You are on page 1of 6

Assignment 2: Translating Short Stories

(Upload the file to belajar.usd.ac.id using the format: YourName_TPTAssignment2, as in


MonikaAndara_TPTAssignment2).

Name: Prasandi Pinasthiko


Student Number: 201214048
Short Story 1 (Indonesian-English)

Source Text Target Text


Silent In End Twilight
Hening di Ujung Senja

Ia tiba-tiba muncul di muka pintu. Tubuhnya kurus, di Suddenly he appeared in front of the door. The thin
sampingnya berdiri anak remaja. Katanya itu anaknya body, beside him, stands the teenager. He said those
yang bungsu. Kupersilakan duduk sambil bertanya- children are the youngest. Please sit down while asking
tanya dalam hati, siapa mereka berdua?
inside your heart, who are they both of you?

“Kita teman bermain waktu kecil. Di bawah pohon “We are friends when we child. Under the bamboo tree.
Not far from the edge of Toba lake,” his said self
bambu. Tidak jauh dari tepi Danau Toba,” katanya
introduce. Wau said to me inside the heart. That was
memperkenalkan diri. Wau, kataku dalam hati. Itu sixty years ago. When those times were still a little kid, 4
enam puluh tahun yang lalu. Ketika itu masih anak years old perhaps. “When an elementary school you
kecil, usia empat tahun barangkali. “Ketika sekolah SD have been going to the village and we together in the
kau pernah pulang ke kampung dan kita bersama- same class too,” he said continue. I smile while nodding.
sama satu kelas pula,” katanya melanjutkan. Aku I can’t even guess who are they. He as if know who are
tersenyum sambil mengangguk-angguk. Belum juga they. “Your face still like old,” he said to continue.
“Don’t you care about the village?’ asked. “Don’t you
dapat kutebak siapa mereka. Ia seakan-akan
care about your village?” he asked making me a little bit
mengetahui siapa mereka sesungguhnya. “Wajahmu uncomfortable. Ever desire in my heart to rebuild the
masih seperti dulu,” katanya melanjutkan. “Tidakkah house on the traditional land that didn’t want to sell.
engkau peduli kampung halaman?” tanyanya. Slowly desire in my brain.
“Tidakkah engkau peduli kampung halamanmu?”
tanyanya membuat aku agak risih. Dulu pernah
keinginan timbul di hati untuk membangun kembali
rumah di atas tanah adat yang tidak pernah dijual.
Pelahan-lahan timbul ingatan di dalam benakku.

“Rumah kita dahulu berhadap-hadapan, ya?” kataku. Ia


“Our house in the past face each other right? Said me.
mengangguk. “Kalau begitu, kau si Tunggul?” He nodding. “If so, your’e Tunggul?
“Ya,” jawabnya dengan wajah yang mulai cerah.

Lalu ia mengatakan perlunya tanah leluhur “Yes,” answered with a face that start brightly.
dipertahankan. “Jangan biarkan orang lain menduduki
tanahmu. Suatu saat nanti, keturunanmu akan Then he said need ancestral land to be maintained. “
bertanya-tanya tentang negeri leluhur mereka,” didn’t let anyone occupy your land. Someday, your
descendant will ask about the ancestral land,” he said
katanya dengan penuh keyakinan. “Kita sudah sama
with full of confidence. “ We are the same old age.
tua. Mungkin tidak lama lagi kita akan berlalu. Kalau
Probably not a long time we will pass. If you need help, I
kau perlu bantuan, aku akan menolongmu.” will help you.”

“Akan kupikirkan,” kataku. “Nanti kubicarakan dengan “ I will think,” said myself. “ later I will talk with my
adik dan kakak,” jawabku. young brother and older brother,” answer myself

Pertemuan singkat itu berlalu dalam tahun.


Pembicaraan sesama kakak-beradik tidak tiba pada
kesimpulan. Masing-masing sibuk dengan urusan
sendiri. Dan ketika aku berkunjung ke kampung That short meeting passed for a year. Conversation
halaman, kutemukan dia dengan beberapa kerabat
fellow Older brother and young brother did not have a
conclusion yet. Each of them is busy with their own
dekat lainnya. Kudapati ia terbaring di tempat tidur, di
business. And when I visit their hometown, I find him
ruangan sempit dua kali dua meter. Beberapa slang laying down in the bed, in a narrow room of 2x2 meters.
oksigen di hidungnya. Ia bernapas dengan bantuan Several oxygen hoses in his nose. He breathed with help
oksigen. Matanya berkaca-kaca sambil mulutnya of oxygen. His eyes glisten while his mouth said, “ I
berkata, “Kudengar kau datang. Beginilah keadaanku. heard you come, this is my condition. It’s been months.’
Sudah berbulan-bulan.” Agak sulit baginya berbicara. a little bit difficult to talk. His chest looks like shortness
Dadanya tampak sesak bernapas. Aku tidak mungkin of breath. I can’t talk about that land. I’ll leave the
problem with my close family.
berbicara mengenai tanah itu. Kuserahkan
persoalannya kepada keluarga dekat.

