You are on page 1of 12

Sawerigading, Vol. 26, No.

1, Juni 2020:

SAWERIGADING

Volume 26 No. 1, Juni 2020 Halaman 43—54

SINDIRAN DAN MAKIAN DALAM UNGGAHAN DI FACEBOOK


PASCADEBAT I PILPRES 2019
(Insinuation and Cursing Uploaded on Facebook during the First Post-Debate
at Presidential Election 2019)

R. Saleh & Marnetti


Balai Bahasa Riau
Jalan Binawidya, Kompleks Universitas Riau, Panam, Pekanbaru
Pos-el: rajasaleh77@gmail.com, marnettinurel@yahoo.com
(Naskah Diterima Tanggal: 20 Maret 2020; Direvisi Akhir Tanggal 17 Mei 2020;
Disetujui Tanggal; 29 Mei 2020)

Abstract
The first debate of the presidential election attracted a lot of attention to internet users and uploaded their
comments on social media, one of which is on Facebook. The status and comments uploaded on Facebook
are in the form of insinuation, ridicule, and swearing that may violate the law, in particular, defamation.
Based on the phenomenon, the study aims 1) to describe the lexical meanings of words used by Facebook
users, 2) to describe the grammatical meanings (phrases, sentences, and discourses), which are part of the
forensic linguistic study. The research data has collected by using the note-taking method. Data analysis
techniques refer to lexical and grammatical semantic theories to obtain the actual meaning of words,
phrases, sentences, and discourses from the owners of Facebook. The results of the research indicate that
1) there are 12 accounts of 7 data (screenshot) at Facebook containing insinuation, cursing, and swearing
to candidates of the president and vice president 2019 as well as among Facebook users, and 2) words,
phrases, sentences, and discourses used by Facebook users, are categorized as defamation and can be used
by the authority as the basis for making decisions and giving legal sanctions to perpetrators. Through this
research found that there are considerably uploading on Facebook in the form of insinuation, cursing, and
swearing conducted by netizens.
Keywords: semantic; lexical and grammatical; Facebook; forensic linguistics

Abstrak
Debat Pilpres tahap I banyak menyisakan perhatian warganet dan mengunggah komentarnya di media
sosial, salah satunya facebook. Status dan komentar yang diunggah di facebook banyak berupa sindiran,
cemoohan, dan umpatan yang mungkin berpeluang melanggar hukum, terutama defamasi. Berdasarkan
masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk 1) mendeskripsikan makna leksikal kata yang digunakan
oleh pengguna facebook, 2) mendeskripsikan makna gramatikal (frasa, kalimat, dan wacana) yang
merupakan bagian dari kajian linguistik forensik. Data penelitian ini dikumpulkan dengan metode simak
catat. Teknik analisis data mengacu pada teori semantik leksikal dan gramatikal untuk memeroleh makna
sebenarnya dari kata, frasa, kalimat, dan wacana pemilik akun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1)
sebanyak 12 akun dari 7 data (hasil tangkap layar) di facebook, berdasarkan makna katanya mengandung
sindiran, makian, dan umpatan terhadap pasangan calon presiden dan wakil presiden 2019 serta antarsesama
pengguna Facebook, dan 2) kata, frasa, kalimat, dan wacana yang digunakan oleh pemilik akun di facebook
dikategorikan sebagai defamasi sehingga dapat dimanfaatkan oleh pihak berwenang sebagai salah satu
dasar pengambilan putusan dan pemberian sanksi hukum bagi pelakunya. Melalui penelitian ini ditemukan

43
Sawerigading, Vol. 26, No. 1, Juni 2020: 43—54

banyak unggahan di facebook yang berupa sidiran, makian, dan umpatan yang dilakukan oleh warganet.
Kata kunci: semantik; leksikal dan gramatikal; facebook; linguistik forensik

PENDAHULUAN kebebasan mutlak untuk mengomentari status


Perkembangan teknologi dan informasi orang lain. Apa pun pendapat dan pikiran yang
telah memberikan berbagai variasi media untuk ingin disampaikan pada kolom komentar, pemilik
berkomunikasi. Salah satu media komunikasi akun pun bisa sesuka hati mengomentarinya.
yang sedang marak digunakan adalah media Sehubungan dengan kebebasan yang
sosial facebook, whatsapp, twitter, instagram, dimiliki oleh pengguna facebook tersebut,
dan lain-lain. Laporan tahunan yang kontrol terhadap bahasa yang digunakan oleh
disampaikan oleh We Are Socia and Hootsuite pengguna facebook tidak ada. Hal ini berakibat
menyatakan bahwa terdapat 3 miliar pengguna pada banyaknya bahasa di facebook yang tidak
media sosial tahun 2018. Facebook sebagai sopan dan tidak sesuai dengan norma-norma
salah satu media sosial yang lebih diminati dan yang berlaku. Padahal, pemerintah sudah
mendominasi dari media sosial lainnya dalam mengeluarkan Undang-Undang Nomor 11
hal penggunaanya oleh masyarakat. Facebook Tahun 2008 tentang ITE, khususnya BAB VII
digunakan oleh dua pertiga pengguna media perbuatan yang dilarang, Pasal 27 ayat 3, yaitu
sosial, yaitu 2,17 miliar (Septania, 2018, diakses “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak
dari https://tekno.kompas.com). Di Indonesia, mendistribusikan dan/atau mentransmisikan
hingga Januari 2018 jumlah pengguna akun dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi
facebook tercatat 130 juta atau enam persen elektronik dan/atau dokumen elektronik
dari total pengguna. Angka ini juga mencatat yang memiliki muatan penghinaan dan/atau
bahwa Indonesia adalah negara terbanyak pencemaran nama baik” merupakan perbuatan
menggunakan facebook di Asia Tenggara. melawan hukum. Pasal 28 ayat 2 adalah
Berdasarkan data tersebut, juga bisa “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak
dikatakan bahwa setengah dari penduduk menyebarkan informasi yang ditujukan untuk
Indonesia (265 juta jiwa) menggunakan menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan
facebook. Hal ini mengindikasikan bahwa orang individu dan/atau kelompok masyarakat
Indonesia sangat menyukai dan selalu aktif tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan
di media sosial terutama facebook. Facebook antargolongan (SARA).”
merupakan media sosial terbuka yang sangat Lebih jelas tentang pencemaran nama baik,
mendapat tempat di hati masyarakat. Soesilo (1991) menyatakan bahwa pencemaran
Facebook merupakan wadah komunikasi nama baik (defamation) adalah tindakan
yang cenderung bebas. Setiap penggunanya mencemarkan nama baik seseorang dengan cara
bebas menyampaikan pendapat, berkeluh kesah, menyatakan sesuatu baik melalui lisan maupun
mengkritik, memotivasi, dan menyampaikan tulisan. Ada enam macam pencemaran nama
apa saja yang ada dalam pikiran penggunanya. baik, yaitu 1) Menista secara lisan, 2) Menista
Pendapat-pendapat tersebut ditulis di status secara tertulis 3) Memfitnah, 4) Penghinaan
oleh pemilik akun tanpa ada kontrol dari pihak ringan, 5) Mengadu secara memfitnah, dan 6)
mana pun dan siapa pun. Hal ini memberikan Tuduhan secara memfitnah. Namun, dikatakan
kebebasan seluas-luasnya kepada pemilik akun. kasus pencemaran nama baik, menurut beberapa
Selain status, pengguna facebook juga memiliki sumber apabila masalah tersebut sudah masuk
ke ranah hukum atau dikasuskan. Jika masih

