong  seorang  ibu Gradasi Kemanusiaan
melahirkan  bayinya.  Dengan  metode Persoalan  mendasar  dalam  dunia
tersebut, semua jawaban mereka dianalisa pendidikan kita akhir-akhir ini adalah matinya
secara  mendalam  kemudian  disimpulkan visi, roh, dan isi sebuah pengajaran. Institusi-
melalui  hipotesa.  Hasil  dari  hipotesa institusi  pendidikan  mereduksi  diri  menjadi
tersebut  lalu  dikembalikan  lagi  kepada semacam  balai  latihan  “pertukangan”  belaka
mereka (si penanya)  untuk  di  diskusikan yang gemar melahirkan tukang yang ahli namun
dan dianalisa lebih mendalam. tanpa roh. Sebagai sebuah institusi pendidikan,
2) Manusia dengan etika atau kesusilaan.       sekolah/kampus adalah tempat mendidik dan
Aristoteles  menyatakan  bahwa  manusia mengajar,  artinya  sebagai  wahana  membuat
sebagai  anggota  masyarakat  sangat  erat manusia lebih manusiawi dengan membangun
hubugannya dengan kesusilaan atau etika. sinergi konstruktif bagi pengaktualan potensi-
Orang  yang  peka  dan  memperhitungkan potensi kecerdasan dalam diri manusia. Namun,
norma-norma  yang  berlaku  dalam  suatu pada realitasnya ihwal tersebut tidak tercapai,
masyarakat adalah tujuan peraihan manusia karena  manusia  kini  hanyalah  produk  mesin
bijak  (eudaimonia).  Selain  itu,  puncak sejarah dan barang mainan gurita konglomerasi
perbuatan  manusia  dalam  bermasyarakat raksasa. Manusia direduksi sebatas pada fungsi
adalah sebentuk pencapaian perbuatan dan dan kegunaannya dalam memproduksi berbagai
perilaku  susila  dimana  perbuatan  dan hal  yang  dapat  menguntungkan.  Situasi  ini
perilaku  kesusilaan  manusia  itu  terletak menuntut  setiap  institusi  pendidikan
dalam  “pikiran   yang  murni”.  Berpikir merefleksikan  ulang  makna  dan  visi
murni adalah sesuatu yang ideal dan hanya pembelajaran  macam  apa  yang  seharusnya
mungkin dicapai oleh para dewa, manusia dapat diterapkan di rumah-rumah pendidikan,
hanya bias mencoba mendekatinya dengan khususnya  dalam  konteks  pendidikan
mengatur  dan  mengendalikan  keinginan humaniora.
hawa nafsunya. Humaniora  adalah  ilmu-ilmu  yang
3) Manusia  dengan  khaliq  atau  yang mampu  mengangkat  manusia  menjadi  lebih
menciptakan.                manusiawi. Ilmu-ilmu ini meliputi studi agama,
Dalam  hal  ini Augustinus  menyatakan filsafat,  seni,  sejarah  dan  ilmu-ilmu  bahasa.
bahwa tujuan akhir hidup individu dalam Ilmu ini pada awalnya lahir dari gerakan yang
memandang  dan  memperhatikan ditopang  para  sarjana  (Umanisti)  yang
keberadaan tuhan. Pada diri manusia segala mempelajari kurikulum Studia Humanitas yang
nafsu  adalah  baik. Akan  tetapi  berbagai berkembang pada abad ke-15 di Eropa. Ilmu
nafsu itu akan berubah menjadi jahat jika baru ini muncul dari gerakan humanisme yang
nafsu  itu  melangga  rkawasan  lain  atau adalah gerakan kultural dan intelektual abad ke-

83
MAHA WIDYA BHUWANA VOLUME 1, No.2, SEPTEMBER 2018 ISSN : 2621-1025

14-16 atau masa renaisans (kelahiran kembali). terpadu  hanyalah  melahirkan  manusia  robot


