You are on page 1of 9

Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN: 2460-6480

Revitalisasi Sentra Industri Rajut Binong Jati


Revitalization of Binong Jati Knitting Industry Centers
1
Tezza Hasan Hidayat, 2Sri Hidayati Djoeffan
1,2
Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota,, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung,
Jl. Tamansari No.1 Bandung 40116
email: 1tezzahasanhidayat@yahoo.com, 2srihidayati1106@gmail.com

Abstract. Industry in RIPIN 2015 - 2035 prioritizes national industrial development in which there are small
& medium industrial centers (SIKIM) in the national industry. Binong jati Knitting Industry Center is one of
the small & medium industrial centers (SIKIM) that is one of you in Bandung. The existing condition of the
Binong Jati knitting industry center is not in accordance with what has been regulated in the Minister of
Industry Regulation of the Republic of Indonesia No.9 / M-IND / PER / 2016 which explains the specific
provisions regarding what is in the industrial center should. Revitalization of Industrial Centers has been
regulated in the Minister of Industry Regulation of the Republic of Indonesia No.9 / M-IND / PER / 2016
regarding special provisions on why the revitalization of Binong Jati industrial centers and industrial centers
is based on the provisions in the Binong Jati industrial center which are suitable for Revitalization. The
existing condition which is the center of the village knitting industry where this center stands because it has
been passed down from generation to generation and has become sporadic so that its growth is irregular. The
existing conditions including being slum settlements add to why the center of Binong Jati knitting industry
must be revitalized according to Hamid Shirvani's theory because it does not fit almost all the elements
related to Hamid Shirvani. selling price. The revitalization of the knitting industry center is carried out with
the aim of restoring the competitiveness of the center of Binong Jati's knitting industry and strengthening
Indonesia's national industry. Planned planning is based on the Rejuvenation Strategy approach, Hamid
Shirvani's Theory, Green City Theory, Neighborhood Unit Theory.
Keywords: SIKIM, Revitalization, Existing Conditions, Hamid Shirvani, Green City, Neighborhood
Unit, Binong Jati, AFCTA.

Abstrak. Industri dalam RIPIN 2015 – 2035 mengedepankan pembangunan industri nasional yang dimana
didalam industri nasional tersebut terdapat sentra industri kecil & industri menengah (SIKIM) Sentra Industri
Rajut Binong jati adalah salah satu dari sentra industri kecil & industri menengah (SIKIM) yang menjadi
salah satu andalah di Kota Bandung. Kondisi eksisting sentra industri rajut Binong Jati tidak sesuai dengan
apa yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No.9/M-IND/PER/2016
yang menjelaskan ketentuan khusus mengenai apa saja yang ada dalam sentra industri seharusnya.
Revitalisasi Sentra Industri telah diatur dalam Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No.9/M-
IND/PER/2016 mengenai ketentuan khusus mengapa diadakanya revitalisasi sentra industri dan sentra
industri Binong Jati berdasarkan ketentuan yang ada didalamnya sentra industri Binong Jati layak untuk di
Revitalisasi. Kondisi eksisting yang merupakan sentra industri rajut perkampungan dimana sentra ini berdiri
karena turun temurun dan menjadi sporadis sehingga pertumbuhannya pun tidak teratur. Kondisi eksisting
yang termasuk menjadi pemukiman kumuh menambah mengapa sentra industri rajut Binong Jati harus di
revitalisasi menurut teori Hamid Shirvani karena tidak sesuai nya hampir semua elemen yang berkaitan
dengan Hamid Shirvani.Masuknya AFCTA pada tahun 2012 membuat turunnya daya saing sentra industri
rajut Binong Jati karena perbedaanya harga jual. Revitalisasi sentra industri rajut dilakukan dengan tujuan
mengembalikan daya saing sentra industri rajut Binong Jati dan memperkuat industri nasional Indonesia.
Perencanaan yang direncanakan berdasarkan pendekatan Strategi Peremajaan, Teori Hamid Shirvani, Teori
Green City, Teori Neighborhood Unit.
Kata Kunci: SIKIM, Revitalisasi, Kondisi yang Ada, Hamid Shirvani, Green City, Unit
Lingkungan, Binong Jati, AFCTA.
A. Pendahuluan nasional dengan sumbangannya
mencapai lebih dari 20 persen.
Indonesia dalam proporsi
“Capaian 20 persen sangatlah besar,
ekonominya dapat dikategorikan
sehingga Indonesia masuk dalam
sebagai sebuah negara industri.
jajaran elit dunia. Dalam kategori
Pasalnya, sektor industri merupakan
manufacturing value added, Indonesia
kontributor terbesar bagi perekonomian
masuk dalam 10 besar dunia. Peringkat
108
Revitalisasi Sentra Industri Rajut Binong Jati | 109

