Professional Documents
Culture Documents
1466-File Utama Naskah-5236-1-10-20210126
1466-File Utama Naskah-5236-1-10-20210126
Deti Mulyati
Institut Pemerintahan Dalam Negeri
Hyronimus Rowa
Institut Pemerintahan Dalam Negeri
Abstract
Tulamben Village is one of the villages that receives village funds every year,
but the use of village funds in Tulamben Village is still focused on physical
development, this is due to a lack of understanding of the community and village
officials regarding the rules for using village funds so that the use of village funds is
not yet fully appropriate in meeting needs Public. This research method uses
qualitative methods with a descriptive approach. To obtain data, researchers used data
sources in the form of people, places, and papers. The data collection techniques that
the writer uses are observation, interviews, and documentation. To answer and reveal
the problem of phenomena that occur, researchers use data analysis in the form of data
reduction, data presentation, and data verification. The results showed that the
effectiveness of the use of Village Funds in increasing community empowerment in
Tulamben Village has not been effective. This can be seen from the successful use of
village funds, which focuses more on physical development. This needs extra attention
from the central government and local governments, especially in the area of using
village funds, so that the focus of development and community empowerment can run
effectively.
PENDAHULUAN
Desa merupakan representasi dari Kesatuan masyarakat hukum terkecil yang
telah ada dan tumbuh berkembang seiring dengan sejarah kehidupan masyarakat
Indonesia dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan kehidupan bangsa.
Kebijakan penataan dan pengaturan mengenai desa diwujudkan dengan lahirnya
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Guna mendukung pelaksanaan
tugas dan fungsi desa dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa
dalam segala aspeknya sesuai dengan kewenangan yang dimiliki, Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa memberikan mandat kepada pemerintah untuk
mengalokasikan dana desa. Dana desa tersebut dianggarkan setiap tahun dalam APBN
yang diberikan kepada setiap desa sebagai salah satu sumber pendapatan desa.
Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, tujuan dari dana
desa antara lain meningkatkan pelayanan publik di desa, mengentaskan masyarakat
dari kemiskinan, memajukan perekonomian desa, mengatasi kesenjangan
pembangunan antar desa, serta memperkuat masyarakat desa sebagai subjek
pembangunan. Maka dari itu penyaluran dana menjadi hal terpenting untuk
pembangunan desa yang lebih maju.
Seiring diberlakukannya Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,
maka yang menjadi perhatian kita bersama adalah bagaimana selanjutnya
pemerintahan desa mengelola keuangan dan mempertanggungjawabkannya dan diikuti
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara pasal 2 menyatakan bahwa Dana Desa dikelola secara
tertib, taat pada ketentuan peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif,
transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan
serta mengutamakan kepentingan masyarakat setempat. Berdasarkan ketentuan dalam
Peraturan tersebut keefektifan menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam
pengelolaan dana desa untuk program atau kegiatan yang sesuai dengan tujuan dana
desa.
Bicara tentang efektivitas menjadi suatu hal yang penting dalam melihat berhasil
atau tidaknya suatu program dari kebijakan yang telah disepakati bersama. Seperti yang
dikemukakan oleh Martani dan Lubis (1987) dalam bukunya yang berjudul Teori
Organisasi, efektivitas organisasi dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan
organisasi dalam usaha untuk mencapai tujuan atau sasarannya. Dalam permasalahan
ini efektivitas dapat dihubungkan terhadap pencapaian tujuan, sebab masalah dana desa
bukan tentang meminimalkan biaya tetapi tentang bagaimana program dari dana desa
dapat maksimal diberikan kepada masyarakat desa. Efektivitas juga dapat menjadi
sebuah pengukur suatu kebijakan benar-benar bermanfaat dalam mengatasi
permasalahan yang ada. Khususnya di Indonesia salah satu permasalahan yang sedang
dihadapi adalah rendahnya kesejahteraan masyarakat pedesaan.
Tabel 1. Jumlah dan Tingkat Kemiskinan Kab/Kota Tahun 2018
Penduduk Miskin
NO Kabupaten/Kota (%)
2017 2018
1 2 3 4
8 Kab. Buleleng 5,74 5,36
9 Kota Denpasar 2,27 2,24
Sumber: BPS Provinsi Bali, 2018.
