This document discusses a study of organic architecture applied to culinary tourism attractions in Bandung Regency, West Java. It begins with an introduction to tourism and culinary tourism. Culinary tourism involves visiting attractions that showcase local cuisine, dishes, and drinks. Organic architecture describes a relationship with nature through symmetrical patterns and connections to natural conditions. The study then examines the architectural forms, elements, and shapes used at several culinary tourist sites in Bandung Regency to integrate organic design principles with the recreational facilities.
This document discusses a study of organic architecture applied to culinary tourism attractions in Bandung Regency, West Java. It begins with an introduction to tourism and culinary tourism. Culinary tourism involves visiting attractions that showcase local cuisine, dishes, and drinks. Organic architecture describes a relationship with nature through symmetrical patterns and connections to natural conditions. The study then examines the architectural forms, elements, and shapes used at several culinary tourist sites in Bandung Regency to integrate organic design principles with the recreational facilities.
This document discusses a study of organic architecture applied to culinary tourism attractions in Bandung Regency, West Java. It begins with an introduction to tourism and culinary tourism. Culinary tourism involves visiting attractions that showcase local cuisine, dishes, and drinks. Organic architecture describes a relationship with nature through symmetrical patterns and connections to natural conditions. The study then examines the architectural forms, elements, and shapes used at several culinary tourist sites in Bandung Regency to integrate organic design principles with the recreational facilities.
The high demands for recreational places Diterima: 9 April 2019 in several major cities in Indonesia is an Direvisi: 30 April 2019 opportunity for activists of recreational Dipublikasikan: 20 Mei 2019 businesses to provide tourist locations that are able to increase the profit coffers. Keywords Tourism that will be discussed in this Organic Architecture, Culinary Tourism, article is culinary tourism. Culinary itself Recreation, Nature is a processed product in the form of cuisine, the dishes are in the form of side dishes, food and drinks. Culinary is everything related to food and food ranging from raw materials to processing and presentation. The visitors will be presented with several recreational facilities with a variety of typical traditional food and drinks in their respective regions. Organic architecture describes the relationship with nature as a whole and the parts that have ties to their natural conditions. Organic architecture itself is based on natural behavioral factors, symmetrical patterns and firm lines, as well as natural life. Basically, organic architecture is architecture that is based on nature. This article presents a brief study of the application of organic architecture to several culinary attractions located in Bandung Regency, West Java.
I. Pendahuluan Wisata itu sendiri menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah Dewasa ini wisata menjadi salah satu kegiatan bepergian bersama-sama kebutuhan yang cukup signifikan bagi (untuk memperluas pengetahuan, masyarakat Indonesia khususnya bersenang-senang, dan sebagainya). masyarakat Provinsi Jawa Barat. Bersama-sama disini dapat dilakukan
Pelita Teknologi: Jurnal Ilmiah Informatika, Arsitektur dan Lingkungan | 1
ISSN: p.2301-475X e.2656-7059
bersama keluarga, teman sejawat atau 4. Memiliki tujuan tertentu yang
lingkungan komunitas lainnya. intinya untuk mendapatkan Tingginya mobilitas masyarakat kesenangan. pekerja terutama masyarakat perkotaan menyebabkan golongan 5. Tidak untuk mencari nafkah di masyarakat pekerja ini merasakan tempat tujuan, bahkan jenuh, penat dan lelah dengan aktifitas keberadaannya dapat memberikan yang cukup padat, sehingga kontribusi pendapatan bagi dibutuhkan tempat untuk sekedar masyarakat atau daerah yang melepaskan penat dan lelah sebelum dikunjungi. beraktifitas kembali. Tingginya Wisata yang akan dibahas pada artikel kebutuhan akan tempat rekreasi inilah ini adalah wisata yang termasuk wisata menjadi sebuah potensi atau peluang kuliner. Kuliner itu sendiri menurut bagi penggiat usaha rekreasi untuk bahasa Melayu