Professional Documents
Culture Documents
Abstract: The UMKM growth and tax compliance is quite closely related to tax
revenue in Indonesia. Rationally, UMKM and tax compliance can determine the
level of tax revenue. Where there is a gap between the development of UMKM
which is increasing but the realization of tax revenues still have not yet reached
the target was determined as well as tax compliance does not have an effect on
tax revenues. Therefore, the purpose of this research is to examine more deeply
the influence of UMKM growth and tax compliance on tax revenue in Indonesia
and the appropriate strategy to increase tax revenue. The objects used in this
research are Total UMKM, Tax Compliance, and Tax Revenues in Indonesia. The
method used is the Ordinary Least Square Method in multiple linear regression
analysis using E-Views10. The data used is time series in 2011-2020 and
collection technique is literature studies. The results of research shows that the
variable of X1 (Total UMKM) is 0.0011 and X2 (Tax Compliance) is 0.0451,
which means that both variables have a positive and significant effect on the Y
variable (Tax Revenue). For further researchers, it is expected to use other
variables such as wealth tax and big companies.
PENDAHULUAN
Pajak merupakan kontribusi wajib dan pribadi bagi wajib pajak dalam hal-
hal yang menyangkut kegiatan negara dan bagi kepentingan umum di antaranya,
seperti pembangunan infrastruktur fasilitas umum, subsidi kebutuhan
masyarakat, kontribusi dana modal, dan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah) hingga pembiayaan hutang terhadap luar negeri. Pajak sebagai
instrumen fiskal memiliki peran penting dan dominan dalam menunjang
kegiatan pemerintahan (Pradini dan Nurcahyanto, 2017).
Bank Dunia (world bank) mencatat rasio pajak (tax ratio) Indonesia paling
rendah jika dibandingkan negara berkembang lain. Indonesia termasuk salah
satu negara yang memiliki perbedaan terbesar antara realisasi penerimaan
dengan potensi pendapatan. Berdasarkan riset yang dilakukan Bank Dunia,
JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan
ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.X │ No.X │ Bulan Tahun hlm.
yang dilakukan oleh Wajib Pajak badan (perusahaan) sering kali dilakukan
melalui kebijakan yang diambil oleh pimpinan perusahaan. (Dyreng et al., 2010)
juga menyimpulkan bahwa individu (Top Executive) dalam suatu perusahaan
memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak perusahaan.
Berdasarkan fenomena tersebut, Rendahnya tingkat kepatuhan wajib
pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya sangat ironis jika
dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan usaha di Indonesia. Pertumbuhan
jumlah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun. Namun, peningkatan jumlah UMKM tersebut tidak
diimbangi dengan kesadaran para pemilik UMKM untuk melaksanakan
kewajiban perpajakannya (Yusro dan Kiswanto, 2014) Hal tersebut dapat dilihat
berdasarkan Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Data Hubungan Variabel Bebas dengan Terikat
standar lain secara berbeda, tetapi dengan asumsi bahwa total omset tahunan
semua perusahaan tidak melebihi Rp 4,8 miliar, mereka dapat dimasukkan
dalam UMKM sesuai dengan undang-undang perpajakan.
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance).
Menurut Balter (dalam Zain, 2008: 49) penghindaran pajak
merupakan usaha yang dilakukan oleh wajib pajak untuk mengurangi
atau menghapus hutang pajak yang tidak melanggar ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan. Penghindaran pajak ini
sengaja dilakukan oleh perusahaan dalam rangka memperkecil
besarnya tingkat pembayaran pajak yang harus dilakukan dan
meningkatkan cash flow perusahaan. Tidak ada suatu pelanggaran hukum
yang dilakukan oleh perusahaan dan sebaliknya akan diperoleh
penghematan pajak dengan cara mengatur tindakan yang menghindarkan
aplikasi pengenaan pajak melalui pengendalian fakta-fakta sedemikian rupa
sehingga terhindar dari pengenaan pajak yang lebih besar atau sama sekali
tidak kena pajak.