44
Sawerigading, Vol. 26, No. 1, Juni 2020: R. Saleh, Marnetti, Sindiran dan Makian Dalam ...

sebatas unggahan di media sosial, belum dapat sehingga dapat ditemukan makna tuturan yang
dikatakan pencemaran nama baik, melainkan dimaksudkan untuk menghina, mencemarkan,
hanya berupa sindiran atau makian. Iniah yang dan/atau menjelekkan nama baik atau tidak,
menjadi bahasan dalam penelitian ini, yaitu 3) dari analisis pragmatik, utamanya dengan
terkait dengan sindiran dan makian/umpatan teori tindak tutur, ditemukan tindak tutur
yang terdapat di media facebook pascadebat I ilokusi ekspresif (ungkapan kekecewan dan
Pilpres 2019. kemarahan) dan direktif provokatif pada tuturan
Namun, keberadaan undang-undang FS dan tindak tutur ekspresif EE (ungkapan isi
tersebut sepertinya belum sepenuhnya dapat hati) sebagai penutur serta tindak tutur perlokusi
membatasi “kebrutalan” status dan komentar pada pihak petutur (LSM yang mewakili
pengguna facebook. Begitu juga pascadebat masyarakat Yogyakarta dan atasan suami EE)
pilpres yang dilaksanakan pada Kamis 17 yang melaporkan keduanya ke kepolisian.
Januari 2019 yang lalu, banyak pengguna Penelitian yang kedua dilakukan oleh
facebook yang membuat status atau komentar (Yudhiastuti, 2014) yang berjudul “Kajian
yang menggunakan kata-kata sindiran dan Semantik Leksikal pada Antologi Berbeda
makian, baik terhadap pasangan calon kepada Naskah Publikasi.” Penelitian ini menemukan
Pilpres 2019 maupun kepada para pendukung bahwa, hasil analisis makna ungkapan konotasi
kedua kubu. Para pendukung capres 01 terdapat 55 bentuk ungkapan konotasi dalam
“menyerang” melalui status dan komentar di antologi cerpen Berbeda. Setelah menganalisis
facebook terhadap capres/ pendukung capres bentuk konotasi, peneliti mengidentifikasi
02, dan begitu juga sebaliknya. bentuk-bentuk ungkapan konotasi tersebut
Uraian tersebut menjadi salah satu dengan mencari makna yang sebenarnya,
alasan penulis tertarik melakukan penelitian makna konotasi dalam data tersebut mudah
ini. Namun, penelitian ini hanya fokus pada dipahami oleh pembaca.
data lingualnya saja yang dilihat melalui teori Selain dua penelitian tersebut, Rahmawati
semantik. Dengan demikian, masalah dalam dan Nurhamidah (2018) juga melakukan
penelitian ini adalah tentang kajian semantik penelitian yang berjudul “Makna Leksikal
terhadap sindiran dan makian warganet di dan Gramatikal pada Judul Berita Surat Kabar
media facebook. Tujuan penelitian ini adalah Pos Kota (Kajian Semantik).” Penelitian ini
1) mendeskripsikan makna leksikal kata yang menemukan bahwa 1) makna leksikal yang
digunakan oleh pengguna facebook, dan 2) terdapat pada judul berita surat kabar Pos Kota
mendeskripsikan makna gramatikal (frasa, sejauh ini cukup sesuai, karena ada beberapa
kalimat, dan wacana). Mudah-mudahan kata yang terdapat di dalam judul berita memiliki
penelitian ini dapat mengungkapkan makna makna leksikal yang dapat memunculkan
leksikal dan makna gramatikal yang sengaja kesalahan pemaknaan, 2) makna gramatikal
diunggah oleh pemilik akun facebook yang terdapat pada judul berita surat kabar Pos
Penelitian tentang semantik sudah pernah Kota juga cukup sesuai, karena beberapa kata di
dilakukan oleh Mintowati (2016) yang berjudul antaranya menimbulkan kesalahan pemaknaan,
“Pencemaran Nama Baik: Kajian Linguistik dan 3) frekuensi data makna leksikal dan
Forensik.” Hasil penelitian ini menemukan gramatikal pada judul berita surat kabar Pos
bahwa 1) dari analisis semantik leksikal, Kota sebanyak 44 data yang terdiri atas 10 data
ditemukan makna kata yang sebenarnya lepas makna leksikal dan 34 data makna gramatikal.
dari konteks kalimat dan konteks wacana, 2) Penelitian ini memiliki kesamaan
dari analisis gramatikal, ditemukan makna kata dan perbedaan dengan penelitian tersebut.
yang bermakna gramatikal yang dipengaruhi Persamaannya adalah penelitian ini juga
oleh konteks kalimat dan konteks wacana membahas tentang kajian semantik. Sementara