adalah hasil olahan menyediakan lokasi wisata yang yang berupa masakan, masakan tentunya mampu menambah pundi- tersebut berupa lauk-pauk, makanan pundi keuntungan. (panganan) dan minuman. Kuliner Wisata dalam bahasa Inggris disebut adalah segala sesuatu yang berkaitan tour yang secara etimologi berasal dari dengan pangan dan makanan mulai kata torah (ibrani) yang berarti belajar, dari bahan-bahan mentah sampai pada tornus (bahasa Latin) yang berarti alat proses pengolahan dan penyajian. untuk membuat lingkaran, dan dalam I. Kajian Bentuk Bangunan bahasa Perancis kuno disebut tour yang berarti mengelilingi sirkuit. Pada Bentuk dalam arsitektur adalah suatu umumnya orang memberi padanan media atau alat komunikasi untuk kata wisata dengan rekreasi, wisata menyampaikan arti yang dikandung adalah sebuah perjalanan, namun tidak oleh bentuk itu sendiri atau alat untuk semua perjalanan dapat dikatakan menyampaikan pesan tertentu dari wisata. Dari hal tersebut menurut arsitek kepada masyarakat sebagai Suyitno (2001) wisata memiliki lima penerima. Bentuk mempunyai peran karakteristik, diantaranya: yang lahir dari fungsi, selain itu bentuk sendiri juga diwujudkan oleh bahan, 1. Bersifat sementara, bahwa dalam struktur dan simbol. Bentuk bangunan jangka waktu pendek wisatawan yang berfungsi, secara lahiriah akan kembali ke tempat asalnya. mengungkapkan maksud dan tujuan 2. Melibatkan komponen-komponen bangunan, disertai dengan pengertian wisata, misalnya sarana ilusinya. transportasi, akomodasi, restoran, Terdapat elemen fisik yang penting objek wisata, toko cinderamata dan dalam arsitektur menurut Krier (2001) lain-lain. untuk mengkomunikasikan 3. Umumnya dilakukan dengan penampilan bangunan, yaitu : mengunjungi objek wisata dan 1. Fasade bangunan (eksterior). atraksi wisata. Fasade merupakan elemen arsitektur yang paling penting dalam kemampuannya untuk
Pelita Teknologi: Jurnal Ilmiah Informatika, Arsitektur dan Lingkungan | 2
ISSN: p.2301-475X e.2656-7059
mengkomunikasikan fungsi sebuah bentuk tersebut amorf, karena selain
bangunan membangkitkan indera peraba, tekstur tersebut juga menipu mata 2. Ruang dalam (interior). Kesatuan pada batas yang telah ditetapkan terkecil pada bangunan adalah secara tegas dan tepat. ruang-ruang yang kualitasnya sangat menentukan citra bangunan Suatu permukaan yang halus dan tersebut lunak, menonjolkan perbedaan cahaya dengan bayangan, 3. Denah dan massa bangunan, mempunyai efek yang berbeda tapi meskipun kecil peranannya tetapi bila digosok sehingga seperti kaca denah dan massa bangunan juga perbedaan antar cahaya dan ikut berperan dalam bayangan berkurang. Dengan mengkomunikasikan penampilan adanya pantulan, benda yang bangunan tersebut. mempunyai kesan padat menjadi kurang padat dalam penampilannya. Tekstur tidak Selain hal tersebut di atas elemen- hanya mengatur kualitas kepadatan, elemen lain yang dapat mendukung tetapi digunakan juga untuk terwujudnya suatu ekspresi bangunan mengatur “perasaan akan ruang” yang diinginkan menurut Sutedjo terutama pada peralihan dari ruang (1982) yaitu: luar ke ruang dalam 1. Tekstur. Tekstur pada dasarnya 2. Pola mempunyai asosiasi dari sumber Pola dibentuk oleh: rekaman pengalaman. Tekstur ada dua macam, yaitu tekstur halus dan • Garis Vertikal : kesan tinggi dan tekstur kasar. Tekstur halus kuat mempunyai sifat menyenangkan • Garis Horizontal : memberi dan meyakinkan, sedangkan tekstur kesan tenang dan keras kasar mempunyai sedikit peringatan mungkin akan cukup kuat untuk • Garis Diagonal : garis memberikan kesan ancaman, dan untuk pergerakan/ movement sebagai tambahan mengingatkan kita pada kekuatan yang agresif • Garis Lengkung : kesan yang menjadikannya. Suatu tekstur dinamis dan fleksibel dari bentuk, dapat menguatkan atau 3. Bentuk/massa. mengurangi kesan yang secara Bentuk merupakan unit yang dasar ditimbulkan oleh bentuk itu mempunyai unsur garis, lapisan, sendiri. Tekstur juga mempunyai volume, tekstur dan warna. kekuatan untuk mengubah Kombinasi keseluruhan unsur penampilan bentuk dengan warna tersebut yang mendesak dan mengalahkan menghasilkan suatu ekspresi. pengertian bentuknya. Suatu tekstur Unit-unit tadi dapat berdiri yang kasar yang diberikan pada sendiri secara keseluruhan atau bentuk yang sebetulnya tegas dan merupakan bagian dari bagian tepat, akan cenderung menjadikan yang lebih besar. Untuk
Pelita Teknologi: Jurnal Ilmiah Informatika, Arsitektur dan Lingkungan | 3
