You are on page 1of 8

CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk
Provided by Jurnal Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Persona, Jurnal Psikologi Indonesia
Mei 2016, Vol. 5, No. 02, hal 137 - 144

Konsep Diri, Adversity Quotient dan Penyesuaian Diri pada Remaja

Khoirul Bariyyah Hidayati M Farid


Fakultas Psikologi abidinbasuni@yahoo.co.id
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Fakultas Psikologi
Universitas Darul Ulum Jombang

Abstract. The Orphanage youths usually has the ability of lower self adoption compared than the most
of youths. This research done to know how the self concept interaction and adversity quotient with the
self adoption of the orphanage youths are. The research subjects are 50 Muhammadiyah orphanage
youths of Probolinggo. They consist of male and female are about 15-16 years old. Data of self
concept, adversity quotient and the self adoption of the orphanage youths are acquired by using scale.
The analyses test result between the variable of self concept , adversity quotient and the self adoption
with The regretful analyses result acquired from F=96,076 with p/sig =0,000 (p<0,01) that means
there’s a significant correlation in a such collective way between the self concept and adversity
quotient with the self adoption. Acquired r2=0,803 that means the self concept and adversity quotient
with the self adoption give a contribution 80,30% to te self adoption of youths. Then, it’s Acquired
t=13,097 and r partial 0,886 with p/sig =0,000 (p<0,01) that means there’s a significant positive
correlation between the self concept with the self adoption of youths. It’s acquired t=0,041 and r
partial =0,006 with p/sig=0,968 (p>0,05) so there isn’t any correlation between adversity quotient and
th self adoption of youths.

Keywords : self concept, adversity quotient, self adoption of the youths

Intisari. Remaja Panti Asuhan biasanya memiliki kemampuan penyesuaian diri lebih Rendah
dibandingkan Remaja pada umumnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan konsep diri
dan adversity quotient dengan penyesuaian diri pada remaja panti asuhan. Subyek penelitian adalah 50
remaja Panti Asuhan Muhammadiyah Probolinggo, terdiri dari laki-laki dan perempuan yang berusia
antara 15-16 tahun. Data tentang konsep diri, adversity quotientdan penyesuaian diri pada remaja panti
asuhan diperoleh dengan menggunakan skala. Hasil uji analisis antara variabel konsep diri dan
adversity quotient dengan penyesuaian diri dengan analisis regresi diperoleh F = 96,076 dengan p/sig =
0,000 (p<0,01) berarti ada korelasi sangat signifikan secara bersama-sama antara konsep diri dan
adversity quotient dengan penyesuaian diri. Diperoleh r2=0,803 yang berarti konsep diri dan adversity
quotien memberikan sumbangan sebesar 80,30 % terhadap penyesuaian diri remaja. Selanjutnya
diperoleh t = 13,097 dan r parsial =0,886 dengan p/sig = 0,000 (p<0,01) berarti ada korelasi positif
sangat signifikan antara konsep diri dengan penyesuaian diri remaja. Diperoleh t = 0,041 danr parsial =
0,006 dengan p/sig = 0,968 (p>0,05) berarti tidak ada korelasi antara adversity quotientdengan
penyesuaian diri remaja..

Kata kunci : konsep diri, adversity quotient, penyesuaian diri pada remaja

PENDAHULUAN Hurlock (1990) membagi fase remaja menjadi


Masa remaja merupakan masa peralihan masa remaja awal dengan usia antara 13-17
antara masa kehidupan anak-anak dan masa tahun dan masa remaja akhir usia antara 17-18
kehidupan orang dewasa yang ditandai dengan tahun. Masa remaja awal dan akhir menurut
pertumbuhan dan perkembangan biologis dan Hurlock memiliki karakteristik yang berbeda
psikologis. Secara biologis ditandai dengan dikarenakan pada masa remaja akhir individu
tumbuh dan berkembangnya seks primer dan telah mencapai transisi perkembangan yang
seks sekunder sedangkan secara psikologis lebih mendekati dewasa.
ditandai dengan sikap dan perasaan, keinginan Menurut Desmita (2011) masa remaja
dan emosi yang labil atau tidak menentu. ditandai dengan sejumlah karakteristik penting

