You are on page 1of 8

ELECTRICIAN – Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro 159

ANALISIS PERFORMANSI TRANSMISSION CONTROL PROTOCOL (TCP) YANG


DISEBABKAN OLEH WIDEBAND EFFECT LOSS PADA JARINGAN UMTS

Oleh:
Yetti Yuniati, S.T., M.T.
Email: yundaimut@gmail.com or yetti@unila.ac.id
Dosen Jurusan Teknik Elektro Universitas Lampung
Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145

Abstrak- Un i ve rs a l Mo b ile Te le co m mu n i - calculated by MatLab software. The result from


ca tio n S y ste m ( UM TS ) mer up a ka n p er - MatLab trace used in NS-2 environment to looking
ke mb a n ga n glo b al te k no lo g i mo b ile for the performance of UMTS system that used
n et wo rk u nt u k p a cke t d ata. S is te m U MTS HSDSCH channel. The result of simulation have
in i me n g g u n a ka n Wid eb a n d Co d e D iv is io n done, the performance of UMTS system HSDSCH
Mu l tI P le Acc e ss ( WC D MA ) s eb a ga i a i r- channel that influence with radius user from node B,
in te r fa ce n ya . Sep er t i ko mu n i k a si rad io the number of user in cell, the moving of users,
ne t wo r k la i n n ya, mi s a ln ya GP R S, ma ka shadowing, multIPath, and Rayleigh fading. The best
seb a g ia n b e sar ap li k as i d ar i U MTS b e rs i fa t performance result was received if the radius of users
en d - to - en d a p p l ica t io n ya n g me n g g u n a ka n is near from node B (±300m), moreless if radius
Tra n s mi s sio n Co n t ro l Pro to co l ( T CP ) . users from node B is far, so the performance will be
P ad a j ari n ga n ya n g m en g g u n a ka n ka n al decrease.
rad io , p er ub a ha n ko nd i s i k a nal , p er ger a ka n
u ser d ap at me mp e n g ar u hi ki ner j a si s te m. Keywords: TCP, multIPath, wideband effect loss,
P en gar u h sh a d o win g , m u lt I P a th (Ra y leig h throughput, HSDSCH, UMTS
fa d in g ) i n il a h ya n g d iseb u t seb a ga i
wid eb a n d ef fec t lo s s . Wid eb a n d ef fe ct lo s s
in i d i hi t u n g me n g g u na k a n so ft war e A. Pendahuluan
Mat Lab . H as il d a r i fi le tr ace p e r hi t u n ga n Universal Mobile Telecommunication
p en g ar u h w id eb a n d effec t lo s s i ni
System (UMTS) merupakan jaringan mobile
ke mu d ia n d ij ad i ka n i np u t p ad a N S -2
Si mu l a to r u n t u k d i h i tu n g p er fo r ma n s i yang menyediakan layanan untuk paket data.
j arin g a n U MTS ya n g me n g g u na k a n Jaringan UMTS ini menggunakan Wideband
HS DS C H. Ha si l d ar i uj i k i ner j a si s te m Code Division Multiple Access (WCDMA)
UM TS ya n g d I P e n g ar u hi o le h wid eb a n d air interface. Seperti jaringan radio lainnya
eff ect lo ss s a n gat d I P e n gar u h i o l e h j ara k
misalnya GPRS, sebagian besar application
u ser ter had ap no d e B , j u mla h u se r p ad a
cel l, kec ep at a n p er g er a ka n u ser , pada UMTS bersifat end-to-end application
sh a d o win g , mu l tI P a th , d an Ra y le ig h dan sebagai protokolnya digunakan
fa d in g . P er fo r ma n si si st e m U M TS ya n g Transmission Control Protocol (TCP).
p ali n g b a i k d I P er o l e h b ila j ar a k u ser
ter had ap no d e B d e kat ( ± 3 0 0 m) sed a n g ka n
Meskipun TCP sudah diperkenalkan
se ma k i n j a u h j ar a k u se r ter had ap no d e B
ma k a p er fo r ma n s i s is t e m a k a n se ma ki n beberapa tahun yang lalu pada jaringan
me n u r u n. “wired internet”, TCP terus dikembangkan
agar dapat menjadi transfer protocol. Salah
Kata Kunci: TCP, multIPath, wideband effect loss, satu kelemahan TCP adalah dapat
throughput, HSDSCH, UMTS
menyebabkan “loss” pada mobile networks.
Hal ini disebabkan karena adanya traffic
Abstract-Universal Mobile Telecommunications congestion or losses pada jaringan wireless.
System (UMTS) is the forthcoming global mobile Tetapi dengan mekanisme ARQ maka
network for packet data. This network uses the “loss” yang terjadi dapat di atasi sehingga
Wideband Code Division MultIPle Access (WCDMA)
air interface. Contrary to other Radio Networks like
proses pengiriman data dapat berlansung
GPRS, most of UMTS applications will be end-to-end secara optimal.
applications and as a result the Transmission Control Pada jaringan UMTS yang menggunakan
Protocol (TCP) will be used. In a wireless kanal HSDSCH, kualitas kanalnya sangat
environment that used radio channel, mobile users dIPengaruhi oleh wideband effect loss.
can make the performance of system decrease. The
influence of multIPath (Rayleigh fading) was
Wideband effect loss ini dapat terdiri dari:

Volume 5, No. 3, September 2011


160 Yuniati, Y.: “Analisis Performansi Transmission Control Protocol”

Rayleigh fading, shadowing dan multipath pengembangan protokol TCP/IP.


fading. Karena itu diperlukan suatu analisis
untuk mengetahui bagaimana pengaruh Protokol ini besifat Connection-based,
wideband effect loss ini pada transfer data artinya kedua mesin pengirim dan penerima
pada jaringan UMTS. tersambung dan berkomunikasi satu sama
lain sepanjang waktu. Teknologi IP adalah
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti dan teknologi connectionless oriented, dimana
menganalisis bagaimana performansi TCP proses transmisi informasi dari pengirim ke
yang disebabkan oleh adanya wideband tujuannya tidak memerlukan pendefinisian
effect loss pada jaringan UMTS. Hal ini jalur terlebih dahulu, seperti halnya
dilakukan agar operator dapat memberikan teknologi connection oriented.
pelayanan yang optimal pada users.
Kadang kala timbul kemacetan yang pada
Dalam paper ini dilakukan simulasi rute tertentu yang dalam dunia IP kerap
menggunakan perangkat lunak Network diistilahkan sebagai kongesti, dan ini yang
Simulator-2 dan Matlab 7.01 dan menjadi sebab utama keluhan lambat dari
membandingkan performansi dari beberapa pada penikmat internet. Secara mendasar
jenis TCP dengan tujuan untuk mengetahui sulit untuk dibenahi karena memang sifat
jenis TCP mana yang paling cocok untuk dari protokolnya seperti itu, tak ada class of
diterapkan pada jaringan UMTS. service dalam penyampaian paketnya.