ISSN: p.2301-475X e.2656-7059
menganalisa bentuk sebaiknya II. Kajian Arsitektur Organik
diadakan penilaian hubungan timbal balik antara bagian- Organik menurut Kamus Besar Bahasa bagian bentuk dan bentuk Indonesia adalah hal yang berkenaan keseluruhan, karena sifat bagian dengan organ (alat pada tubuh bentuk ditentukan oleh tingkat manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan) pemusatannya dan atau dengan kata lain suatu kesatuan kemampuannya untuk dari bagian-bagian yang membentuk bergabung dengan bagian bentuk satu kesatuan sistem. Organik adalah lain. Hal ini dapat dirasakan kumpulan bahan atau senyawa dari secara naluri tetapi perlu kehidupan tumbuh-tumbuhan atau dikaitkan dengan berbagai unsur binatang. Organik menurut Snyder bentuk lainnya seperti skala, (1991) adalah suatu kata yang proporsi, irama dan sebagainya. menunjuk pada satu kesatuan, atau Sedangkan faktor-faktor yang lebih tepat bila dikatakan suatu yang mewujudkan bentuk antara lain terpadu. Seperti yang digunakan dalam fungsi, simbol dan teknologi arsitektur, organik pada awalnya struktur dan bahan adalah bagian-bagian dari keseluruhan dan keseluruhan dari bagian-bagian. 4. Warna. Warna dalam suatu Keseluruhan merupakan sesuatu yang desain bangunan merupakan terpadu. Arsitektur Organik suatu elemen yang tidak mendeskripsikan hubungan dengan mungkin diabaikan. Warna alam secara keseluruhan dan bagian- banyak memberi pengaruh pada bagian yang mempunyai ikatan dengan kehidupan manusia secara kondisi alamnya (Lampugnani : 1980). konstan dan mendalam. Selain Arsitektur Organik bersumber pada itu warna juga sangat faktor prilaku alam, pola simetris dan berpengaruh terhadap garis-garis tegas, serta kehidupan yang pembentukan suasana, terutama sifatnya alami. Pada dasarnya, untuk membangkitkan arsitektur organik adalah arsitektur emosional pemakai (secara yang berguru pada alam (Wright, psikologis). Setiap jenis warna 1963). mempunyai kepribadiannya sendiri. Penggunaan warna Arsitektur organik memiliki konsep secara tepat, dapat menimbulkan pada hubungan yang harmonis antara imajinasi seseorang atau dapat keseluruhan dan bagian-bagiannya. menimbulkan suasana hati yang Adanya hubungan pada proses kita inginkan. Dengan kehidupan, kelahiran, pertumbuhan memahami sifat dan dan kematian. Setiap bagian dari karakteristik warna, kita dapat struktur harus mencerminkan mengekspresikan individualitas identitasnya masing-masing walaupun sebuah bangunan dan demikian tetap merupakan satu menciptakan ruang yang nyaman kesatuan dari keseluruhan bangunan. dan “mengundang” pemakai Menurut Lampugnani (1980) yang ada didalamnya. arsitektur organik secara garis besar memiliki tiga prinsip, yaitu :
Pelita Teknologi: Jurnal Ilmiah Informatika, Arsitektur dan Lingkungan | 4
ISSN: p.2301-475X e.2656-7059
1. Nature as Model. sebelah barat daya Wisconsin
Merupakan inspirasi dari mendekatkan dia dengan irama, pola, pelarian terhadap kota-kota warna dan sistim dari alam. Wright besar dan peradaban teknologi, mengungkapkan bangunan harus dengan menjadikan alam beserta berada bersama alam, dimiliki oleh aturannya sebagai pedoman. alam, sehingga antara alam dan bangunan dapat hidup bersama. 2. Individualisme. Terdapat pendekatan konsep alam Merupakan otonomi intelektual Wright (1963), diantaranya : dan kepribadian individual dengan tujuan-tujuan psikologis. 1. Manusia harus tinggal/hidup Hal ini dilakukan dengan bersama alam. Adanya memperhatikan kondisi-kondisi karakteristik yang menggambakan yang ada, termasuk kondisi integrasi antara alam dengan lokasi individual terhadap lingkungan, tetapi bangunan tuntutan psikologis manusianya. berkesan tumbuh bersama-sama dengan lingkungan. 3. Nationalisme. Adanya keterkaitan antara 2. Alam merupakan kekuatan dari seseorang/manusia dengan inspirasi rancangan. Bentuk- daerahnya dan budaya setempat. bentuk yang dihasilkan Hal ini diterapkan dengan merupakan inspirasi dari kondisi memberikan karakter tidak alam sekitar, baik dari segi hanya dari segi bangunan, kontruksi bangunan maupun lihgkungan dan pemakainya, penggunaan material bangunan. tetapi juga dari daerah dimana bangunan tersebut berada, 3. Alam mengajarkan cara yang tepat beserta tradisinya. dalam pemakaian material. Dalam arsitektur organik, penggunaan, Berbagai macam pandangan mengenai material dapat memberikan kesan arsitektur organik sangatlah banyak ekspresif pada