137
Konsep Diri, Adversity Quotient dan Penyesuaian Diri pada Remaja
Khoirul Bariyyah Hidayati dan M Farid

yang meliputi pencapaian hubungan yang dapat menyesuaikan diri dengan


matang dengan teman sebaya, dapat menerima lingkungannya, maka remaja akan memiliki
dan belajar peran sosial sebagai pria atau sikap negative dan tidak bahagia.
wanita dewasa yang dijunjung tinggi oleh Penelitian Hartini (2000) yang hasil
masyarakat, menerima keadaan fisik dan penelitiannya menunjukkan gambaran ke-
mampu menggunakanya secara efektif, butuhan psikologis anak Panti Asuhan Putra
mencapai kemandirian emosional dari orang Immanuel Surabaya memiliki kepribadian yang
tua dan orang dewasa lainnya, memilih dan inferior, pasif, apatis, menarik diri, mudahputus
mempersiapkan karier dimasa depan sesuai asa, penuh dengan ketakutan dan kecemasan.
dengan minat dan kemampuannya, Sehingga anak panti asuhan akan sulit menjalin
mengembangkan sikap positif terhadap hubungan sosial dengan orang lain. Disamping
pernikahan hidup berkeluarga dan memiliki itu, mereka menunjukkan perilaku yang
anak, mengembangkan keterampilan negativis, takut melakukan kontak dengan
intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan orang lain, lebih suka sendirian, menunjukkan
sebagai warga negara, mencapai tingkah laku rasa bermusuhan dan lebih egosentrisme.
yang bertanggung jawab secara sosial dan Masa peralihan perkembangan dan
memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika pertumbuhan yang dihadapi oleh remaja akibat
sebagai pedoman dalam bertingkah laku. berbagai perubahan fisik, sosial, emosional
Menurut Blos (dalam Sarwono, 2011) yang semuanya itu akan menimbulkan rasa
perkembangan pada hakikatnya adalah usaha cemas dan ketidaknyamanan. Akibatnya masa
penyesuaian diri (coping), yaitu untuk secara ini disebut juga sebagai masa yang penuh
aktif mengatasi stress dan mencari jalan keluar dengan badai dan tekanan, karena remaja harus
baru dari berbagai masalah yang dihadapi. belajar beradaptasi dan menerima semua
Sehingga dalam tataran perkembangan remaja, perubahan yang sering kali menyebabkan per-
penyesuaian diri menjadi sangat penting. golakan emosi didalamnya. Menurut Ginanjar
Kemampuan penyesuaian diri yang sehat (2005) apabila aktivitas yang dijalani remaja
terhadap lingkungan merupakan salah satu bersama-sama teman sebayanya tidak memadai
prasyarat yang penting bagi terciptanya untuk memenuhi tuntutan gejolak energinya,
kesehatan jiwa atau mental individu. Banyak maka remaja sering kali meluapkan kelebihan
individu terutama remaja yang menderita dan energinya kearah yang negatif. Hal ini dapat
tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam terjadi karena lingkungan seringkali tidak
hidupnya karena ketidakmampuaanya dalam sesuai dengan keinginan atau harapan batin,
menyesuaikan diri baik dengan kehidupan sehingga seseorang akan merasa kecewa akibat
keluarga, sekolah, pekerjaan maupun ketidakseimbangan antara harapan dan
masyarakat pada umumnya. Tidak sedikit kenyataan. Oleh sebab itu maka penulis
remaja yang mengalami stres atau depresi berasumsi bahwa individu yang berada dalam
akibat kegagalan mereka untuk melakukan masa remaja khususnya remaja awal diperlukan
penyesuaian diri dengan kondisi lingkungan penyesuaian terhadap perubahan tugas dan
yang ada dan kompleks. peran tersebut sehingga remaja merasa dirinya
Begitu juga pada remajayang tinggaldi diterima oleh lingkungan dan bisa
panti asuhan, lingkungan pantiasuhan menjadi menyesuaikan diri dengan situasi, ekspektasi
lingkungan sosial yang utama dalam lingkungan dengan baik.
mengadakan penyesuaian diri. Keberadaannya Menurut Gunarsa (2003) proses
dipanti asuhan membuat mereka mampu belajar penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses
mendapatkan pengalaman bersosialisasi sepanjang hayat (life long process) dan
pertama kalinya baik dengan teman-teman manusia terus-menerus berupaya menemukan
panti atau pengasuh. Remaja dituntut dapat dan mengatasi tekanan dan tantangan hidup
berkembang dan menyesuaikan diri agar guna mencapai pribadi yang sehat. Respon
menjadi modal utama mereka ketika berada penyesuaian baik atau buruk, secara sederhana
dalam masyarakat luas. Apabila remaja tidak dapat dipandang sebagai suatu upaya individu

