You are on page 1of 12

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat

Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat ISSN 2548-7558 (Online)
Volume 2, Nomor 2, Juli 2018: 75-86 2548-7868 (Cetak)

IMPLIKASI HERMENEUTIS MEMBACA INJIL-INJIL KANONIK


SEBAGAI TULISAN BIOGRAFI YUNANI-ROMAWI
Herry Susanto
Sekolah Tinggi Alkitab Tiranus
Jl. Cihanjuang Km. 5,2, Cihanjuang, Parongpong, Bandung Barat, Jawa Barat
Email: herrysusanto@protonmail.com

ABSTRACT: Herry Susanto, The Hermeneutical Implication of Reading the Canonical Gospels as
Greco-Roman Biographical Writing. Historical method and narative criticism are the two approaches that
have become important tools in exegetical work of canonical Gospels. Both have given important
contribution, however the two approaches have inadequacies. The historical approach depends on external
data, and narrative criticism tends to treat the Gospel texts as modern narratives. In the subsequent
development of studies on the canonical Gospels, it has been found some significant similarities between
the Gospels and Greco-Roman biographical writings. This writing observes three similarities, namely the
format of content, focus of story and purpose. The content of Greco-Roman biography, mostly narrates
the public work or ministry of the main character. The same thing is found on the Gospels. Likewise, the
focus of story that orients to one main character and the purpose of authorship that has rhetorical and
persuasive element. The similarities indicate that the canonical Gospels may be categorized as Greco-
Roman biographical genre. Certainly, it has hermeneutical implication. The Gospels should be read in
accordance with its genre.

Keywords: Canonical Gospels, Greco-Roman biography, hermeneutics, historical method, narative


criticism.

ABSTRAK: Herry Susanto, Implikasi Hermeneutis Membaca Injil-Injil Kanonik sebagai Tulisan
Yunani-Romawi. Metode historis dan kritik naratif merupakan dua pendekatan yang telah menjadi alat
penting dalam karya eksegesa Injil-Injil kanonik. Keduanya telah memberi kontribusi penting, namun dua
pendekatan tersebut memiliki kelemahan. Pendekatan historis bergantung pada data eksternal, dan kritik
naratif cenderung memperlakukan teks-teks Injil sebagai naratif modern. Dalam perkembangan
selanjutnya studi terhadap Injil-Injil kanonik, didapati kesamaan-kesamaan yang signifikan antara kitab-
kitab Injil dengan tulisan biografi Yunani-Romawi. Tulisan ini melihat tiga kesamaan, yaitu format isi,
fokus cerita dan tujuan. Isi biografi Yunani-Romawi, sebagian besar menceritakan karya atau pelayanan
publik tokoh utama. Hal yang sama dijumpai pada kitab-kitab Injil. Demikian juga dengan fokus cerita
yang berorientasi kepada satu tokoh utama dan tujuan penulisan yang memiliki unsur retoris dan
persuasif. Kesamaan-kesamaan ini tentu mengindikasikan bahwa Injil-Injil kanonik dapat dikategorikan
bergenre biografi Yunani-Romawi. Ini tentu memiliki implikasi hermeneutis. Kitab-kitab Injil harus
dibaca sesuai dengan genrenya tersebut.

Kata Kunci: Injil-Injil kanonik, biografi Yunani-Romawi, hermeneutik, metode historis, kritik naratif.

PENDAHULUAN unsur dari latar belakang teks. Dalam perkembangan


Dalam studi terhadap Injil-Injil kanonik, selanjutnya, pendekatan kritik naratif bisa dianggap
pendekatan historis dan kritik naratif (narrative cri- sebagai penyeimbang, karena mengajak pembaca
ticism) telah menjadi alat penting dalam proses ekse- masa kini untuk menghargai unsur-unsur literer yang
gesa. Pendekatan historis, yang terefleksikan oleh membangun catatan-catatan Injil sebagai cerita. Bila
metode-metode seperti kritik bentuk (form criti- pendekatan historis menggunakan banyak bahan-ba-
cism), kritik redaksi (redaction criticism) dan kritik han eksternal, maka kritik naratif lebih cenderung
sosio-historis (socio-historis criticism), telah meno- menerapkan pembacaan mendalam (in-depth reading)
long penafsir merekonstruksi asal mula dan banyak dengan berfokus pada elemen-elemen internal teks.