ini sejajar dengan Brasil dan Inggris Bandung yaitu menjadi kota
serta lebih besar dari Rusia,” kata jasa, juga mempertimbangkan
Menperin ketika menyampaikan orasi kondisi fisik Kota Bandung yang
ilmiah pada Wisuda Universitas sudah tidak mungkin
Muhammadiyah Malang ke-86 Periode dikembangkan untuk industri
IV Tahun 2017 di Malang, Sabtu berat khususnya yang tidak
(25/11). Kota bandung memiliki berwawasan lingkungan seperti
kelurahan yang sangat terkenal dengan yang rakus air, berpolusi udara
kegiatan ekonomi yaitu industri sentra tinggi, dan lain-lain
rajut. Binong Jati sesuai dengan tema 3. Masalah pemanfaatan ruang
sub wilayah kota ( SWK ) karees yaitu yang muncul di sentra industri
karyapolis, Kelurahan Binong Jati rajut Binong Jati (Hamid
membuat suatu karya rajutan yang Shirvani)
dikenal baik didalam Kota Bandung 4. Mengapa sentra industri rajut
maupun hingga keluar Kota Bandung. Binong Jati harus direvitalisasi,
Sentra Industri Rajutan Binong Jati berdasarkan Peraturan Menteri
merupakan salah satu sentra industri Perindustrian Replubik
yang potensial di kota Bandung. Binong Indonesia 09/M-
Jati telah dinyatakan Dinas Koperasi IND/PER/2/2016 dalam
UKM dan Perindustrian, Perdagangan ketentuan khusus revitalisasi
Kota Bandung sebagai Sentra Industri sentra industri adalah belum
tekstil. Mengapa sentra industri rajut tertanya sentra industri rajut
perlu dilakukan revitalisasi adalah; Binong Jati sehingga memiliki
1. Sejalan dengan RTRW Kota daya saing rendah dengan
Bandung Tahun 2011 – 2031 pesaing dari luar negeri, produk
Bagian Kedua mengenai IKM pada sentra industri rajut
Perwujudan Pola Ruang Pasal Binong Jati dapat menembus
88, bahwa perwujudan pola pasar luar seperti Malaysia,
ruang kota terdiri atas (a) Thailand, Filipina dan Brunei,
melakukan pemenuhan RTH telah terdapat lebih dari 10 IKM
sebesar 30% (tiga puluh persen) didalam sentra industri Rajut
dari luasan total wilayah kota; Binong Jati, memerlukan
(b) memperbaiki dan menata pembuatan sarana penunjang
kawasan permukiman yang tidak karena didalam sentra industri
sehat (kawasan kumuh) menjadi rajut Binong Jati tidak terdapat
kawasan permukiman vertikal; sarana penunjang
dan (c) menertibkan fungsi B. Landasan Teori
ruang yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang Menurut Undang Undang No. 3
2. Dalam RDTR Karees tahun Tahun 2014 Tentang Perindustrian
2011 – 2031 Sektor menjelaskan tentang perwilayahan
perindustrian yang akan industri yang dilaksanakan dalam
dikembangkan di Kota Bandung pengembangan wilayah pusat
berupa sektor industri kecil dan pertumbuhan industri, pengembangan
menengah yang berwawasan kawasan peruntukan industri,
lingkungan, sehingga industri pembangunan kawasan industri, dan
polutif harus keluar dari wilayah pengembangan sentra industri kecil &
Kota Bandung. Hal ini sesuai industri menengah. Dalam Undang
dengan visi dan misi Kota Undang No. 3 Tahun 2014 menjelaskan
mengenai pembangunan sumber daya
Perencanaan Wilayah dan Kota
110 | Tezza Hasan Hidayat, et al.