138
Konsep Diri, Adversity Quotient dan Penyesuaian Diri pada Remaja
Khoirul Bariyyah Hidayati dan M Farid

untuk mereduksi atau menjauhi ketegangan dan menunjukkan ketidakmampuannya tersebut.


untuk memelihara kondisi-kondisi ke- Menurut Felker (dalam Desmita, 2011)
seimbangan yang lebih wajar. Penyesuaian diri terdapat tiga peranan penting konsep diri dalam
merupakan suatu proses dinamis yang menentukan perilaku seseorang, yaitu Pertama,
bertujuan untuk mengubah perilaku individu konsep diri memainkan peranan dalam mem-
agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara pertahankan keselarasan batin individu.
diri individu dengan lingkungannya. Atas dasar Seseorang cenderung berusaha untuk
pengertian tersebut dapat diberikan batasan mempertahankan keselarasan batinnya. Apabila
bahwa kemampuan manusia sanggup untuk individu memiliki ide, perasaan, persepsi atau
membuat hubungan-hubungan yang me- pikiran yang tidak seimbang atau saling
nyenangkan antara manusia dengan bertentangan, maka akan terjadi situasi
lingkungannya. psikologis yang tidak menyenangkan. Kedua,
Menurut Sundari (2005) Penyesuaian konsep diri sebagai penentu bagi individu
diri pada remaja merupakan kemampuan untuk dalam memberikan penafsiran atas pe-
membuat rencana dan mengorganisasi respons- ngalamannya. Seluruh sikap dan pandangan
respons sedemikian rupa, sehingga bisa individu terhadap dirinya sangat memengaruhi
bertahan dan mengatasi segala bentuk konflik, individu tersebut dalam menafsirkan
kesulitan, dan frustasi-frustasi secara efisien pengalamannya. Ketiga, konsep diri juga
serta memiliki penguasaan dan kematangan berperan sebagai penentu pengharapan
emosional. Dengan penyesuaian diri tersebut, individu. Menurut McCandless yang dikutip
diharapkan remaja mampu menjalani ke- oleh Felker (1974) menyebutkan bahwa konsep
hidupan yang lebih baik, terhindar dari diri merupakan seperangkat harapan dan
permasalahan dan lebih siap menghadapi evaluasi terhadap perilaku yang merujuk pada
perubahan.Upaya yang dilakukan remaja dalam harapan-harapan tersebut.
menemukan jati dirinya seringkali dilakukan Sebagai inti dari kepribadian, konsep
dengan jalan membentuk citra atau image diri akan menentukan keberhasilan seseorang
tentang diri remaja itu sendiri. Wujud dari citra dalam menghadapi permasalahan yang timbul
itu terakumulasi dalam suatu konsep gambaran dalam kehidupannya (internal frame of
tentang bagaimana setiap remaja mampu reference). Proses penyesuaian diri oleh remaja
mempersepsi diri. Keseluruhan gambaran diri dalam menghadapi tugas perkembangannya
yang meliputi persepsi individu tentang diri, sebagai upaya pencarian identitas diri remaja
perasaan, keyakinan dan nilai-nilai yang dengan tugas perkembangan yang tidak bisa
berhubungan dengan dirinya . Menurut Atwater dihindari oleh remaja, maka menjadi sangat
(dalam Desmita, 2011) disebut dengan konsep penting kepemilikan adversity quotient dalam
diri. Dengan kata lain konsep diri terdiri dari diri yaitu yang merupakan respon seseorang
bagaimana cara individu melihat diri sendiri dalam menghadapi situasi sulit dan cara
sebagai pribadi, bagaimana individu merasakan mengatasinya (dalam Stoltz, 2000).
tentang diri sendiri, dan bagaimana individu Adversity quotient berarti bisa juga
menginginkan diri sendiri menjadi manusia disebut dengan ketahanan atau daya tahan
sebagaimana yang diharapkan oleh dirinya. seseorang ketika menghadapi masalah. Stein &
Konsep diri mempunyai peranan Book (2004) menjelaskan bahwa ketahanan
penting dalam menentukan tingkah laku adalah kemampuan untuk menghadapi
seseorang. Bagaimana seseorang memandang peristiwa yang tidak menyenangkan dan situasi
dirinya akan tercermin dari keseluruhan yang penuh tekanan tanpa menjadi berantakan,
perilakunya. Artinya, perilaku individu akan dengan secara aktif dan pasif mengatasi
selaras dengan cara individu memandang kesulitan. Ketahanan ini berkaitan dengan
dirinya sendiri. Jika individu memandang kemampuan untuk tetap tenang dan sabar, serta
dirinya sebagai orang yang tidak mempunyai kemampuan menghadapi kesulitan dengan
cukup kemampuan untuk melakukan suatu kepala dingin, tanpa terbawa emosi. Orang
tugas, maka seluruh perilakunya akan yang tahan menghadapi kesulitan akan