Herry Susanto, Implikasi Hermeneutis Membaca Injil-Injil Kanonik sebagai Tulisan Yunani-Romawi 75
Kemudian, beberapa ahli biblika menemu- Dari komparasi ini akan didapati kelebihan-kelebih-
kan kesamaan signifikan antara kitab-kitab Injil dan an membaca Injil-Injil kanonik sebagai biografi Yu-
tulisan biografi Yunani-Romawi (Greco-Roman bio- nani-Romawi. Dari sini kemudian dideskripsikan im-
graphy). Ahli Perjanjian Baru seperti Richard plikasi-implikasi yang muncul terkait dengan peng-
Burridge, David E. Aune dan Craig Keener mene- galian isi Injil-Injil kanonik.
mukan bahwa Injil kanonik lebih tepat dikategorikan
sebagai tulisan biografi kuno, dalam hal ini adalah HASIL DAN PEMBAHASAN
biografi Yunani-Romawi. Hal yang perlu untuk dibahas adalah bagai-
Artikel ini memperlihatkan bahwa membaca mana pendekatan historis telah digunakan dalam stu-
kitab-kitab Injil sebagai naratif-biografi kuno adalah di terhadap Injil-Injil kanonik. Kemudian diteruskan
cara yang tepat dalam memperlakukan Injil-Injil ka- tinjauan terhadap penerapan kritik naratif. Kedua
nonik sesuai dengan genrenya. Dalam temuannya, penelusuran ini akan menunjukkan prinsip-prinsip
artikel ini akan menyoroti, pertama, prinsip penggu- yang digunakan. Ini akan menolong untuk melihat
naan pendekatan historis dalam menggali kitab Injil kekurangan yang ada pada pendekatan historis dan
dan kelemahannya; yang akan menjadi sorotan ada- kritik naratif dalam membaca Injil-Injil.
lah kritik bentuk, kritik redaksi dan metode sosio- Asumsi tulisan ini adalah kitab-kitab Injil
historis. Kedua, akan ditelusuri kelebihan dan keku- memiliki kesamaan dengan tulisan biografi Yunani-
rangan metode kritik naratif yang adalah penyeim- Romawi. Kesamaan tersebut menunjukkan bahwa
bang pendekatan historis. Ketiga, akan dijelaskan Injil-Injil bisa dikategorikan sebagai tulisan bergenre
kesamaan antara Injil kanonik dan biografi Yunani- biografi kuno. Tentu ini perlu pembuktian, maka
Romawi dan kelebihan-kelebihan dalam membaca akan ditinjau tiga kesamaan, yaitu format isi, fokus
teks-teks Injil sebagai tulisan biografi kuno. Terak- cerita dan tujuan. Lalu dilanjutkan dengan kelebihan
hir, tulisan ini akan mencoba menjelaskan implikasi apa yang bisa diperoleh dengan membaca Injil-Injil
hermeneutis Injil sebagai tulisan biografi Yunani- sebagai biografi Yunani-Romawi.
Romawi. Keterkaitan dengan genre biografi kuno ini
menentukan cara pendekatan terhadap Kitab-Kitab
METODE Injil. Bagian pembahasan ini akan ditutup dengan
Artikel ini merupakan tulisan kualitatif yang implikasi hermeneutis dari membaca Injil-Injil seba-
bertujuan memperlihatkan pentingnya membaca Injil- gai tulisan biografi Yunani-Romawi.
Injil kanonik sebagai tulisan biografi kuno. Maka ar-
tikel ini mencoba untuk mengelaborasi signifikansi Injil dan Analisa Historis
dari pendekatan tersebut dalam kaitan dengan genre Menganalisa dimensi historis adalah pende-
kitab Injil. Data-data diperoleh melalui observasi lite- katan yang sangat berpengaruh dalam studi terhadap
ratur. Karya-karya dari ahli Perjanjian Baru seperti kitab-kitab Injil. Ini terlihat pada pendekatan kritik
Richard Burridge, David Aune dan Richard Resse- bentuk dan kritik redaksi, yang memposisikan latar
guie menjadi perhatian penting dalam analisa artikel belakang sejarah menjadi substansial. Dalam kaca
ini. mata kritik bentuk, naratif Injil adalah koleksi tradi-
Secara spesifik, tulisan ini akan mendeskrip- si-tradisi Yesus yang dikombinasikan tanpa ada pro-
sikan kaitan Injil-Injil kanonik dengan genre biografi ses redaksi (Travis, 1977). Sedikit berbeda, kritik
Yunani-Romawi, serta implikasi hermeneutis dari ke- redaksi berkeyakinan bahwa di balik kitab-kitab Injil
terkaitan tersebut. Akan terlihat komparasi antara ada keterlibatan penulis atau redaktur yang secara
pendekatan historis dan kritik naratif dengan mem- kreatif mengembangkan tulisan tersebut. Sekalipun
baca teks-teks Injil sebagai tulisan biografi kuno. keduanya berbeda dalam memandang asal mula dari

