Professional Documents
Culture Documents
Sosial Humaniora
Sosial Humaniora
1, No.2, SEPTEMBER 2018 ISSN : 2621-1025
PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF
SOSIAL HUMANIORA MENGUAK GRADASI KEMANUSIAAN
I Putu Suardipa
Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja
ABSTRACT
Social problems in every society have a significant level of cultural diversity and
interactionism patterns with one another that are very different. This deflation involves the level
of cultural development and the condition of its natural environment. These problems can be
manifested in moral issues, political problems, religious problems and other problems. Humanities
education is an educational material that reflects human integrity and helps people to become
more humane, which is to help humans to actualize existing potentials, so that eventually a
complete human being is formed, which has emotional maturity, moral maturity and spiritual
maturity. Various kinds of cases of violence that occur in social life, anarchist actions and
violations of human values have even become everyday. The indicator is that education has not
played a significant role in the process of building a national personality with a social and
humanitarian spirit. Apparently, humans must be more “humanized” again. The protracted
nation’s decline is also related to educational failures in the past which resulted in a
dehumanization process. The educational process that emphasizes the development of personality
includes a broader process, namely improving thought processes, feeling, and acting. With the
hope of students being able to practice the values of life which include the values of truth
(verum), beauty (pulcrum) and kindness (bonum).
Keywords: Educational Problems, Social Humanities
I. PENDAHULUAN
Persoalan pendidikan di Indonesia begitu kian bertambah dan angka pengangguran dari
komplek. Berbagai problematika muncul tidak kalangan intelektual (sarjana) dari hari ke hari
hanya dalam permasalahan konsep pendidikan, angka statistiknya kian naik. Tentu hal ini
peraturan, dan anggaran saja, namun persoalan sangat memprihatinkan bagi kalangan
pelaksanaan pendidikan dari berbagai sistem pemerhati pendidikan di Indonesia, hingga
di Indonesia juga turut serta menambah berujung pada satu kesimpulan bahwa ada yang
kompleknya problematika pendidikan di salah dalam sistem pendidikan di negara kita.
Indonesia. Sejak bergulirnya era reformasi, Dan perlu adanya perbaikan yang menyeluruh
banyak kalangan terperanjat dengan terhadap masalah pendidikan di negara kita ini.
problematika pendidikan yang ada di negara Problem sosial pada setiap masyarakat
kita ini. Hal ini bermula dari penilaian banyak berbeda antara satu dengan yang lainnya.
orang terhadap output hasil pendidikan di Perbedaan tersebut tergantung pada tingkat
Indonesia yang belum sesuai dengan tujuan perkembangan kebudayaan dan kondisi
pendidikan di Indonesia. Kemerosotan moral lingkungan alamnya. Masalah-masalah tersebut
anak-anak bangsa, etos kerja yang kurang, dapat terwujud dalam masalah moral, masalah
keterampilan yang masih rendah, korupsi yang politik, masalah agama dan masalah lainnya.
78
PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF SOSIAL.....(I Putu Suardipa, 78-86)
79
MAHA WIDYA BHUWANA VOLUME 1, No.2, SEPTEMBER 2018 ISSN : 2621-1025
80
PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF SOSIAL.....(I Putu Suardipa, 78-86)
2) Kebudayaan itu diperoleh manusia sebagai sebagai makhluk termulia. Di antara makhluk-
anggota masyarakat. makhluk lain ciptaan Tuhan.
3) Kebudayaan itu adalah kebudayaan Beberapa keistimewaan yang dimiliki
manusia dan hampir semua tindakan manusia dibanding dengan makhluk yang lain,
manusia adalah kebudayaan. adalah :
1) Manusia mampu mengatur perkembangan
b) Manusia sebagai pengemban nilai-nilai hidup makhluk lain dan menghindarkannya
Di muka telah dijelaskan bahwa adanya dari kepunahan.