Yang lahir kembali adalah kebudayaan Yunani yang punya otak, tapi tak punya akhlak, moral,
yang  memberikan  tempat  pada  kebebasan hati, dan budaya.
berpikir,  sentralitas  akan  demokrasi  dan Persoalan lebih jauh adalah kurikulum
kebebasan serta kemandirian individu. pendidikan  yang  selama  ini  digunakan  lebih
Ihwal  tersebut  tampak  dalam  sistem dititikberatkan    pada  sisi  kognitif  yang
pendidikan  Yunani  klasik  yang  bertujuan berlebihan, tanpa upaya memberi tempat pada
menumbuhkan  kesadaran  diri  warga  Negara pendidikan  afektif,  dan  moral  peserta  didik.
akan seperangkat aturan dan tanggung jawab Mari kita lihat isi kurikulum yang disediakan
yang  mereka  emban  terhadap  Negara.  Istilah pemerintah, hampir semuanya dijejali dengan
“paidea” yang dikenal kemudian adalah bentuk materi-materi yang padat, bahkan menurut saya
pendidikan  yang  berupa  pewarisan  karakter berlebihan. Semua isi materi itu harus selesai
fisik,  sosial  dan  intelektual  manusia  sampai pada waktunya, sementara waktu yang terpakai
pada tataran lebih tinggi dalam kemanusiaan. untuk  belajar  efektif  tidak  sebanding  dengan
Artinya  pendidikan  ini  merupakan  upaya isi kurikulum. Yang sering terjadi adalah guru
mencapai  keutamaan  tertinggi  dalam  sebuah berkonsentrasi  mengejar  bahan,  sementara
komunitas.  Sehingga  dapat  dipahami  bahwa siswa stress ditempa beban yang terlalu berat.
pendidikan  pada  zaman Yunani  kuno  adalah Masalah  lain  dalam  dunia  pendidikan  kita
proses  aktivitas  mencari  dan  menelusuri adalah kurikulum yang disediakan tidak begitu
kebermaknaan  hidup  sebagai  manusia  secara mendalam, tapi hanya sebatas kutipan-kutipan,
utuh, penuh dan menyeluruh. Pendidikan pada rumus-rumus,  dan  nama-nama  tokoh  yang
akhirnya  membantu  setiap  individu  untuk terlalu  banyak.  Semuanya  hanya  selintas
memaknai hidup dan menyadari kodrat hidup numpang  lewat,  tanpa  ada  pendalaman  yang
mereka masing-masing. berarti.  Dengan  kata  lain,  kurikulum  yang
Pada intinya, pendidikan adalah usaha masih  digunakan  saat  ini  memaksa  siswa
terpadu  dalam  rangka  memanusiawikan berhenti  pada  konteks  menghafal,  bukan
manusia,  lewat  pembentukan  karakter  yang berpikir.
bertujuan  membentuk  peserta  didik  menjadi Pada tingkat universitas yang menjadi
pribadi yang berkeutamaan, terpandang karena masalah pendidikan adalah gencarnya berbagai
memiliki arête dan budaya intelektual. Namun, institusi  perguruan  tinggi  yang  menawarkan
pada  kenyataanya  tendensi  yang  terjadi  di kemudahan  mendapatkan  pekerjaan.  Peserta
institusi-institusi pendidikan dewasa ini adalah didik  dibentuk  se-instan mungkin  agar  dapat
adanya  ketidakseimbangan  antara bekerja  dan  sukses  mendapatkan  gaji  yang
pembentukan kemampuan rasional, emosional, menjajikan,  tanpa  mempersoalkan  apakah
moral, sosial dan spiritual. Kini rumah-rumah mereka  punya  karakter  dan  moralitas.  Maka
pendidikan lebih banyak berkonsentrasi pada tepatlah bila dikatakan bahwa pendidikan masa
pemantapan  akal  atau  rasio  sementara  sisi kini  hanya  membentuk  “tukang”  yang  hanya
humanis  dalam  diri  peserta  didik  terbaikan bisa bekerja dan bekerja tanpa roh, visi dan isi.
bahkan mati. Maka tidak heran kalau pada abad Pendidikan  semakin  kehilangan  makna
ini ada banyak ahli yang berkompeten dalam universalnya  sebagai  wahana  pembentukan
berbagai bidang, namun pada abad ini juga ada individu semakin lebih manusiawi yang mampu
banyak  kehancuran,  kebiadaban,  terorisme, mengembangkan  dimensi  individual  dan
ancaman  global  warming,  dan  kekacuan. sosialnya secara seimbang.
Artinya pendidikan yang tinggi tanpa dibarengi Pada  dasarnya  pendidikan  adalah
dengan pembentukan karakater manusia secara proses  humanisasi  dalam  arti  mengolah