permukaan dan arsitek yang menganut paham ini bangunan penekanan pada garis- juga tidak sedikit, akan tetapi yang garis dan tekstur material dapat paling menonjol dan merupakan mendukung usaha untuk pelopor dari arsitektur organik adalah menampilkan karakter bangunan. Frank Lloyd Wright. Dasar-dasar arsitektur Frank Lloyd Wright berakar 4. Penyesuaian diri terhadap dari alam, yang kemudian dia sebut alam.Penyesuaian terhadap alam arsitektur organik. Alam, diatas dapat dilakukan dengan cara segalanya adalah kekuatan inspirasi penyesuaian dengan kondisi dari Wright yang paling besar. Beliau tapak, waktu, indentitas lokasi selalu menganjurkan kepada murid- dan penggunaannya. muridnya untuk "pelajari alam, cintai Secara garis besar ada empat alam, tetaplah dekat dengan alam karakteristik arsitektur organik karena alam tidak akan pernah menurut Wright (1963), yaitu: mengecewakan kamu". Pengalaman masa kecilnya dimana dia tinggal di 1. It develops outward from within, in harmony with the conditions of
Pelita Teknologi: Jurnal Ilmiah Informatika, Arsitektur dan Lingkungan | 5
ISSN: p.2301-475X e.2656-7059
its being; it not applied. bukunya yang lain dimana ia
Berkembang dari dalam ke luar, mengatakan bahwa : “Openings harmonis terhadap sekitarnya dan Should be seen as part of the tidak dapat dipakai begitu saja. structure. Eliminate unnecessary Maksudnya adalah eksterior detail and ornament”. Bahkan bangunan dengan tetap mebel yang menjadi bagian dari memperhatikan keharmonisan interior bangunan ia desain sendiri dengan kondisi tapak sekitarnya agar konsepnya tentang keutuhan terbentuk atau berkembang dari bangunan benar-benar merupakan dalam bangunan (interior). kesatuan yang utuh. Kata organik Disinilah keunikan arsitektur menunjuk pada kesatuan : organik dimana ia berusaha untuk barangkali terpadu atau intrinsic menerapkan gaya-gaya adalah kata yang lebih tepat untuk arsitekturnya pada keseluruhan dipakai. Sebagaimana mulanya bangunan baik interior maupun digunakan dalam arsitektur, eksterior agar dapat organik berarti bagian pada mengekspresikan kesatuan keseluruhan sebagai keseluruhan bangunan secara utuh. pada bagian. Jadi keseluruhannya adalah terpadu adalah apa yang 2. Conduction occurs within the sesungguhnya diartikan oleh kata nature of material, "where in glass organik. is used as glass, stone as stone, wood as wood". Konstruksi selalu 4. Reflects time, place and purpose : terjadi dalam sifat-sifat alami dari “made by the people out o the material. Artinya bahwa dalam ground in their ways of their own kontruksi, material yang devising-true to time, place, digunakan fungsinya disesuaikan environment and purpose. Folk dengan sifat-sifat dari bahan itu building we might call them". sendiri. Misalnya : kaca untuk Bangunan-bangunan yang masuknya cahaya atau melihat dirancang sebaiknya dapat pemandangan luar, bukan mengekspresikan : digunakan sebagai tembok/pembatas ruangan atau • Time : waktu/saat bangunan kulit bangunan (seperti yang tersebut dirancang banyak kita Iihat pada bangunan • Place : memberikan bertingkat tinggi yang ada di gambaran identitas dimana Jakarta). bangunan berada, berkaitan 3. Elemen of a building are integral. dengan budaya dan keadaan Elemen-elemen dari sebuah sosial ekonomi lingkungan bangunan adalah merupakan satu setempat. kesatuan utuh. Artinya bahwa • Purpose : memperlihatkan ornamen-ornamen yang tidak kepentingan individual yang perlu sebaiknya dihilangkan didasari oleh tujuan psikologi apabila bukan merupakan bagian manusianya. dari kesatuan bangunan. Tentang hal ini dapat juga dilihat dalam
Pelita Teknologi: Jurnal Ilmiah Informatika, Arsitektur dan Lingkungan | 6
ISSN: p.2301-475X e.2656-7059
Tetapi selain dari keempat bentuk eksteriornya. Bagi Wright,