Efektivitas Dana Desa dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu faktor
yang dapat menghambat keberhasilan program tersebut adalah terjadinya
penyimpangan dalam pengelolaannya. Menurut pimpinan komisi pemberantasan
korupsi (KPK) Laode Syarif, ada enam modus penyimpangan dana desa, yaitu
pengadaan barang dan jasa yang tidak sesuai alias fiktif, mark-up anggaran yang tidak
melibatkan masyarakat dalam musyawarah desa, penyelewengan dana desa untuk
kepentingan pribadi, dan lemahnya pengawasan serta penggelapan honor aparat desa.
Selain akibat penyalahgunaan anggaran, hal lain yang dapat mengurangi
efektivitas dana desa adalah kurangnya kompetensi aparat desa sebagai pengelola.
Pemerintah pusat mengalokasikan dana desa salah satu tujuannya adalah untuk
mempercepat proses pembangunan yang ada di desa dengan memberdayakan
masyarakat yang ada di desa tersebut. Selain itu pemerintah pusat juga mempunyai
tujuan untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia yang ada di desa sehingga
dimasukkan dalam skala prioritas penggunaan dana desa. Namun dalam
pelaksanaannya di lapangan pemerintah desa masih sulit untuk melaksanakan aturan
tersebut, mengingat antara satu dengan desa yang lain memiliki kultur, letak geografis
dan kemampuan sumber daya manusia yang berbeda-beda. Hal tersebut dapat dilihat
dari data realisasi penggunaan dana desa, dimana masih banyaknya penggunaan dana
desa yang tidak sesuai dengan sklala prioritas yang telah ditentukan dalam aturan.
Selain itu, masih banyak ditemui permasalahan dana desa mulai dari pencairan,
perencanaan, penggunaan dan pelaporan dana desa.
Salah satu permasalahan yang sering ditemui adalah kesulitan perangkat desa
dalam menyusun perencanaan penggunaan dana desa yang seharusnya tertuang dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes), Rencana Kerja
Pemerintah Desa (RKPDes) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes).
Hal ini dapat mengakibatkan keterlambatan pencairan dana desa karena penyaluran
dana desa dilakukan setelah Kepala Desa menyampaikan peraturan Desa mengenai
APBDes kepada bupati/walikota dan laporan realisasi penggunaan Dana Desa tahun
anggaran sebelumnya yang tercantum pada Pasal 17 Ayat (2) Peraturan Pemerintah
Nomor 8 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara.
Laporan Hasil Pemeriksaan BPK atas Belanja Dana Desa Tahun 2015 dan 2016
pada Kabupaten Karangasem, menyatakan bahwa Pemerintah Desa masih kesulitan
dalam menetapkan RPJM Desa, RKP Desa dan APB Desa yang salah satunya disebkan
kepala desa memang belum mengikuti bimbingan teknis terkait penyusunan RPJM
Desa dan RKP Desa. Permasalahan pada penyusunan RPJMDes, RKPDes dan
APBDes ini dapat mengakibatkan penggunaan dana desa yang tidak efektif atau
bahkan tidak sesuai dengan ketentuan karena perencanaan yang tidak matang. Pada
Kabupaten Karangasem diketahui bahwa terdapat Dana Desa yang digunakan tidak
sesuai peruntukan dan kegiatan prioritas desa diantaranya digunakan untuk
pembayaran honorarium, untuk perjalanan dinas Sekretaris Desa, pembangunan gapura
kantor desa, dan digunakan untuk bedah rumah dan pembangunan jamban perorangan.
Hal ini menyebabkan banyak kegiatan-kegiatan yang yang tidak sesuai dengan skala
prioritas dapat masuk dalam APBDes, hal ini terlihat jelas kurangnya partisipasi
masyarakat dalam ikut serta dalam penyusunan RPJMDes, RKPDes dan APBDes.
