Professional Documents
Culture Documents
Konsep Diri, Adversity Quotient Dan Penyesuaian Diri Pada Remaja
Konsep Diri, Adversity Quotient Dan Penyesuaian Diri Pada Remaja
uk
Provided by Jurnal Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Persona, Jurnal Psikologi Indonesia
Mei 2016, Vol. 5, No. 02, hal 137 - 144
Abstract. The Orphanage youths usually has the ability of lower self adoption compared than the most
of youths. This research done to know how the self concept interaction and adversity quotient with the
self adoption of the orphanage youths are. The research subjects are 50 Muhammadiyah orphanage
youths of Probolinggo. They consist of male and female are about 15-16 years old. Data of self
concept, adversity quotient and the self adoption of the orphanage youths are acquired by using scale.
The analyses test result between the variable of self concept , adversity quotient and the self adoption
with The regretful analyses result acquired from F=96,076 with p/sig =0,000 (p<0,01) that means
there’s a significant correlation in a such collective way between the self concept and adversity
quotient with the self adoption. Acquired r2=0,803 that means the self concept and adversity quotient
with the self adoption give a contribution 80,30% to te self adoption of youths. Then, it’s Acquired
t=13,097 and r partial 0,886 with p/sig =0,000 (p<0,01) that means there’s a significant positive
correlation between the self concept with the self adoption of youths. It’s acquired t=0,041 and r
partial =0,006 with p/sig=0,968 (p>0,05) so there isn’t any correlation between adversity quotient and
th self adoption of youths.
Intisari. Remaja Panti Asuhan biasanya memiliki kemampuan penyesuaian diri lebih Rendah
dibandingkan Remaja pada umumnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan konsep diri
dan adversity quotient dengan penyesuaian diri pada remaja panti asuhan. Subyek penelitian adalah 50
remaja Panti Asuhan Muhammadiyah Probolinggo, terdiri dari laki-laki dan perempuan yang berusia
antara 15-16 tahun. Data tentang konsep diri, adversity quotientdan penyesuaian diri pada remaja panti
asuhan diperoleh dengan menggunakan skala. Hasil uji analisis antara variabel konsep diri dan
adversity quotient dengan penyesuaian diri dengan analisis regresi diperoleh F = 96,076 dengan p/sig =
0,000 (p<0,01) berarti ada korelasi sangat signifikan secara bersama-sama antara konsep diri dan
adversity quotient dengan penyesuaian diri. Diperoleh r2=0,803 yang berarti konsep diri dan adversity
quotien memberikan sumbangan sebesar 80,30 % terhadap penyesuaian diri remaja. Selanjutnya
diperoleh t = 13,097 dan r parsial =0,886 dengan p/sig = 0,000 (p<0,01) berarti ada korelasi positif
sangat signifikan antara konsep diri dengan penyesuaian diri remaja. Diperoleh t = 0,041 danr parsial =
0,006 dengan p/sig = 0,968 (p>0,05) berarti tidak ada korelasi antara adversity quotientdengan
penyesuaian diri remaja..
Kata kunci : konsep diri, adversity quotient, penyesuaian diri pada remaja
137
Konsep Diri, Adversity Quotient dan Penyesuaian Diri pada Remaja
Khoirul Bariyyah Hidayati dan M Farid
138
Konsep Diri, Adversity Quotient dan Penyesuaian Diri pada Remaja
Khoirul Bariyyah Hidayati dan M Farid
139
Konsep Diri, Adversity Quotient dan Penyesuaian Diri pada Remaja
Khoirul Bariyyah Hidayati dan M Farid
140
Konsep Diri, Adversity Quotient dan Penyesuaian Diri pada Remaja
Khoirul Bariyyah Hidayati dan M Farid
yang memiliki index corekted item total terdiri dari 29 aitem favorable dan 26 aitem
correlation kurang dari 0,250 berjumlah 10 unfavorable. Selanjutnya 54 aitem skala
aitem sedangkan aitem yang valid berjumlah adversity quotient diujicobakan kepada 50
43 aitem index corekted item total correlation responden yang memiliki karakteristik yang
bergerak dari 0,252 sampai dengan 1,000 sama dengan sampel sehingga diperoleh hasil
dengan koefisien alpha croanbach,s sebesar bahwa aitem yang memiliki index corekted
0,729. item total correlation kurang dari 0,250
Skala adversity quotient disusun oleh berjumlah 18 aitem sedangkan aitem yang
peneliti berdasarkan konsep dari Stoltz (2000) valid berjumlah 36 aitem index corekted item
yang meliputi aspek: kendali, daya tahan, total correlation bergerak dari 0,271 sampai
jangkauan dan kepemilikan jumlah aitem skala dengan 0,669 dengan koefisien alpha
adversity quotient ini sebanyak 54 aitem yang croanbach,s sebesar 0,915.