karakteristik mendasar diatas masih ruang-ruang seharusnya ada lagi konsepnya yang lebih detail mempunyai ciri-ciri seperti cairan, tentang arsitektur yang berhasil Wright mengalir dengan bebas dan terjemahkan kedalam idiologi desain bentuknya tidak normal. Dalam secara total dimana dia menyebutkan bangunanya ia merancang agar arsitektur organik. diantaranya adalah : orang keluar dari kotak (boxes), untuk meninjau keadaan luar 1. Kesederhanaan dan ketenangan secara visual yaitu lewat jendela, adalah kualitas yang dapat diukur dengan adanya teras atau beranda untuk menentukan nilai seni dan perancangan tapak yang sesungguhnya. menarik. 2. Batasi jumlah ruangan dan ukuran c. Skala. Skala yang digunakan ruangan sesuai dengan kebutuhan. adalah skala manusia. Bila ia 3. Jangan memasang alat-alat sudah menentukan satu unit dari perlengkapan yang tidak enak suatu ukuran maka akan dipandang. digunakan sebagai standar ukuran bagi keseluruhan bangunan untuk 4. Bangunan seharusnya nampak kemudian menentukan proporsi. berkembang dengan mudah dari Pintu-pintu akses dan langit-Iangit tapaknya. dibuat lebih rendah lagi, lebih 5. Gunakan warna-warna yang dekat dengan skala manusia, natural. sehingga menimbulkan perasaan yang intim menyatu dengan 6. Tampilkan sifat-sifat yang alami arsitekturnya. dari material yang digunakan, dll. d. Material. Bahan-bahan material III. Penerapan Arsitektur Organik yang natural dengan kondisi dan pada Bentuk Bangunan asalnya yang alami menjadi inspirasi dari bangunan-bangunan Menurut Wright (1979), prinsip wright. Untuk lebih efektifnya, arsitektur organik dapat diaplikasikan jumlah material yang digunakan pada ekspresi bangunan melalui: dijadikan bahan primer a. Tapak (site). Bangunan-bangunan (mendominasi tampak eksterior karya Wright menyatu dengan dan interiornya bahkan sering tapaknya. Bangunan yang paling digunakan sekaligus sebagai jelas mengungkapkan bahan strukturnya) sedangkan “perkawinan” antara bangunan yang lainnya sebagai bahan dengan tapaknya adalah salah satu sekunder. Material yang menjadi hasil karyanya yang disebut andalan bagi wright adalah : “Falling Water”dekat Mill Run, Penssylvania. • Batu, merupakan bahan yang paling sering diungkapkan b. Ruang (space). Adanya ruang dalam karya-karya Wright. (interior) yang menjadi alasan Menurutnya batu yang bangunan itu sendiri, mendikte merupakan material dasar
Pelita Teknologi: Jurnal Ilmiah Informatika, Arsitektur dan Lingkungan | 7
ISSN: p.2301-475X e.2656-7059
bangunan-bangunan kuno untuk banyak bangunannya,
dan bersejarah mempunyai terutama warna merah yang nilai apresiasi yang tinggi. hangat. • Batu bata (brick), batu bata f. Cahaya. Baik cahaya alami mempunyai warna yang maupun cahaya buatan adalah bermacam-macam, dimensi vital dalam arsitektur organik. serta finishingnya. Untuk Bangunan yang akan diletakkan eksterior bangunan ia sering dalam tapak harus dianalisa menggunakan bata ini untuk dahulu terhadap cahaya alami agar menekankan kesan horizontal mendapat "energi" matahari yang pada bangunan. paling baik. Untuk cahaya buatan Wright senang menggunakan efek • Kayu, Wright mengandalkan cahaya tidak langsung. kayu sebagai dasar-dasar elemen strukturnya. Untuk g. Seni Dekorasi. Sebagian dari interior, kayu selalu elemen dekorasi Wright dirancang digunakan dengan respek untuk menjadi bagian dari karena merupakan bagian tak kesatuan secara menyeluruh. terpisahkan dari keindahan. Wright senang menyatukan Bahan bangunan mempunyai benda-benda seni. Mebel, sifat dan karakter sendiri perlengkapan lampu, karpet, besi dalam menampilkan penompang kayu di perapian, ekspresinya. Bahan yang bahkan taplak meja dimodel sama tetapi penyelesaiannya berbeda-beda antara tapak yang berbeda akan menampilkan satu dengan yang lainnya, ekspresi yang berbeda pula disesuaikan dengan atau dengan kata lain, setiap lingkungannya. ekspresi dari material secara h. Mebel (Furniture). Mebel seperti langsung akan berhubungan kursi, meja, lemari dan lain-lain dengan persepsi seseorang dirancang sendiri oleh Wright agar dan akan menghasilkan sesuai dengan konsepnya tentang asosiasi yang berbeda-beda. kesatuan. Seakan-akan mebel- e. Wama. Dalam memilih warna, mebel tersebut merupakan bagian sebaiknya kita secara selektif dari keseluruhan bangunan. menganalisa warna-warna yang i. Textile. Wright memilih textile ada pada lingkungan disekitar yang sederhana dan natural. Dia bangunan yang akan direncanakan menyukai linen, katun, beludru sehingga penampilannya menyatu dan wol dengan tenunan rata dan dengan alam/sekitarnya. warna halus. Textile digunakan sebagai hitam pekat dan putih murni pelengkap atau sebagai aksen bertentangan dengan tesisnya terhadap tekstur ruangan tentang harmoni dan kesatuan. disekitarnya. Sedangkan warna merah merupakan warna favorit yang sering ia gunakan sebagai aksen
Pelita Teknologi: Jurnal Ilmiah Informatika, Arsitektur dan Lingkungan | 8
ISSN: p.2301-475X e.2656-7059
j. Aksesoris. Bentuk-bentuk 2. Hal yang terpenting dari semua