139
Konsep Diri, Adversity Quotient dan Penyesuaian Diri pada Remaja
Khoirul Bariyyah Hidayati dan M Farid

menghadapi, bukan menghindari, tidak berjumlah 50 orang. Metode pengambilan


menyerah pada rasa tidak berdaya atau putus sampel yang digunakan dalam penelitian ini
asa. Adversity quotient yang dimaksudkan di adalah proportional random sampling. Alasan
sini adalah ketangguhan, ketenangan dalam peneliti menggunakan teknik proportional
menghadapi berbagai masalah dan dapat random sampling ini adalah terbatasnya
mencari alternatif solusi masalah. Artinya kemampuan peneliti dilhat dari waktu, dana
dengan kata lain bahwa remaja di tuntut untuk dan tenaga. Banyaknya subyek yang terdapat
tangguh, tenang dalam menghadapi berbagai pada setiap kelompok tidak sama oleh karena
masalah dan dapat mencari alternatif solusi dari itu untuk memperoleh sampel yang
setiap masalah-masalahnya tersebut. representative maka pengambilan sampel
Dengan demikian beradasarkan paparan subyek ditentukan seimbang atau sebanding.
realita konsep tentang remaja dan proses Alat ukur yang digunakan dalam
perkembangan remaja yang menuntut adanya penelitian ini berupa skala yang terdiri dari
penyesuaian diri dalam menapaki proses skala penyesuaian diri, konsep diri dan skala
perkembangannya guna terpenuhinya tugas- adversity quotient. Data yang diperoleh
tugas tersebut tanpa mengalami hambatan selanjutnya dianalisa dengan menggunakan
dalam berinteraksi dengan lingkungan diluar regresi berganda dengan bantuan SPSS
individu maka, peneliti tertarik untuk mengkaji (Statistical Package for Sosial Scienses) 17.0
lebih jauh secara empiris hubungan antara for windous.
konsep diri dan adversity quotient dengan Skala penyesuaian diri disusun
penyesuaian diri pada remaja. berdasarkan konsep teori Runyon dan Haber
Ada beberapa peneliti yang (1984) yang terdiri dari aspek: persepsi
menggunakan variabel penyesuaian diri, terhadap realitas, kemampuan menghadapi
adversity quotient dan konsep diri akan tetapi stres dan kecemasan, gambaran diri yang
belum ada yang meneliti hubungan antara positif, kemampuan mengekspresikan emosi
konsep diri, dan adversity quotient dengan dengan baik, dan hubungan interpersonal yang
penyesuaian diri secara bersama-sama. Oleh baik total aitem dalam skala ini berjumlah 100
karena itu penelitian ini merupakan aitem terdiri dari 52 aitem favorable dan 48
pengembangan dari penelitian terdahulu yang aitem unfavorable selanjutnya 100 aitem skala
mencoba mengkaji, melihat lebih jauh atau penyesuaian diri diujicobakan kepada 100
meneliti faktor lain yang mendasari munculnya responden yang memiliki karakteristik yang
konsep diri pada remaja. sama dengan sampel sehingga diperoleh hasil
bahwa item yang memiliki index corekted item
METODE total correlation bergerak dari 0,250 berjumlah
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 50 aitem sedangkan aitem yang valid
2015 pada remaja di Panti Asuhan berjumlah 50 aitem dengan rentang index
Muhammadiyah Probolinggo. Mereka berasal corekted item total correlation bergerak dari
dari latar belakang yang berbeda. Diantaranya 0,250 sampai dengan 0,505 dengan koefisien
tidak memiliki sanak keluarga, yatim piatu dan alpha croanbach,s sebesar 0,907.
berasal dari keluarga kurang mampu. Lokasi ini Skala konsep diri disusun oleh peneliti
dipilih atas pertimbangan, remaja yang berada berdasarkan konsep dari Burns (1993) yang
di Panti Asuhan membutuhkan kemampuan meliputi aspek: penerimaan terhadap diri
lebih untuk menganggap orang atau hal lain sendiri, rasa percaya diri, kemampuan diri,
sebagai bagian dari dirinya. Sehingga dalam penampilan diri, interaksi sosial jumlah aitem
perkembangannya kepemilikan penyesuaian dalam skala konsep diri ini sebanyak 53 aitem
diri menjadai sangat penting. yang terdiri dari 26 aitem favorable dan 27
Jumlah populasi Remaja Panti Asuhan aitem unfavorable. Selanjutnya 53 aitem skala
Muhammadiyah Probolinggo tahun 2015 yang konsep diri diujicobakan kepada 105 responden
berjumlah 100 orang, diambil sampel sebesar yang memiliki karakteristik yang sama dengan
50% dari jumlah populasi. Sehingga sampel sampel sehingga diperoleh hasil bahwa aitem