akal dan budidaya pada manusia, telah 2) Manusia mampu mengubah apa yang ada
menyebabkan adanya perbedaan cara dan pola di alam ini
hidup di antara keduanya. Oleh karena itu, akal 3) Manusia memiliki ilmu pengetahuan yang
dan budi menyebabkan manusia memiliki cara karenanya kehidupan mereka makin
dan pola hidup yang berdimensi ganda, yakni berkembang dan makin sempurna
kehidupan yang bersifat material dan kehidupan 4) Semua unsur alam termasuk makhluk-
yang bersifat spiritual. Manusia dimanapun dia makhluk lain dapat dikuasai manusia dan
berada dan apapun kedudukannya selalu dimanfaatkan untuk keperluan hidupnya.
berpengharapan dan berusaha merasakan d). Budaya sebagai sarana kemajuan dan
nikmatnya kedua jenis kehidupan tersebut. sebagai ancaman
Hal di atas sebagaimana kodrat dari
Tuhan bahwasanya manusia memang 2.5. Metode Pendidikan Humaniora
ditakdirkan bersuku-suku dan berbangsa- Tugas pendidikan masa kini, pertama-
bangsa agar mereka saling mengenal. Saling tama bukannya mengajarkan “apa yang paling
mengenal di sini diartikan bahwasanya agar baik diketahui dan dipikirkan pada masa
mereka yang berbeda-beda itu bisa saling lampau”, akan tetapi yang lebih penting adalah
melengkapi dalam artian memberi dan menyajikan informasi dan orientasi terhadap
menerima. masa kini, dan khususnya orientasi terhadap
Kemajuan dan perkembangan yang masa depan di mana nantinya para siswa akan
hanya terbatas pada kemajuan material saja hidup di dalamnya. Dengan pendidikan seperti
akan menimbulkan kepincangan pada itu, mereka akan memiliki kepekaan dan
kehidupan manusia. Kehidupan mereka kurang kemampuan-kemampuan untuk mengambil
sempurna, dimensi di dalamnya akan hilang, bagian secara kreatif di berbagai kehidupan
karena batin mereka kosong akibatnya tidak masa mendatang.
akan memperoleh ketenteraman, ketertiban Mengingat masa lampau tidak akan
hidup, melainkan justru dapat lebih rusak memberikan kesegaran pada masa kini dan
karenanya. Material dan spiritual adalah dua yang akan datang. Sesuai dengan maqolah
hal yang saling melengkapi. Dua hal ini dalam buku “Laa Tahzan” bahwasanya hari ini
bagaikan jasad dan ruh. Kebahagiaan material adalah milik anda. Yang perlu kita fikirkan
akan menunjang jasmani kita, sedangkan adalah hari ini, marilah kita hadapkan diri kita
kebahagiaan spiritual akan menunjang ruhani pada kejadian sekarang. Boleh juga kita
kita. menoleh masa lampau, sekedar untuk pelajaran.
Kita bisa mengoreksi diri kita dengan melihat
c). Manusia sebagai makhluk termulia kesalahan-kesalahan pada masa lampau.
Kalau kita lihat dari segi bentuk Namun hanya sebatas itu, jangan kita terlalu
fisiknya maupun yang ada di sebaliknya, tidak larut dalam kejadian masa lampau.
berlebihan kalau manusia menyatakan dirinya
81
MAHA WIDYA BHUWANA VOLUME 1, No.2, SEPTEMBER 2018 ISSN : 2621-1025
82
PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF SOSIAL.....(I Putu Suardipa, 78-86)
dikemukakan oleh tokoh Socrates, adapun aturan-aturan tertentu serta jika tidak
prinsip tersebut antara lain: mendukung akal dan kehendak sehingga
1) Manusia harus berbuat baik untuk bangsa nafsu itu menyimpang dari arahnya yang
dan negaranya (manusia berhubungan asasi. Jadi cita-cita suatu kesusilaan bukan
dengan manusia). mematikan nafsu, akan tetapi mengatur
Untuk sampai pada pemahaman tersebut nafsu untuk melakukan suatu perbuatan
Socrates menggunakan metode yang yang baik (Yusuf, 2014).