aksesoris yang ia gunakan bersifat komunitas standarisasi adalah alam geometris dan berorientasi alam. itu sendiri, dengan kekayaan dari bentuk-bentuknya dan system yang Seorang arsitek Finlandia Alvar Aalto ada pada lingkungannya yang mempunyai pandangan yang berbeda berada satu sama lain akan mengenai arsitektur organik, memberikan jiwa lokasi yang desainnya cenderung menggunakan berbeda. unsur emosi atau psikologi dari manusia atau pemakai bangunan. 3. Dari prinsip ekologikal Aalto, Aalto dalam pernyataannya tujuan utamanya yaitu menciptakan menyatakan bahwa penghargaan tempat yang tepat tanpa terhadap alam dimulai dari manusia menimbulkan konflik antar ilmu, dan pada akhimya kembali pada seni dan teknologi dalam manusia. Prinsipnya yang paling penerapannya. Dari sini dapat mendasar adalah selalu mengarah pada disimpulkan bahwa konsep interaksi yang harmonis terhadap ekologikal Alvar aalto (From bangunan dan sekitarnya, terhadap Architecture to Nature, From teknologi dan manusia serta selalu Nature to Architecture) memiliki memperhatikan hubungan antara perbedaan dengan konsep alam keduanya. Tujuan utamanya adalah Frank Lloyd Wright (Architectur estetis, contohnya : secara harmonis And Nature are One). seimbang dan bentuk-bentuk yang ekspresif, tetapi tujuan yang IV. Kajian Arsitektur Organik sebenarnya adalah membentuk pada Bangunan Wisata keharmonisan terhadap kehidupan Kuliner secara utuh, termasuk menemukan 1. Dusun Bambu, Situ jawaban-jawaban secara biologis yang Lembang dapat diterima terhadap masalah lingkungan dan masyarakat yang Lokasi Dusun Bambu berada di Jl. humanis. Adapun konsep Nature and Kolonel Masturi Km. 11, Situ Culture dari Aalto, yaitu ; Lembang, Bandung, Jawa barat. Dusun Bambu Lembang mengadopsi 1. Alvar Aalto dalam Arkkitechti tema back to nature dengan menulis bahwa tempat-tempat menonjolkan ragam keindahan alam perlindungan primitif dan yang natural, tetapi fasilitas wisata perumahan-perumahan saling yang modern seperti villa, restoran, berbeda satu sama lain. Hal ini dan cafe tersedia dengan baik. Dusun disebabkan oleh adanya pengaruh Bambu merupakan tempat wisata dari kondisinya, penggunaan keluarga yang mengandalkan material setempat dan pola fakir keindahan alam dengan pemandangan masing-masing individu. Masing- bernuansa pegunungan yang asri, masing bangunan arsitektur tersebut tertata dengan rapi, modern namun dimiliki oleh kondisi tapaknya dan tetap dekat dengan alam. Ruh topografinya seperti hewan yang Pasundannya tetap terasa kental, baik tergantung pada hutan dan itu dari segi desain bangunanya, lingkungannya. maupun makanannya yang meski
Pelita Teknologi: Jurnal Ilmiah Informatika, Arsitektur dan Lingkungan | 9
ISSN: p.2301-475X e.2656-7059
menyajikan menu-menu western, 2. Saung Purbasari merupakan area
namun juga menyajikan menu makan dengan sajian menu tradisional. Dusun Bambu merupakan makanan tradisional Sunda. Area objek wisata rekreasi yang dirancang makan dirancang khusus dengan sebagai representasi budaya Jawa konsep bangunan rumah adat Sunda Barat. Mulai dari konsep area wisata, yang terletak di tepi danau yang perancangan bangunan sampai dengan terinspirasi dari kisah romantis makanan yang disajikan. Dusun Putri Purbasari. Bambu terdiri dari 3 area yaitu restoran, penginapan dan kemah. Lokasi restoran sendiri terbagi menjadi 4 area yaitu: 1. Burangrang Cafe merupakan area makan dengan sajian menu makanan tradisional sampai Gambar 2. Saung Purbasari internasional. Tiap sudut ruangannya dihias dengan ornamen 3. Pasar Khatulistiwa merupakan dari bambu termasuk lampu- gabungan foodcourt, farmers lampunya. Di sini pengunjung bisa market dan area bermain anak. memilih menu makan di dalam atau Pasar Khatulistiwa menyajikan di luar. Dan bagian terbaiknya buah-buahan, sayur-sayuran, adalah, pemandangan dari cafe jajanan tradisional sunda serta Burangrang ini yang menghadap ke souvenir hasil kerajinan tangan Danau dan di sebelah kirinya masyarakat lokal. menghadap pegunungan. 4. Lutung Kasarung merupakan Burangrang Cafe memiliki posisi tempat makan dengan ruang makan yang cukup tinggi sehingga yang dirancang menyerupai sangkar pengunjung dapat menyaksikan burung yang ditempatkan cukup pemandangan gunung dari balkon tinggi diantara pepohonan Kayu lantai 2. Putih. Terinspirasi dari legenda romantis Lutung Kasarung
Gambar 3. Lutung Kasarung
5. Kampung layung merupakan Gambar 1. Burangrang Café tempat penginapan dengan nuansa tradisional Sunda dengan konsep cottage.