45
Sawerigading, Vol. 26, No. 1, Juni 2020: 43—54

itu, perbedaannya dengan ketiga penelitian di sehingga yang bersangkutan bisa memperbaiki
atas adalah objek penelitian ini adalah status kesalahan tersebut.
dan komentar yang terdapat di media sosial Berbeda dengan sindiran, dalam KBBI
facebook pascadebat Pilpres 2019. Selain itu, dapat ditemukan makna dari kata makian
penelitian ini lebih fokus pada sindiran dan adalah kata keji yang diucapkan karena marah
makian yang dilakukan oleh para netizen di dan sebagainya. Ungkapan makian merupakan
media sosial facebook. varian kebahasaan yang memberikan fakta-fakta
kebahasaan yang mencerminkan realitas sosial
KERANGKA TEORI masyarakat bahasa (Botifar, 2016: 2).
Seperti yang dibahas pada bagian Menurut (Allan, 1986 dalam (dalam
pendahuluan, bahwa pascadebat I Pilpres Fadlilatun, Saman, dan Syahrani 2015:3)
pada 2019 yang lalu telah menyisakan banyak makian adalah kata-kata kasar sebagai ungkapan
persoalan-persoalan yang terkait dengan perasaan ketidaksukaan terhadap suatu hal yang
kebahasaan. Persoalan kebahasaan itu berupa digunakan pujian, keheranan dan menciptakan
sindiran dan makian. Sindiran dan makian suasana pembicaraan yang akrab.
tersebut sengaja diunggah di media-media Dari beberapa pendapat tentang makian
sosial, salah satunya facebook. tersebut, dapat dipahami bahwa makian
Sindiran dan makian itu ada yang adalah kata-kata kasar yang ditujukan kepada
secara langsung ditujukan kepada kedua calon seseorang atau sekelompok orang. Makian
presiden, yaitu Jokowi dan Prabowo, dan ada muncul disebabkan oleh ketidakpuasan atau
juga yang ditujukan kepada pendukung kedua ketidaksukaan seseorang (orang yang memaki)
calon presiden tersebut. Dalam hal ini, antara terhadap sesuatu. Namun, dalam konteks
kedua pendukung calon presiden saling sindir lain, kata-kata makian juga sering diucapkan
dan saling maki. seseorang sebagai tanda atau simbol keakraban.
Menurut KBBI daring, sindiran adalah Artinya, antara kedua orang atau sekelompok
perkataan (gambar dan sebagainya) yang orang tersebut sangat dekat, sehingga meskipun
bermaksud menyindir orang; celaan (ejekan dan menggunakan kata-kata kasar, mereka tidak
sebagainya) yang tidak langsung. Keraf (dalam tersinggung. Justru, kata-kata makian itulah
Ratnawati, 2017: 29) juga berpendapat bahwa yang menandakan mereka sangat dekat secara
satire atau sindiran adalah ungkapan yang emosional.
menertawakan sesuatu, gaya bahasa tersebut Dalam kasus sindiran dan makian yang
menyindir secara halus. banyak diunggah oleh netizen di media sosial
Sementara itu, Herawati, 2017, 28) facebook, dapat dipahami bahwa kata-kata
mengatakan bahwa sindiran merupakan sindiran yang digunakan bukanlah bertujuan
bagian dari sarkasme, yaitu sindiran secara baik seperti makna dari sindiran itu sendiri,
tidak langsung, tetapi tajam dengan maksud melainkan sindiran dalam proses pemilihan
mengolok-olok. Sindiran disebut juga sebagai presiden 2019, netizen lebih banyak bermaksud
sarkasme pintar dan merupakan sarkasme yang untuk menjatuhkan salah satu calon.
digunakan secara global. Begitu juga untuk kata-kata makian,
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dalam proses pemilihan presiden 2019, tidaklah
dapat disimpulkan bahwa sindiran adalah suatu berfungsi sebagai simbol dari keakraban, tetapi
ucapan atau perkataan yang bertujuan untuk justru kadang secara terang-terangan mereka
mengejek atau mengolok-olok seseorang atau (antarkelompok) menyatakan “perang,”
sekelompok orang. Dalam sindiran terdapat meskipun dalam bentuk kata-kata.
maksud yang baik, yaitu bertujuan agar yang Masalah-masalah seperti ini sudah sering
disindir dapat menyadari kesalahannya, terjadi di negara ini, bahkan berujung ke ranah