140
Konsep Diri, Adversity Quotient dan Penyesuaian Diri pada Remaja
Khoirul Bariyyah Hidayati dan M Farid

yang memiliki index corekted item total terdiri dari 29 aitem favorable dan 26 aitem
correlation kurang dari 0,250 berjumlah 10 unfavorable. Selanjutnya 54 aitem skala
aitem sedangkan aitem yang valid berjumlah adversity quotient diujicobakan kepada 50
43 aitem index corekted item total correlation responden yang memiliki karakteristik yang
bergerak dari 0,252 sampai dengan 1,000 sama dengan sampel sehingga diperoleh hasil
dengan koefisien alpha croanbach,s sebesar bahwa aitem yang memiliki index corekted
0,729. item total correlation kurang dari 0,250
Skala adversity quotient disusun oleh berjumlah 18 aitem sedangkan aitem yang
peneliti berdasarkan konsep dari Stoltz (2000) valid berjumlah 36 aitem index corekted item
yang meliputi aspek: kendali, daya tahan, total correlation bergerak dari 0,271 sampai
jangkauan dan kepemilikan jumlah aitem skala dengan 0,669 dengan koefisien alpha
adversity quotient ini sebanyak 54 aitem yang croanbach,s sebesar 0,915.
Variabel konsep diri memberi
HASIL sumbangan efektif terhadap variabel
Hasil analisa statistik dengan analisa penyesuaian diri sebesar 79,988% sehingga
regresi diperoleh harga koefisien f sebesar semakin baik konsep diri maka akan semakin
96,076 pada p/sig = 0,000 dengan taraf tinggi kemampuan yang ditunjukkan oleh
signifikasi (p < 0,01) sehingga dengan remaja untuk menyesuaikan diri sedangkan
demikian hasil tersebut dapat disimpulkan sumbangan efektif variabel adversity quotient
bahwa secara bersama-sama variabel konsep terhadap penyesuaian diri sebesar 0,312%.
diri dan adversity quotient berkorelasi positif Hasil tesebut menunjukkan bahwa sumbangan
secara sangat signifikan dengan variabel efektif variabel konsep diri terhadap variabel
penyesuaian diri pada remaja sedangkan secara penyesuaian diri lebih besar dibandingkan
parsial hasil perhitungan statistik menunjukkan dengan variabel adversity quotient terhadap
bahwa korelasi antara variabel konsep diri penyesuaian diri pada remaja.
dengan variabel penyesuaian diri memiliki
korelasi positif yang sangat signifikan hal ini PEMBAHASAN
terbukti dengan hasil yang diperoleh pada Berdasarkan hasil analisis data
harga t = 13,097 dan r parsial 0,886 dengan menunjukkan bahwa hipotesis pertama yang
p/sig = 0,000 (p < 0,01) berarti hipotesis menyatakan ada hubungan positif antara
diterima. Dan hubungan adversity quotient konsep diri dan adversity quotient terhadap
dengan penyesuaian diri setelah mengendalikan penyesuaian diri pada remaja “diterima”.
konsep diri diperoleh t = 0,041 dan r parsial = Korelasi positif antara kedua variabel bebas
0,006 dengan p/sig = 0,968 (p > 0,05) berarti terhadap variabel terikat adalah searah. Hasil
tidak ada korelasi antara adversity quotient penelitian yang telah dilakukan peneliti ini
dengan penyesuaian diri setelah mengendalikan menunjukkan semakin tinggi konsep diri dan
konsep diri. Hipotesis penelitian yang adversity quotient maka penyesuaian diri pada
menyatakan ada korelasi antara adversity remaja semakin tinggi, sebaliknya, semakin
quotient dengan penyesuaian diri ditolak. rendah konsep diri dan adversity quotient
Berdasarkan hasil analisis regresi tabel tmaka penyesuaian diri pada remaja semakin
R (rsquar) diperoleh harga R2 sebesar 0,803
2
rendah pula. Diterimanya hipotesis pertama
yang memberikan informasi bahwa variabel penelitian menunjukkan bahwa secara tidak
konsep diri dan variabel adversity quotient langsung faktor konsep diri dan adversity
secara bersama-sama memberikan pengaruh quotient mempengaruhi penyesuaian diri pada
sebesar 80,30% terhadap penyesuaian diri pada remaja. Hasil penelitan ini mendukung
remaja sedangkan dari hasil perhitungan pendapat Ruyon dan Haber (1984) yang
manual statistik diperoleh hasil: bahwa terdapat menyatakan bahwa penyesuaian diri adalah
sumbangan efektif pada masing-masing proses yang terus berlangsung dalam
variabel bebas terhadap variabel tergantung. kehidupan individu. Berdasarkan konsep
penyesuaian diri sebagai proses, penyesuaian