Menurut Mortenson (dalam Zain, 2008: 49) penghindaran pajak
berkenaan dengan pengaturan sesuatu peristiwa sedemikian rupa untuk
meminimkan atau menghilangkan beban pajak dengan memerhatikan
ada atau tidaknya akibat-akibat pajak yang ditimbulkan. Oleh
karena itu, penghindaran pajak tidak merupakan pelanggaran atas
perundang-undangan perpajakan atau secara etik tidak dianggap salah dalam
rangka usaha wajib pajak untuk mengurangi, menghindari, meminimkan
atau meringankan beban pajak dengan cara-cara yang dimungkinkan oleh
undang-undang pajak. Cara-cara tersebut dapat berupa pemindahan subjek
pajak dan/atau objek pajak ke negara-negara yang memberikan perlakuan
pajak khusus atau keringanan pajak atas suatu jenis penghasilan dan
usaha penghindaran pajak dengan mempertahankan substansi ekonomi
dari transaksi melalui pemilihan formal yang memberikan beban pajak
yang paling rendah.
JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan
ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.X │ No.X │ Bulan Tahun hlm.
atas harta yang diperoleh pada tahun 2015 dan sebelumnya yang belum dilaporkan
dalam SPT, dengan cara melunasi seluruh tunggakan pajak yang dimiliki dan
membayar uang tebusan. Pasal 1 angka 1 UU Pengampunan Pajak menyebutkan
bahwa Pengampunan Pajak adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang,
tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang
perpajakan, dengan cara mengungkap Harta dan membayar Uang Tebusan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang (Ispriyarso, 2019). Kebijakan tax
amnesty ini yang telah dilaksanakan pemerintah pada tahun 2016 dan berakhir
pada tahun 2017.
2. Program Sunset policy
Program ini menekankan pada aspek penghapusan sanksi administrasi pajak
dan diharapkan dapat mendorong wajib pajak untuk memenuhi kewajiban
perpajakannya dengan benar. Konsep dasar undang-undang perpajakan yang
mendasari sunset policy adalah system self assessment. Dalam system self
assessment, wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan,
menyetor, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Dalam rangka memperoleh
fasilitas sunset policy wajib pajak juga diberi kepercayaan untuk menentukan SPT
atau pembetulan SPT Tahunan pajak penghasilan Tahun pajak yang akan
disampaikan (Suryarini & Anwar, 2012).
Sunset policy hanya memberikan penghapusan atau pengurangan sanksi
administrasi. Sedangkan pokok utang pajaknya tetap harus dilunasi. Pidana juga
otomatis gugur jika wajib pajak melunasi pokok utang pajak yang belum
dilaporkan atau belum dibayarkan untuk tahun-tahun pajak yang mendapat
fasilitas Sunset Policy. Pemberian fasilitas ini juga dibatasi selama satu tahun
sejak undang-undang ini diberlakukan (Suryarini & Anwar, 2012).
Kebijakan untuk meningkatkan penerimaan pajak yang disarankan penulis
adalah dengan memperluas tax base (basis penerimaan pajak) perpajakan yang
dilakukan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan penerimaan ataupun
pencapaian target pajak. Salah satunya adalah penerapan pajak plastik, dan pajak
makanan berlemak.
JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan
ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.X │ No.X │ Bulan Tahun hlm.
Penelitian Terdahulu
menunjukan bahwa
variabel penerimaan
retribusi daerah
berpengaruh
signifikan terhadap
peningkatan PAD se-
Kabupaten/Kota di
Provinsi Bali.
3) Hasil statistik
menjelaskan bahwa
penerimaan pajak
daerah lebih dominan
kontribusinya dalam
peningkatan PAD
Provinsi Bali yakni
sebesar 84,9%
sedangkan untuk
retribusi daerah
hanya 16,6%
kontribusinya
terhadap PAD se-
Kabupaten/Kota di
Provinsi Bali.
Kerangka Pikir
Penerimaan pajak yang tinggi menandakan bahwa banyaknya orang
membayar pajak dari banyaknya orang membayar pajak tersebut disebabkan
karena pengetahuan wajib pajak yang meningkat. Pengetahuan wajib pajak yang
meningkat akan membuat kesadaran wajib pajak meningkat pula karena kesadaran
masyarakat dalam membayar pajak meningkat akan membuat tingkat kepatuhan
wajib pajak juga meningkat.
Dari tingkat kepatuhan wajib pajak yang meningkat tersebut akan
meningkatkan penerimaan pajak sekaligus menambah jumlah realisasi pajak yang
nantinya realisasi pajak tersebut juga akan meningkatkan penerimaan pajak.