Variabel konsep diri memberi
HASIL sumbangan efektif terhadap variabel
Hasil analisa statistik dengan analisa penyesuaian diri sebesar 79,988% sehingga
regresi diperoleh harga koefisien f sebesar semakin baik konsep diri maka akan semakin
96,076 pada p/sig = 0,000 dengan taraf tinggi kemampuan yang ditunjukkan oleh
signifikasi (p < 0,01) sehingga dengan remaja untuk menyesuaikan diri sedangkan
demikian hasil tersebut dapat disimpulkan sumbangan efektif variabel adversity quotient
bahwa secara bersama-sama variabel konsep terhadap penyesuaian diri sebesar 0,312%.
diri dan adversity quotient berkorelasi positif Hasil tesebut menunjukkan bahwa sumbangan
secara sangat signifikan dengan variabel efektif variabel konsep diri terhadap variabel
penyesuaian diri pada remaja sedangkan secara penyesuaian diri lebih besar dibandingkan
parsial hasil perhitungan statistik menunjukkan dengan variabel adversity quotient terhadap
bahwa korelasi antara variabel konsep diri penyesuaian diri pada remaja.
dengan variabel penyesuaian diri memiliki
korelasi positif yang sangat signifikan hal ini PEMBAHASAN
terbukti dengan hasil yang diperoleh pada Berdasarkan hasil analisis data
harga t = 13,097 dan r parsial 0,886 dengan menunjukkan bahwa hipotesis pertama yang
p/sig = 0,000 (p < 0,01) berarti hipotesis menyatakan ada hubungan positif antara
diterima. Dan hubungan adversity quotient konsep diri dan adversity quotient terhadap
dengan penyesuaian diri setelah mengendalikan penyesuaian diri pada remaja “diterima”.
konsep diri diperoleh t = 0,041 dan r parsial = Korelasi positif antara kedua variabel bebas
0,006 dengan p/sig = 0,968 (p > 0,05) berarti terhadap variabel terikat adalah searah. Hasil
tidak ada korelasi antara adversity quotient penelitian yang telah dilakukan peneliti ini
dengan penyesuaian diri setelah mengendalikan menunjukkan semakin tinggi konsep diri dan
konsep diri. Hipotesis penelitian yang adversity quotient maka penyesuaian diri pada
menyatakan ada korelasi antara adversity remaja semakin tinggi, sebaliknya, semakin
quotient dengan penyesuaian diri ditolak. rendah konsep diri dan adversity quotient
Berdasarkan hasil analisis regresi tabel tmaka penyesuaian diri pada remaja semakin
R (rsquar) diperoleh harga R2 sebesar 0,803
2
rendah pula. Diterimanya hipotesis pertama
yang memberikan informasi bahwa variabel penelitian menunjukkan bahwa secara tidak
konsep diri dan variabel adversity quotient langsung faktor konsep diri dan adversity
secara bersama-sama memberikan pengaruh quotient mempengaruhi penyesuaian diri pada
sebesar 80,30% terhadap penyesuaian diri pada remaja. Hasil penelitan ini mendukung
remaja sedangkan dari hasil perhitungan pendapat Ruyon dan Haber (1984) yang
manual statistik diperoleh hasil: bahwa terdapat menyatakan bahwa penyesuaian diri adalah
sumbangan efektif pada masing-masing proses yang terus berlangsung dalam
variabel bebas terhadap variabel tergantung. kehidupan individu. Berdasarkan konsep
penyesuaian diri sebagai proses, penyesuaian
141
Konsep Diri, Adversity Quotient dan Penyesuaian Diri pada Remaja
Khoirul Bariyyah Hidayati dan M Farid
diri yang efektif dapat diukur dengan positif bagi penyesuaian diri mereka. Stoltz
mengetahui bagaimana kemampuan individu (2005) mendefinisikan Adversity quotient
menghadapi lingkungan yang senantiasa dalam tiga bentuk, yaitu: (1) Adversiti quotient
berubah. adalah kerangka kerja konseptual baru untuk
Hasil analisis data menunjukkan bahwa memahami dan meningkatkan semua bagian
hipotesis kedua yang menyatakan ada dari kesuksesan dimana Adversity quotient
hubungan positif antar Kosep diri dengan berlandaskan pada sebuah penelitian yang
penyesuaian diri pada remaja adalah searah. bernilai penting, dengan mengkombinasikan
Artinya, semakin tinggi konsep diri maka pengetahuan yang praktis dan baru sehingga
semakin tinggi pula penyesuaian diri pada merumuskan sesuatu yang diperlukan untuk
remaja. Sebaliknya, semakin rendah konsep mencapai kesuksesan. (2) Adversity Quotient
diri maka penyesuaian diri pada remaja juga adalah suatu ukuran untuk mengetahui respon
semakin rendah. Dalam hal ini Kaplan dan individu terhadap kesulitan. (3) Adversity
Pokarny (Horton dan Hont, 1987) berpendapat Quotien adalah serangkai peralatan yang
bahwa salah satu factor kesadaran atau pikiran memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki
manusia yang mempengaruhi penyesuaian diri respon individu terhadap kesulitan. Dengan
adalah konsep diri. Sokhrahmad (Adi, 1988) kata lain Adversity Quotient adalah suatu
menyatakan bahwa konsep diri itu membawa ukuran untuk mengetahui daya juang individu
pengaruh pada tingkahlaku manusia berfungsi dalam menghadapi kesulitan, kepercayaan diri
sebagai guiding principles paling sedikit dalam menguasai hidup dan kemampuan untuk
sebagai sebab timbulnya bentuk mekanisme mengatasi tantangan dan hambatan yang
penyesuaian tertentu. Yang artinya individu dihadapi dalam memperoleh kesuksesan.