Sebagaimana dikutip dari pernyataan Sri Mulyani Indrawati dalam kata pengantar buku
pintar dana desa, 2017, Desa diberikan kewenangan dan sumber dana yang memadai
agar dapat mengelola potensi yang dimilikinya guna meningkatkan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat. Komunikasi antar lembaga dalam penanganan dana desa
menjadi kendala dalam penyaluran dan penggunaan dana desa yang memang
mengalami perubahan dalam perincian dana desa.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian merupakan perspektif, cara atau sudut pandang riset yang
digunakan peneliti untuk melihat realita yang ada untuk kemudian dipelajari dan
diinterpretasikan sehingga menjadi sesuatu yang bermakna (Effendy, 2010:3). Sejalan
dengan tujuan penelitian yang berusaha untuk mengetahui dan menganalisa efektivitas
penggunaan dana desa dalam meningkatkan pemberdayaan masyarakat di Desa
HASIL PENELITIAN
Efektivitas Penggunaan Dana Desa dalam Meningkatkan Pemberdayaan
Masyarakat di Desa Tulamben Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem
Menurut Campbell J.P efektivitas adalah tingkat kemampuan suatu lembaga atau
organisasi untuk dapat melaksanakan semua tugas-tugas pokoknya atau untuk
mencapai sasaran yang telah di tentukan”. Sehingga untuk menetukan efektif atau
tidaknya suatu program menurut Campbell ada 5 (lima) variabel yang diperlukan untuk
mengukur efektifitas yang meliputi : (1) keberhasilan program; (2) keberhailan sasaran;
(3) kepuasan terhadap program; (4) Tingkat Input dan Output (5) pencapaian Tujuan
menyeluruh.
1. Keberhasilan Program
Keberhasilan program dari dana desa pada Desa Tulamben Kecamatan Kubu
Kabupaten Karangasem dapat dilihat dari semangat kerja yang ditunjukkan perangkat
desa, partisipasi masyakarat meningkat, kelembagaan yang ada di Desa aktif
menyuaran aspirasi masyarakat dan pembangunan secara continue berjalan baik.
Program dikatakan berhasil apabila membawa perubahan yang secara nyata dapat
dirasakan oleh masyarakat, perubahan yang terjadi baik dari pembangunan fisik
maupun pembagunan non fisik. Program dana desa merupakan program yang memiliki
tujuan untuk memberdayakan masyakat Desa baik dari segi pembangunan Desa
maupun pembangunan pemberdayaan potensi yang ada di Desa dengan memberikan
dana khusus oleh Desa. Peran aktif masyakat dalam membangun desanya secara tidak
langsung meringankan beban sekaligus membantu Pemerintah Daerah untuk
mewujudkan visi dan misi daerah. Adanya program dana desa tersebut menumbuhkan
semangat tersendiri baik dari Pemerintah Daerah, Kecamatan, Desa, dan masyakat
untuk mensukseskan visi dan misi Kabupaten Karangasem. Hal inilah yang selama ini
diharapkan oleh pemerintah daerah maupun pemerirntah pusat. Selama ini yang
dirasakan oleh masyakat desa khususnya masyarakat di Desa Tulamben tidak ada
perubahan yang signifikan. Perubahan yang nyata terjadi ketika adanya Alokasi dana
desa.
sarana dan prasarana terutama jalan menajadi perhatian bagi masyarakat desa terutama
bagi akomodasi hasil produksi petani.
proses ini. Keterlibatan masyarakat Desa Tulamben dalam proses pelaksanaan program
pembangunan ditunjukkan pada hasil observasi peneliti.
Tabel 3. Peran Serta Masyarakat Desa pada Pelaksanaan dana Desa
Jumlah masyarakat yang terlibat dalam pelaksanaan pembangunan fisik di desa sesuai
hasil Musrenbang 100 %
Jumlah penduduk yang dilibatkan dalam pelaksanaan proyek padat karya oleh pengelola
proyek yang ditunjuk pemerintah desa atau kabupaten 100 %
Penyelenggaraan musyawarah desa untuk menerima, memelihara dan melestarikan
hasil pembangunan yang sudah ada Ada
Jumlah kasus penyimpangan pelaksanaan kegiatan pembangunan yang dilaporkan
masyarakat atau lembaga kemasyarakatan desa kepada kepala Desa Tidak Ada
Jumlah kasus penyimpangan pelaksanaan kegiatan pembangunan desa yang
diselesaikan secara hokum Tidak Ada
Jenis kegiatan masyarakat untuk melestarikan hasil pembangunan yang dikoordinasikan
pemerintah desa Ada
Sumber: peneliti, 2020.