disebutnya metode maieutika yang
diadopsi oleh Socrates dari dunia 2.7 Problematika Pendidikan dalam
kebidanan, yaitu cara seorang bidan atau Perspektif Sosial Humaniora Menguak
dokter dalam menolong seorang ibu Gradasi Kemanusiaan
melahirkan bayinya. Dengan metode Persoalan mendasar dalam dunia
tersebut, semua jawaban mereka dianalisa pendidikan kita akhir-akhir ini adalah matinya
secara mendalam kemudian disimpulkan visi, roh, dan isi sebuah pengajaran. Institusi-
melalui hipotesa. Hasil dari hipotesa institusi pendidikan mereduksi diri menjadi
tersebut lalu dikembalikan lagi kepada semacam balai latihan “pertukangan” belaka
mereka (si penanya) untuk di diskusikan yang gemar melahirkan tukang yang ahli namun
dan dianalisa lebih mendalam. tanpa roh. Sebagai sebuah institusi pendidikan,
2) Manusia dengan etika atau kesusilaan. sekolah/kampus adalah tempat mendidik dan
Aristoteles menyatakan bahwa manusia mengajar, artinya sebagai wahana membuat
sebagai anggota masyarakat sangat erat manusia lebih manusiawi dengan membangun
hubugannya dengan kesusilaan atau etika. sinergi konstruktif bagi pengaktualan potensi-
Orang yang peka dan memperhitungkan potensi kecerdasan dalam diri manusia. Namun,
norma-norma yang berlaku dalam suatu pada realitasnya ihwal tersebut tidak tercapai,
masyarakat adalah tujuan peraihan manusia karena manusia kini hanyalah produk mesin
bijak (eudaimonia). Selain itu, puncak sejarah dan barang mainan gurita konglomerasi
perbuatan manusia dalam bermasyarakat raksasa. Manusia direduksi sebatas pada fungsi
adalah sebentuk pencapaian perbuatan dan dan kegunaannya dalam memproduksi berbagai
perilaku susila dimana perbuatan dan hal yang dapat menguntungkan. Situasi ini
perilaku kesusilaan manusia itu terletak menuntut setiap institusi pendidikan
dalam “pikiran yang murni”. Berpikir merefleksikan ulang makna dan visi
murni adalah sesuatu yang ideal dan hanya pembelajaran macam apa yang seharusnya
mungkin dicapai oleh para dewa, manusia dapat diterapkan di rumah-rumah pendidikan,
hanya bias mencoba mendekatinya dengan khususnya dalam konteks pendidikan
mengatur dan mengendalikan keinginan humaniora.
hawa nafsunya. Humaniora adalah ilmu-ilmu yang
3) Manusia dengan khaliq atau yang mampu mengangkat manusia menjadi lebih
menciptakan. manusiawi. Ilmu-ilmu ini meliputi studi agama,
Dalam hal ini Augustinus menyatakan filsafat, seni, sejarah dan ilmu-ilmu bahasa.
bahwa tujuan akhir hidup individu dalam Ilmu ini pada awalnya lahir dari gerakan yang
memandang dan memperhatikan ditopang para sarjana (Umanisti) yang
keberadaan tuhan. Pada diri manusia segala mempelajari kurikulum Studia Humanitas yang
nafsu adalah baik. Akan tetapi berbagai berkembang pada abad ke-15 di Eropa. Ilmu
nafsu itu akan berubah menjadi jahat jika baru ini muncul dari gerakan humanisme yang
nafsu itu melangga rkawasan lain atau adalah gerakan kultural dan intelektual abad ke-
83
MAHA WIDYA BHUWANA VOLUME 1, No.2, SEPTEMBER 2018 ISSN : 2621-1025
84
PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF SOSIAL.....(I Putu Suardipa, 78-86)
potensi-potensi yang dimiliki seseorang untuk Metode sistem pendidikan humaniora
lebih manusiawi. Pendidikan seharusnya memberi penekanan pada pendekatan
menjadi wahana proses transformasi diri dari humanistik yang lebih mengutamakan proses
sikap ignorant menuju kesadaran diri kritis atas pembelajaran, eksplorasi dan menstimulasi
apa yang terjadi dalam diri dan lingkungannya. peserta didik untuk bertanya, mengintegrasikan
Idealnya pendidikan mencakup pengembangan aspek kognitif, afektif dan konatif dalam proses
logos, eros, ethos, dan pathos, yakni proses pembelajaran. Dalam konteks yang lebih besar,
pengembangan intelektualitas, kreativitas, sistem pendidikan humaniora adalah
integritas dan solidaritas secara integral. Dalam pembelajaran nilai-nilai yang menekankan pada
konteks ini, para pendidik mestinya tidak hanya dimensi eksperiensial yang mencakup proses:
memberi pengetahuan kognitif, tapi juga learning by doing, learning by experiencing,
mendidik hati nurani para peserta didik learning by living in, learning by exploring dan
sehingga mampu membentuk mereka learning by problem solving (Bambang
mengendalikan naluri dan mengekspresikan Sugiharto 2008).
