You are on page 1of 8

PERAN INFLAMASI DALAM PATOFISIOLOGI SEPSIS DAN SYOK

SEPTIK PADA ANAK

Yosef Oematan
Jeanette I. Ch. Manoppo
Ari L. Runtunuwu

Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: novy deh@telkom.net

Abstract: As one of the main causes of death in critically patients in intensive care unit,
sepsis remains a health problem in developing and industrialized countries. Sepsis spectrum
varies from invasion of microbes into the bloodstream associated with early signs of
circulatory disorders (tachycardia, tachypneu, peripheral vasodilatation, fever, hypothermia)
to circulatory collapse, multiple organ failures, and even death. Sepsis and septic shock occurs
due to uncontrolled inflammation and immune system failure. Activated CD4 T cells are
programmed to secrete mediators that have either one of two distinct and antagonistic profiles:
proinflammatory [type 1 helper T-cell (Th1)] or anti-inflammatory [type 2 helper T-cell
(Th2)]. There is a complex interaction between these proinflammatory and anti-inflammatory
mediators in sepsis and septic shock. The balance of these two kinds of mediators helps the
involved tissues in repairing and healing processes. High mortality rates of sepsis occur
when/if the levels of both kinds of mediators are high. Prognosis of patients is affected by the
severity of infections, previous health status, and host responses. Understanding the role of
inflammation in the pathophysiology of sepsis and septic shock may improve the ability of
health workers in diagnosis and handling of sepsis patients.
Keywords: sepsis, septic shock, inflammation, proinflammatory and antiinflammatory
mediators.

Abstrak: Sebagai salah satu penyebab utama kematian terutama pada penderita di unit
perawatan intensif, sepsis tetap merupakan masalah kesehatan baik di negara berkembang
maupun negara maju. Spektrum sepsis bervariasi dari invasi mikroba ke aliran darah dengan
tanda awal gangguan sirkulasi (takikardia, takipnu, vasodilatasi perifer, demam atau
hipotermi) hingga kolaps sirkulasi, kegagalan sistem multiorgan bahkan kematian. Sepsis dan
syok septik terjadi akibat tidak terkontrolnya inflamasi dan kegagalan system imun. Sel T
CD4 teraktivasi menyekresi mediator yang memiliki salah satu dari dua profil yang berbeda,
yakni: proinflamasi [sel T-helper tipe 1 (Th1)] atau anti-inflamasi [sel T-helper tipe 2 (Th2)].
Terdapat interaksi yang kompleks antara sejumlah mediator proinflamasi dan anti inflamasi
pada sepsis dan syok septik. Keseimbangan antara kedua jenis mediator dapat membantu
perbaikan dan pemulihan jaringan. Angka kematian akan tinggi bila kadar keduanya tinggi.
Prognosis penderita dipengaruhi oleh beratnya infeksi, status kesehatan sebelumnya dan
respon host. Dengan memahami kontribusi inflamasi dalam patofisiologi sepsis dan syok
septik dapat meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan dalam menegakkan diagnosis dan
menangani penderita sepsis.
Kata kunci: sepsis, syok septik, inflamasi, mediator proinflamasi dan anti-inflamasi