yang memiliki konsep diri yang positif diduga Pendapat Calhoun (1990) dan Hurlock
lebih mampu melakukan penyesuaian diri (1999) di atas menunjukkan bahwa konsep diri
dibandigkan dengan individu yang memiliki merupakan salah satu faktor yang mampu
konsep diri yang negatif. memberikan pengaruh terhadap penyesuaian
Berkaitan dengan konsep diri yang diri individu. Hal ini menjelaskan bahwa
positif, Konsep diri mempunyai pengaruh yang penelitian ini didukung oleh teori bahwa
cukup besar terhadap perilaku individu, yaitu konsep diri berhubungan dengan penyesuaian
individu akan bertingkah laku sesuai dengan diri. Yang artinya bahwa di dalam penyesuaian
konsep diri yang dimiliki (Rahmat,2000). diri individu terdapat faktor konsep diri yang
Pernyataan tersebut didukung oleh Burns akan mengarahkan pola penyesuaian diri yang
(1993) yang menyatakan bahwa konsep diri akan dilakukan oleh individu. Dengan kata
akan mempengaruhi cara individu dalam lain, untuk melakukan penyesuaian diri yang
bertingkah laku ditengah masyarakat. Hasil baik dibutuhkan faktor konsep diri yang baik
analisis data dalam penelitian ini menunjukkan pula. Dari situlah dapat diketahui bahwa
bahwa hipotesis ketiga yang menyatakan ada konsep diri dan penyesuaian diri memiliki
hubungan positif antara adversity quotient hubungan yang erat, dimana individu selama
dengan penyesuaian diri pada remaja “ditolak”. masa remaja akan mengalami masa mencari
Ini menunjukkan bahwa adversity quotient identitas, dan identitas mereka inilah yang
yang tinggi belum tentu menjadikan kelak akan menentukan tingkah laku dan
penyesuaian diri menjadi tinggi, sebaliknya penyesuaian diri mereka dikehidupan sehari-
apabila adversity quotient yang rendah juga hari. Berbeda dengan Adversity Quotient yang
tidak mempengaruhi penyesuaian diri menjadi di ukur dan ditafsirkan untuk memahami
rendah. Temuan ini menunjukkan bahwa mean keadaan dan pola dari individu yang
hitung pada variabel konsep diri lebih tinggi bersangkutan dalam menghadapi kehidupan
dari pada mean teori. Ini menunjukkan bahwa dan mengembangkan dirinya menuju ke arah
tingkat adversity quotient pada diri remaja di pencapaian tingkatan kehidupan .Adversity
Panti Asuhan Muhammadiyah Probolinggo Quotient yang ada pada diri individu turut
masih kurang dalam memberikan dampak yang
142
Konsep Diri, Adversity Quotient dan Penyesuaian Diri pada Remaja
Khoirul Bariyyah Hidayati dan M Farid
menentukan tindakan atau respon yang dilakukan dan dipelihara dalam kondisi fisik
dilakukan seseorang (Ahmad dan As’ad,2007). yang sehat dari pada tidak sehat. Kondisi fisik
Oleh karena itu sumbangan yang yang sehat dapat menimbulkan penerimaan
diberikan lebih sedikit daripada konsep diri. diri, Percaya diri, harga diri dan sejenisnya
Disamping konsep diri dan adversity quotient yang akan menjadi kondisi sangat
terdapat faktor lain yang mempengaruhi menguntungkan bagi proses penyesuaian diri,
ataupun memberikan kontribusi terhadap begitu juga sebaliknya.