46
Sawerigading, Vol. 26, No. 1, Juni 2020: R. Saleh, Marnetti, Sindiran dan Makian dalam ...

hukum. Sindiran dan makian yang pernah penggunaan atau konteksnya. Makna gramatikal
terjadi di Indonesia bisa berbentuk lisan dan merupakan arti yang timbul setelah mengalami
bisa juga dalam bentuk tulisan. Kasus-kasus proses gramatikal atau ketatabahasaan.
hukum berbentuk lisan yang berasal dari ujaran Rahmawati & Nurhamidah (2018, 42) juga
seseorang yang pernah dikriminalkan misalnya, mengemukakan pendapat tentang makna
kasus Ahok tentang penistaan agama, kasus gramatikal, bahwa makna gramatikal adalah
artis Zaskia Gotik, dan lain-lain. Di samping itu, makna yang muncul sebagai akibat hubungan
banyak juga kasus-kasus hukum yang pernah antara unsur-unsur gramatikal yang lebih besar.
terjadi di Indonesia berbentuk tulisan, misalnya Dari beberapa pendapat tersebut
kasus Farhat Abbas yang dianggap menghina disimpulkan bahwa semantik leksikal adalah
Wagub DKI dan warga Tionghoa. Bahkan, kasus makna yang dihasilkan oleh sebuah kata
hukum yang berbentuk tulisan ini juga terjadi tanpa dipengaruhi oleh konteks kata tersebut,
terhadap pejabat-pejabat negara, misalnya kasus kata tersebut berdiri sendiri dan makna itu
penghinaan terhadap Bupati Kepulauan Meranti, merupakan makna yang sebenarnya serta sesuai
Riau oleh salah seorang pengguna facebook, dan dengan yang terdapat dalam KBBI. Sementara,
kasus penghinaan terhadap Bupati Kutai Timur makna gramatikal adalah makna yang muncul
juga oleh salah satu pengguna facebook. disebabkan oleh kata tersebut mengalami
Salah satu ilmu bahasa yang dapat proses gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi,
dimanfaatkan untuk pengungkapan makna komposisi, dan lain-lain.
secara mendalam dari sindiran-sindiran dan
makian-makian yang digunakan oleh pengguna METODE
facebook adalah semantik. Tarigan dalam Jenis penelitian ini adalah deskriptif
Rahayuni (2017: 23) menyatakan bahwa kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian
semantik berperan dalam menelaah lambang- yang bermaksud untuk memahami fenomena
lambang atau tanda-tanda yang menyatakan tentang apa yang dialami subjek penelitian
makna, hubungan makna yang satu dengan secara holistik, melalui cara deskripsi dalam
yang lain, dan pengaruhnya terhadap manusia bentuk kata dan bahasa.
dan masyarakat. Artinya, semantik adalah suatu Data dalam penelitian ini berupa status
kajian tentang makna. atau komentar warganet di media sosial
Prawirasumantri dalam (Saleh, 2015: 462) facebook yang dikumpulkan dengan metode
menyatakan bahwa makna digolongkan menjadi simak menggunakan teknik catat terhadap
dua berdasarkan jenis semantik, yaitu makna status dan komentar warganet tersebut. Status
leksikal (lexical meaning) dan makna kontekstual dan komentar di facebook tersebut adalah yang
(contextual meaning). Makna leksikal adalah diunggah oleh warganet setelah Debat I Capres
makna yang terdapat pada kata yang berdiri yang disiarkan oleh sejumlah televisi nasional.
sendiri. Semantik leksikal menyangkut makna Status atau komen tersebut ditangkaplayarkan
leksikal, yakni makna yang dimiliki atau yang untuk memudahkan penganalisisan.
terdapat pada leksem meski tidak ada konteks Pemilihan status facebook dan komentar
apa pun (Isda, 2016: 2). pada sebuah status adalah berdasarkan yang
Pendapat lain tentang semantik leksikal muncul di dinding akun penulis terkait dengan
dikemukakan oleh Rahmawati & Nurhamidah masalah yang dikaji. Semua akun yang memuat
(2018, 41) yang menyebutkan bahwa makna sindiran dan makian yang muncul di dinding
leksikal merupakan arti kata sebagai satuan facebook dijadikan data dalam penelitian ini.
yang bebas. Umumnya dianggap sejajar dengan Pengumpulan data dilakukan selama bulan
arti denotatif atau arti yang berdasarkan kamus. Januari 2019 pascadebat I pemilihan presiden
Makna ini dimiliki unsur bahasa lepas dari 2019.