B. Tinjauan Pustaka
Dalam arti yang sederhana TCP/IP C. Dasar Teori
(Transmission Control Protocol/Internet 1. Kontrol Kongesti (Congestion Control)
[14]
Protocol) adalah nama keluarga protokol
jaringan. Protokol adalah sekelompok aturan Algoritma kontrol kongesti TCP
yang harus diikuti oleh perusahaan- menentukan bagaimana TCP mencegah dan
perusahaan dan produk-produk software bereaksi terhadap terjadinya kongesti.
agar dapat saling berkomunikasi antara satu Algoritma ini juga mencatat performansi
dengan yang lainnya. TCP bila terjadi kesalahan. Dua variabel
utama yang terlibat dalam kontrol kongesti
Istilah TCP/IP mengacu kepada seluruh TCP adalah congestion window (cwnd) dan
keluarga protokol yang dirancang untuk slow start threshold (sstresh). Saat
mentransfer informasi sepanjang jaringan. membangun koneksi baru, cwnd
TCP/IP merupakan dua protokol yang diinisialisasikan dengan 64KB (maksimum
berbeda, di mana TCP bertanggung jawab window size). Variabel ini digunakan untuk
memecah informasi ke dalam beberapa mengontrol sejumlah data yang dikirim
paket, sedangkan IP bertanggung jawab dengan algoritma kendali kongesti, slow
untuk mentransfer paket-paket tersebut start, congestion avoidance dan fast
sesuai tujuannya. Kemudian TCP yang ada recovery. Slow start menaikkan cwnd, fast
pada tujuan akan menyatukan kembali recovery menyesuaikan cwnd saat loss, dan
paket-paket tersebut sesuai aslinya. congestion avoidance menaikkan dengan
pelahan cwnd.
Kesederhanaan dan efisiensi yang dimiliki
oleh TCP/IP memiliki kelemahan yang tak
terpikirkan oleh penciptanya, bahwa
protokol tersebut juga harus melaksanakan
pekerjaan yang super kompleks. Untuk
mengatasi kompleksitas dari protokol
TCP/IP ini maka dilakukan pengembangan
pada protokol TCP/IP tersebut. TCP Reno
dan TCP Sack merupakan contoh

Volume 5, No. 3, September 2011


ELECTRICIAN – Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro 161

gateway akan memberi sinyal kongesti


dengan membuang segmen yang tidak
tertampung pada gateway dan TCP akan
memasuki fase retransmit setelah tiga ACK
duplikat dikirimkan.

Congestion Avoidance [24]


Jalur bottleneck dapat terjadi saat saluran
besar terhubung ke saluran kecil. Kongesti
terjadi saat volume segmen dapat
Gambar 2.1 Kurva Algoritma Kongesti melampaui buffer space gateway. Gateway
[24] akan terus membuang segmen sampai buffer
space tersedia. Proses ini memberi sinyal
Slow Start [8] kongesti pada koneksi TCP melalui ACK
Slow start mengizinkan TCP memeriksa duplikat atau retransmission timeout. Saat
kondisi jaringan dengan menaikkan secara kongesti terjadi, koneksi melakukan
perlahan data yang diinjeksikan ke dalam recovery lalu memasuki fase congestion
network. Algoritma slow start menggunakan avoidance. Jika retransmission timeout
congestion window, untuk mengontrol flow terjadi, cwnd diset ke satu MSS. Saat cwnd
data. Cwnd diinisialisasi ke satu segmen, >ssthresh, fase slow start selesai, dan
biasanya 512 bytes. Prinsip slow start congestion avoidance mengambil alih proses
sederhana, bahwa untuk setiap ACK yang yang berlansung.
diterima, menambahkan satu segmen ke
cwnd. Proses slow start dapat dilihat pada Congestion window menaikkan cwnd
Gambar 2.2. dengan:
Segment size
Segment size 
cwnd

Saat fase congestion avoidance, cwnd tidak


akan pernah dipecah lebih dari satu segmen
per RTT dan semua segmen dalam window
akan di-ACK yang menandakan bahwa data
yang dikirimkan sudah sampai di penerima.
Pada fase congestion avoidance prosesnya
dapat digambarkan seperti laju pertumbuhan
linear, sedangkan pada fase slow-start
prosesnya dapat digambarkan seperti laju
pertumbuhan eksponensial.
Gambar 2.2. Ilustrasi Proses Slow-Start 2. Fast Retransmit dan Fast Recovery[24]
[24]
RTO terjadi karena mendeteksi lost segment
Pengirim dapat mengirimkan data sampai dalam TCP. Saat timeout terjadi, TCP akan
besarnya mendekati nilai congestion kembali kepada fase slow start dan
windows minimum. Ssthresh diinisialisasi ke retransmit segmen yang lost. Ini
window yang diperlihatkan penerima, menimbulkan retransmisi yang tidak perlu
dimana nilai ssthresh tersebut didapat dari dari segmen out-of-order yang diterima,
setengah cwnd pada saat pengirim tidak yang sedang disimpan di buffer receiver.
menerima ACK. Saat cwnd lebih besar atau Jacobson mengajukan fase fast retransmit
sama dengan nilai ssthresh, koneksi dan kembali ke slow start. Fast retransmit
memasuki fase congestion avoidance. Jika terjadi bila tiga ACK duplikat memicu
kapasitas jaringan dapat dipenuhi sebelum retransmisi paket yang hilang. Prinsip kerja
cwnd lebih besar dari ssthresh, maka