166
Oematan, Manoppo, Runtunuwu; Peran Inflamasi dalam Patofisiologi Sepsis… 167

Schottmueller (1914) menyatakan “septi- PATOFISIOLOGI TERJADINYA SEPSIS


kemia adalah keadaan invasi mikroba ke DAN SYOK SEPTIK
aliran darah dan menyebabkan tanda- Tidak terkontrolnya inflamasi
tanda penyakit.” Definisi ini terutama di-
tujukan pada kondisi klinis yang ada pada Teori yang dipopulerkan oleh Lewis
penderita bakteremia. Namun dalam prak- Thomas ini menyatakan bahwa sepsis terjadi
tek, kurang dari separuh penderita sepsis akibat respon inflamasi yang tidak terkontrol.
memiliki hasil kultur darah positif dan Sayangnya teori ini didasarkan atas penelitian
juga tidak semua penderita bakteremia pada binatang percobaan yang belum tentu
memiliki tanda sepsis, karena itu sepsis mencerminkan gambaran klinis pada manusia.
dan septikemia tidak sama.1 Secara umum Penelitian menggunakan endotoksin dosis
tinggi, konsekuensinya kadar sitokin dalam
sepsis merupakan respon inflamasi host
sirkulasi lebih tinggi dibandingkan yang ada
terhadap invasi mikroba (bakteri, virus,
pada penderita sepsis. Kegagalan anti-infla-
jamur, parasit atau produk toksik mikro-
masi seperti kortikosteroid, antibodi antiendo-
organisme). Respon inflamasi yang ditu- toksin, antagonis tumor necrosis factor (TNF)-
jukan untuk menghancurkan dan memba- α dan antagonis reseptor interleukin (IL)-1β
tasi penyebaran mikroba ini akan meng- menimbulkan pertanyaan apakah benar kema-
hasilkan perubahan kompleks pada status tian penderita sepsis akibat inflamasi yang
imun, koagulasi dan sirkulasi, yang dapat tidak terkontrol.8-11
berlanjut pada disfungsi dan kegagalan
organ (syok septik).2,3 Kegagalan sistem imun: Pergeseran ke
Sepsis tetap merupakan masalah ke- sitokin anti-inflamasi
sehatan baik di negara berkembang mau-
Penderita sepsis memiliki gambaran yang
pun negara maju. Sepsis merupakan salah
konsisten dengan penderita imunosupresi be-
satu penyebab utama kematian terutama
rupa hilangnya hipersensitivitas, ketidakmam-
pada penderita di unit perawatan intensif. puan mengatasi infeksi dan predisposisi men-
Insidennya sebesar tiga kasus per 1.000 derita infeksi nosokomial. Mula-mula terjadi
penduduk per tahun, dengan mortalitas peningkatan jumlah mediator inflamasi, na-
30-70%. Risiko sepsis semakin berkurang mun ketika sepsis terus berlanjut terjadi per-
dengan bertambahnya usia anak. Neona- geseran menuju keadaan anti-inflamasi imu-
tus memiliki risiko paling tinggi, dengan nosupresif.8-11
sepsis bakteri terjadi pada 1-10 per 1.000 Sel T CD4 teraktivasi mensekresi sitokin
kelahiran hidup.3-5 yang memiliki salah satu dari dua profil yang
Spektrum sepsis bervariasi dari in- berbeda, yakni: (1) sitokin proinflamasi (sel
vasi mikroba ke aliran darah dengan tanda T-helper tipe 1 [Th1]), meliputi TNF-α, inter-
awal gangguan sirkulasi (takikardia, taki- feron (IFN)-γ dan IL-2; dan (2) sitokin anti-
pnu, vasodilatasi perifer, demam atau hi- inflamasi (sel T-helper tipe 2 [Th2]), misalnya
potermi) hingga kolaps sirkulasi, kegagal- IL-4 dan IL-10. Faktor yang menentukan apa-
an sistem multiorgan bahkan kematian. kah sel T CD4 memiliki respon Th1 atau Th2
Prognosis penderita dipengaruhi oleh be- tidak jelas, kemungkinan dipengaruhi oleh je-
ratnya infeksi, status kesehatan sebelum- nis patogen, ukuran bakteri dan tempat in-
nya dan respon host. Pengenalan dan pe- feksi.8-13
nanganan dini memperbaiki dampak sep-
sis pada penderita. Dengan memahami Anergi
kontribusi inflamasi dalam patofisiologi Anergi adalah keadaan ketidaktanggapan
sepsis dan syok septik dapat meningkat- terhadap antigen. Sel T dikatakan anergik ke-
kan kemampuan tenaga kesehatan dalam tika ia gagal berproliferasi atau gagal mense-
menegakkan diagnosis dan menangani kresi sitokin sebagai respon terhadap antigen
penderita sepsis.1-7 spesifik. Kematian sel secara apoptosis memi-
168 Jurnal Biomedik, Volume 1, Nomor 3, November 2009, hlm. 166-173