Selanjutnya realisasi pajak yang meningkat akan membuat tarif pajak menurun
karena realisasi pajak sudah mendekati target pajak. Target pajak yang diturunkan
akan menguntungkan sektor UMKM dimana pumungutan pajak akan menurun
dan membuat sektor UMKM meningkat dan jumlah UMKM juga akan meningkat.
JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan
ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.X │ No.X │ Bulan Tahun hlm.
- +
Jumlah Pertumbuhan
Tarif Pajak
UMKM Ekonomi
- +
+ + + Pengeluaran
Negara
Realisasi
Pajak
Penerimaan
+ Pajak +
+
Tingkat
Kepatuhan
Wajib Pajak
+ Pengetahuan
Wajib Pajak
Kesadaran
Wajib Pajak
+ +
METODE PENELITIAN
1. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data sekunder yaitu
data yang diperoleh dan dibuat oleh pihak lain yang dikumpulkan dalam kurun
waktu tertentu dari suatu sampel. Data yang diperoleh dalam penelitian ini
adalah data time series. Ketersediaan data merupakan suatu hal yang mutlak
dipenuhi dalam suatu penelitian ilmiah. Jenis data yang tersedia harus
disesuaikan dengan kebutuhan dalam suatu penelitian. Data yang digunakan
adalah data sekunder selama sepuluh tahun.
2. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data sekunder dari penelitian ini bersumber dari data resmi
Direktorat Jenderal Pajak (Dirjen Pajak), Kementerian Keuangan, Kementerian
Koperasi dan UMKM dan data sekunder lainnya. Jenis data yang digunakan
adalah time series dari tahun 2011 sampai 2020. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen yang terdiri dari
jumlah UMKM dan kepatuhan wajib pajak di Indonesia terhadap variabel
dependen yaitu penerimaan pajak di Indonesia. Dalam penelitian ini, model di
estimasi dengan menggunakan data time series. Dengan periode pengamatan
tahun dari tahun 2011 sampai dengan 2020.
3. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua yaitu
variabel dependen dan variabel independen.
a) Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data
penerimaan pajak di Indonesia. Pajak nasional digunakan untuk belanja
negara dan menjalankan berbagai program pemerintah untuk kepentingan
masyarakat luas.
b) Variabel Independen (X)
Variabel independen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data
jumlah UMKM (X1) dan data tingkat kepatuhan wajib pajak (X2).
JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan
ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.X │ No.X │ Bulan Tahun hlm.
4. Metode Analisis
Metode Penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Teknik analisis
data kuantitatif meliputi penyajian data, analisis data menggunakan E-Views 10
dan penarikan kesimpulan. Penelitian menggunakan metode analisis regresi
linear berganda. Dalam regresi linear berganda ini, data yang digunakan yaitu
data time series dalam jangka waktu dari tahun 2011-2020. Untuk membuktikan
kebenaran dari hipotesis maka diperlukan alat analisis data dan mengetahui
pengaruh yang di timbulkan oleh variabel-variabel bebas (Jumlah UMKM dan
Kepatuhan Wajib Pajak) terhadap variabel terikat (Penerimaan Pajak), maka
digunakan model ekonometrika. Model dasar yang digunakan dari persamaan
estimasi adalah model OLS (Ordinary Least Squares). Dalam penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari variabel Jumlah UMKM dan
Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Penerimaan Pajak, maka digunakan analisis
regresi linier berganda sebagai analisis yang tepat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Regresi
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
Estimation Command:
=========================
LS Y C X1 X2
Estimation Equation:
=========================
Y = C(1) + C(2)*X1 + C(3)*X2
Substituted Coefficients:
=========================
Y = -2725355.50255 + 0.0695259166775*X1 + 0.0208374517685*X2
JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan
ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.X │ No.X │ Bulan Tahun hlm.
C 2.69E+11 957.2875 NA
X1 0.000173 2253.650 7.237962
X2 0.000728 352.6601 7.237962
Hasil uji multikolinieritas, dapat dilihat pada tabel kolom Centered VIF.
Berdasarkan hasil uji multikolinieritas dapat diketahui bahwa nilai VIF dari kedua
variabel sama-sama sebesar 7.2379 yang artinya VIF dari kedua variabel tidak
lebih besar dari 10. Maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinieritas pada
kedua variabel bebas tersebut.
Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
Nilai Prob. F(2,5) sebesar 0.3467 dapat juga disebut sebagai nilai
probabilitas F hitung. Nilai Prob. F hitung lebih besar dari tingkat alpha 0,05 (5%)
sehingga, berdasarkan uji hipotesis, H0 diterima yang artinya tidak terjadi masalah
autokorelasi dalam model regresi.
Normalitas
4
Series: Residuals
Sample 2011 2020
Observations 10
3
Mean 5.46e-10
Median -17910.43
2 Maximum 74061.80
Minimum -54776.83
Std. Dev. 46790.28
Skewness 0.650831
1 Kurtosis 1.958996
Jarque-Bera 1.157505
0 Probability 0.560597
-50000 0 50000
JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan
ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.X │ No.X │ Bulan Tahun hlm.
Value df Probability
t-statistic 0.740022 6 0.4872
F-statistic 0.547633 (1, 6) 0.4872
Likelihood ratio 0.873441 1 0.3500
Apabila nilai Prob. F hitung lebih besar dari tingkat alpha 0,05 (5%) maka
model regresi memenuhi asumsi linieritas dan sebaliknya, apabila nilai Prob. F
hitung lebih kecil dari 0,05 maka model tidak memenuhi asumsi linieritas.
Berdasarkan hasil uji linieritas diketahui bahwa nilai Prob. F hitung dapat dilihat
pada baris F-statistic kolom Probability. Pada kasus ini nilainya 0.4872 lebih
besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi telah memenuhi
asumsi linieritas.
Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey
0.7512 yang artinya lebih besar dari tingkat alpha 0,05 (5%) sehingga,
berdasarkan uji hipotesis, H0 diterima yang artinya tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas dalam model regresi.
B. Uji Kelayakan Model
A. Uji T
Hasil uji t dapat dilihat pada nilai prob. t hitung. Apabila nilai prob. t hitung
lebih kecil dari tingkat kesalahan (alpha) 0,05 maka dapat dikatakan bahwa
variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya, sedangkan
apabila nilai prob. t hitung lebih besar dari tingkat kesalahan 0,05 maka dapat
dikatakan bahwa variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
terikatnya. Berdasarkan hasil uji t dapat diketahui bahwa nilai prob. t hitung dari
variabel bebas jumlah UMKM (X1) sebesar 0.0011 yang artinya lebih kecil dari
0,05 sehingga variabel bebas jumlah UMKM (X1) berpengaruh signifikan
terhadap variabel terikat penerimaan pajak (Y) pada alpha 5% atau dengan kata
lain, jumlah UMKM berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak pada taraf
keyakinan 95%. Sama halnya dengan pengaruh variabel bebas tingkat kepatuhan
wajib pajak (X2) terhadap variabel terikat penerimaan pajak (Y), karena nilai
prob. t hitung (0.0451) yang artinya lebih kecil dari 0,05 sehingga variabel bebas
tingkat kepatuhan wajib pajak (X2) berpengaruh signifikan terhadap variabel
terikat penerimaan pajak (Y) pada alpha 5% atau dengan kata lain, tingkat
kepatuhan wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak pada
taraf keyakinan 95%.
JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan
ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.X │ No.X │ Bulan Tahun hlm.
B. Uji F
Hasil uji F dapat dilihat pada tabel di atas. Apabila nilai prob. F hitung lebih
kecil dari tingkat kesalahan/error (alpha) 0,05 maka dapat dikatakan bahwa model
regresi yang diestimasi layak, sedangkan apabila nilai prob. F hitung lebih besar
dari tingkat kesalahan 0,05 maka dapat dikatakan bahwa model regresi yang
diestimasi tidak layak. Berdasarkan hasil uji f dapat diketahui bahwa nilai prob. F
(Statistic) sebesar 0.000018 lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa model regresi yang diestimasi layak digunakan untuk
menjelaskan pengaruh jumlah UMKM (X1) dan tingkat kepatuhan wajib pajak
(X2) terhadap penerimaan pajak (Y).
C. Koefisien Determinasi
Nilai koefisien determinasi dapat diukur oleh nilai Adjusted R-Square. Karena
nilai Adjusted R-Square digunakan pada saat variabel bebas lebih dari satu.
Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi dapat diketahui bahwa Nilai Adjusted
R-Square sebesar 0.943419 yang artinya menunjukkan bahwa proporsi pengaruh
variabel jumlah UMKM (X1) dan tingkat kepatuhan wajib pajak (X2) terhadap
variabel penerimaan pajak (Y) sebesar 94,34%. Artinya, jumlah UMKM dan
tingkat kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan pajak memiliki proporsi
pengaruh sebesar 94,34% sedangkan sisanya 5,66% (100% - 94,34%) dipengaruhi
oleh variabel lain yang tidak ada didalam model regresi.
Jumlah UMKM naik maka penerimaan pajak akan mengalami kenaikan. Begitu
pula pada saat persentase jumlah umkm turun maka persentase Penerimaan Pajak
mengalami penurunan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Sitinjak, 2018) bahwa Jumlah UMKM memiliki nilai signifikansi positif sebesar
0,000 yang berarti jika Jumlah UMKM mengalami peningkatan maka penerimaan
pajak juga meningkat. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Kibassa (2012) yang
menjelaskan bahwa UMKM memberikan kontribusi yang tinggi terhadap
penerimaan pajak. UMKM di Indonesia memiliki peran yang kuat terhadap
perekonomian rakyat. Sebagai contoh, UMKM terbukti dapat bertahan saat krisis
moneter pada tahun 1997, sedangkan usaha yang lebih besar banyak yang
mengalami kebangkrutan.
Pengaruh Tingkat Kepatuhan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan nilai
Kepatuhan Wajib Pajak mempengaruhi penerimaan pajak. Nilai prob. t hitung dari
Kepatuhan Wajib Pajak sebesar 0.0451 artinya nilai tersebut lebih kecil dari
tingkat signifikansi α 0,05 sehingga variabel tersebut dapat dikatakan berpengaruh
positif secara signifikan terhadap Penerimaan Pajak pada alpha 5%.
Nilai Kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh positif secara signifikan terhadap
Penerimaan Pajak di Indonesia tahun 2011-2020 dengan koefisien sebesar
0.020837. Koefisien regresi Kepatuhan Wajib Pajak bernilai positif artinya pada
saat Kepatuhan Wajib Pajak naik maka penerimaan pajak akan mengalami
kenaikan. Begitu pula pada saat persentase Kepatuhan Wajib Pajak turun maka
persentase Penerimaan Pajak mengalami penurunan. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Monica dan Andi, 2018) bahwa Kepatuhan Wajib
Pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penerimaan Pajak. Hal tersebut
juga sejalan dengan sistem pemungutan pajak yang diterapkan di Indonesia, yakni
sistem self assessment di mana dalam sistem ini Wajib Pajak diberikan wewenang
dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai
dengan perundang-undangan perpajakan yang berlaku (Siti Resmi, 2014). Adapun
penelitian lain yang dilakukan oleh (Inayah, 2016) bahwa kepatuhan wajib pajak
berpengaruh terhadap penerimaan pajak dan menunjukkan hubungan positif, oleh
JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan
ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.X │ No.X │ Bulan Tahun hlm.
karena itu semakin tinggi tingkat Kepatuhan Wajib Pajak, maka akan
meningkatkan Penerimaan Pajak.
Kepatuhan wajib pajak merupakan suatu kondisi yang dapat membantu
meningkatkan penerimaan pajak. Adanya peningkatan penerimaan pajak dapat
diakibatkan oleh semakin banyaknya wajib pajak yang sadar akan kewajibannya
membayar pajak. Selain itu, adanya pelayanan yang baik serta prosedur yang
sederhana dan mudah mendorong masyarakat untuk membayar pajak tepat waktu.
Penerimaan pajak yang lebih baik dan efektif diwujudkan oleh kepatuhan wajib
pajak serta faktor-faktor lain (Monica dan Andi, 2018).
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan, maka penulis
mengambil kesimpulan sebagai berikut ini.
1. Variabel X1 (Jumlah UMKM) memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap variabel Y (Penerimaan Pajak). Ketika Jumlah UMKM meningkat
maka Penerimaan Pajak juga akan meningkat.