Dalam kesibukan, waktu jua yang memberi kabar.


Seorang kerabat dekat, waktu berjumpa di Jakarta,
berbisik padaku, “Tunggul sudah tiada, pada usia yang
ke-67.”

“Oh, Tuhan,” kataku kepada diriku sendiri. Kami lahir In busy, that time gives a reason. A close friend, who
dalam tahun yang sama. Sebelum segala sesuatu meeting in Jakarta, whisper to me, “Tunggul isn’t
rencana terwujud, usia telah ditelan waktu! Giliranku? anymore, at the age of 67 years old”
bisikku pada diriku.

“Oh, God,” said me. We were born in the same year,


***
Before anything possible, age has been swallowed up,
turn me? Whisper to me.
Rendi selalu datang dalam mimpi. Diam-diam, lalu
menghilang. Dahulu ia teman sekantor. Tetapi, karena
mungkin ingin memperbaiki nasib, ia mengirim Rendi always comes in a dream. Secretive, then gone.
istrinya ke Amerika, justru ingin mengadu nasib. Ia Previously he was my co-worker. But, maybe because
menyusul kemudian, dengan meninggalkan pekerjaan want to fix fate, he sent Her wife to move to America,
tanpa pemberitahuan. Lewat Bali, Hawaii, ia sampai ke Exactly wants to venture. Then he follow it and left his
job without information. Pass Bali, Hawaii, He arrives in
California. Di negeri penuh harapan ini ia memulai California. In the country that lot of this hope, he starts
kariernya yang baru, bangun subuh dan mengidari his new career, wakes up early and attends the part of
bagian kota, melempar-lemparkan koran ke rumah- the city, and throws a newspaper at the houses. Who
knows especially what he does, for the life that not
rumah. Entah apalagi yang dilakukannya, demi
know about mercy.
kehidupan yang tidak mengenal belas kasihan.

Setahun berada di sana, ia kehilangan istrinya, derita


yang membawa duka karena kanker payudara. Sepi
merundung hidupnya, di tengah keramaian kota dan
keheningan pagi dan senja, membuatnya resah.
Barangkali hidup tidak mengenal kompromi. Kerja apa One year there, he lost her wife, suffering that bring
pun sorrow because of breast cancer. Lonely afflict their life,
in the middle of a crowded city and quiet morning and
dusk, make him worried. Perhaps life didn’t know
compromise. Work anything must do with obeying.
harus dilakukan dengan patuh. Tetapi usia yang di
atas enam puluhan itu cukup melelahkan untuk
bertahan hidup. Tiada kawan untuk membantu. Semua
But at the age that over sixty years that is enough tired
bertahan hidup harus berkejaran dengan waktu. Dari to stay alive. There’s no friend for help. Everyone who
agen koran subuh, sampai rumah jompo dari siang stays alive must catch up with time. From News agent
sampai senja, lalu pulang ke apartemen, merebahkan early morning, until nursing home from afternoon until
diri seorang diri, sampai waktu mengantar subuh dan late afternoon, then go back in the apartment, laying
mengulangi ritual siklus kehidupan. down alone, until the time bring the early morning and
then repeat the same ritual cycle life
Dari kesunyian hati itu, ia cuti ke tanah air, untuk
mencari teman hidup pada usia senja.
In that silence heart, he vacation on homeland, for find
Tetapi, dalam kesunyian di tanah air, ia mengembara life partner in old age
seorang diri, dengan bus dan kereta api. Seperti
seorang turis, suatu senja, entah serangan apa yang
mendera dadanya, barangkali asmanya kumat. Ia But, in the middle of silence in homeland, he rogue
terkulai di ruang hajat. Di sebuah stasiun kereta, alone,with bus and train. Like a tourist, a late afternoon,
petugas mencoba membuka kamar toilet. Menemukan Don’t know what happened attack whack in his
kawan itu dalam keadaan tidak bernyawa. Identitas chest,possible asthma recurrence. He laying down in a
diketahui dengan alamat di Los Angeles. Petugas toilet room. In a train station, officer try to open the
toilet room. Find that friend in the lifeless condition.
stasiun menghubungi nama yang tertera di Los
Identity known with address in Los Angeles. Station
Angeles. Dari Los Angeles datang telepon ke alamat di
officer try to contact name that listed in Los Angeles.
Bandung. Dari Bandung berita disampaikan kepada From Los Angeles come phone address in Bandung.
anaknya, tetapi kebetulan sedang ke Paris. Jenazah From Bandung the news delivered to his son, but
dibawa ke rumah anaknya, dan dimakamkan kerabat accidental went to Paris.
dekat yang ada di kota “Y”.