cu terjadinya anergi. Sejumlah besar lim- tahui bahwa pelepasan berlebihan oksidan dan
fosit mati karena apoptosis selama sepsis, protease oleh neutrofil juga bertanggung ja-
kemungkinan akibat pelepasan glukokor- wab atas kerusakan organ.8-10
tikoid endogen yang diinduksi oleh stres.
Tipe kematian sel menentukan fungsi Hibernasi sel sebagai mekanisme disfungsi
imunologis dari sel-sel imun yang mampu organ
bertahan. Sel yang mengalami apoptosis Otopsi penderita sepsis yang meninggal
juga menginduksi anergi atau sitokin anti- juga menemukan ketidaksesuaian antara te-
inflamasi yang dapat mengganggu respon muan histologis dengan derajat disfungsi
terhadap patogen. Sebaliknya sel yang organ. Diduga sepsis mengaktifkan mekanis-
mengalami nekrosis juga menstimulasi me pertahanan tubuh yang menyebabkan pro-
sistem imun dan meningkatkan pertahan- ses sel berkurang sampai ke basal (hibernasi)
an melawan bakteri.8-10 dan mengakibatkan banyaknya disfungsi or-
gan. Hal ini sesuai dengan temuan Fink dkk.
Kematian sel imun yang memperlihatkan enterosit yang meng-
Otopsi pada penderita sepsis yang alami stimulasi imun mengurangi konsumsi
meninggal menemukan banyak sel imun oksigen sebagai akibat deplesi nicotinamide
yang hilang secara progresif karena adenine dinucleotide.8-10
apoptosis. Walaupun sel T CD8, sel na-
tural killer (NK) dan makrofag tidak hi- KONTRIBUSI INFLAMASI PADA PA-
lang, sepsis mengurangi level sel B, sel T TOFISIOLOGI SEPSIS DAN SYOK
dan sel dendritik secara bermakna. Besar- SEPTIK
nya kehilangan limfosit akibat apoptosis
yang terjadi selama sepsis terlihat pada Respon imun bawaan
pemeriksaan hitung limfosit penderita. Sistem imun bawaan pada manusia meru-
Suatu penelitian pada penderita sepsis pakan pertahanan garis pertama melawan in-
menemukan 15 dari 19 penderita memiliki vasi patogen. Respon imun bawaan dicetus-
jumlah limfosit kurang dari normal (rata- kan oleh aktivasi sel yang dipersiapkan untuk
rata 500±270 mm3).8-10 berespon terhadap patogen atau komponen-
nya, sel-sel tersebut antara lain makrofag,
Faktor genetik host monosit, sel NK, sel dendritik dan sel endotel.
Sel yang teraktivasi akan mensekresikan
Kajian kembar identik dan anak ang-
mediator proinflamasi seperti sitokin (TNF-α,
kat menunjukkan bahwa faktor genetik
IL-1, IL-6), kemokin (IL-8), prostaglandin
merupakan penentu kerentanan terhadap
dan histamin. Mediator-mediator ini bekerja
penyakit infeksi. Sebagian orang menga-
pada sel endotel pembuluh darah dan menye-
lami perubahan pada gen pengatur respon
babkan vasodilatasi, peningkatan permeabili-
host terhadap mikroba. Perubahan berupa
tas pembuluh darah dan perekrutan neutrofil
polimorfisme gen sitokin yang menentu-
ke jaringan. Kaskade koagulasi diaktifkan
kan konsentrasi produksi sitokin proinfla-
secara lokal melalui up-regulasi faktor jaring-
masi dan anti-inflamasi, serta menentukan
an endotel dan penurunan trombomodulin ser-
apakah seseorang memiliki respon hiper-
ta produk antitrombosisnya.2,11-13
inflamasi atau hipoinflamasi terhadap in-
Pada sepsis, respon lokal ini meluas. Va-
feksi.8-10
sodilatasi sistemik menyebabkan hipotensi,
shunting dan berkurangnya penghantaran ok-
Peran neutrofil
sigen jaringan. Aktivasi endotel dan apoptosis
Neutrofil dianggap sebagai pedang mengakibatkan hilangnya integritas pembuluh
bermata dua pada sepsis. Dahulu neutrofil darah, eksudat proteinasea dan edema. Dis-
dianggap penting untuk eradikasi patogen, seminated intravascular coagulation (DIC)
namun dari penelitian pada binatang dike- mengakibatkan mikrotrombosis pembuluh da-
Oematan, Manoppo, Runtunuwu; Peran Inflamasi dalam Patofisiologi Sepsis… 169