Volume 5, No. 3, September 2011


162 Yuniati, Y.: “Analisis Performansi Transmission Control Protocol”

dari fast retransmit adalah bahwa Pada WCDMA FDD, digunakan sepasang
kebanyakan segmen out-of-order akan frekuensi pembawa 5 MHz pada uplink dan
muncul setelah satu atau dua segmen. downlink, dengan alokasi frekuensi uplink
1945 MHz – 1950 MHz dan downlink 2135
Setelah tiga ACK duplikat, telah aman jika MHz – 2140 MHz.
diasumsikan segmen telah hilang. Jika Arsitektur jaringan sistem UMTS dapat
pengirim sedang menerima ACK duplikat, dilihat pada Gambar 2.6.
maka data yang sedang melalui jaringan dan
kembali ke slow start tidak dibutuhkan, Teknologi akses WCDMA mempunyai
sehingga fast recovery dapat dilakukan. beberapa parameter utama jika dibandingkan
Setelah tiga ACK duplikat, pengirim akan dengan sistem seluler generasi kedua, yaitu:
men-set ssthresh menjadi 1 1 2 cwnd yang a. Chip rate sebesar 3,84 Mcps yang
meruntut turun ke banyak MSS yang digunakan untuk membawa
terdekat. Cwnd diset sama dengan sthresh bandwidth selebar 5 MHz yang
ditambah tiga MSS ( 1 1 2 cwnd ditambah tiga mampu mendukung servis data
segmen yang diterima yang telah berkecepatan tinggi serta
meninggalkan jaringan). Proses fast meningkatkan kapasitas sistem.
retransmit ini dapat dilihat pada Gambar Pengaturan carrier spacing dapat
2.3. dipilih pada selang 200 KHz sebesar
frekuensi 4,4 – 5 MHz. Tergantung
pada interferensi antar carrier
tersebut.
b. WCDMA mendukung layanan data
dengan laju yang berubah-ubah,
sehingga mendukung layanan
Bandwidth on Demand (BoD).

Gambar 2.3 Fast Retransmit dan Fast


Recovery[24]

Cwnd akan di-update dengan satu MSS


untuk setiap ACK duplikat tambahan yang
diterima. Jika cwnd mengijinkan, pengirim
akan mentransmit segmen baru kedalam
jaringan. Segmen baru ini akan memicu
ACK tambahan yang mungkin mengijinkan
fase fast retransmit lainnya jika segmen Gambar 2.4 Arsitektur Jaringan Sistem
tambahan telah hilang. Bila sepotong data UMTS [2]
baru di ACK, congestion window di set
sama dengan ssthresh. Pengirim kemudian c. WCDMA mendukung operasi
memasuki fasa congestion avoidance. asynchronous base stations, sehingga
tidak diperlukan referensi waktu
3. Konsep Dasar Sistem UMTS[3] Umum global, seperti GPS.
Universal Mobile Telecommunication d. WCDMA menggunakan deteksi
System (UMTS) merupakan suatu revolusi koheren pada arah uplink dan
dari GSM yang mendukung kemampuan downlink dengan menggunakan pilot
generasi ketiga (3G). UMTS menggunakan symbols atau common pilot.
teknologi akses WCDMA dengan sistem e. Digunakan multi user detection
direct sequence wideband CDMA (DS- (MUD) dan smart adaptive antenna
WCDMA), baik untuk FDD maupun TDD.