4. Proses Evaluasi
Evaluasi diperlukan untuk memastikan bahwa di setiap tahapan pengelolaan dana
desa tidak terjadi pengimpangan. Pelaksanaan evaluasi dapat dilakukan baik oleh
masyarakat desa, BPD dan camat. Secara umum proses evaluasi dilakukan sejak dari
tahap perencanaan sampai dengan laporan pertanggungjawaban. Proses pelaksanaan
evaluasi dilakakan secara sinergi dan terpadu, hal tersebut sangat di perlukan untuk
memastikan bahwa ketercapaian output penggunaan dana desa dapat lebih maksimal.
Pertanggungjawaban realisasi penggunaan dana desa di Desa Tulamben tidak
lepas dari Peraturan Bupati Karangasem Nomor 32 Tahun 2015 tentang pengelolaan
keuangan desa dimana pada pasal 27 menyatakan bahwa kepala desa wajib
menyampaikan laporan pertangungjawaban realisasi pelaksanaan APBDes kepada
bupati setiap akhir tahun anggaran melalui camat, laporan pertanggungjawaban
realisasi pelaksanaan APBDes terdiri dari pendapatan, belanja dan pembiayaan.
Laporan pertangungjawaban realisasi pelaksanaan APBdesa ditetapan dengan
peraturan desa. Laporan pertanggungjawaban realisasi APBdesa disampaikan paling
lambat 1 bulan setelah akhir tahun anggaran berkenaan. Laporan pertanggungjawaban
realisasi APBdesa nantinya akan di evaluasi oleh Bupati lewat Camat supaya tidak ada
masalah-masalah kedepannya dalam penggunaan dana desa.
Tentunya Pemerintah Kabupaten dan Kecamatan wajib membina dan mengawasi
pelaksanaan pengelolaan dana desa, pembinaan dan pengawasan yang dimaksud sesuai
dengan Peraturan Bupati Nomor 32 Tahun 2015 tentang pengelolaan kuangan desa
salah satunya memberikan bimbingan dan pelatihan dalam penyelenggaraan keuangan
desa yang mencangkup perencanan dan penyusunan APBDesa, pelaksanaan dan
pertanggungjwaban APBDesa.
Camat kubu selaku pembina langsung pengelolaan dana desa pada tingkat
kecamatan berperan aktif dalam melaksanakan pengawasan dan pembinaan dalam
rangka mengevaluasi penggunaan dana desa di wilayah kecamatan kubu. Selain Camat
Kubu pengawasan pelaksanaan penggunaan dana desa juga dilakukan oleh Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) Tulamben. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
sebagai lembaga desa yang mewakili unsur masyarakat desa berkewajiban melakukan
kontrol terhadap pelayanan yang diberikan aparat desa kepada masyarakat apakah
sudah sesuai prosedur dan sudah benar. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai
lembaga pengawasan pemerintahan desa harus mencermati setiap aliran-aliran dana
yang ditetapkan dan disalurkan kemasing-masing pos pekerjaan yang telah ditetapkan
untuk dikerjakan tepat guna dan tepat pengalokasiannya.
5. Keberhasilan Program
Keberhasilan sasaran merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah
kebijakan. Setiap program memiliki target dan sasaran yang ingin dicapai. Demikian
dengan program pengalokasian dana desa ini yang memiliki tujuan yang hendak
dicapai yaitu pemerataan pembangunan dan pemeberdayaan masyarakat, peningkatan
kesejahteraan melalui pelayanan publik di desa, memajukan perekonomian desa,
mengatasi kesenjangan pembangunan antar desa, serta memperkuat masyarakat desa
sebagai subjek pembangunan.