rah kecil, deplesi faktor pembekuan dan stimulating), peningkatan level sitokin selan-
koagulopati. Spesies oksigen reaktif diha- jutnya akibat pelepasan berbagai mediator
silkan oleh neutrofil teraktivasi, efek ni- inflamasi lainnya, misalnya IL-1, platelet
tric oxide pada jaringan dan perubahan activating factor (PAF) dan IFN-γ, yang akan
metabolisme sel akibat induksi sitokin. memicu kesinambungan aktivasi PMN, ma-
Efek kumulatif dari perubahan-perubahan krofag dan limfosit selanjutnya. Selain itu me-
ini meningkatkan keparahan sepsis, dis- diator proinflamasi juga merekrut lebih ba-
fungsi organ multipel bahkan kematian.14 nyak lagi PMN dan makrofag (proses para-
krin). Efeknya adalah pembersihan bakteri
Inflamasi normal dan debris yang diikuti oleh perbaikan jaring-
an.15,16
Inflamasi dimaksudkan sebagai res-
pons lokal terhadap infeksi. Pada tempat
yang terinfeksi, endotel melepaskan mole- Inflamasi pada sepsis
kul untuk menarik leukosit. Secara bersa- Inflamasi normal melibatkan regulasi
maan leukosit polimorfonuklear (PMN) perputaran PMN, perlekatan, diapedesis, ke-
teraktivasi serta melepaskan molekul yang motaksis, fagositosis dan penghancuran bak-
menyebabkan PMN berkumpul dan mem- teri penginvasi. Proses ini sangat terkontrol
batasi endotel pembuluh darah. Pelepasan dengan regulasi melalui mediator proinfla-
mediator oleh PMN pada tempat yang ter- masi dan anti-inflamasi (Tabel 1) yang dile-
infeksilah yang bertanggung jawab atas paskan oleh makrofag teraktivasi. Saat jaring-
tanda kardinal inflamasi lokal berupa an terinfeksi, terjadi pelepasan mediator pro-
vasodilatasi dan hiperemi setempat serta inflamasi dan anti-inflamasi secara bersa-
peningkatan permeabilitas mikrovaskuler maan.13,15,17,18
yang mengakibatkan edema.15,16 Keseimbangan kedua macam mediator
Proses inflamasi lokal yang primitif ini membantu perbaikan jaringan dan kesem-
namun efektif (perlekatan, kemotaksis, buhan. Namun perlukaan pada jaringan se-
fagositosis, penghancuran bakteri) sangat tempat dapat terjadi jika keseimbangan ini
teratur dalam berbagai level, terutama me- hilang dan mediator menggunakan efek sis-
lalui produksi sitokin oleh makrofag. temiknya. Konsekuensi reaksi proinflamasi
Sekali makrofag teraktivasi, makrofag sistemik meliputi kerusakan endotel, disfungsi
akan mensekresikan sitokin, misalnya mikrovaskuler, gangguan oksigenasi jaringan
TNF-α, dan mediator lain ke dalam dan trauma pada organ. Konsekuensi respon
lingkungan mikro sel. Pelepasan TNF-α anti-inflamasi yang berlebihan meliputi anergi
merupakan suatu proses autokrin (self- dan imunosupresi. Selain itu proses proinfla-