Volume 5, No. 3, September 2011


ELECTRICIAN – Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro 163

untuk meningkatkan kapasitas serta terjadinya kegagalan pelayanan suatu


cakupan. aplikasi sangat dipengaruhi oleh kondisi
jaringan 3.5G. Kemungkinan suatu aplikasi
Dari Tabel 2.1 berikut ini akan diberikan berhasil dapat dilihat pada Gambar 2.6.
beberapa parameter yang mewakili layer
fisik WCDMA (asumsi bandwith 2 x 5 MHz)
[3]

Tabel 2.1 Parameter Layer Fisik


WCDMA [3]
Carrier Spacing 5 MHz
ChIP Rate 3.84 Mcps
Max Voice Channel QPSK
Modulation 2560 chIPs (Max. 2560
bit)
Number of ChIPs / Slot 1500 Hz
Gambar 2.6 Jaringan 3.5G
Power Control Period 7.56 bps – 960 kbps
Kemungkinan suatu layanan aplikasi
[1] berhasil adalah user meminta aplikasi ke
D. Pemodelan Sistem
Untuk memudahkan proses analisis yang operator melalui jaringan UMTS dan paket
dilakukan maka jaringan UMTS yang ada aplikasi tersebut sukses dilayani oleh ke-
harus dimodelkan terlebih dahulu. Secara empat sistem antrian seperti yang terdapat
umum arsitektur UMTS dapat pada Gambar 2.7.
dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu:
User EquIPment (UE), UTRAN yang terdiri HSDSCH 622 Mbit 15 ms

dari RNC dan node B, serta Core Network 2 Mbit

yang terdiri dari SGSN dan GGSN. Node B


622 Mbit 0.4 ms
622 Mbit 10 ms 10 Mbit 35 ms

Arsitektur UMTS tersebut dapat dilihat di


Gambar 2.5.
RNC
2 Mbit SGSN GGSN Host
HSDSCH

UE
622 Mbit 15 ms

Node B

Gambar 2.7 Pemodelan Jaringan UMTS


untuk NS-2 Simulator

Pemodelan wideband Effect Loss pada


simulasi ini ada tiga macam yaitu
shadowing, Multipath dan Rayleigh Fading.
Ketiga komponen dari wideband inilah yang
akan diuji pengaruhnya terhadap
performansi jaringan UMTS yang
Gambar 2.5. UMTS Reference menggunakan protokol transport TCP.
Architecture[1]
Pemodelan wideband effect loss ini
Proses Keberhasilan Pelayanan Aplikasi dilakukan dengan bantuan software Matlab
Suatu aplikasi agar dapat dilayani oleh untuk menghasilkan file trace input yang
jaringan 3.5G harus melewati semua sesuai dengan pengaruh yang disebabkan
interface dari jaringan tersebut. Data trafik oleh shadowing, multipath, environment,
yang berupa paket-paket tersebut harus jumlah user, jarak user ke node B, dan
melewati beberapa komponen dari jaringan kecepatan gerak user. Output dari file trace
3.5G yang terdiri dari Node B, RNC, SGSN, pengaruh wideband effect loss ini adalah
GGSN dan IP network (host). Kemungkinan level daya yang akan digunakan untuk

Volume 5, No. 3, September 2011


164 Yuniati, Y.: “Analisis Performansi Transmission Control Protocol”

menentukan CQI (Channel Quality b. Level daya yang digunakan sama


Indicator) optimal yang akan digunakan karena itu interefensi yang terjadi juga
oleh user yang menggunakan layanan berada pada level yang sama.
UMTS. c. Seluruh users yang berada pada satu
TRX menggunakan baseband bit
Proses Simulasi NS-2[34] rate yang sama dan symbol rate yang
Proses simulasi yang dilakukan untuk sama pula.
melakukan uji kinerja TCP pada jaringan
UMTS dapat dilihat pada Gambar 2.8.
Untuk admission control 240kbps per user
maka dapat dihitung jumlah user per cell
Mulai
adalah:

Input Hasil Matlab Trace File

Eb/No = 3dB = (2,5dB + 0,5dB) noise


NS-2 Environment
Konfigurasi model jaringan yang digunakan untuk
simulasi beserta parameternya

Untuk simulasi digunakan jumlah user


Output: sebanyak 5 dan 10 user.
1. Output Trace File untuk analisis
2. NAM untuk melihat tampilan node pada simulasi
3. XGRAPH untuk tampilan grafik