141
Konsep Diri, Adversity Quotient dan Penyesuaian Diri pada Remaja
Khoirul Bariyyah Hidayati dan M Farid

diri yang efektif dapat diukur dengan positif bagi penyesuaian diri mereka. Stoltz
mengetahui bagaimana kemampuan individu (2005) mendefinisikan Adversity quotient
menghadapi lingkungan yang senantiasa dalam tiga bentuk, yaitu: (1) Adversiti quotient
berubah. adalah kerangka kerja konseptual baru untuk
Hasil analisis data menunjukkan bahwa memahami dan meningkatkan semua bagian
hipotesis kedua yang menyatakan ada dari kesuksesan dimana Adversity quotient
hubungan positif antar Kosep diri dengan berlandaskan pada sebuah penelitian yang
penyesuaian diri pada remaja adalah searah. bernilai penting, dengan mengkombinasikan
Artinya, semakin tinggi konsep diri maka pengetahuan yang praktis dan baru sehingga
semakin tinggi pula penyesuaian diri pada merumuskan sesuatu yang diperlukan untuk
remaja. Sebaliknya, semakin rendah konsep mencapai kesuksesan. (2) Adversity Quotient
diri maka penyesuaian diri pada remaja juga adalah suatu ukuran untuk mengetahui respon
semakin rendah. Dalam hal ini Kaplan dan individu terhadap kesulitan. (3) Adversity
Pokarny (Horton dan Hont, 1987) berpendapat Quotien adalah serangkai peralatan yang
bahwa salah satu factor kesadaran atau pikiran memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki
manusia yang mempengaruhi penyesuaian diri respon individu terhadap kesulitan. Dengan
adalah konsep diri. Sokhrahmad (Adi, 1988) kata lain Adversity Quotient adalah suatu
menyatakan bahwa konsep diri itu membawa ukuran untuk mengetahui daya juang individu
pengaruh pada tingkahlaku manusia berfungsi dalam menghadapi kesulitan, kepercayaan diri
sebagai guiding principles paling sedikit dalam menguasai hidup dan kemampuan untuk
sebagai sebab timbulnya bentuk mekanisme mengatasi tantangan dan hambatan yang
penyesuaian tertentu. Yang artinya individu dihadapi dalam memperoleh kesuksesan.
yang memiliki konsep diri yang positif diduga Pendapat Calhoun (1990) dan Hurlock
lebih mampu melakukan penyesuaian diri (1999) di atas menunjukkan bahwa konsep diri
dibandigkan dengan individu yang memiliki merupakan salah satu faktor yang mampu
konsep diri yang negatif. memberikan pengaruh terhadap penyesuaian
Berkaitan dengan konsep diri yang diri individu. Hal ini menjelaskan bahwa
positif, Konsep diri mempunyai pengaruh yang penelitian ini didukung oleh teori bahwa
cukup besar terhadap perilaku individu, yaitu konsep diri berhubungan dengan penyesuaian
individu akan bertingkah laku sesuai dengan diri. Yang artinya bahwa di dalam penyesuaian
konsep diri yang dimiliki (Rahmat,2000). diri individu terdapat faktor konsep diri yang
Pernyataan tersebut didukung oleh Burns akan mengarahkan pola penyesuaian diri yang
(1993) yang menyatakan bahwa konsep diri akan dilakukan oleh individu. Dengan kata
akan mempengaruhi cara individu dalam lain, untuk melakukan penyesuaian diri yang
bertingkah laku ditengah masyarakat. Hasil baik dibutuhkan faktor konsep diri yang baik
analisis data dalam penelitian ini menunjukkan pula. Dari situlah dapat diketahui bahwa
bahwa hipotesis ketiga yang menyatakan ada konsep diri dan penyesuaian diri memiliki
hubungan positif antara adversity quotient hubungan yang erat, dimana individu selama
dengan penyesuaian diri pada remaja “ditolak”. masa remaja akan mengalami masa mencari
Ini menunjukkan bahwa adversity quotient identitas, dan identitas mereka inilah yang
yang tinggi belum tentu menjadikan kelak akan menentukan tingkah laku dan
penyesuaian diri menjadi tinggi, sebaliknya penyesuaian diri mereka dikehidupan sehari-
apabila adversity quotient yang rendah juga hari. Berbeda dengan Adversity Quotient yang
tidak mempengaruhi penyesuaian diri menjadi di ukur dan ditafsirkan untuk memahami
rendah. Temuan ini menunjukkan bahwa mean keadaan dan pola dari individu yang
hitung pada variabel konsep diri lebih tinggi bersangkutan dalam menghadapi kehidupan
dari pada mean teori. Ini menunjukkan bahwa dan mengembangkan dirinya menuju ke arah
tingkat adversity quotient pada diri remaja di pencapaian tingkatan kehidupan .Adversity
Panti Asuhan Muhammadiyah Probolinggo Quotient yang ada pada diri individu turut
masih kurang dalam memberikan dampak yang

