Professional Documents
Culture Documents
MATA KULIAH
PERDAGANGAN INTERNASIONAL
IRMA RACHMAWATI
DISPUTE SETTLEMENT PROCEDURE
4
• Applies to all the WTO
multilateral agreements
(Appendix 1)
An integrated • A single set of rules for
all disputes (Art 23)
system: • Only a few special or
additional rules in some
CA (Appendix 2)
5
Dispute Settlement in the WTO:
9
World Trade Organization (WTO):
Resolution of Trade Disputes
1ST STAGE: Bilateral consultations within 30 days of
request by another member. Can be brought to WTO
Director-General. If failed after 60 days from request for
consultation
2ND STAGE: Complainant requests DSB to establish a
panel to examine the case
3RD STAGE: Panel's final reports are given to parties
within 6 months or 3 months in urgency such as
perishable goods. Panel reports are adopted by DSB
within 60 days of issuance, unless one party notifies its
decision to appeal or parties agree not to adopt report
4TH STAGE: Either party appeals to a standing
Appellate Body
Cont……
5TH STAGE: Appellate Body decision: Generally
within 60 days, but in no case longer than 90 days.
Reports of Appellate Body are accepted by DSB in 30
days of issuance.
6TH STAGE: At a DSB meeting, party concerned
presents intentions on how to implement the adopted
recommendations and rulings of DSB
7TH STAGE: If party concerned fails to comply,
obligated to enter into negotiation with complainant to
determine mutually acceptable compensation
Cont….
8TH STAGE: If no satisfactory compensation is agreed,
complainant requests authorization from DSB to
suspend concessions or obligations to the other party
13
Stages of Dispute Settlement
Consultation Stage:
Upto 60 Days. To see if dispute can be
avoided
Appt of Panel:
Upto 45 days + 6 mths for Panel to
conclude
• Preferred outcome:
– To reach a mutually agreed solution
• If not,
– Panel Proceeding ….
– [….and AB review.]
• And then,
– Implementation, or ….
– Retaliatory trade sanctions may be imposed
Consultations
Panel
Good
Offices,
Conciliat
ion
Mediatio ,
Arbitratio
n,
n Appeal
Adoption
Implementation
Dispute Settlement in
the WTO:
(Article 17 DSU)
• WHAT ? appeals limited to “issues of law and
legal interpretations” developed by the panel,
including “cross-appeals”.
19
Dispute Settlement in the WTO:
Panels
• Establishment of a • 6 months or 9 months to
panel: issuance of final report
Automatic
• Process confidential, report
public
• Composition
“well-qualified
government and/or non-
governmental
individuals”
Dispute Settlement in the WTO:
Panel Procedures: deadlines
Composition of
a panel
Establishment
Final Report
of a panel max. 6 months
circulated
max. 9 months
21
Dispute Settlement in the WTO:
Adoption of Panel Reports
Art. 16 DSU
• Notice of Appeal
• Written Submissions
60/90
days
• Oral Hearing
• Exchange of Views
25
Dispute Settlement in the WTO:
Adoption by the DSB
• Negative consensus
Dispute Settlement in the WTO:
Implementation
Latar Belakang
Sengketa dapat muncul ketika suatu negara menetapkan suatu kebijakan perdagangan
tertentu yang bertentangan dengan komitmennya di World Trade Organization (WTO), atau
mengambil kebijakan yang merugikan negara lain. (M. Hawin)
Sengketa antara Indonesia dan Amerika Serikat terkait dengan rokok kretek berawal dari
disahkannya Pasal 907 (1) Famil Smoking Prevention and Tobacco Control Act oleh
Presiden Obama pada tanggal 22 Juni 2009, dan diberlakukan pada bulan September 2009.
bertujuan untuk
Family Smoking Prevention menurunkan
AMERIKA tingkat perokok
& Tobacco Control Act
SERIKAT (disahkan Presiden Obama 22 Juni 2009 muda di
(AS) diberlakukan September 2009) kalangan
masyarakat AS
Sementara tahun 2010 sama sekali tidak ada ekspor rokok jenis tersebut.
Indonesia kehilangan potensi ekspor sebesar US$ 200 juta setahun, serta
tertundanya rencana investasi produsen rokok kretek ind ke Amerika Latin
krn pintu masuk ekspor ke AS ditutup.
lengthy Proposed to establish a
Indonesia Concultation Panel to WTO - Dispute
with WTO Settlement Body (DSB)
Indonesia berargumen bahwa regulasi yang dibuat oleh Amerika Serikat merupakan
tindakan yang bersifat diskriminatif. Hal tsb dikarenakan, peraturan tersebut dibuat
tanpa disertai bukti ilmiah yang menyatakan bahwa rokok kretek lebih berbahaya
dibandingkan dengan rokok kretek. Maka pada tanggal 9 Juni 2010, Indonesia
meminta pembentukan panel kepada DSB WTO.
Pada intinya, Indonesia mengajukan dua gugatan utama yaitu:
1. Pasal 2.1 TBT Agreement, yaitu bahwa Amerika Serikat telah melakukan
diskriminasi.