2. Variabel X2 (Kepatuhan Wajib Pajak) memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap variabel Y (Penerimaan Pajak). Ketika Kepatuhan Wajib
Pajak meningkat maka Penerimaan Pajak juga akan meningkat.
Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan, maka penulis
merekomendasikan saran sebagai berikut ini.
1. Untuk meningkatkan penerimaan pajak perlu adanya upaya dari pemerintah
yakni dengan memperluas tax base perpajakan dalam rangka meningkatkan
penerimaan dalam pembayaran pajak, yakni pemberlakuan pajak plastik dan
makanan berlemak.
2. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan variabel lain seperti dari
sisi wajib pajak orang kaya dan perusahaan besar.
JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan
ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.X │ No.X │ Bulan Tahun hlm.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber artikel jurnal :
Akbar, L. R. (2020). Analisis Kinerja Direktorat Jenderal Pajak Dalam
Optimalisasi Penerimaan Pajak Pandemi Covid-19. Journal of Applied
Business and Economics (JABE), 7(1), 98–110.
Antika, F. N., Budiman, N. A., & Mulyani, S. (2020). Kepatuhan Wajib Pajak
Umum di Kabupaten Kudus Selama Pandemi COVID-19. Seminar Nasional
Manajemen, September, 408–417.
Astuti, T. P., & Aryani, Y. A. (2016). Tren Pengindaran Pajak Perusahaan
Manufaktur di Indonesia yang Terdaftar di BEI Tahun 2001-2014. Jurnal
Akuntansi, 20(3), 375–388. www.pajak.go.id
Binbangkum, D. (2020). Penerimaan pajak turun 2,5% hingga akhir maret. Seksi
Informasi Hukum, 5–7.
Budiman, J., & Setiyono. (2012). Pengaruh Karakter Eksekutif Terhadap
Penghindaran Pajak (Tax Avoidance).
Dyreng, S. D., Hanlon, M., & Maydew, E. L. (2010). The Effects Of Executives
On Corporate Tax Avoidance. Accounting Review, 85(4), 1163–1189.
https://doi.org/10.2308/accr.2010.85.4.1163
Estiningsih, W. (2014). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Pajak
Usaha Kecil Menengah (UKM). SOSIO E-KONS, 6(1), 56–65.
Fitriani, I. (2020). Analisis Penghitungan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak
Pertambahan Nilai Pada PT. Pandugo Mitra Utama Di Sidoarjo. Skripsi.
Ilhamsyah, R., Endang, M. G. W., & Dewantara, R. Y. (2016). Pengaruh
Pemahaman dan Pengetahuan Wajib Pajak Tentang Peraturan Perpajakan,
Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor (Studi Samsat Kota
Malang). Jurnal Perpajakan (JEJAK), 8(1), 1–9.
Inayah, A. N. (2016). Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Penerimaan
Pajak Di Kota Bogor. Jurnal Lentera Akuntansi, 4, 119–129.
Ispriyarso, B. (2019). Keberhasilan Kebijakan Pengampunan Pajak (Tax
Amnesty) di Indonesia. Administrative Law and Governance Journal, 2(1),
47–59. https://doi.org/10.14710/alj.v2i1.47-59
Kusuma, M., & Wirawati, N. (2013). Analisis Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah Terhadap Peningkatan PAD Sekabupaten/Kota Di
Provinsi Bali. E-Jurnal Akuntansi, 5(3), 574–585.
Monica, R., & Andi, A. (2018). Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak, Pemeriksaan
Pajak, Dan Pencairan Tunggakan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Badan
Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serang Tahun 2012-2016. Jurnal Riset
Akuntansi Terpadu, 12(1), 64–83. https://doi.org/10.35448/jrat.v12i1.5343
Mutia, S. P. T. (2014). Pengaruh sanksi perpajakan, kesadaran perpajakan,
pelayanan fiskus, dan tingkat pemahaman terhadap kepatuhan wajib pajak
orang pribadi (Studi Empiris pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar
di KPP Pratama Padang). Artikel Ilmiah, 2(1), 2–29.
Pradini, A. J., & Nurcahyanto, S. H. (2017). Strategi Peningkatan Kepatuhan
Wajib Pajak Dalam Pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Di
JEMAP: Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi, dan Perpajakan
ISSN: 2622-612X (Media Online) │ Vol.X │ No.X │ Bulan Tahun hlm.