E. Hasil Analisis
Simulasi Selesai
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk
mengkaji kinerja protocol TCP yang
Gambar 2.8 Diagram Alir Simulasi pada diimplementasikan pada jaringan UMTS
NS-2 yang dipengaruhi oleh adanya wideband
effect loss. Parameter yang akan diamati
Parameter Sistem[5] adalah kinerja sistem yaitu throughput dan
Model sistem yang digunakan dalam end-to-end delay yang diterima oleh user
simulasi berdasarkan pada standard UMTS yang menggunakan jaringan UMTS dengan
dengan parameter sebagai berikut: kanal HSDSCH yang akan direpresentasikan
dalam bentuk grafik throughput vs time,
Tabel 2.2 : Parameter UMTS packet vs queue packet. Simulasi yang
dilakukan menitikberatkan pada performansi
dari tiga jenis TCP yaitu Tahoe, Reno dan
Sack yang disebabkan adanya pengaruh
wideband effect loss. Langkah awal yang
akan dilakukan adalah mencari nilai CQI
Penentuan Jumlah User[24]
Jumlah dari user ini dihitung berdasarkan optimal dalam bentuk file trace untuk
kapasitas dari cell. Untuk menghitung parameter-parameter dari jaringan radio,
kapasitas dari WCDMA Transceiver (TRX) selanjutnya nilai CQI optimal yang
secara teoritis maka perlu dibuat asumsi- didapatkan akan digunakan dalam simulasi
asumsi. Asumsi yang digunakan pada NS-2 untuk membandingkan kinerja TCP
penelitian ini adalah: Tahoe, Reno dan Sack. Nilai CQI ini juga
a. Seluruh users yang berada pada TRX menunjukkan besarnya nilai SNR dan
covarage mempunyai distribusi yang prosentase BLER yang terjadi. SNR vs
sama sehingga mereka mempunyai BLER ini digunakan dengan cara look-up
jarak yang sama ke TRX antena. table. Hal-hal yang akan dianalisis adalah
kinerja dari ketiga jenis TCP, pengaruh
kecepatan user, pengaruh jumlah user yang

Volume 5, No. 3, September 2011


ELECTRICIAN – Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro 165

dilayani oleh node B pada satu cell, jaringan, membuat end-to-end delay
pengaruh dari jarak user dengan node B makin besar.
terhadap throughput dan end-to-end delay 2. Jarak user dari node B akan
serta pengaruh dari jenis aplikasi service mempengaruhi interferensi, shadowing,
FTP yang digunakan. Untuk hasil uji kinerja multipath. Semakin dekat jarak user
performansi TCP Tahoe, Reno dan SACK dengan node B maka akan semakin
dengan jumlah user=5 dapat dilihat pada tinggi level daya yang bisa diterima
Tabel 2.3. Sedangkan hasil uji kinerja oleh user tersebut, bila semakin jauh
performansi TCP Tahoe, Reno dan SACK dari node B maka level daya yang
dengan jumlah user=10 dapat dilihat pada diterima akan semakin berkurang. Dari
Tabel 2.4. hasil simulasi di dapat untuk jarak
user=300m memiliki nilai throughput
Tabel 2.3 Uji Kinerja 5UE paling tinggi, end-to-end delay yang
paling rendah, jumlah paket yang
menunggu di buffer makin sedikit.
Sedangkan untuk jarak user paling
jauh=700m didapat nilai throughput
makin menurun, nilai end-to-end delay
makin besar, dan jumlah paket yang
menunggu di dalam sistem makin besar
jumlahnya.
3. Jenis apikasi trafik FTP yang digunakan
berukuran 1000 bytes digunakan untuk
membuat simulasi dalam kondisi load
trafik yang besar. Load aplikasi trafik ini
juga dipengaruhi oleh jumlah user.
Semakin banyak jumlah user yang berada
Tabel 2.4 Uji Kinerja 10UE dalam satu cell maka beban trafik
jaringan akan semakin berat.