47
Sawerigading, Vol. 26, No. 1, Juni 2020: 43—54

Teknik analisis data mengacu pada dia.” Kata yang harus diperhatikan pada
teori semantik leksikal dan gramatikal untuk kalimat tersebut adalah kata goblok dan pintar.
memeroleh makna sebenarnya dari kata, frasa, Goblok menurut kbbi.kemdikbud.go.id adalah
kalimat, dan wacana pemilik akun. Maksud dari ‘bodoh sekali’. Pintar menurut https://kbbi.
semantik leksikal adalah menguraikan makna kemdikbud.go.id/entri/pintar adalah ‘pandai,
berdasarkan makna sesungguhnya dari sindiran cakap, cerdik, banyak akal, dan mahir’. Kata
dan makian yang disampaikan oleh netizen. goblok dan pintar tersebut didahului kata tidak.
Sementara itu, pengacuan analisis berdasarkan Sebagai penekanan, kedua kata tersebut ditulis
makna gramatikal adalah pendeskripsian dengan huruf kapital. Hal ini mengindikasikan
sindiran dan makian setelah kata tersebut penulis komentar ingin menonjolkan kedua
mengalami proses gramatikal. kata tersebut.
Frasa tidak goblok jika diartikan dan tidak
PEMBAHASAN melihat konteksnya artinya akan positif, dan
Dari sekian banyak data, penulis akhirnya sebaliknya kata tidak pintar bermakna negatif.
hanya menganalisis tujuh status di facebook Namun, kedua frasa tersebut merupakan
beserta dengan komentar-komentar di bawahnya. sindiran terhadap subjek dalam kalimat
Status dan komentar tersebut merupakan sindiran tersebut, yaitu Jokowi sebagai calon presiden
dan makian. Tidak selamanya sindiran dan periode 2019--2024.
makian tersebut menggunakan bahasa Indonesia, Analisis berikutnya dilakukan pada
tetapi ada kalanya menggunakan bahasa daerah. kalimat yang tertulis pada komentar tersebut
Kemudian, jika tidak menguasai konteks yang berbunyi “Jokowi itu tidak goblok
dan tidak mengikuti perkembangan proses dan juga tidak pintar, yang goblok itu yang
pencalonan presiden, ada kalanya akan sulit memilih dia.” Kalimat ini terdiri atas dua anak
memahami apa sebenarnya yang dimaksudkan kalimat atau klausa, yaitu Jokowi itu tidak
oleh pengunggah status atau komentator pada goblok dan juga tidak pintar, dan yang goblok
sebuah status. Untuk itu perlu dilakukan analisis itu yang memilih dia. Dia yang dikatakan
semantik leksikal dan gramatikal yang dilakukan goblok pada kalimat tersebut merujuk kepada
secara bersamaan. Berikut adalah hasil penelitian semua pemilih dan pendukung Jokowi.
dan analisis terhadap data dalam penelitian ini. Berdasarkan analisis leksikal dan gramatikal,
penulis menganggap semua yang memilih
Data 1 dan mendukung Jokowi adalah goblok dan
tidak pintar. Jokowi adalah presiden yang
memimpin seluruh rakyat Indonesia, jadi
pemilih dan pendukung Jokowi tersebar di
seluruh wilayah Indonesia. Dengan demikian,
kalimat tersebut merendahkan masyarakat
Indonesia yang memilih dan mendukung
Jokowi sebagai presiden dan calon presiden.
Komentator dalam hal ini menyindir seluruh
pemilih Jokowi.

Dalam gambar pada data 1 tersebut, ada


seorang perempuan sedang memegang kertas
bertuliskan “Jokowi itu tidak goblok dan juga
tidak pintar, yang goblok itu yang memilih

48
Sawerigading, Vol. 26, No. 1, Juni 2020: R. Saleh, Marnetti, Sindiran dan Makian dalam ...

Data 2 leksikal, kata atau frasa bohong, kapan


benarnya, pembohong, dan dasar pembohong
pada komentar tersebut merupakan makian atau
umpatan.
Berikutnya dilakukan analisis gramatikal
terhadap kalimat pada komentar tersebut.
Namun, hanya komentar yang kedua yang
dianalisis. Pada komentar tersebut menyebutkan
Wowo tuh kapan benernya kalau ngomong,
gitu kok mau jadi presiden, ngomong ngalor
ngidul gak karuan, apa maksudnya juga gak
ada yang paham, dasar pembohong. Kalimat
Data 2 di atas adalah komentar yang tersebut jelas ditujukan kepada Wowo atau
ditulis oleh seorang pemilik akun facebook yang Prabowo yang menjadi calon presiden periode
merespon status temannya. Ada dua komentar 2019/2024. Pemilik akun menganggap Prabowo
yang disampaikan oleh akun yang berbeda. Kata seorang pembohong, berbicara tidak pernah
yang perlu diperhatikan pada data pertama adalah benar dan cenderung melebar ke mana-mana,
kata bohong. Bohong menurut https://kbbi. tidak ada pendengar yang bisa memahami isi
kemdikbud.go.id/entri/bohong adalah ‘tidak pembicaraannya. Hal-hal tersebut merupakan
sesuai dengan hal (keadaan dan sebagainya) tuduhan-tuduhan negatif kepada Prabowo.
yang sebenarnya; dusta, makna selanjutnya Pemilik akun berkesimpulan bahwa Prabowo
adalah bukan yang sebenarnya; palsu.’ Pada tidak pantas menjadi presiden. Berdasarkan
komentar berikutnya juga muncul kata bohong analisis semantik gramatikal, penggunaan kata
yang sudah mendapatkan awalan pem- sehingga dan frasa tersebut merupakan makian yang
menjadi pembohong. Hal ini berarti bahwa orang ditujukan kepada salah satu calon presiden.
yang suka berbohong. Selain itu, juga terdapat
kata ngalor ngidul. Maksud dari kata ini adalah Data 3
seseorang yang bicaranya sudah tidak karuan
dan tidak beraturan.
Frasa pada komentar pertama adalah
bohong lagi. Kata lagi pada frasa tersebut
mengandung makna bahwa yang bersangkutan
telah pernah melakukan kebohongan sebelumnya
dan akan melakukan hal yang sama kembali.
Kemudian terdapat frasa gak ada capeknya
yang berarti bahwa pelaku kebohongan tersebut
memang suka berbohong.
Pada komentar kedua, terdapat frasa
kapan benernya. Maksud dari frasa ini tentu Data 3 disampaikan seorang pengguna
sangat jelas bahwa menurutnya yang berbicara facebook yang mengomentari status temannya
kalau menyampaikan sesuatu informasi tidak setelah debat pertama Pilpres 2019. Kata
pernah benar. Kemudian, terdapat juga frasa yang merupakan sindiran pada komentar
dasar pembohong. Hal ini sudah merupakan tersebut adalah kampret dan dungu. Kampret
umpatan atau makian yang diungkapkan oleh menurut https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/
penulis komentar kepada objek dalam kalimat kampret adalah kelelawar kecil pemakan
tersebut. Jadi, berdasarkan analisis semantik serangga, hidungnya berlipat-lipat. Dungu