industri dan pembangunan sarana Pengembangan Industri ( WPI )


prasrana industri yang didalamnya 5. Mengembangkan Wilayah Pusat
membahas mengenai Pembangunan Pertumbuhan ( WPPI ),
Sumber Daya Manusia, Pemanfaatan Kawasan Peruntukan Industri
Sumber Daya Alam, Pengembangan (KPI) , Kawasan Industri (KI) ,
dan Pemanfaatan teknologi Industri dan sentra Industri Kecil dan
Pengembangan dan Pemanfaatan Industri menengah (SIKIM)
Kreativitas dan Inovasi Penyediaan 6. Menyediakan langkah langkah
Sumber Daya Manusia, Lahan Industri afirmatif berupa perumusan
berupa Kawasan Industri dan/atau kebijakan penguatan kapasitas
kawasan peruntukan Industri, Fasilitas kelembagaan dan pemberian
Jaringan energy dan Kelistrikan, fasilitas kepada industri kecil
Fasilitas Jaringan Telekomunikasi, dan industri menengah
Fasilitas Jaringan Sumber Daya Air, 7. Melakukan pembangunan
Fasilitas Sanitasi, Fasilitas Jaringan sarana dan prasarana industri
Transportasi. Dalam Rencana Induk 8. Melakukan pembangunan
Pengembangan Industri Nasional 2015 industri hijau
– 2035 menjelaskan mengenai visi misi 9. Melakukan pembangunan
dan strategi pengembangan industri industri strategis
yang dimana visi dari RIPIN tersebut 10. Melakukan pengingkatan
adalah ; penggunaan produk dalam
1. Struktur industri nasional yang negeri
kuat, dalam,sehat, dan 11. Meningkatkan kerjasama
berkeadilan. Internasional bidang industri
2. Industri yang berdaya saing Pengembangan Sentra Industri Kecil &
tinggi di tingkat global. Industri Menengah (SIKIM) dilakukan
3. Industtri yang berbasis inovasi pada setiap wilayah Kabupaten/Kota
dan teknologi. (minimal sebanyak satu sentra IKM,
Dengan misi yang dijabarkan adalah; terutama di luar Pulau Jawa) yang dapat
1. Struktur industri nasional yang berada di dalam atau di luar kawasan
kuat, dalam,sehat, dan industri. Bagi kabupaten/kota yang
berkeadilan. tidak memungkinkan dibangun
2. Industri yang berdaya saing kawasan industri karena tidak layak
tinggi di tingkat global. secara teknis dan ekonomis, maka
3. Industtri yang berbasis inovasi pembangunan industri dilakukan
dan teknologi melalui pengembangan Sentra IKM
Dengan strategi untuk melaksanakan yang perlu diarahkan baik untuk
apa yang telah dijabarkan dalam visi mendukung industri besar sehingga
dan misi tersebut adalah ; perlu dikaitkan dengan pengembangan
1. Mengembangkan industri hulu WPPI, maupun sentra IKM yang
dan industri antara berbasi mandiri yang menghasilkan nilai
sumber daya alam tambah serta menyerap tenaga kerja.
2. Melakukan pengendalian ekspor Dalam Peraturan Menteri Perindustrian
bahan mentah dan sumber Republik Indonesia No. 9/M-
energy IND/PER/2/2016 menjelaskan
3. Meningkatkan penguasaan mengenai tentang ketentuan khusus
teknologi dan kualitas sumber revitaliasasi sentra industri bahwa ;
daya manusia (SDM) industri 1. Belum tertata dengan baik
4. Menetapkan Wilayah sehingga memiliki daya saing