142
Konsep Diri, Adversity Quotient dan Penyesuaian Diri pada Remaja
Khoirul Bariyyah Hidayati dan M Farid

menentukan tindakan atau respon yang dilakukan dan dipelihara dalam kondisi fisik
dilakukan seseorang (Ahmad dan As’ad,2007). yang sehat dari pada tidak sehat. Kondisi fisik
Oleh karena itu sumbangan yang yang sehat dapat menimbulkan penerimaan
diberikan lebih sedikit daripada konsep diri. diri, Percaya diri, harga diri dan sejenisnya
Disamping konsep diri dan adversity quotient yang akan menjadi kondisi sangat
terdapat faktor lain yang mempengaruhi menguntungkan bagi proses penyesuaian diri,
ataupun memberikan kontribusi terhadap begitu juga sebaliknya.
penyesuaaian diri pada remaja. Adapun
kontribusi faktor lain yang berpengaruh pada KESIMPULAN
variabel penyesuaian diri pada remaja sebasar Berdasarkan hubungan konsep diri dan
19,70%. Menurut Scheneiders (dalam Ali & adversity quotient dengan penyesuaian diri
Asrori, 2012), faktor lain yang dapat pada remaja di Panti Asuhan Muhammadiyah
memberikan kontribusi terhadap penyesuaian Probolinggo, menunjukkan bahwa semakin
pada remaja selain konsep diri dan adversity tinggi konsep diri dan adversity quotient maka
quotient, antara lain: Kondisi-Kondisi fisik penyesuaian diri pada remaja semakin tinggi,
yang didalamnya terdapat kemauan dan sebaliknya, semakin rendah konsep diri dan
kemampuan untuk dapat berubah, pengaturan adversity quotient maka penyesuaian diri pada
diri, dan realisasi diri, Proses belajar yang remaja semakin rendah pula.
didalamnya terdapat belajar, pengalaman, Secara parsial, individu yang memiliki
latihan, dan determinasi diri; lingkungan konsep diri yang positif lebih mampu
didalamnya terdapat lingkungan keluaraga dan melakukan penyesuaian diri dibandigkan
masyarakat; dan agama serta budaya. Lebih dengan individu yang memiliki konsep diri
lanjut Schneiders (dalam Ali & Asrori, 2012), yang negatif. Sedangkan tingkat adversity
menjelaskan sistem utama tubuh yang memiliki quotient pada diri remaja di Panti Asuhan
pengaruh terhadap penyesuaian diri adalah Muhammadiyah Probolinggo masih kurang
sistem syaraf, kelenjar, dan otot. Sistem syaraf dalam memberikan dampak yang positif bagi
yang berkembang dengan normal dan sehat penyesuaian diri mereka
merupakan syarat mutlak bagi fungsi Sumbangan faktor lain yang dapat