diri secara memadai. Dengan metode ini (meminjam istilah
Idealnya pendidikan humaniora Sumaryono. 199 Bambang Sugiharto 2008),
menyentuh proses pembentukan pribadi peserta maka peranan pendidikan humaniora dalam
didik. Ihwal tersebut mencakup pembetukan dunia pembelajaran adalah memampukan
integritas, moralitas dan pribadi yang setiap individu menjadi agen perubahan yang
berkeutamaan. Tujuan metode ini adalah memiliki kesadaran dan keutamaan nilai-nilai.
membentuk manusia menuju kesempurnaan Artinya peserta didik mampu menyadari bahwa
ideal antara jiwa dan badan, budaya intelektual dirinyalah pusat dan pelaku utama. Di sisi lain,
dan spiritualitas. Proses pendidikan yang peserta didik dibantu untuk menyadari
menekankan pada pengembangan kepribadian kehadiran pihak lain (liyan) sebagai sarana
ini mencakup proses yang lebih luas, yaitu yang membuatnya menjadi lebih baik, lewat
meningkatkan olah pikir, olah rasa, dan olah interaksi dan kehadiran mereka. Peserta didik
karsa. Dengan harapan peserta didik mampu juga mampu melihat alternatif-alternatif baru
mempraktikkan nilai-nilai kehidupan yang untuk membaharui pemikiran secara terus
meliputi nilai kebenaran (verum), keindahan menerus (learning to learn) dan menyadari
(pulcrum) dan kebaikan (bonum). adanya kemungkinan baru untuk berpikir,
Pendidikan humaniora juga merasa dan berhubungan dengan pihak lain.
menciptakan pendidikan yang memampukan Proses pendidikan ini membuat
peserta didik mengembangkan pengetahuan, individu sampai pada kesadaran dan
pemahaman dan penerapan nilai-nilai kemampuan mengelolah kultur sendiri sebagai
kebenaran, keindahan dan kebaikan tadi. salah satu alternatif pembelajaran. Kesadaran
Artinya sistem pendidikan ini akhirnya tersebut hanya mungkin terealisasikan bila
menitikberatkan pada pola pendidikan yang peserta didik memiliki budaya membaca dan
berpusat pada peserta didik. Pendidikan yang menulis yang tinggi. Lewat etos baca-tulis
membantu manusia menjadi individu yang individu semakin mampu mengasah
mandiri, otonom, kritis dan partisipatif. Peserta kemampuan untuk bernalar panjang secara
didik tidak lagi sepenuhnya tergantung pada analitis dan mandiri, menyentuh kedalaman inti
guru, melainkan menjadi mitra yang sederajat persoalan dan membentuk individu yang
dan saling menghormati otonomi, martabat, dan matang. Pada akhirnya pendidikan bukan
integritas masing-masing. hanya transfer keterampilan teknis, melainkan
soal pembentukan kreativitas, otonomi, dan
85
MAHA WIDYA BHUWANA VOLUME 1, No.2, SEPTEMBER 2018 ISSN : 2621-1025
partisipasi peserta didik dalam membaca dan bangsa dan negaranya (manusia berhubungan
memahami kehidupan. dengan manusia), manusia dengan etika atau
Penguasaan ilmu dan pengembangan kesusilaan, dan manusia dengan khaliq atau
teknologi adalah upaya pemenuhan kebutuhan yang menciptakan. Sedangkan yang dikaji
manusia. Untuk menjaga tercapainya tujuan dalam ilmu agama adalah melihat dan