84
PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF SOSIAL.....(I Putu Suardipa, 78-86)

potensi-potensi yang dimiliki seseorang untuk Metode sistem pendidikan humaniora
lebih  manusiawi.  Pendidikan  seharusnya memberi  penekanan  pada  pendekatan
menjadi wahana proses transformasi diri dari humanistik yang lebih mengutamakan proses
sikap ignorant menuju kesadaran diri kritis atas pembelajaran,  eksplorasi  dan  menstimulasi
apa yang terjadi dalam diri dan lingkungannya. peserta didik untuk bertanya, mengintegrasikan
Idealnya pendidikan mencakup pengembangan aspek kognitif, afektif dan konatif dalam proses
logos,  eros,  ethos,  dan  pathos,  yakni  proses pembelajaran. Dalam konteks yang lebih besar,
pengembangan  intelektualitas,  kreativitas, sistem  pendidikan  humaniora  adalah
integritas dan solidaritas secara integral. Dalam pembelajaran nilai-nilai yang menekankan pada
konteks ini, para pendidik mestinya tidak hanya dimensi eksperiensial yang mencakup proses:
memberi  pengetahuan  kognitif,  tapi  juga learning by doing, learning  by experiencing,
mendidik  hati  nurani  para  peserta  didik learning by living in, learning by exploring dan
sehingga  mampu  membentuk  mereka learning  by  problem  solving  (Bambang
mengendalikan  naluri  dan  mengekspresikan Sugiharto  2008).
diri secara memadai. Dengan metode ini (meminjam istilah
Idealnya  pendidikan  humaniora Sumaryono. 199 Bambang Sugiharto  2008),
menyentuh proses pembentukan pribadi peserta maka  peranan  pendidikan  humaniora  dalam
didik.  Ihwal  tersebut  mencakup  pembetukan dunia  pembelajaran  adalah  memampukan
integritas,  moralitas  dan  pribadi  yang setiap individu menjadi agen perubahan yang
berkeutamaan.  Tujuan  metode  ini  adalah memiliki kesadaran dan keutamaan nilai-nilai.
membentuk  manusia  menuju  kesempurnaan Artinya peserta didik mampu menyadari bahwa
ideal antara jiwa dan badan, budaya intelektual dirinyalah pusat dan pelaku utama. Di sisi lain,
dan  spiritualitas.  Proses  pendidikan  yang peserta  didik  dibantu  untuk  menyadari
menekankan pada pengembangan kepribadian kehadiran  pihak  lain    (liyan)  sebagai  sarana
ini  mencakup  proses  yang  lebih  luas,  yaitu yang  membuatnya  menjadi  lebih  baik,  lewat
meningkatkan olah pikir, olah  rasa, dan olah interaksi dan kehadiran mereka. Peserta didik
karsa.  Dengan  harapan  peserta  didik  mampu juga mampu melihat alternatif-alternatif baru
mempraktikkan  nilai-nilai  kehidupan  yang untuk  membaharui  pemikiran  secara  terus
meliputi  nilai  kebenaran  (verum),  keindahan menerus  (learning  to  learn)  dan  menyadari
(pulcrum) dan kebaikan (bonum). adanya  kemungkinan  baru  untuk  berpikir,
Pendidikan  humaniora  juga merasa dan berhubungan dengan pihak lain.
menciptakan  pendidikan  yang  memampukan Proses  pendidikan  ini  membuat
peserta didik  mengembangkan pengetahuan, individu  sampai  pada  kesadaran  dan
pemahaman  dan  penerapan  nilai-nilai kemampuan mengelolah kultur sendiri sebagai
kebenaran,  keindahan  dan  kebaikan  tadi. salah satu alternatif pembelajaran. Kesadaran
Artinya  sistem  pendidikan  ini  akhirnya tersebut  hanya  mungkin  terealisasikan  bila
menitikberatkan  pada  pola  pendidikan  yang peserta didik memiliki budaya membaca dan
berpusat pada peserta didik. Pendidikan yang menulis  yang  tinggi.  Lewat  etos  baca-tulis
membantu  manusia  menjadi  individu  yang individu  semakin  mampu  mengasah
mandiri, otonom, kritis dan partisipatif. Peserta kemampuan  untuk  bernalar  panjang  secara
didik  tidak  lagi  sepenuhnya  tergantung  pada analitis dan mandiri, menyentuh kedalaman inti
guru, melainkan menjadi mitra yang sederajat persoalan  dan  membentuk  individu  yang
dan saling menghormati otonomi, martabat, dan matang.    Pada  akhirnya  pendidikan  bukan
integritas masing-masing. hanya transfer keterampilan teknis, melainkan
soal  pembentukan  kreativitas,  otonomi,  dan