Pelita Teknologi: Jurnal Ilmiah Informatika, Arsitektur dan Lingkungan | 10
ISSN: p.2301-475X e.2656-7059
melihat jajaran lampu obor di
sepanjang jalan, sehingga suasana hangat, rasa dan ciri khas pedesaan mulai terasa disini. Kampung Daun memakai atap rumbia dalam berbagai Gambar 4. Kampung Layung ukuran sebagai tempat makan pengunjung, mulai ukuran kecil, 2. Kampung Daun sedang, hingga besar. Besarnya ukuran saung ini ternyata memang di buat Kampung Daun Culture Gallery & untuk menyesuaikan dengan jumlah Cafe terletak di Jalan Sersan Bajuri pengunjung yang datang. Km 4,7 No. 88 Triniti Villas Lembang, Bandung. Berdiri pada tanggal 13 November 1999. Luas lahan Kampung Daun adalah sekitar 2.4 hektare. Kampung Daun menawarkan konsep Cafe and Cultur Gallery. Kampung Daun memberikan pelayanan yang memanjakan pengunjung atau wisatawan untuk menikmati alam dan . suasana pedesaan yang hening, alami Gambar 6. Interior Gazebo Kampung dan berhawa dingin serta aneka Daun menu yang lezat dan menggairahkan.
Gambar 5. Site plan Kampung daun
Salah satu ciri khas dari Kampung Pencahayaan pada malam hari Daun adalah memiliki konsep dengan lampu penerangan yang penataan kawasan wisata yang cukup berwarna kuning meredup yang unik. Kawasan tersebut berada di menghiasi sepanjang jalan. Jalan tepian desa yang sunyi dan di desain sirkulasi pengunjung dibuat berbelok- dengan ornamen tradisional yang belok dengan dasar jalan bebatuan antik, seperti tempat makan, saung, yang melewati tebing serta pepohonan lesehan. Lampu yang menerangi yang rindang. Semenjak memasuki kawasan ini sungguh indah, redup dan areal ini, pengunjung akan langsung membuat suasana romantis dan disuguhi saung-saung model atap uniknya sepanjang jalan menuju ke tradisional dan bangunan menarik tempat wisata ini pengunjung dapat
Pelita Teknologi: Jurnal Ilmiah Informatika, Arsitektur dan Lingkungan | 11
ISSN: p.2301-475X e.2656-7059
dengan penataan yang sangat enak
dilihat mata.
Gambar 8. Interior Kampung Daun
Gambar 7. Saung Kampung Daun Gambaran situasi secara umum
Kampung Daun Culture Gallery & Kampung Daun didirikan tanpa Cafe adalah sebagai berikut; mulai dari merubah konsep alam yang ada pintu gerbang berdiri sebuah patung sehingga siapapun yang datang kesini yang terbuat dari susunan batu setinggi bisa menikmati suasana alam sambil kurang lebih 3 meter dan disekitarnya menyantap hidangan di saung-saung terdapat area bermain ATV yang yang tersedia sambil lesehan. Penataan cukup luas, serta areal retail dan arsitekturalnya disusun rapi dengan restoran. Masuk ke area parkir memanfaatkan kondisi lingkungan berbentuk seperti parkiran di jalanan alamnya yang berbentuk sebuah umum, yang kemudian menuju saung lembah berkontur, terdapat tebing batu area makan. Di depan saung yang dan air terjun, sungai kecil dengan merupakan salah satu masa bangunan airnya yang jernih, pepohonan yang seperti ruang tamu berupa plaza rimbun, udara yang sejuk, serta terdapat tulisan ‘reservasi’, yang di pemandangan alam kaki gunung dalamnya terdapat panggung- Burangrang, yang disesuaikan dengan panggung kecil, tempat makan konsep temanya yaitu suasana outdoor, retail, bangunan mushola, dan perkampungan tradisional Indonesia. toilet. Tiga prinsip kampung yang menjadi Disekitar area makan terdapat papan dasar perencanaan dan perancangan signage yang terbuat dari belahan kayu yang digunakan para desainernya saat bertuliskan ‘Kampung Daun, Gallery pembuatan Restoran Kampung Daun Culture Cafe’ yang menempel pada diantaranya yaitu; tidak serba dinding pendek terbuat dari susunan mengkilat, tidak dibuat rapih, dan tidak batu kali yang rapi sekaligus sebagai dibuat serba keramik. Hal ini yang entrace. Dari area ini terdapat jalan kemudian dijadikan ciri untuk setiap setapak selebar kurang lebih 2 meter penyelesaian bentuk dan detail setiap dengan material batu temple, untuk elemen arsitektural maupun desain menuju saung-saung yang tersebar di interiornya, pada seluruh bangunan pinggir kiri kanan jalan. Saung tempat yang ada, termasuk pada penggunaan makan yang dapat menampung untuk 4 desain furniturnya. orang, 6, atau 8 orang, dan ada juga yang dapat menampung hingga 30 dan 50 orang, berada agak tersembunyi di antara rerimbunan pepohonan.
