Professional Documents
Culture Documents
Determinan Stunting Gizi
Determinan Stunting Gizi
1 – Februari 2021
Abstract
The problem of nutritional status in Central Sulawesi, according to the results of the
2018 Basic Health Research (Riskesdas) in children under five, the incidence of
malnutrition still public health problems with high prevalence of 29.5%. The
nutritional status of children under five is influenced by factors such as maternal
knowledge, infectious diseases, socioeconomic conditions and feeding patterns. The
study was aimed determine the factors that related with nutritional status of
children under five years at Puskesmas Boilan, Buol Regency.The study was used
quantitative research analytic survey with cross sectional study approach. The
sample in study were all toddlers aged 1-3 years as many as 104 children. The
sampling method was total sample (exhauftic sampling). Data were collected
through interviews using the recall 24 hours questionnaire. The data were analyzed
using univariate analysis and bivariate analysis. The study was showed that
12.5% of children aged 1-3 years were malnourished. Bivariate analysis was found
that knowledge status (p = 1,000), history of infectious diseases (p = 0.211), family
economic status (p = 1,000) and diet (p = 0.211) did not have a significant
association with nutritional status in the children under five years. It was
suggested that mothers under five years should provided more nutritious food and
sufficient energy for their children, participating in posyandu activities every month
to monitor the growth and development of their children.
Abstrak
1
Gorontalo Journal of Nutrition and Dietetic. Vol 1(1) Februari 2021
PENDAHULUAN
Kekurangan gizi dapat mengakibatkan gagal tumbuh kembang,
meningkatkan angka kematian dan kesakitan serta penyakit terutama pada
kelompok usia rawan gizi yaitu balita (Fauziah et al., 2017). Hasil sensus WHO
menunjukkan bahwa 49% dari 10,4 juta kematian balita di Negara berkembang
berkaitan dengan gizi buruk. Tercatat sekitar 50% balita Asia, 30% balita Afrika,
20% Amerika Latin menderita gizi buruk (WHO,2019). Menurut hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 pada anak balita kejadian gizi buruk
dan gizi kurang masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan
prevalensi tinggi sebesar 29,5% (Riskesdas, 2018). Berdasarkan data Dinas
Kesehatan Kabupaten Buol, capaian cakupan balita gizi kurang dari tahun
2018-2019 sangat signifikan, dimana pada tahun 2017 cakupan balita gizi
kurang 9,3% dan mengalami peningkatan pada tahun 2019 9,7%. Dengan
demikian, jumlah balita gizi kurang masih di atas target Provinsi sebesar 9,5%
(Dinas Kesehatan Kabupaten Buol, 2018).
Penilitian ini penting dilakukan untuk mengetahui faktor yang berhubungan
dengan dengan kejadian balita gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Boilan,
sebab gizi kurang pada balita membawa dampak negatif terhadap pertumbuhan
fisik maupun mental yang selanjutnya akan menghambat prestasi belajar.
Munculnya masalah gizi pada anak-anak balita dipengaruhi oleh banyak faktor
yang saling terkait. Secara langsung status gizi balita dipengaruhi oleh beberapa
hal, yaitu anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang pada usia
balita, anak tidak mendapatkan asuhan gizi yang memadai dan anak menderita
penyakit infeksi. Berdasarkan latar belakang tersebut, sehingga penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji faktor determinan status gizi balita di Puskesmas
Boilan, Kabupaten Buol.
METODE
Metode penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif bersifat survey
analitik dengan pendekatan cross sectional study. Penelitian dilakukan di
Puskesmas Boilan. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
pengetahuan ibu, penyakit infeksi, status ekonomi keluarga dan pola pemberian
makan, sementara variabel dependen yaitu status gizi. Status gizi dikategorikan
normal jika z-score ≥ -2 s/d +2 SD dan dikategorikan gizi kurang jika z-score ≥-
3 s/d < -2 SD. Asupan zat gizi dikategorikan baik apabila asupan ≥ 80% AKG
dan dikategorikan kurang jika < 80%. Populasi dalam penelitian ini adalah
semua balita yang berusia 1 – 3 Tahun yang ada diwilayah kerja Puskesmas
Boilan Kabupaten Buol dengan populasi berjumlah 209 balita. Pengambilan
sampel dengan teknik total sampling. Analisis data menggunakan uji chi square
dengan nilai α = 0,05.
2
Ramadhani dkk, status ekomomi, pemberian makan, penyakit infeksi, pengetahuan
3
Gorontalo Journal of Nutrition and Dietetic. Vol 1(1) Februari 2021
Hasil analisis pada penelitian ini tidak menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan antara pengetahuan ibu dengan status gizi pada balita dengan nilai p-
value 1,000 > α 0,05. Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan di lapangan,
tingkat pengetahuan ibu tentang gizi menunjukkan bahwa pengetahuan ibu
tidak selalu menyebabkan asupan energi anak sesuai dengan angka kecukupan
yang dianjurkan. Hal ini disebabkan karena ibu yang memiliki pengetahuan
tinggi, mereka juga memiliki pendidikan tinggi dan bekerja di luar rumah,
sehingga tidak memiliki cukup waktu untuk menyediakan makanan yang
beragam dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing anggota keluarga.