49
Sawerigading, Vol. 26, No. 1, Juni 2020: 43—54

menurut https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/ Data 4


dungu adalah sangat tumpul otaknya; tidak
cerdas; bebal; bodoh. Dalam perkembangan
menjelang pemilihan capres dan cawapres
2019, kata kampret adalah representatif
dari pendukung Prabowo-Sandi. Sementara
kata dungu bermakna negatif yang sangat
buruk dan rendah. Berdasarkan analisis
semantik leksikal, penulis komentar sangat
merendahkan para pendukung Prabowo-
Sandi yang menyamakannya seperti binatang
(kampret). Dua kata yang perlu diperhatikan pada
Frasa kampret dungu pada komentar data 4 ini adalah kata miris dan kata menjijikkan.
tersebut juga memperkuat dugaan pelecehan Miris menurut https://kbbi.kemdikbud.go.id/
yang dilakukan oleh pemilik akun. Seperti entri/miris adalah ‘was-was; risau; cemas.’
yang disebutkan sebelumnya, kampret adalah Kata menjijikkan berasal dari kata dasar
kelelawar kecil pemakan serangga. Artinya jijik yang menurut https://kbbi.kemdikbud.
kampret adalah seekor kelelawar, binatang. go.id/entri/jijik tidak suka melihat (merasa
Binatang tidak diberikan akal oleh Allah seperti mual dan sebagainya) karena kotor, keji, dan
manusia. Binatang tidak bisa membedakan hal sebagainya; (dipakai sebagai) kata seru untuk
yang dibolehkan dan hal yang dilarang. Sudah menyatakan rasa tidak suka (karena keji,
jelas kampret adalah kelelawar, ditambah kotor, dan sebagainya). Dengan demikian, kata
lagi dengan kata dungu yang bermakna tidak menjijijikkan bermakna merasa jijik terhadap
mengerti apa-apa dan sangat bodoh. sesuatu atau menimbulkan rasa jijik.
Melalui komentar tersebut, pemilik akun Miris dan menjijikkan yang dimaksud
ingin mengklarifikasi pernyataan Prabowo pemilik akun facebook adalah presiden yang
tentang kenyamanan zaman dahulu dari pada menjabat, yaitu Joko Widodo. Hal ini dapat dilihat
sekarang. Zaman dahulu yang disampaikan pada beberapa kata, frasa, dan kalimat pada
oleh Prabowo tersebut adalah zaman sebelum komentar tersebut, setelah kata miris terdapat
pemerintahan Jokowi. Namun, pemilik akun frasa mengenaskan presiden serba tidak tahu.
menganalogikan kehidupan Indonesia yang Pada bagian akhir, juga terdapat frasa sangat
lebih jauh di awal kemerdekaan dengan menjijikkan. Artinya, pemilik akun menyatakan
menyebutkan sekolah tidak memakai sepatu, miris dan merasa jijik terhadap kepemimpinan
TV hanya ada satu setiap kampung, dan lain- Presiden Jokowi. Berdasarkan analisis semantik
lain. Dengan kata lain, pemilik akun meyakini leksikal, dua kata tersebut merupakan makian
bahwa kehidupan era pemerintahan Jokowi atau umpatan yang ditujukan kepada Jokowi
jauh lebih baik dari era pemerintahan presiden sebagai pemimpin negara yang juga sebagai
sebelumnya. Berdasarkan penjelasan tersebut, calon presiden untuk periode berikutnya.
penggunaan kata kampret dan dungu oleh salah Komentar pemilik akun facebook tersebut
satu pendukung Jokowi adalah untuk menyindir disertai dengan beberapa jawaban presiden
Prabowo secara pribadi terhadap permasalahan-permasalahan yang
sempat mencuat di Indonesia. Misalnya tentang
Megawati sebagai Ketua Dewan Pengarah
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP)
yang digaji hingga 112 juta, jawaban presiden
menyikapi hal ini adalah “Itu yang ngatur menteri

50
Sawerigading, Vol. 26, No. 1, Juni 2020: R. Saleh, Marnetti, Sindiran dan Makian dalam ...

keuangan, bukan saya.” Jawaban yang senada alalisis semantik leksikal, kedua kata tersebut
juga dinyatakan presiden terkait permasalahan dapat dikatakan sebagai makian terhadap
kenaikan BBM, menurunnya nilai rupiah, dana Prabowo sehingga juga dapat diindikasikan
abadi umat, dan kriminalisasi terhadap ulama. sebagai perbuatan mencela atau menghina
Jawaban yang dilontarkan presiden dalam seseorang.
menyikapi sejumlah kasus tersebut, menurut Data 6
pemilik akun seolah-olah menghindar dari
permasalahan dan melemparkan kepada menteri
yang terkait dengan permasalahan itu. Inilah
yang memicu pemilik akun berkomentar di
facebooknya dan melakukan sindiran terhadap
Jokowi selaku seorang presiden.
Data 5