Tabel 1. Mediator proinflamasi dan anti-inflamasi


Proinflammatory Molecules Anti-inflamatory Molecules
TNF-α Thromboxane IL-1 ra
IL-1β Platelet activating factor IL-4
IL-2 Soluble adhesion molecules IL-10
IL-6 Vasoactive neuropeptides IL-13
IL-8 Phospholipase A2 Type II IL-1 receptor
IL-15 Tyrosine kinase Transforming growth factor-β
Neutrophil elastase Plasminogen activator Epinephrine
IFN-γ inhibitor-1 Soluble TNF-α receptors
Protein kinase Free radical generation Leukotriene β4-receptor
MCP-1* Neopterin antagonism
MCP-2 CD14 Soluble recombinant CD-14
Leukemia inhibitory factor Prostacyclin LPS binding protein*
(D-factor) Prostaglandins
*MCP= monocyte chemoattractant protein; LPS= lipopolysaccharide. Dikutip dari: Bone RC.17
170 Jurnal Biomedik, Volume 1, Nomor 3, November 2009, hlm. 166-173

masi dan anti-inflamasi juga saling mem- monosit oleh LPS terjadi secara bertahap.
pengaruhi satu sama lain, menimbulkan Mula-mula LPS terikat dengan protein plas-
perselisihan imunologis yang bersifat des- ma membentuk LPS-binding protein (LBP).
truktif. Mortalitas sepsis tinggi saat level Kompleks ini akan berikatan dengan resep-
mediator proinflamasi dan anti-inflamasi tor CD-14 pada monosit atau makrofag,
tinggi.13,15,17,18 CD-14 sendiri sebelumnya sudah berikatan
dengan toll-like receptor (TLR). Saat ini
Aktivasi jalur sitokin telah diketahui bahwa TLR-2 berperan da-
lam pengenalan bakteri gram positif sedang-
Respon sistemik terhadap infeksi di-
kan TLR-4 untuk bakteri gram negatif.
perantarai oleh sitokin yang memiliki target
pada reseptor end-organ dalam responnya TNF-α dan IL-1 memacu endotel atau mo-
terhadap trauma atau infeksi. Setelah disa- nosit untuk melepaskan tissue factor (TF)
dari perlunya suatu respon, tubuh akan dan memacu sistem koagulasi membentuk
menghasilkan molekul proinflamasi yang trombus.10,16,20,21
larut dalam protein dan lipid yang kemudian
akan mengaktifkan pertahanan sel, selanjut- Aktivasi jalur non-sitokin
nya dihasilkan molekul anti-inflamasi untuk LPS mengaktivasi kaskade koagulasi
melemahkan dan menghentikan respon dan komplemen. Pada kaskade koagulasi,
proinflamasi. Normalnya respon sitokin di- makrofag mengaktifkan bradikinin melalui
atur oleh mediator proinflamasi dan anti- faktor XII yang menyebabkan vasodilatasi
inflamasi. Respon inflamasi awal terus di- dan kebocoran plasma. Makrofag dapat ter-
cek oleh down-regulasi produksi dan per- aktivasi untuk melepaskan TF yang meng-
lawanan terhadap efek sitokin yang sudah akibatkan deposit fibrin pada sel endotel.
dihasilkan. Mediator-mediator ini memulai Sedangkan pada kaskade komplemen, anafi-
suatu proses yang saling tumpang tindih latoksin C5a memicu terjadinya vasodilatasi
yang secara langsung mempengaruhi endo- dan peningkatan permeabilitas pembuluh
tel, kardiovaskuler, hemodinamik dan me- darah. Sistem komplemen sendiri merupa-
kanisme koagulasi. Pelepasan berbagai kan suatu kaskade protein yang membantu
vasoregulator ini umumnya bersifat lokal.19 pembersihan organisme patogen. Penelitian
Efek langsung mikroorganisme pengin- pada binatang percobaan menemukan bah-
vasi atau produk toksiknya berkontribusi wa penghambatan kaskade komplemen me-
terhadap patogenesis sepsis. Faktor yang nurunkan inflamasi dan meningkatkan mor-
berpotensi menyerang adalah endotoksin, talitas binatang percobaan.10,15
komponen dinding sel bakteri (peptido- Mediator lipid juga berperan dalam pa-
glikan, muramyl dipeptide dan asam lipo- togenesis sepsis dan syok septik. Pelepasan
teikoat) serta produk bakteri (enterotoksin B asam arakidonat (eikosanoid) menyebabkan
stafilokokal, toksin-1 sindrom syok toksik, kerusakan pembuluh darah, agregasi PMN
eksotoksin A pseudomonas dan protein M dan oksigen radikal toksik. Tromboksan
streptokokus hemolitikus grup A). Endotok- menyebabkan vasokonstriksi dan agregasi
sin merupakan mediator eksogen yang pen- trombosit. Prostasiklin menyebabkan vaso-
ting dalam sepsis akibat infeksi bakteri dilatasi dan edema perivaskuler. Leukotrien
gram negatif. Endotoksin, yakni lipopoli- menyebabkan vasodilatasi dan kebocoran
sakarida (LPS) yang ditemukan pada din- pembuluh darah. Nitric oxide yang dilepas
ding sel bakteri gram negatif, cenderung oleh sel endotel, hepatosit dan makrofag
menghasilkan gambaran sepsis jika disun- menyebabkan hipotensi dan syok septik
tikkan pada manusia.15 karena vasoplegi.10
Pada sepsis gram negatif, monosit
mempunyai peran sentral sebagai mediator
Aktivasi sistem koagulasi
LPS. LPS memacu monosit untuk menge-
luarkan TNF-α, IL-1 dan IL-6. Aktivasi Aktivitas pembekuan darah intrinsik di-
Oematan, Manoppo, Runtunuwu; Peran Inflamasi dalam Patofisiologi Sepsis… 171