Penyebab lain diantaranya adalah karena sikap dan prilaku ibu terhadap gizi
tidak sejalan dengan pengetahuan gizinya. Hasil penelitian ini juga sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sundani (2020) bahwa tidak ada
hubungan antara pengetahuan ibu tentang status gizi pada balita terkait
dengan asupan gizi yang dimakan oleh balita sehari-hari sehingga ibu
memiliki peran penting dalam perubahan zat gizi pada balita
(Sundani, 2020).
Berdasarkan variable riwayat penyakit infeksi, hasil analisis pada penelitian
ini juga tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara riwayat
penyakit infeksi dengan status gizi pada balita dengan nilai p-value 0,211 > α
0,05. Hal ini dikarenakan ketika balita sakit, orang tua langsung membawa
balita berobat ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan pertolongan
pertama sehingga balita cepat sembuh. Penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Musaidah dkk (2020) bahwa riwayat penyakit infeksi tidak
memiliki nilai signifikansi sehingga dinyatakan tidak berhubungan riwayat
penyakit infeksi dengan status gizi pada balita (p value 0,123 > 0,05) (Musaidah
dkk, 2020).
Pada variabel status ekonomi, hasil analisis pada penelitian ini tidak
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara status ekonomi dengan
4
Ramadhani dkk, status ekomomi, pemberian makan, penyakit infeksi, pengetahuan
status gizi balita, dengan nilai p-value 1,000 > α 0,05. Sebagian besar responden
penelitian, mendapatkan bantuan dari pemerintah melalui dinas sosial (PKH).
Hal ini menyebabkan secara ekonomi tidak menjadi kendala bagi orang tua
balita untuk memberikan asupan makanan. Selain itu mereka juga
mendapatkan bantuan maupun bahan makanan lokal setiap bulan. Sehingga
walaupun secara statistik ekonomi responden rendah, namun banyak balita
responden yang memiliki gizi baik. Penelitian sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Sudarsih dan Wijayanti (2014) bahwa riwayat penyakit infeksi tidak
memiliki nilai signifikansi sehingga dinyatakan tidak berhubungan status
ekonomi keluarga dengan status gizi pada balita (0,187 > 0,05) (Sudarsih &
Wijayanti, 2014).
Pola makan responden berdasarkan hasil analisis pada penelitian ini tidak
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pola makan dengan
status gizi pada balita dengan nilai p-value 0,181 > α 0,05. Sebanyak 68 balita
(85,0%) dengan status gizi baik memiliki pola makan kurang. Hal ini
dikarenakan kebanyakan saat balita makan terkadang ibu balita tidak
mendampingi atau tidak duduk disampingnya bahkan balita mengambil
makanannya sendiri sehingga ibu balita tidak mengetahui seberapa banyak
asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh anaknya. Pada penelitian Furqan
dkk (2019) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pola makan tidak memiliki
nilai signifikansi sehingga dinyatakan tidak berhubungan status gizi pada balita
(Furqan et al., 2019).
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara pengetahuan, riwayat penyakit infeksi, pola makan dan
status ekonomi dengan gizi balita di Puskesmas Boilan. Disarankan orang tua
dan pihak tenaga kesehatan untuk lebih meningkatkan penanganan kejadian
gizi kurang pada balita yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya dengan
sering memberikan penyuluhan status gizi balita.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Kabupaten Buol. 2018. Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Buol
Tahun 2018. Buol: Dinas Kesehatan Kabupaten Buol.
Fauziah L, Rahman N, Hermiyanti. 2017. Faktor Risiko Kejadian Gizi Kurang
pada Balita Usia 24-59 Bulan Di Kelurahan Taipa Kota Palu. Jurnal
Ilmiah Kedokteran. 4(3): 29–59.
Furqan M, Faridi A, Alibbirwin, Susanti EN. 2019. Hubungan Pola Pemberian
Makan Balita dan Anak (PMBA), Pengetahuan Gizi, Asupan Makan dan
Status Penyakit Infeksi dengan Status Gizi Balita di Desa Pagelaran Kab.
Pandeglang. Laporan Penelitian. Universitas Muhammadiyah Prof. DR.
Hamka. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Hasil Utama Riset Kesehata Dasar Riskesdas
2018. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Musaidah, Mangemba D, Rosdiana. 2020. Faktor yang Berhubungan dengan
Stunting pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Bontomatene
Kabupaten Selayar. PROMOTIF : Jurnal Kesehatan Masyarakat. 10: 28–32.
Sidoarjo KJ. 2015 Pola Makan Anak Usia 3-5 Tahun dengan Gizi Kurang di
Pondok Bersalin Tri Sakti Balong Tani Kecamatan Jabon – Sidoarjo.
Skripsi. Universitas Muhammadiyah. Sidoarjo.
Sudarsih S, Wijayanti PB. 2014. Hubungan antara Pendapatan Keluarga dengan
Status Gizi Balita Usia 36-60 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Gondang
kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto. Jurnal Medica Majapahit. 6(2):
5
Gorontalo Journal of Nutrition and Dietetic. Vol 1(1) Februari 2021
59–77.
Sundani IP. 2020. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu tentang Status Gizi Balita
dengan terjadinya Stunting di Puskesmas Babakan Kabupaten Cirebon.
Jurnal Akbid Graha Cirebon. 10(1): 1–8.
WHO. 2019. Laporan Tahunan WHO. Jakarta: WHO.