psikologis agar dapat berfungsi secara memberikan kontribusi terhadap penyesuaian
maksimal yang akhirnya berpengaruh secara pada remaja selain konsep diri dan adversity
baik pula pada penyesuaian diri individu. quotient, antara lain: Kondisi-Kondisi fisik
Namun, jika terjadi penyimpangan dalam yang didalamnya terdapat kemauan dan
sistem syaraf akan berpengaruh pada kondisi kemampuan untuk dapat berubah, pengaturan
mental yang penyesuaian dirinya kurang baik. diri, dan realisasi diri, Proses belajar yang
Gejala psikosomatis merupakan salah satu didalamnya terdapat belajar, pengalaman,
contoh nyata dari berfungsinya sistem syaraf latihan, dan determinasi diri; lingkungan
yang kurang baik sehingga mempengaruhi didalamnya terdapat lingkungan keluaraga dan
penyesuaian diri yang kurang baik pula. Selain masyarakat; dan agama serta budaya.
itu penyesuaian diri seseorang lebih mudah

DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. dan Asrori, M. (2012). Psikologi Relationship edisi tiga. New York:
Remaja; Perkembangan Peserta Didik. Mac Graw-Hill, inc
Jakarta: Bumi Aksara Desmita. (2011).Psikologi Perkembangan
Burns. R.B. (1993). Konsep diri ;teori Peserta Didik; Panduan Bagi Orang
pengukuran, perkembangan dan Tua Dan Guru Dalam Memahami
perilaku, Jakarta : Arcan. Psikologi Anak Usia SD, SMP,dan
Calhoun, J.F. dan Acocella, J.R. (1990). SMA. Bandung:Rosda Karya.
Psychology of Adjustment and Human

143
Ari Wibowo

Gunarsa, S.G. dan Gunarsa. (2003). Psikologi Hartini, N. (2000). Deskripsi Kebutuhan
Perkembangan Anak dan Remaja. Psikologi Pada Anak PantiAsuhan.
Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia. Jurnal Dinamika Sosial. Volume 1.
Haber, A., dan Runyon, R.P. (1984). Nomor 1. Halaman 109-118.
Psychology of Adjustment, Illinois: The Sarwono W. S. (2011). Psikologi Remaja Edisi
Dorsey Press. Revisi. Jakarta: PT.Grafindo Persada.
Hurlock, B.E. (1990). Psikologi Per- Sundari, Siti. (2005). Kesehatan Mental Dalam
kembangan Suatu Pendekatan Kehidupan. Jakarta. Rineka Cipta.
Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta Stoltz. P. G. (2000). Faktor paling penting
: Erlangga. dalam sukse; Adversity Quotient;
(1999). Psikologi Perkembangan: Suatu mengubah hambatan menjadi peluang.
Pendekatan Sepanjang Rentang Jakarta :Gramedia Widiasarana
Kehidupan. Edisi 5. Jakarta : Erlangga. Indonesia.

144

You might also like