85
MAHA WIDYA BHUWANA VOLUME 1, No.2, SEPTEMBER 2018 ISSN : 2621-1025

partisipasi peserta didik dalam membaca dan bangsa dan negaranya  (manusia berhubungan
memahami kehidupan. dengan manusia), manusia dengan etika atau
           Penguasaan  ilmu  dan  pengembangan kesusilaan,  dan  manusia  dengan  khaliq  atau
teknologi adalah upaya pemenuhan kebutuhan yang  menciptakan.  Sedangkan  yang  dikaji
manusia.  Untuk  menjaga  tercapainya  tujuan dalam  ilmu  agama  adalah  melihat  dan
tersebut,  perlu  hal tersebut  dijaga,  dikoridori memaknai apa yang ada dibalik kegiatan dan
oleh nilai-nilai budaya, dan nilai - nilai agama. perilaku  fisik  dan  empiris  manusia.  Karena
Para agamawan / ruhaniawan tidak seharusnya kegiatan tersebut merupakan bentuk ekspresif
terpaku pada kaidah - kaidah klasik dan baku, dari keimanan manusia pada tuhan. Pendidikan
dalam  mengantar,  mengawal,  perkembangan humaniora adalah pendidikan yang berorientasi
ilmu  dan  teknologi  agar  benar  -  benar untuk  mendidik  manusia  menjadi  manusia
bermanfaat  bagi  manusia. Agama  membuka seutuhnya.  Prinsip  pendidikan  humaniora
pintu kajian - kajian terhadap rancangan, hasil, bertujuan membuat manusia lebih manusiawi
dan  pemanfaatan  dari  pengembangan  iptek  . atau  untuk  keselamatan  dan  kesempurnaan
Dengan  persyaratan  -  persyaratan  tertentu manusia.  Kebudayaan  adalah  keseluruhan
agamawan  /  ruhaniawan  dapat  mengkaji sistem  gagasan,  tindakan  dan  hasil  karya
masalah-masalah  kemajuan  iptek,  dan manusia  untuk  memenuhi  kehidupannya
menghasilkan fatwa - fatwa kontemporer yang dengan cara belajar, yang semuanya tersusun
menjadi  dasar  yang  dapat dalam kehidupan masyarakat. Dengan adanya
dipertanggungjawabkan bagi pemanfaatan hasil kebudayaan  inilah  yang  melatarbelakangi
pengembangan serta rancangan pengembangan pendidikan humaniora. Bahwasanya manusia
selanjutnya. diberkahi  adanya  akal  dan  budi  daya  yang
Penguasaan  dan  pengembangan  ilmu menyebabkan cara dan pola hidup yang berbeda
dan teknologi adalah amanat kemanusiaan, oleh diantara keduanya. Dan dengan adanya akal dan
karena  itu  harus  memberi  manfaat  bagi budidaya manusia adalah sebagai pengemban
kesejahteraan manusia. Humaniora membawa nilai-nilai  moral  baik  yang  bersifat  material
nilai-nilai budaya manusia. Nilai-nilai tersebut maupun  spiritual.  Dalam  metode  pendidikan
adalah  universal.  Tanpa  humaniora humaniora,  anak  didik  dikenalkan  pada
pengembangan ilmu dan teknologi  tidak lagi pengembangan material dan spiritual.
bermanfaat  bagi  manusia.  Pengembangan  /
perkembangan  yang  banyak  disusupi  nilai  -
nilai  bisnis  menimbulkan  hedonisme  yang DAFTAR PUSTAKA
bermula di masyarakat  bisnis, yang berlanjut
pada umunya. Asri  Budiningsih.  2005.  Belajar  dan
Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
III. PENUTUP Bambang  Sugiharto.  2008. Anti  Humanisme
Sangat  jelas  seperti  yang  telah dalam  Humanisme  dan  Humaniora  :
dijelaskan  di  atas  bahwa  dalam  ilmu  sosial Relevansinya  Bagi  Pendidikan,
humaniora  dan  ilmu agama  memiliki  prinsip Yogyakarta.
metode yang berbeda. Ilmu sosial humaniora Depdikbud,  1988.  Kamus  Besar  Bahasa
objek yang dikaji adalah manusia. Dalam ilmu Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.
sosial-humaniora mempunyai beberapa prinsip Hamzah B. Uno, 2007. Profesi Kependidikan,
dalam  metode  maieutika,  yang  dikemukakan Problematika,  Solusi,  dan  Reformasi
oleh  tokoh  Socrates,  adapun  prinsip  tersebut Pendidikan  di  Indonesia.  Jakarta  :  Bumi
adalah  manusia  harus  berbuat  baik  untuk Aksara.

86

You might also like