Pelita Teknologi: Jurnal Ilmiah Informatika, Arsitektur dan Lingkungan | 12
ISSN: p.2301-475X e.2656-7059
minuman wine, khususnya untuk para
wisatawan asing. Bentuk bangunan dan sarana lainnya dibuat menyerupai Bar dengan mengadopsi gaya khas Bali, lantai dan dindingnya dibuat dari material batu, beratap rumbia dengan konstruksi kayu, serta menggunakan furnitur built-in perpaduan material batu dan kayu Gambar 9. Jalan Setapak Kampung Daun 3. Floating Market, Lembang. Kondisi lahan yang berkontur pada Floating Market adalah pasar apung, kompleks restoran ini menjadikan yaitu pasar dimana para pedagang banyaknya dibangun tangga-tangga menjajakan dagangannya sambil dan jembatan penghubung antar masa terapung di atas perahu. Ada beberapa bangunan, yang terbuat dari material lokasi di nusantara yang memiliki batu dan konstruksi kayu yang konsep pasar seperti ini seperti pasar diekspos. Sementara masa bangunan Muara Kuin Kalimantan Selatan, pasar saung ditempatkan pada daerah yang Sirring Pierre Tandean Banjarmasin, memiliki view yang baik. Tangga, pasar Apung Batu Malang, dan jembatan dan saung menjadi unsur Floating Market Lembang. dominan dalam desainnya. Untuk ruang makan yang terdiri dari saung-saung sendiri bangunannya dibuat dengan dominasi material dan konstruksi dari kayu yang diekspos, dengan beratapkan rumbia, berlantai kayu dan beberapa saung diberi tirai berwarna putih pada setiap tiangnya. Masing-masing saung dilengkapi Gambar 10. Floating Market dengan bantalan karet busa dilapis Lembang Bandung upholstery kain sebagai alas duduk Floating Market terletak di Jalan cara lesehan, meja pendek berbentuk Grand Hotel No. 33E Lembang, segi empat sebagai tempat untuk Bandung. Yaitu sebuah kawasan menghidangkan makanan, serta wisata seluas lebih dari 7 hektar bantal-bantal kecil yang dapat dengan sebuah danau bernama Situ digunakan untuk tidur-tiduran. Untuk Umar sebagai pusatnya. Floating sarana penerangannya digunakan Market menawarkan keunikan berupa lampu gantung dengan jenis lampu wisata pasar terapung. Namun berwarna kekuning-kuningan. Floating Market tidak seperti pasar Fasilitas makan dan minum lainnya terapung pada umumnya, karena yang disediakan di area restoran ini tempat ini memiliki konsep wisata, diantaranya adalah wine corner, bukan pusat perdagangan. merupakan sarana yang disediakan untuk para tamu yang ingin menikmati
Pelita Teknologi: Jurnal Ilmiah Informatika, Arsitektur dan Lingkungan | 13
ISSN: p.2301-475X e.2656-7059
menyatu dengan alam, dan bentuk dan
penampilan bangunan merupakan salah satu sarana untuk menyampaikan informasi melalui kesan yang ditampilkan oleh sebuah bangunan. Melalui penerapan arsitektur organik pada objek bangunan diharapkan bisa Gambar 11. Suasana di dalam menghadirkan konsep bangunan yang Floating Market menampilkan sesuatu yang berkaitan dengan alam dan tentunya Tempat duduk didalam Floating menyesuaikan dengan lingkungan Market ini diatur layaknya pujasera sekitar dan yang lebih penting lebih atau food court sehingga bebas untuk instagramable bagi pengunjung muda. duduk dan makan dimana saja. Lokasi ini tergolong lengkap dalam Daftar Pustaka menyediakan wahana-wahana KBBI Online. (2019). Arti Kata permainan menarik serta tempat- Wisata. tempat santai sambil menikmati keindahan alam atau menikmati aneka Krier, Rob. “Komposisi Arsitektur.” hidangan kuliner. Selain wisata air, di Jakarta, Erlangga. (2001). Floating market juga tersedia wahana Lampugnani, V.M. “Architecture and permainan anak, taman, serta miniatur City Planing in The Trentieth Kereta Api yang dapat dijadikan Century”. Van nostrand Rein Hold sebagai pilihan aktivitas wisata selama Co, New York. (1980) dilokasi ini. Snyder, James C.& Catanese, Anthony V. Kesimpulan J. “Pengantar Arsitektur”. Jakarta, Fenomena gaya hidup masyarakat Erlangga. (1989) perkotaan saat ini yang semakin sibuk, Suyitno. “Perencanaan Wisata”. serba cepat dan serba instan, Yogyakarta, Kanisius. (2001). menyebabkan kebutuhan akan lokasi wisata kuliner meningkat. Hal ini Sutedjo, Suwando, B. “Pencerminan merupakn peluang bagi penggiat bisnis Nilai Budaya Dalam Arsitektur di wisata kuliner untuk menyediakan Indonesia”. Jakarta, Djambatan. suatu tempat khusus untuk memenuhi (1982). kebutuhan masyarakat perkotaan. Wright, Frank Lioyd. “The future of Arsitektur organik merupakan Architecture”. New American arsitektur humanis yang Library, New York. (1963) memperhatikan kebutuhan manusia di dalamnya dan merupakan suatu shelter yang melingkupi dan melindungi manusia dan aktivitas. Bentuk organis bukan merupakan imitasi dari alam, harus berdasar atas ruang yaitu kesatuan antara ruang dalam dan ruang luar, mampu berhubungan dan
Pelita Teknologi: Jurnal Ilmiah Informatika, Arsitektur dan Lingkungan | 14