Volume 5, No. 1, Tahun 2019


Revitalisasi Sentra Industri Rajut Binong Jati | 111

yang rendah 5. Pedestrian Ways


2. Produk IKM pada sentra 6. Activity Support
tersebut mempunyai prospek 7. Signage
untuk dikembangkan dilihat dari 8. Preservation.
potensi pasar, ketersediaan
C. Hasil Penelitian dan
bahan baku dan ketersediaan
Pembahasan
tenaga kerja.
3. Memiliki minimal 10 IKM di Lokasi studi yang diambil
dalam sentra tersebut yang memiliki luas lahan 7.96 Ha dengan
dilengkapi dengan data nama, kondisi fisik topografi ketinggian 0 –
nilai investasi mesin / peralatan. 500 Mdpl dan kemiringan kurang dari
Jumlah tenaga kerja, dan 8% yang menjelaskan bahwa lokasi
kapasitas produksi, serta nilai studi mempunyai topografi datar.
produksi dan nilai bahan baku Kondisi klimatologi nya pun memiliki
per tahun dari masing masing curah hujan 1500 hingga 2000 mm per
IKM. tahun yang berarti memiliki curah hujan
4. Telah menetapkan lokasi DAK sedang. Jenis tanah yang berada pada
Revitalisasi Sentra IKM sesuai lokasi studi adalah alluvial yang
dengan proposal yang telah di merupakan tanah yang sesuai untuk
sampaikan. pemukiman ataupun budidaya di
5. Untuk perubahan lokasi DAK perkotaan. Potensi rawan bencana pada
Revitalisasi Sentra IKM sesuai wilayah ini pun termasuk kedalam
dengan proposal yang telah kriteria yang sangat rendah.
disampaikan. Tata guna lahan eksisting dalam
6. Memerlukan pembuatan / lokasi studi terdiri dari 8 penggunaan
perbaikan sarana penunjang lahan dengan KDB dalam lokasi studi
7. Bagi sentra yang belum adalah 54,39 %. Hal ini diperbolehkan
memiliki kelembagaan, pemda sesuai dengan RDTR SWK Karees
menyipakan surat yang yang memaparkan bahwa KDB dalam
menyatakan kesiapan dan SWK Karees maksimal adalah 60 %.
membentuk kelembagaan sentra
berupa UPTD, Koperasi atau
organisasi berbadan hokum
lainnya dan disahkan oleh
Kepala Daerah Kabupaten /
Kota atau Instansi Terkait /
Notaris
8. Pemda wajib menyediakan
biaya operasional bagi
kelembagaan dan keberlanjutan
sentra tersebut.
Teori Elemen Kota Hamid
Shirvani 1985 mengatakan bahwa ada
beberapa elemen yang harus ada di
suatu kota yaitu;
1. Landuse
2. Building Form and Missing
3. Circulation and Parking
Gambar 1. Tata Guna Lahan Eksisting
4. Open Space
Sentra Industri Rajut Binong Jati

Perencanaan Wilayah dan Kota


112 | Tezza Hasan Hidayat, et al.

Penggunaan beberapa analisis


untuk menentukan konsep rancangan
pun disesuaikan dengan tujuan untuk
memecahkan masalah sentra industri
rajut Binong Jati yaitu tidak tertatanya
suatu sentra industri rajut Binong Jati,
tidak lengkapnya sarana prasarana
penunjang sebagaimana mestinya
sentra IKM sesuai dengan Peraturan
Menteri Perindustrian Republik
Indonesia No. 9/M-IND/PER/2/2016.
Tujuan pengadaan revitalisasi sentra
industri rajut ini pun untuk memperkuat
kembali daya saing sentra industri rajut
Binong Jati sesuai dengan apa yang
telah menjadi visi misi dalam Rencana Gambar 2. Strategi Peremajaan Sentra
Induk Pengembangan Industri Industri Rajut Binong Jati
Nasional.
Analisis yang dilakukan Tipologi yang aka nada dalam
pertama adalah analisis tapak yang sentra industri rajut Binong Jati dilihat
menghasilkan satuan penggunaan lahan berdasarkan apa yang dibutuhkan.
untuk melihat apakah kesesuaian lahan Adapun yang dibutuhkan sentra industri
wilayah sentra industri rajut Binong rajut Binong Jati adalah;
Jati. Hasilnya wilayah studi ini dapat
dijadikan sebagai kawasan budidaya
dan dapat dikembangkan. Daya dukung
dari luas lahan yang dapat
dikembangkan 4,77 Ha menjelaskan
bahwa lokasi studi ini termasuk
kedalam Zona Perkotaan dengan daya
tampung untuk perhitungan penduduk
adalah 1800 Jiwa. Hasil dari
pendekatan partisipatif berupa analisis
kuesioner menjelaskan bahwa
masyarakat sentra industri rajut Gambar 3. Tipologi Dalam Sentra
menginginkan kegiatan industri rajut ini Industri Rajut Binong Jati
kembali seperti tahun 2012 dimana
sentra industri rajut Binong Jati ini Kebutuhan ruang yang akan
sedang berada dalam puncak direncanakan sesuai dengan tipologi
keemasaan nya sebelum adanya yang telah dianalisis sehingga
ACFTA. Untuk mewujudkan apa yang kebutuhan ruang yang dibutuhkan
menjadi aspirasi masyarakat maka dibagi menjadi beberapa point;
diperlukan nya analisis strategi 1. Kebutuhan Ruang Kegiatan
peremajaan sentra industri rajut Binong Sentra Industri rajut
Jati dengan hasil akan dibagi kedalam 4 2. Kebutuhan Ruang Perdagangan
blok fungsi dengan keterangan 4 blok & Jasa
tersebut akan diredevelopment. 3. Kebutuhan Ruang Sarana
Pendidikan & Pelatihan
4. Kebutuhan Ruang Sarana