Tragis, pada usia ke-64 itu, ia mengembara jauh


The corpse brings to his son and buried by a close friend
merajut hidup, tapi ia berhenti dalam kesepian, jauh in “Y” City.
dari kenalan dan kerabat. Beberapa kenalan saja yang
menghantarnya ke tempat istirahat. Tragically, in the age that 64 years, he wander gar away
to knitting life, but he stop in the loneliness, far from
Terlalu sering ia datang di dalam mimpi yang relative and friend. Just some of relatives that bring to
Rest place.
membuatku galau.

***
Too often he comes to my dream that make me
confusion.
Beberapa waktu kemudian, aku mendapat SMS. Aku
berhenti di pinggir jalan ramai dan mencoba membaca
After a while, I got a short message, I stopped on the
berita yang masuk. side of the busy road and try to read the message.

Lusiana baru saja meninggal dunia. Tutup usia Lusiana just recently passed away. She passed away
menjelang ulang tahun ke-61. near her birthday at the age of 61.

Besok akan dimakamkan. Kalau sempat, hadirlah. Tomorrow will be buried, If you can, please come.

Lusiana seorang sekretaris eksekutif yang hidup mati


demi kariernya. Ia lupa kapan ia pernah disentuh rasa
cinta, sampai cinta itu pun ditampiknya. Menjelang Lusiana is an executive secretary that spends her life for
usia renta, ia menyaksikan ayah dan ibunya satu demi the sake of his career. She forgot when she touch
satu meninggalkan hidup yang fana. Juga abangnya, feelings in love, until love she reached. Toward elderly
age, she looks at the father and mother one by one and
pergi mendadak entah menderita penyakit apa. Karier
leaves this fana life. And also his brother goes suddenly
tidak meninggalkan bekas. Tidak ada ahli waris.
who knows what sick is. That career didn’t leave a mark.
Kawan-kawan meratapinya, dan melepasnya dalam There are no heirs. Their friend laments it and leaves
kesunyian hati. them with a quiet heart.

Hening di atas nisannya. Burung pun enggan hinggap


dekat pohon yang menaungi makamnya.
quiet above his tomb. Bird didn’t want to perch in the
Tidak biasa aku berlibur dengan keluarga. Kepergian near tree that overshadow his grave.
ini hanyalah karena anak yang hidup di tengah
keramaian Jakarta, yang berangkat subuh dan pulang
menjelang tengah malam dari kantornya. Ada
Not as usual holiday with family. This departure is just
because their son that lives in the middle of the Jakarta
kejenuhan dalam tugasnya yang rutin, membuat ia
crowd. It leaves in the early morning and back home at
mengambil keputusan libur ke Bali bersama orang tua. midnight from the office. There is surfeit in the routine
Aku yang terbiasa masuk kantor dan pulang kantor job, make he took a decision vacation to Bali with family.
selama puluhan tahun, kerapkali lupa cuti karena tidak I usually go to the office and back home for decades,
tahu apa yang harus dilakukan waktu cuti. Dan kini, and often forgot to take a vacation because didn’t know
aku duduk di tepi laut Hindia, menyaksikan ombak what to do if vacation. And now, I’m sitting at the
memukul-mukul pantai, dan sebelum senja turun ke seaside of the Hindia Ocean, looking at a wave that hit
the beach, and before dusk fall at the seaside, the sun
tepi laut, matahari memerah dan bundar, cahaya
looks red and round,
keindahan Tuhan, sangat mengesankan ratusan orang
dari pelbagai bangsa terpaku di atas batu-batu. The beautiful light from God impressed hundreds of
people from around the country glued on the rocks.
Tiba-tiba ada dering di HP istriku, sebuah SMS dengan
tulisan:
Suddenly there is a ring on my wife's phone, a short
Tan, Ibu Maria baru saja meninggal dunia. Kasihan dia. message with a text
Di dalam Kitab Sucinya banyak mata uang asing.
Tan, Maria's mother has recently passed away. Poor
Ibu Maria menyusul suaminya yang sudah bertahun- him. In the scripture, there is a lot of foreign money.
tahun meninggal dunia, dalam usianya yang ke-72. Ia
pekerja keras sepeninggal suaminya yang
Maria's Mother following her husband that many years
dipensiunkan sebelum waktunya. Suaminya meninggal passed away, at the age of 72. She hardworking person
dalam usia ke-67 saat anaknya berpergian ke luar after her husband's died that retired before period time.
negeri dan tidak hadir ketika penguburannya. Her husband died at the age of 67 when his son
vacationed overseas and didn’t attend the burial.
Ibu Maria meninggal mendadak.