2. Pasal 2.2 TBT Agreement, yaitu bahwa pelarangan rokok tersebut tidak perlu
dilakukan.
Pasal 2.1 TBT Agreement mengatur suatu regulasi teknis yang di buat oleh suatu negara, tidak boleh
memperlakukan produk domestik negara tersebut lebih menguntungkan dibandingkan dengan produk
impor sejenis.
Untuk menentukan apakah telah terjadi suatu pelanggaran terhadap Pasal 2.1 TBT Agreement, ada 3
elemen dalam Pasal tsb yang harus terpenuhi, yaitu:
1. Kebijakan tersebut merupakan suatu regulasi teknis
Tobacco Control Act memenuhi elemen ini, karena jelas disebutkan mengenai hal yang di atur
dalam aturan tsb, yaitu rokok. AS secara eksplisit menyebutkan karakteristik2 rokok yang di larang,
salah satunya adalah rokok kretek. Tobacco Control Act memerintah untuk melarang beredarnya
produk produk rokok yang mengandung berbagai karakteristik spt yang disebut dalam Tobacco
Control Act tersebut.
2. Bahwa yang menjadi sengketa antara produk impor dengan produk domestik, merupakan produk
yang “sejenis”
R k k k e ek k k men h l da a dika eg ikan ebagai d k ejeni ka ena eca a fi ik
kedua produk tersebut sama. Keduanya merupakan rokok yang dilinting dengan kertas dan
digunakan untuk menghisap tembakau. Aroma & rasa kedua jenis rokok tsb juga sama2 dapat
menimbulkan ketergantungan terhadap rokok. Klasifikasi tarif keduanya pun sama.
3. Bahwa produk impor diperlakukan kurang menguntungkan dibandingkan dengan produk
domestik yang “sejenis”
Dalam Tobacco Control Act, AS melarang peredaran rokok dgn aroma dan rasa tertentu yg
merupakan rokok yang diimpor oleh AS, termasuk rokok kretek yang diimpor dari Indonesia.
Sedangkan rokok menthol yg merupakan produk domestik Amerika Serikat tidak dilarang
peredarannya. AS menyatakan bahwa pelarangan tersebut bukan berdasarkan asal negara, namun
lebih kepada dampak yang ditimbulkan bagi generasi muda. Tetapi pada faktanya, efek yang
ditimbulkan dari rokok menthol dan rokok kretek adalah sama.
2 Sept 2011
Panel WTO menemukan bahwa kebijakan AS tersebut tidak sesuai dengan ketentuan WTO, karena rokok
kretek dan rokok mentol adalah produk sejenis (like products), dan keduanya memiliki daya tarik yang sama
bagi kaum muda. Menurut WTO, kebijakan yang membedakan perlakuan terhadap dua produk sejenis,
merupakan tindakan yang tidak adil (less favourable).
5 Jan 2012
Pemerintah AS tidak puas terhadap keputusan panel melakukan banding ke Appellate Body (AB) WTO
4 April 2012
Hasil banding yang dikeluarkan AB menegaskan kembali bahwa:
1. keputusan panel sebelumnya adalah benar, dan pemerintah AS telah mengeluarkan kebijakan yang
tidak konsisten dengan ketentuan WTO.
2. AS terbukti melanggar ketentuan Pasal 2.12 TBT Agreement di mana AS tidak memberikan waktu yang
cukup (reasonable interval) antara sosialisasi kebijakan dan waktu penetapan kebijakan, yaitu
sekurang-kurangnya enam bulan, merujuk pada keputusan menteri-menteri di Doha.
3. AB menyatakan bahwa determinasi "produk serupa" seharusnya tidak diinterpretasikan berdasar
tujuan pengaturan dan isi regulasi, melainkan pada hubungan kompetitif produk berdasar analisis
tradisional keserupaan. Kriteria tradisional keserupaan yang dimaksud meliputi karakteristik fisik,
penggunaan akhir, selera dan kebiasaan konsumen, serta klasifikasi tarif.
Berdasarkan ketentuan DSU pasal 17 (14), keputusan AB akan diadopsi oleh DSB
setelah 30 hari dikeluarkannya putusan AB, yaitu Mei 2012.
Kini nasib ekspor kretek Indoensia bergantung pada lobi bilateral AS - Indonesia,
dengan batas waktu paling lama 6 bulan.
3 opsi yang mungkin dihasilkan:
1. AS merubah beleid pelarangan ekspor sesuai ketentuan WTO
2. AS tetap mempertahankan peraturannya
3. Indoensia mendapat kompensasi yang disepakati tanpa revisi beleid pelarangan
ekspor rokok.
Jika AS tidak melaksanakan rekomendasi WTO, Indonesia akan meminta konsultasi bilateral
agar AS melaksanakan rekomendasi
Jika tidak juga digubris, sebagai salah satu langkah diplomasi perdagangan Indonesia dapat
melakukan retaliasi silang atau cross retaliation, yakni mengenakan pembatasan atau
pelarangan penjualan produk AS di Indonesia senilai kerugian akibat pelarangan
penjualan rokok beraroma asal Indonesia di AS (sekitar US$ 200 juta).