tersebut, perlu hal tersebut dijaga, dikoridori memaknai apa yang ada dibalik kegiatan dan
oleh nilai-nilai budaya, dan nilai - nilai agama. perilaku fisik dan empiris manusia. Karena
Para agamawan / ruhaniawan tidak seharusnya kegiatan tersebut merupakan bentuk ekspresif
terpaku pada kaidah - kaidah klasik dan baku, dari keimanan manusia pada tuhan. Pendidikan
dalam mengantar, mengawal, perkembangan humaniora adalah pendidikan yang berorientasi
ilmu dan teknologi agar benar - benar untuk mendidik manusia menjadi manusia
bermanfaat bagi manusia. Agama membuka seutuhnya. Prinsip pendidikan humaniora
pintu kajian - kajian terhadap rancangan, hasil, bertujuan membuat manusia lebih manusiawi
dan pemanfaatan dari pengembangan iptek . atau untuk keselamatan dan kesempurnaan
Dengan persyaratan - persyaratan tertentu manusia. Kebudayaan adalah keseluruhan
agamawan / ruhaniawan dapat mengkaji sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
masalah-masalah kemajuan iptek, dan manusia untuk memenuhi kehidupannya
menghasilkan fatwa - fatwa kontemporer yang dengan cara belajar, yang semuanya tersusun
menjadi dasar yang dapat dalam kehidupan masyarakat. Dengan adanya
dipertanggungjawabkan bagi pemanfaatan hasil kebudayaan inilah yang melatarbelakangi
pengembangan serta rancangan pengembangan pendidikan humaniora. Bahwasanya manusia
selanjutnya. diberkahi adanya akal dan budi daya yang
Penguasaan dan pengembangan ilmu menyebabkan cara dan pola hidup yang berbeda
dan teknologi adalah amanat kemanusiaan, oleh diantara keduanya. Dan dengan adanya akal dan
karena itu harus memberi manfaat bagi budidaya manusia adalah sebagai pengemban
kesejahteraan manusia. Humaniora membawa nilai-nilai moral baik yang bersifat material
nilai-nilai budaya manusia. Nilai-nilai tersebut maupun spiritual. Dalam metode pendidikan
adalah universal. Tanpa humaniora humaniora, anak didik dikenalkan pada
pengembangan ilmu dan teknologi tidak lagi pengembangan material dan spiritual.
bermanfaat bagi manusia. Pengembangan /
perkembangan yang banyak disusupi nilai -
nilai bisnis menimbulkan hedonisme yang DAFTAR PUSTAKA
bermula di masyarakat bisnis, yang berlanjut
pada umunya. Asri Budiningsih. 2005. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
III. PENUTUP Bambang Sugiharto. 2008. Anti Humanisme
Sangat jelas seperti yang telah dalam Humanisme dan Humaniora :
dijelaskan di atas bahwa dalam ilmu sosial Relevansinya Bagi Pendidikan,
humaniora dan ilmu agama memiliki prinsip Yogyakarta.
metode yang berbeda. Ilmu sosial humaniora Depdikbud, 1988. Kamus Besar Bahasa
objek yang dikaji adalah manusia. Dalam ilmu Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.
sosial-humaniora mempunyai beberapa prinsip Hamzah B. Uno, 2007. Profesi Kependidikan,
dalam metode maieutika, yang dikemukakan Problematika, Solusi, dan Reformasi
oleh tokoh Socrates, adapun prinsip tersebut Pendidikan di Indonesia. Jakarta : Bumi
adalah manusia harus berbuat baik untuk Aksara.
86