Gambar 1. Kaskade sitokin pada inflamasi dan sepsis.

Dikutip dari: Vincent J.7

aktivasi oleh interaksi antara endotoksin dan luh darah juga disebabkan oleh enzim elost-
faktor koagulasi XII (faktor Hageman). ase yang diproduksi neutrofil dan bahan
Ketika faktor XII teraktivasi, hal ini meru- toksik metabolisme oksigen.22
pakan awal terjadinya pembekuan akibat
konversi fibrinogen menjadi fibrin. Endo- Aktivasi sistem komplemen
toksin baik secara langsung maupun melalui
sitokin menginduksi pelepasan faktor ja- Sistem komplemen bersama dengan
ringan oleh monosit dan sel endotel, serta leukosit fagositosis dan antibodi merupakan
mengaktivasi faktor VII dan sistem pembe- bagian sistem imun seluler dan humoral
kuan darah intrinsik. Pembekuan darah juga yang melindungi host dari infeksi bakteri
terjadi akibat menurunnya kadar anti- dan jamur. Sistem komplemen penting da-
trombin III dan tissue plasminogen activa- lam mempertahankan homeostasis, aktivasi
tor serta meningkatnya kadar plasminogen berlebihan memprovokasi terjadinya infla-
activator inhibitor-1.22 masi dan kerusakan jaringan. Sistem kom-
Selain itu faktor Hageman juga me- plemen diaktivasi melalui dua jalur, jalur
rangsang perubahan prekalikrein menjadi klasik dan alternatif.22
kalikrein yang mempengaruhi perubahan ki- Aktivasi jalur klasik dimulai dengan
ninogen menjadi bradikinin. Bradikinin me- C1, sedangkan jalur alternatif dengan C3.
nyebabkan hipotensi melalui vasodilatasi, Jalur klasik membutuhkan pengenalan dan
peningkatan permeabilitas pembuluh darah pengikatan antigen bakteri oleh antibodi
dan penurunan tahanan vaskuler. Deposit spesifik, sedangkan jalur alternatif dapat
fibrin intravaskuler menimbulkan DIC, su- diaktivasi oleh berbagai substansi antara
atu gejala penting pada sepsis selain hipo- lain kompleks polisakarida, endotoksin dan
tensi dan syok. Kerusakan dinding pembu- beberapa kompleks imun. Jalur alternatif
172 Jurnal Biomedik, Volume 1, Nomor 3, November 2009, hlm. 166-173

dapat dipertimbangkan sebagai mekanisme eosinopenia dan limfopenia. Neutrofil seg-