Data ke-6 dalam penelitian ini berupa


percakapan antara dua pemilik akun facebook
di kolom komentar. Dari percakapan tersebut,
ada beberapa kata yang perlu diperhatikan,
yaitu kata ditipu, cebong, dan binatang. Ditipu
Selanjutnya adalah data 5 yang merupakan
berasal dari kata tipu menurut https://kbbi.
komentar pengguna facebook terhadap sebuah
kemdikbud.go.id/entri/tipu adalah perbuatan
status. Terdapat dua komentar pendek yang
atau perkataan yang tidak jujur (bohong,
perlu diperhatikan dan menuliskan kata-kata
palsu, dan sebagainya) dengan maksud untuk
kasar, yaitu kata goblok dan maling. Kata
menyesatkan, mengakali, atau mencari untung;
goblok dan maling disampaikan oleh pengguna
kecoh. Ditipu merupakan kata tipu yang telah
facebook yang berbeda. Kata goblok menurut
mengalami proses gramatikal. Awalan di pada
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/goblok
kata tersebut mengubah maknanya maknanya
adalah bodoh sekali. Kata maling dalam https://
menjadi merasa tertipu atau merasa dibohongi.
kbbi.kemdikbud.go.id/entri/maling adalah
Kata cebong menurut https://kbbi.kemdikbud.
orang yang mengambil milik orang lain secara
go.id/ entri/cebong adalah berudu. Berudu
sembunyi-sembunyi; pencuri (terutama yang
adalah satu tahapan pradewasa atau larva dalam
mencuri pada malam hari).
daur hidup amfibia (katak). Binatang menurut
Komentar pemilik akun facebook tersebut
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/binatang
jelas ditujukan kepada salah satu calon presiden
adalah makhluk bernyawa yang mampu bergerak
2019--2024 Prabowo Subianto karena pada
(berpindah tempat) dan mampu bereaksi
komentar pertama disebutkan “Wowo memang
terhadap rangsangan, tetapi tidak berakal budi
goblok.” Wowo yang dimaksudkan adalah
(seperti anjing, kerbau, semut); hewan.
Prabowo. Selain itu, di bagian atas juga terdapat
Kata ditipu terdapat pada frasa tidak mau
gambar Prabowo yang sudah diedit. Jadi,
ditipu lagi. Dilihat dari komentarnya, pemilik
komentar ini jelas ditujukan kepada Prabowo.
akun facebook ini adalah pendukung capres
Penggunaan kata goblok dan maling menurut

51
Sawerigading, Vol. 26, No. 1, Juni 2020: 43—54

Prabowo-Sandi. Dari frasa ini dapat dimaknai Data 7 di atas merupakan percakapan
bahwa pemilik akun merasa ditipu oleh antara beberapa pengguna facebook pascadebat
pemerintah yang dipimpin oleh Jokowi selama I pilpres 2019. Dalam percakapan tersebut,
ini. Artinya, pemilik akun menganggap bahwa banyak sekali menggunakan kata-kata kasar
Jokowi adalah tukang tipu. Selanjutnya, pada dan tidak pantas. Namun, ada dua kata yang
komentar berikutnya terdapat kata cebong pada perlu diperhatikan, yaitu kata bodoh dan banci.
frasa kita bahas cebong. Frasa tersebut merupakan Bodoh menurut adalah https://kbbi.kemdikbud.
sindiran yang disampaikan oleh pendukung go.id/entri/bodoh ‘tidak lekas mengerti; tidak
Prabowo terhadap pendukung Jokowi. Cebong mudah tahu atau tidak dapat (mengerjakan
yang dimaksudkan adalah pendukung Jokowi. dan sebagainya); tidak memiliki pengetahuan.
Namun, setelah frasa tersebut ada juga frasa kok Banci menurut https://kbbi.kemdikbud.go.id/
manusia kepanasan. Jadi, kalimat kita bahas entri/banci adalah ‘tidak berjenis laki-laki
cebong kok manusia kepanasan memiliki makna dan juga tidak berjenis perempuan; laki-laki
yang ambigu. Pendukung Prabowo menyebut yang bertingkah laku, dan berpakaian seperti
pendukung Jokowi dengan kata cebong. perempuan; wadam; waria. Kedua kata tersebut
Cebong adalah binatang, pendukung Jokowi jelas memiliki makna yang rendah dan negatif.
adalah manusia dan bertentangan dengan frasa Kata bodoh terdapat pada frasa bodoh
berikutnya, kok manusia kepanasan. Padahal amat lu, ‘bodoh sekali kamu.’ Kata bodoh
yang dibahas sebenarnya adalah manusia tersebut ditujukan kepada salah satu pendukung
(pendukung Jokowi). Jokowi yang juga berkomentar sebelumnya.
Kata binatang terdapat pada frasa Komentar sebelumnya menyebutkan bahwa
cebongnya yang binatang Mas. Frasa tersebut mendukung Jokowi untuk menjadi presiden lagi
menekankan bahwa yang binatang itu adalah dan melanjutkan dua periode. Inilah yang tidak
cebong. Sementara, pendukung Prabowo bisa diterima oleh pendukung Prabowo karena
menyebut pendukung Jokowi adalah dengan menganggap masa Jokowi pemerintahan gagal.
kata cebong. Artinya, secara tidak langsung Selanjutnya kata banci terdapat pada frasa
pendukung Prabowo menyebut pendukung presiden banci nomor dua. Dari frasa tersebut
Jokowi adalah binatang. Berdasarkan analisis jelas yang dimaksudkan adalah Prabowo
semantik leksikal dan gramatikal terhadap tiga sebagai calon presiden karena disebutkan
kata, frasa, dan kalimat pada komentar tersebut, nomor urutnya. Pernyataan akun milik salah
pemilik akun bermaksud memaki dan menghina satu pengguna facebook ini adalah pendukung
seseorang atau kelompok orang. Jokowi yang tentu didasari alasan-alasan yang
Data 7 diketahui sendiri oleh pemilik akun tersebut.
Berdasarkan analisis semantik leksikal dan
gramatikal terhadap data tersebut, pemilik akun
ini sama-sama melakukan makian dan umpatan.
Dari ketujuh data status yang diunggah
di facebook tersebut, ada tiga data yang
menggunakan gambar dan ada empat data
yang tidak menggunakan gambar. Data yang
menggunakan gambar adalah data 1, 4, dan 5.
Pada data 1, tidak ada hubungan antara
gambar dan tulisan atau pesan yang ingin
disampaikan. Gambar tersebut adalah seorang
perempuan cantik memegang selembar kertas
yang bertuliskan “Jokowi itu tidak goblok dan