Dapat dikatakan bahwa konsentrasi alokasi dana desa di desa Tulamben dari
tahun 2015 sampai dengan 2018 adalah pembangunan fisik dan pemberdayaan
masyarakat. Hal ini sejalan dengan peraturan Bupati Karangasem Nomor 47 Tahun
2017 Tentang Tata Cara Pembagian Dan Penetapan Rincian Dana Setiap Desa yang
menyatakan bahwa :
(1) Dana Desa digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat, dan
pembinaan kemasyarakatan Desa.
(2) Dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diprioritaskan untuk
membiayai pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.
90% dana desa dialokasikan pada pemberdayaan masyarakat dan tidak ada alokasi
untuk pembangunan fisik. Tapi sebaliknya pada tahun 2016, 100% penggunaan dana
desa dialokasikan pada bidang pembangunan fisik. Pada tahun 2017, fokus penggunaan
dana desa sebesar 97% pada bidang pembangunan fisik dan hanya 2% pada bidang
pemberdayaan masyarakat. Begitu juga pada tahun 2018 sebesar 94% alokasi
penggunaan pada bidang pembangunan fisik dan hanya 5% pada bidang pemberdayaan
masyarakat. Pembangunan fisik lebih dominan dan lebih banyak dilakukan di Desa
Tulamben,
Pembangunan fisik memang yang paling banyak diselenggarakan oleh Desa
Tulamben. Pemberdayaan masyarakat belum sepenuhnya dijalankan, keterlibatan
masyarakat dalam pembangunan fisik memang menunjukkan perubahan yang nyata.
Sebaliknya pada bidang pemberdayaan masyarakat masih belum menunjukan hasil
yang di inginkan. hal ini menunjukan bahwa penggunaan dana desa belum tepat sasaran
padahal selain dari segi pembangunan fisik masih ada program bidang pemberdayaan
yang perlu di perhatikan.
Masyarakat belum menunjukkan hasil yang memiliki perubahan berarti pada
bidang pemberdayaan masyarakat. Adanya dana desa seharusnya mampu
memberdayakan masyarakat sehingga hal ini berdampak pada perekonomian
masyarakat. Adapun program pemberdayaan masyakarat yang dibantu dari Dana Desa
yaitu berupa UP2K (upaya peningkatan pendapatan keluarga) yang dilaksanakan PKK
desa tulamben. UP2K merupakan program pembinaan kepada masyarakat untuk dapat
menggali potensi yang ada pada masyarakat. Akan tetapi program ini masih belum
jelas, dimana masyarakat masih binggung akan hasil yang mereka peroleh dari timbal
balik jerih payah mereka belum difasilitasi dengan baik.
Pemberian bantuan berupa dana maupun pelatihan yang diberikan melalui dana
desa pada bidang pemberdayaan masyakarat sudah dapat dikatakan cukup baik, namun
seharusnya pemerintah lebih memperhatikan kelanjutan dari program pemberdayaan
masyarakat tersebut khususnya masyarakat Desa Tulamben. Sehingga sasaran yang
ingin dicapai oleh dana desa tersebut mampu berjalan secara efektif berdasarkan
keinginan yang diharapkan bersama. Hal ini berkaitan dengan pendapatan masyarakat
dan pendapatan desa, oleh karena itu perlu menjadi perhatian.
dari dana desa telah memberikan maanfaat bagi masyarakat. Output dana desa di desa
Tulamben dari tahun 2015 sampai dengan 2018 telah telah mengahasilkan sarana dan
prasarana yang bermanfaat bagi masyarakat yaitu : pembangunan jalan desa sepanjang
8.230 meter, pembangunan sarana air bersih 4 unit, pembangunan TPA 1 unit, serta
dalam Kegiatan Pemberdayaan Posyandu,UP2K,BKP dan bantuan bibit babi kepada 6
banjar dinas di kedesaan Tulamben. Hasil dari penggunaan dana desa ini tentu sangat
bermanfaat bagi masyarakat di desa tulamben
Kepuasan terhadap program dana desa menjadi tolak ukur efektifitas
pelaksanaanya dalam membangun desa di Desa Tulamben. Kepuasan ini dirasakan
oleh para pembuat program dan yang merasakan langsung hasil nyata dari program
tersebut dalam hal ini adalah masyarakat di desa Tulamben. Kepuasan tersendiri juga
dirasakan oleh aparat desa Tulamben. Dengan adanya bantuan operasional dan bantuan
insentif menjadi nilai tambah semangat aparat desa dalam bekerja. Semangat kerja
yang ditunjukkan oleh aparat Desa Tulamben menunjukkan bahwa dana desa ini
membawa respon yang sangat positif. selain itu keberhasilan dalam program
penggunaan dana desa yang akuntabel, transfaransi dan partisipatif dapat memberikan
dampak kepercayaan masyarakat terhadap aparat desa.