*** Maria's Mother died suddenly.

Aku baru saja menerima telepon dari kakakku yang


sulung, dalam usianya yang ke-78. Kudengar suaranya
gembira, walaupun aku tahu sakitnya tidak kunjung I have recently received a call from my eldest brother, at
sembuh. Kalimat terakhirnya dalam telepon itu the age of 78 years old. I hear her happy voice, while I
know that her sick never getting better. The last word in
berbunyi: Tetaplah tabah, Dik. Kamu dan anak-
her voice is “Stay strong, son. You and your son, all my
anakmu, semua anak cucuku dan buyut, supaya
grandchildren and great-grandmother, so they stay
mereka tetap sehat…. healthy…

Dan tadi pagi, aku teringat. Usia menjelang ke-70,


walaupun sebenarnya belum sampai ke situ, aku
bertanya-tanya kepada diriku, jejak mana yang sudah And this morning, I remember. Age toward 70 years,
kutoreh dalam hidup ini, dan jejak-jejak apakah yang although didn’t get there, I ask myself, Where are the
bermakna sebelum tiba giliranku? footsteps that I have written in my life, and what
footsteps that meaningful before it’s my turn?
Aku tepekur.

Hening di ujung senja. I’m slashed.

Written by tukang kliping


15 Juli 2012 pada 13:51 Silent In End Twilight
https://cerpenkompas.wordpress.com/2012/07/15/hening-
di-ujung-senja/

Short Story 2: English – Indonesian


Source Text Target Text
The Missing Brick Bata Yang Hilang
Paulo Coelho – Like the Flowing River Paulo Coelho seperti sungai yang mengalir
Once, when my wife and I were traveling, I received a Suatu ketika saat aku dan istriku berpergian,
fax from my secretary. aku menerima sebuah faks dari sekretarisku.
“There’s one glass brick missing for the work on the “Terdapat satu batu bata kaca yang
kitchen renovation,” she said. “I’m sending you the menghilang untuk pekerjaan renovasi dapur”
original plan as well as the plan the builder has come katanya “saya mengirim rencana original
up with to compensate for it.”
On the one hand, there was the design my wife had beserta rencana dari pembangun memiliki
made: harmonious lines of bricks with an opening for ide untuk mengkompensasikan hal itu.
ventilation. On the other hand, there was a plan drawn
up to resolve the problem of the missing brick: a real Disatu sisi terdapat desain yang dibuat
jigsaw puzzle in which the glass squares were arranged istriku: menyelaraskan susunan batu bata
in a higgledy-piggledy fashion that defied aesthetics. dengan lubang untuk ventilasi. Tetapi ada
“Just buy another brick,” wrote my wife. And so they
rencana untuk memecahkan masalah batu
did, and thus stuck to the original design.
That afternoon, I thought for a long time about what had bata yang hilang: sebuah teka-teki susun
happened; how often, for the lack of one brick, we dimana kotak-kotak kaca tersusun secara
completely distort the original plan of our lives. membingungkan yang tidak memperdulikan
estetis.

“Beli saja bata yang lain” tulis istriku. Dan


mereka melakukanya, dan itu terpasang di
rancangan asli.

Siang itu, aku berpikir untuk waktu yang lama


tentang apa yang terjadi. Seberapa sering,
untuk kekurangan satu bata,kita keseluruhan
merusak rencana aslinya dalam hidup kita.

You might also like