pertahanan pertama melawan invasi mikro- men dilepas lebih dahulu dari pada sel ba-
organisme sebab hal ini berfungsi sebelum tang, tetapi bila pelepasan meningkat maka
adanya antibodi. Dua komponen dari kom- sel batang yang dilepas juga meningkat
plemen, yaitu C3a dan C5a, merupakan lebih dari normal diikuti sel-sel muda yang
peptida kation dengan aktifitas anafilatoksin lain seperti metamielosit, mielosit, promie-
yang mampu memprovokasi pelepasan his- losit dan mieloblast. Peningkatan jumlah sel
tamin dari sel mast dan sel basofil, menye- muda ini juga terjadi akibat penghentian
babkan kontraksi otot polos dan peningkat- sementara pematangan sel neutrofil oleh
an permiabilitas kapiler sehingga dapat me- mediator TNF-α sehingga sel muda neutro-
nyebabkan hipotensi.22 fil menjadi banyak bahkan dapat terjadi
peningkatan absolut sel muda neutrofil.22
Produksi beta endorfin
Beta endorfin merupakan opiat endo- Keseimbangan proinflamasi dan anti-
gen yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis inflamasi
pada keadaan stres. Sistem opiat endogen Interaksi antara mediator proinflamasi
merupakan faktor penyebab mendasar pada dan anti-inflamasi dapat dilihat sebagai su-
syok septik dan juga pada syok akibat per- atu perlawanan di antara pengaruh-pengaruh
darahan, luka bakar, anafilaktik dan kardio- yang saling berlawanan. Jika mediator seim-
genik. Injeksi endorfin pada binatang per- bang satu sama lain dan infeksi awal dapat
cobaan menyebabkan depresi sistem kardio- dikalahkan, keseimbangan akan terjaga. In-
vaskuler, vasodilatasi, kebocoran pembuluh feksi awal bisa sangat berat dan secara
darah dan hipotensi.23 langsung menyebabkan SIRS dan MOD.
Pada kebanyakan penderita yang dapat
Aktivasi leukosit PMN bertahan dari infeksi awal, keseimbangan
Leukosit PMN banyak ditemukan pada antara proses proinflamasi dan anti-inflama-
penderita sepsis bakterialis. Pelepasan leu- si tidak terjadi dan suatu respon inflamasi
kosit PMN dari sumsum tulang diinduksi sistemik masif atau reaksi anti-inflamasi
oleh endotoksin, sitokin, komplemen serta (imunodefisiensi) bisa mendominasi, atau
granulocyte colony stimulating factor. Pro- keduanya bisa didapatkan.15
duksi sitokin proinflamasi mengkibatkan
terjadinya perlekatan leukosit dengan sel KESIMPULAN
endotel. Selain itu terjadi stimulasi proses Pada sepsis terjadi interaksi kompleks
kemotaksis dan fagositosis oleh PMN. Da- antara sejumlah mediator proinflamasi dan
lam stimulasi leukosit PMN tersebut dilibat- anti-inflamasi. Mediator proinflamasi yang
kan pula TNF-α, IL-1, IL-8, PAF, endothe- penting pada sepsis meliputi: TNF-α, IL-1β,
lium derived releasing factor (EDRF), me- IL-6, IL-8, PAF, leukotrien, tromboksan
tabolit asam arakidonat (prostaglandin dan A2. Sedangkan mediator anti-inflamasi sep-
leukotrien) serta komplemen C5a. Akibat sis meliputi: antagonis reseptor IL-1, IL-4,
perlekatan leukosit pada endotel, leukosit IL-10. Keseimbangan kedua macam media-
PMN memulai proses fagositosis dan meng- tor ini membantu perbaikan jaringan dan ke-
hancurkan mikroorganisme patogen melalui sembuhan, namun jika keseimbangan hilang
degranulasi serta pelepasan beberapa enzim dapat terjadi perlukaan pada jaringan. Mor-
proteolitik dan radikal oksigen yang toksik, talitas sepsis tinggi saat level mediator pro-
proses ini dapat juga menyebabkan kerusa- inflamasi dan anti-inflamasi tinggi.
kan jaringan sekitar serta kebocoran kapi-
ler.22
Selama fase akut infeksi, IL-1 merang- DAFTAR PUSTAKA
sang pelepasan sitokin serta merangsang 1. Dellinger RP, Cinel I, Sharma S, Mink S.
sumsum tulang sehingga terjadi neutrofilia, Septic shock. [homepage on the
Oematan, Manoppo, Runtunuwu; Peran Inflamasi dalam Patofisiologi Sepsis…173