penyesuaaian diri pada remaja. Adapun
kontribusi faktor lain yang berpengaruh pada KESIMPULAN
variabel penyesuaian diri pada remaja sebasar Berdasarkan hubungan konsep diri dan
19,70%. Menurut Scheneiders (dalam Ali & adversity quotient dengan penyesuaian diri
Asrori, 2012), faktor lain yang dapat pada remaja di Panti Asuhan Muhammadiyah
memberikan kontribusi terhadap penyesuaian Probolinggo, menunjukkan bahwa semakin
pada remaja selain konsep diri dan adversity tinggi konsep diri dan adversity quotient maka
quotient, antara lain: Kondisi-Kondisi fisik penyesuaian diri pada remaja semakin tinggi,
yang didalamnya terdapat kemauan dan sebaliknya, semakin rendah konsep diri dan
kemampuan untuk dapat berubah, pengaturan adversity quotient maka penyesuaian diri pada
diri, dan realisasi diri, Proses belajar yang remaja semakin rendah pula.
didalamnya terdapat belajar, pengalaman, Secara parsial, individu yang memiliki
latihan, dan determinasi diri; lingkungan konsep diri yang positif lebih mampu
didalamnya terdapat lingkungan keluaraga dan melakukan penyesuaian diri dibandigkan
masyarakat; dan agama serta budaya. Lebih dengan individu yang memiliki konsep diri
lanjut Schneiders (dalam Ali & Asrori, 2012), yang negatif. Sedangkan tingkat adversity
menjelaskan sistem utama tubuh yang memiliki quotient pada diri remaja di Panti Asuhan
pengaruh terhadap penyesuaian diri adalah Muhammadiyah Probolinggo masih kurang
sistem syaraf, kelenjar, dan otot. Sistem syaraf dalam memberikan dampak yang positif bagi
yang berkembang dengan normal dan sehat penyesuaian diri mereka
merupakan syarat mutlak bagi fungsi Sumbangan faktor lain yang dapat
psikologis agar dapat berfungsi secara memberikan kontribusi terhadap penyesuaian
maksimal yang akhirnya berpengaruh secara pada remaja selain konsep diri dan adversity
baik pula pada penyesuaian diri individu. quotient, antara lain: Kondisi-Kondisi fisik
Namun, jika terjadi penyimpangan dalam yang didalamnya terdapat kemauan dan
sistem syaraf akan berpengaruh pada kondisi kemampuan untuk dapat berubah, pengaturan
mental yang penyesuaian dirinya kurang baik. diri, dan realisasi diri, Proses belajar yang
Gejala psikosomatis merupakan salah satu didalamnya terdapat belajar, pengalaman,
contoh nyata dari berfungsinya sistem syaraf latihan, dan determinasi diri; lingkungan
yang kurang baik sehingga mempengaruhi didalamnya terdapat lingkungan keluaraga dan
penyesuaian diri yang kurang baik pula. Selain masyarakat; dan agama serta budaya.
itu penyesuaian diri seseorang lebih mudah
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. dan Asrori, M. (2012). Psikologi Relationship edisi tiga. New York:
Remaja; Perkembangan Peserta Didik. Mac Graw-Hill, inc
Jakarta: Bumi Aksara Desmita. (2011).Psikologi Perkembangan
Burns. R.B. (1993). Konsep diri ;teori Peserta Didik; Panduan Bagi Orang
pengukuran, perkembangan dan Tua Dan Guru Dalam Memahami
perilaku, Jakarta : Arcan. Psikologi Anak Usia SD, SMP,dan
Calhoun, J.F. dan Acocella, J.R. (1990). SMA. Bandung:Rosda Karya.
Psychology of Adjustment and Human
143
Ari Wibowo
Gunarsa, S.G. dan Gunarsa. (2003). Psikologi Hartini, N. (2000). Deskripsi Kebutuhan
Perkembangan Anak dan Remaja. Psikologi Pada Anak PantiAsuhan.
Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia. Jurnal Dinamika Sosial. Volume 1.
Haber, A., dan Runyon, R.P. (1984). Nomor 1. Halaman 109-118.
Psychology of Adjustment, Illinois: The Sarwono W. S. (2011). Psikologi Remaja Edisi
Dorsey Press. Revisi. Jakarta: PT.Grafindo Persada.
Hurlock, B.E. (1990). Psikologi Per- Sundari, Siti. (2005). Kesehatan Mental Dalam
kembangan Suatu Pendekatan Kehidupan. Jakarta. Rineka Cipta.
Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta Stoltz. P. G. (2000). Faktor paling penting
: Erlangga. dalam sukse; Adversity Quotient;
(1999). Psikologi Perkembangan: Suatu mengubah hambatan menjadi peluang.
Pendekatan Sepanjang Rentang Jakarta :Gramedia Widiasarana
Kehidupan. Edisi 5. Jakarta : Erlangga. Indonesia.
144