Saran
1. Melakukan penelitian yang
membandingkan kinerja protocol agent
TCP Tahoe, Reno dan Sack pada jaringan
UMTS yang menggunakan kanal
HSDSCH bila aplikasi trafik yang
digunakan beragam (Mix-traffic).
2. Melakukan kajian performansi bila
pengaruh wideband effect loss tidak
hanya pada Rayleigh fading, tetapi juga
pada kondisi vehicular dengan kecepatan
tinggi, misalnya 120 kmh/hr.
F. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian
yang dilakukan adalah sebagai berikut : G. Daftar Pustaka
1. Semakin banyak jumlah user dalam satu [1] Assaad, Mohamad, Djamal Zeghlache,
cell yang menggunakan kanal HSDSCH “UMTS HSDPA Systems”, Aurbach
maka akan meningkatkan pengaruh Publications, New York 2006.
interferensi, shadowing, multipath, [2] A. Klemm, C. Lindemann and M.
meningkatkan load trafik sistem, Lohmann,“Traffic Modelling and
menurunkan nilai throughput, Characterization for UMTS Network“,
menambah besar jumlah queue paket di GlobeCom2001, November 2001.

Volume 5, No. 3, September 2011


166 Yuniati, Y.: “Analisis Performansi Transmission Control Protocol”

[3] A. Bakre and B.R. Badrinath, Handoff [12] HSDPA System Performance. TGN-
and system support for indirect TCP/IP, RAN Working Group 1 meeting #18.
in: Proceedings of 2nd Usenix TSGR1#18(01)0036, Jan 2001[1].
Symposium on Mobile and Location- [13] H. Balakrishnan et al., “Improving
Independent Computing (April 1995) TCP/IP performance over wireless
pp. 11–24. networks”, in: Proceedings of ACM
[4] A. Canton and T. Chahed, End-to-end Mobicom (November 1995) pp. 2–11.
reliability in UMTS: TCP over ARQ, in: [14] H. Balakrishnan, V.N. Padmanabhan
[5] Bernhard H. Walke, “Mobile Radio and R.H. Katz, “The effects of
Networks – Networking and Protocols”, asymmetry on TCP performance”, in:
John Willey, 1999. Proceedings ACM/IEEE Mobicom
[6] E. Altman, K. Avrachenkov and C. (September 1997) pp. 77–89.
Barakat, “A stochastic model of TCP/IP [15] H. Kaaranen, A. Ahtianen, L. Laitenen,
with stationary random loss”, in: S. Naghian, V. Niemu, ”UMTS
Proceedings of IGCOMM 2000 (2000) Networks Featuring the Internet”,
pp. 231–242[2]. Addison Wesley, 2001.
[7] F. Khafizov and M. Yavuz, “TCP over [16] J. Lahteenmaki, “Radio Network
CDMA2000 Networks”, Internet Draft, Planning – Methods for Next
draft-khafizov-pilc-cdma2000-00.txt Generation Systems”, Optimizing Next
[8] F. Baccelli and D. Hong, “TCP is max- Generation Mobile Ntworks – ICM
plus linear”, in: Proceedings of Conference, March 2000.
SIGCOMM 2000 (2000) pp. 219–230. [17] K. Brown and S. Singh, “M-TCP: TCP
[9] G. Holland and N.H. Vaidya, “Analysis for mobile cellular networks”, ACM
of TCP performance over mobile ad Computer Communications Review
hoc networks”, in: Proceedings of 27(5) (1997) 19–43.
ACMMobicom’99 (1999) pp. 219–230. [18] K. Fall and S. Floyd, “Simulation-
[10] H. Inamura et al., “TCP over 2.5G and based comparisons of Tahoe, Reno and
3G wireless networks”, draft-ietfpilc- SACK TCP”, ACM Computer
2.5g3g-07 (August 2002). Communication Review 26(3) (1996)
[11] H. Singh and S. Singh, “Energy 5–21.
Consumption of TCP Reno, Newreno,
and SACK in Multi-Hop Networks”,
ACM SIGMETRICS 2002, June 2002.

Volume 5, No. 3, September 2011

You might also like