internet]. c2009 [updated 2009 Aug 12]. Kidney and Multiple Organ Dysfunction.
Diunduh dari: http://emedicine.meds- Basel: Karger. 2004;144:31-43.
cape.com/article/168402. 14. Reinhart K, Karzai W. Anti-tumor necro-
2. Baudouin SV. Sepsis. London: Springer, sis factor therapy in sepsis: update on
2008. clinical trials and lesson learned. Crit
3. Santhanam S, Tolan RW. Sepsis. Care Med. 2001; 29: S121-5.
[homepage on the internet]. c2009 15. Neviere R. Pathophysiology of sepsis.
[updated 2009 Nov 13]. Diunduh dari: [homepage on the internet]. c2008
http://emedicine.medscape.com/article/9 [updated 2008 May 27; cited 2008 May
72559. 27]. Diunduh dari: http://www.uptodate.
4. Dolan S. The sepsis syndrome. Dalam: ICR com/online/content/topic.do?topicKey=c
Annual Research Report. 2005: 54-7. c_medi/. Diperbaharui: May 27, 2008.
5. Wolfler A, Silvani P, Musicco M. Inciden- 16. Bochud P, Calandra T. Pathogenesis of
ce of and mortality due to sepsis, severe sepsis: new concepts and implications
sepsis and septic shock in Italian Pedi- for future treatment. BMJ. 2003;326:
atric Intensive Care Units: a prospective 262-6.
national survey. Intensive Care Med. 17. Bone RC, Grodzin CJ, Balk RA. Sepsis: a
2008;34:1690-7. new hypothesis for pathogenesis of the
6. Watson RS, Carcillo JA, Linde-Zwirble disease process. Chest. 1997;112:235-43.
WT. The epidemiology of severe sepsis 18. Kellum JA, Kong L, Fink MP. Understan-
in newborns, infants, and children in the ding the inflammatory cytokine response
U.S. AJRCCM Articles in Press. Dipu- in pneumonia and sepsis. Arch Intern
blikasikan: Nov 14, 2002. Med. 2007;167(15):1655-63.
7. Vincent J, Carlet J, Opal SM, eds. The 19. Hermawan GA. Imunopatobiologik sepsis
Sepsis Text. New York: Kluwer Aca- dan penatalaksanaannya. Dalam: Pro-
demic Publishers, 2002. ceeding Book Perhimpunan Peneliti Pe-
8. Hotchkiss RS, Karl IE. The pathophysio- nyakit Tropik dan Infeksi (PETRI). Sura-
logy and treatment of sepsis. NEJM. karta: PETRI, 2007; p.31-43.
2003;348(2):138-50. 20. Aird WC. Endothelium as a therapeutic tar-
9. Darmawan I. Update On Sepsis. Edisi per- get in sepsis. Current Drug Targets
tama. Jakarta: Farmedia, 2008. 2007;8(4):501-7.
10. Setiati TE, Soemantri A. Sepsis Dan Dis- 21. Amersfoort ES, Berkel TJ, Kuiper J.
fungsi Organ Multipel Pada Anak. Sema- Receptors, mediators, and mechanisms
rang: Pelita Insani, 2009. involved in bacterial sepsis and septic
11. Remick DG. Pathophysiology of sepsis. shock. Clin Microbiol Rev 2003;16(3):
Am J Pathol. 2007;170(5):1435-44. 379-414.
12. Dinarello CA. Proinflammatory and anti- 22. Guntur AH. SIRS dan Sepsis: imunologi,
inflammatory cytokines as mediators in diagnosis dan penatalaksanaannya. Sura-
the pathogenesis of septic shock. Chest. karta: Sebelas Maret University Press,
1997;112:321S-9S. 2006; p.1-16.
13. Pinsky MR. Pathophysiology of sepsis and 23. Kumar S, Rizvi M. Prognostic serum
multiple organ failure: pro-versus anti- tumor necrosis factor-α in paediatric pa-
inflammatory aspects. Dalam: Ronco C, tients with sepsis. J Infect Dev Ctries.
Bellomo R, Brendolan A (eds): Sepsis, 2009;3(6):437-41.

You might also like