52
Sawerigading, Vol. 26, No. 1, Juni 2020: R. Saleh, Marnetti, Sindiran dan Makian dalam ...

juga tidak pintar, yang goblok itu yang memilih Dari tujuh hasil tangkap layar tersebut
dia.” Kalimat tersebut memuat sindiran yang terdapat dua belas akun facebook yang telah
ditujukan kepada Jokowi. Tidak bisa dipastikan mengeluarkan kata-kata kasar, umpatan, dan
bahwa foto perempuan tersebut adalah pemilik makian berbentuk tulisan atau komentar. Kata-
akun yang mengunggah status tersebut. kata kasar, umpatan, dan makian itu dilontarkan
Pada data 4 juga ditujukan kepada Jokowi oleh pengguna facebook setelah pelaksanaan
sebagai calon presiden. Data ini mendedahkan Debat I Capres 2019. Berdasarkan analisis
tulisan yang dilengkapi dengan foto Jokowi di semantik leksikal dan gramatikal semua
bawah tulisan tersebut. Artinya, pemilik akun komentar-komentar tersebut merupakan sindiran
ingin mempertegas bahwa komentar tersebut dan makian yang secara sengja dilakukan oleh
disampaikannya kepada Jokowi. pemilik akun facebook. Sindiran dan makian
Data 5 adalah gambar Prabowo sebagai tersebut bertujuan untuk merendahkan atau
calon presiden. Gambar tersebut sudah diedit menghina calon presiden, baik yang disampaikan
sedemikian rupa sehingga tampak barisan gigi kepada Jokowi maupun kepada Prabowo.
yang rumpang. Hal ini jelas merupakan suatu
hinaan atau makian. Makian juga disampaikan DAFTAR PUSTAKA
melalui tulisan, yaitu kata goblok dan maling. Rahayuni, A.P. (2017) Analisis Semantik Slogan-
Ketujuh hasil tangkap layar yang dianalisis Slogan di Lingkungan Sekolah (Studi Kasus
dalam penelitian ini hanya merupakan sebagian di MI Tarbiyatul Aulad Jombor, Kecamatan
kecil pemilik akun media sosial khususnya di Tuntang, Kabupaten Semarang). Skripsi.
facebook yang mengeluarkan kata-kata kasar, Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
umpatan, ujaran kebencian, dan sebagainya. Botifar, M. (2016) Ungkapan Makian Dalam
Masih banyak komentar-komentar yang kurang Bahasa Melayu Bengkulu Analisis Makna
pantas disebarluaskan di media sosial yang Dan Konteks Sosial. Jurnal Wacana, 14
tidak atau belum dianalisis. Diketahui, saat ini (1), 1—12.
pengguna media sosial memiliki kebebasan yang Herawati, I (2017) Media Sosial Berdampak
sangat luas menyindir dan memaki seseorang. pada Ekspresi Kebahasaan Masyarakat
Perbuatan-perbuatan tersebut tentu sangat (Tanggapan Masyarakat Melayu terhadap
menyakitkan bagi orang yang dimaksudkan Pernyataan Efendi Simbolon di Media
dalam komentar-komentar tersebut. Meskipun Sosial). Jurnal Tuah Talino, 11(Edisi Mei),
sudah banyak sindiran dan makian yang 25—34.
disampaikan melalui media sosial tersebut Isda, P. (2016) Metafora Konseptual Bahasa
dilanjutkan ke jalur hukum dan berakhir dengan Aceh Dialek Aceh Besar. Jurnal Bahasa,
penjara, tetapi sepertinya belum ada efek jera 3(1), 53–67.
bagi pengguna media sosial. Mintowati. (2016) Pencemaran Nama Baik:
Kajian Linguistik Forensik. Jurnal
PENUTUP Paramasastra, 3(2), 97–208.
Berdasarkan uraian pada bagian Rahmawati, N. & Nurhamidah, D. (2018)Makna
pembahasan di atas, disimpulkan bahwa melalui Leksikal dan Gramatikal pada Judul Berita
teori semantik telah dideskripsikan dengan Surat Kabar Pos Kota (Kajian Semantik).
baik setiap kata yang digunakan oleh pengguna Jurnal Sasindo Unpam, 6(1), 39–54.
facebook. Secara leksikal makna kata dapat Tim Pengembang KBBI Daring. (2016),
dipahami dengan baik dan secara gramatikal Kamus Besar Bahasa Indonesia. (E. V,
juga sudah memberikan gambaran yang jelas Ed.). Jakarta: Badan Pengembangan dan
tentang maksud dari pengguna facebook. Pembinaan Bahasa.

53
Sawerigading, Vol. 26, No. 1, Juni 2020: 43—54

Saleh, R. (2015) Semantik Kontekstual Istilah Septania, R. C. (2018, 2 Maret). Indonesia


Jalur dalam Bahasa Melayu Riau Dialek Pengguna Facebook Terbanyak Ke-4 di
Kuantansingingi. Jurnal Sawerigading, Dunia. Kompas. Diperoleh dari https://
21(3), 461–470. Tekno.Kompas.Com.
Ratnawati (2017) Ungkapan Satire dan Soesilo, R. (1991) Kitab Undang-Undang
Sarkasme dalam Charlie Hebdo (Suatu Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-
Analisis Semantik dan Pragmatik). Komentar Lengkap Pasal Demi Pasal.
Skripsi. Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Bogor: Politeia.
Hasanuddin, Makassar. Yudhiastuti, A. S. (2014) Kajian Semantik
Fadlilatun, R., Saman, S., dan Syahrani, A. (2015) Leksikal pada Antologi Berbeda Naskah
Penggunaan Makian oleh Siswa SMP Publikasi. Skripsi. Fakultas Keguruan
dan SMA di Kecamatan Ledo Kabupaten dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Bengkayang. Jurnal pendidikan dan Muhammadiyah Surakarta.
Pembelajaran Khatulistiwa, 4(12), 1—13.

54

You might also like