Volume 5, No. 1, Tahun 2019


Revitalisasi Sentra Industri Rajut Binong Jati | 113

Kesehatan
5. Kebutuhan Ruang Pemukiman
6. Kebutuhan Ruang Parkir
7. Kebutuhan Ruang Museum
8. Kebutuhan Ruang Peribadatan
Konsep rancangan yang akan
dibuat dalam selokasi studi dengan
luasan 7.96 Ha telah disesuaikan
dengan hasil analisis yang telah
dilakukan. Konsep rancangan pun
didukung dengan teori Green City, Gambar 6. Konsep Neigborhood Unit
Garden City dan Neighborhood Unit Dalam Rancangan Sentra Industri Rajut
sebagai konsep utama dari sentra Binong Jati
industri rajut Binong jati.

Gambar 7. Konsep Rancangan Tata

Gambar 4. Konsep Green City Dalam


Rancangan Sentra Industri Rajut
Binong Jati

Gambar 5. Konsep Garden City Dalam Guna Lahan Sentra Rajut Binong Jati
Rancangan Sentra Industri Rajut
Binong Jati Gambar 8. Konsep Zonasi Sentra
Rajut Binong Jati

Perencanaan Wilayah dan Kota


114 | Tezza Hasan Hidayat, et al.

Gambar 9. Konsep Pembagian Blok Gambar 12. Konsep Ruang Terbuka


Sentra Rajut Binong Jati Hijau Sentra Rajut Binong Jati

Gambar 13. Konsep Rancangan


Gambar 10. Konsep Rancangan Jaringan Air Bersih Sentra Industri
Sirkulasi & Parkir Sentra Rajut Binong Rajut Binong Jati
Jati

Gambar 14. Konsep Rancangan


Gambar 11. Konsep Rancangan Jaringan Air Limbah Sentra Industri
Pedestrian Sentra Rajut Binong Jati Rajut Binong Jati

Volume 5, No. 1, Tahun 2019


Revitalisasi Sentra Industri Rajut Binong Jati | 115

(Theory and Products), London


Crom Helm
Ching, Francis D.K. 2007.
ARCHITECTURE: Form, Space,
and Order. New York City : John
Wiley & Sons, third edition.
Danisworo, M. 1998. Konseptualisasi
Gagasan dan Upaya Penanganan
Proyek Peremajaan Kota:
Pembangunan Kembali
(Redevelopment) Sebagai Fokus.
Institut Teknologi Bandung.
Gambar 15. Konsep Rancangan Bandung.
Jaringan Drainase Sentra Industri Rajut Duranton, Gilles. 2009. Are Cities Engines
Binong Jati Of Growth And Prosperityfor
Developing Countries?. The World
Bank, Washington.
Hakim, Rustam dan Hadi Utomo 2003,
Komponen Perancangan Arsitektur
Lansekap: Prinsip, Unsur, dan
Aplikasi Disain, Penerbit Bumi
Aksara, Jakarta
Harry, D. C. (1909).Alfred Weber : Theory
od Location Industries. New York
Ishartono dan Raharjo, Santoso. 2016.
Sustainable Development Goals
(SDGs) dan Pengentasan
Kemiskinan. Dalam Social Work
Gambar 16. Konsep Rancangan Jurnal Volume: 6 Nomor: 2
Jaringan Listrik Sentra Industri Rajut Halaman: 154 – 272. Universitas
Binong Jati Padjajaran. Bandung.
D. Kesimpulan Muta’ali, L. 2015. Penyusunan Daya
Dengan direncanakan konsep Dukung dan Daya Tampung
sentra industri rajut Binong Jati sesuai Lingkungan Hidup Berbasis Jasa
dengan apa yang telah ditetapkan dalam Ekosistem Sebagai Dasar
undang undang dan peraturan terkait Pengendalian dan Pengelolaan
sentra industri rajut Binong Jati dan Lingkungan Hidup. Universitas
didukung dengan teori dalam Gadjah Mada. Yogyakarta
pengembangan perancangan. Sentra Panero, J dan Martin Zelnik, Dimensi
industri rajut Binong Jati akan dapat Manusia dan Ruang Interior,
menjadi kembali naik sebagai sentra Erlangga, Jakarta
industri kecil dan menengah yang Tarigan, Robinson. 2006. Perencanaan
inovatif dan dapat bersaing dalam Pembangunan Wilayah. Jakarta:
kancah nasional dan internasional Bumi Aksara
sejalan dengan apa yang ada dalam visi Todd, K W 1987, Tapak, Ruang, dan
Struktur, Intermata, Bandung.
misi Rencana Induk Pengembangan
Industri Nasional 2015 - 2035 White, Edward T. (1987). Buku Sumber
Konsep. Penerbit: Intermatra
Daftar Pustaka
Wicaksono, Andie A (2007). Ragam Desain
Ruko (rumah toko), Penebar
Buku
Swadaya, Jakarta
Black J.A. 1981. Urban transport Planning
Norma, Standar, Peraturan dan Kriteria
Perencanaan Wilayah dan Kota
116 | Tezza Hasan Hidayat, et al.