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat input dan output
penggunaan dana desa di desa Tulamben sudah dilaksanakan secara maksimal terlihat
dari persentase capaian output yang sudah mencapai 100%, itu artinya setiap program
kegiatan telah dilaksanakan dengan baik dan memperoleh hasil yang maksimal.
Penggunaan dana desa di desa Tulamben dari tahun 2015 sampai dengan 2018 telah
mengahasilkan output yang bermanfaat bagi masyarakat yaitu : pembangunan jalan
desa sepanjang 8.230 meter, 4 unit pembangunan sarana air bersih, pembangunan TPA
1 unit, serta dalam Kegiatan Pemberdayaan Posyandu, pengembangan prestasi
olahraga, dan bantuan bibit babi kepada 6 banjar dinas di kedesaan Tulamben. Hal ini
tentu sudah sebanding dengan input dari dana desa.
Input penggunaan dana desa sudah sesuai dengan output yang di hasilkan dalam
penggunaan dana desa. Partisipasi masyarakat dalam Keberhasilan pencapaian output
penggunaan dana desa juga turut andil didalamnnya, dimana masyarakat secara gotong
royong membantu pemerintah desa dalam mencapai output dana desa. Berdasarkan
data-data tersebut jelas bahwa efektifitas input dan output secara keseluruhan dapat
dikatakan efektif terlihat dari persentase pencapaian output dalam penggunaan dana
desa.
1. Kopetensi SDM perangkat desa masih lemah di bidang pengelolan dana desa
2. Isi kebijakan dalam penggunaan dana desa belum sepenuhnya dijalankan
3. Masih lemahnya pemahaman masyarakat terhadap penggunaan dana desa
4. Kualitas sarana dan prsarana umum di desa masih rendah
Ancaman (Treats)
1. Keterlambatan pencairan dana desa dari Pemerintah Kabupaten.
2. Jarak desa yang cukup jauh dengan pemerintah daerah menyulitkan dalam
rangka koordiasi secara langsung.
PENUTUP
Penggunaan dana desa yang efektif salah satunya terlihat dari keberhasilan
sasaran dari dana desa itu sendiri. Sasaran yang menjadi fokus dari dana desa adalah
pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat. Sasaran program penggunaan dana
desa di tulamben belum berjalan dengan efektif. Pembangunan fisik lebih
diprioritaskan dan menjadi lebih dominan, masih belum menjadi perhatian pada
program pemberdayaan masyarakat sehingga sasaran dalam penggunaan dana desa
masih belum sepenuhnya dapat terwujud. Keberhasilan sasaran penggunaan dana desa
perlu di perhatikan, jangan hanya menitik beratkan pada pembangunan fisik melainkan
juga dari sisi pemberdayaan masyarakat dengan menyediakan sarana pelatihan
terhadap masyarakat untuk mengolah sumber kekayaan yang ada di desa untuk
meningkatkan perekonomian masyarakat, selain itu juga memfasilitasi kelanjutan hasil
dari pemberdayaan masayarakat. Serta juga dapat memberikan pemahaman bagi
masyarakat dalam proses perencanaan suatu program bahwa pemberdayaan
masyarakat juga sangat penting bagi kelangsungan kehidupan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Apriyani, Dwi Astuti. 2015. Evaluasi Alokasi Dana Desa (ADD) Pada Pemerintah
Kota Banjar Provinsi Jawa Barat; Studi Komparasi Pada Desa Mekarharja
Kecamatan Purwaharja dan Desa Sukamukti Kecamatan Pataruman.