Departemen Perdangan Republik Indonesia. nordpress.com/2010/05/09/peranan-sektor-


(2008). Pengembangan Ekonomi industri-dalam-pembangunan-
Kreatif Indonesia 2025: Jakarta: ekonomi-indonesia/
Penerbit Departemen Perdagangan https://www.researchgate.net/publication/32
RI. 5312873_Implementasi_Sustainable
Djumhana, H. Muhammad. (1999). Aspek- _Development_Goals_SDGs_dalam
Aspek Hukum Desain Industri Di _Pembangunan_Kota_Berkelanjuta
Indonesia.Yogyakarta: Penerbit n_di_Jakarta
Citra Aditya Bakti. Adriand, Indra Jaya. 2008. Review Literatur
Kementerian Pekerjaan Umum .2011. Teori Lokasi dan Pola Ruang (Teori
Panduan Program Pengembangan Aglomerasi). Diunduh dari
Kota Hijau (P2KH). http://indrajayaadriand.wordpress.c
Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1996 om/ pada tanggal 12 Maret 2018
Tentang Kawasan Industri pukul 21.25
PERDA NO.10 Tahun 2015 Tentang RDTR Sustainable Development Goals 2015.
dan PZ Kota Bandung 2015 – 2035 [site2015Mei18].
PP Nomor 142 Tahun 2015 Tentang http://sustainabledevelopment.un.or
Kawasan Industri g/content/documents/6754tecnical%
20rep ort%20of%20th
Permen Perindustrian Republik Indonesia
Nomor 40/ M/ - IND/ PER/ 6/ 2016 Jurnal / Tugas Akhir
Tentang Pedoman Teknis Kawasan
Candra, Fitria 2018. Identifikasi Kebutuhan
Industri
Rencana Pembangunan Sentra
Permen Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 Industri Tanggerang Selatan
Tentang Pedoman Perencanaan
Damayanti, V. 2016. Potensi Pengembangan
Kawasan Perkotaan
Infrastruktur Hijau dalam Upaya
PP. No 36 Tahun 2006 Tentang Jalan Mewujudkan Kota Hijau di Kota
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No : Cimahi. Tesis. Program Studi
05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Perencanaan Wilayah dan Kota
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Fakultas SAPPK Institut Teknologi
Terbukan Hijau di Kawasan Bandung. Bandung.
Perkotaan. Febriandi, Hanna Cyntia, 2014. Museum
Rencana Induk Pembangunan Industri Arsitektur studi kasus Kulon Progo,
Nasional 2015 – 2035 Daerah Istimewa Yogyakarta.
RTRW Kota Bandung 2011 – 2031
RDTR SWK Karees Kota Bandung 2011 –
2031
Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan Republik Indonesia
Nomor 257/ MPP/ Kep/ 7/ 1997
UU No.34 Tahun 2004 Tentang Jalan
Undang Undang No 3 Tahun 2014 Tentang
Perindustrian
Undang – undang RI Nomor 26 Tahun 2007
Tentang Penataan Ruang.
Internet
https://bandungkota.bps.go.id/statictable/20
17/08/29/123/realisasi-pendapatan-
pemerintah-kota-bandung-menurut-
jenis-pendapatan--ribu-rupiah---
2015---2017.html

Volume 5, No. 1, Tahun 2019

You might also like