76 Volume 2, Nomor 2, Juli 2018


teks Injil-Injil kanonik, namun terdapat kesamaan kirakan bagaimana jemaat mula-mula menggunakan
bahwa kritik bentuk dan kritik redaksi bergantung teks-teks kanonik dalam tradisi keagamaan Kristen
pada analisa historis. Kritik bentuk mengaitkan Ki- perdana (kritik bentuk). Di samping itu, tinjauan ter-
tab Injil dengan tradisi keagamaan gereja mula-mu- hadap unsur-unsur redaksional teks akan menolong
la, dan kritik redaksi berorientasi pada latar belakang penafsir memperkirakan elemen-elemen yang mem-
para penulis kitab Injil dan komunitas yang menggu- pengaruhi pengolahan isi teks oleh penulis (kritik re-
nakan tulisan mereka. Pada umumnya, pendekatan daksi); elemen-elemen tersebut bisa saja terkait de-
terhadap Injil-Injil kanonik di abad ke-20 lebih di- ngan situasi budaya, ekonomi dan politik pembaca
pengaruhi oleh para ahli biblika Jerman, misalnya dan penulis (analisa sosio-historis).
Karl Ludwig Schmidt dan Rudolf Bultmann. Lan- Namun, bukan berarti pendekatan tersebut
dasan keyakinan tentang natur dari teks adalah Injil- tanpa kekurangan, khususnya terkait dengan keber-
Injil tidak dapat dikategorikan ke dalam salah satu gantungan pada rekonstruksi sejarah. Keempat Injil
genre literatur (Walton, 2015). Teks-teks Injil adalah adalah tulisan anonim. Di samping itu, informasi
kumpulan bermacam tradisi oral tentang kehidupan yang bisa digunakan untuk merekonstruksi penulis,
Yesus yang bertujuan untuk menopang tradisi pe- pembaca, waktu penulisan dan latar belakang teks
nyembahan terhadap Yesus. Maka kunci dari tindak- sangat minim. Penjelasan Joel B. Green tentang ano-
an eksegesa adalah merekonstruksi Sitz im Leben nimitas kitab Injil Lukas – bisa diterapkan terhadap
teks, guna menemukan laporan yang autentik dan Injil-Injil kanonik lainnya – menjelaskan bahwa pem-
bagaimana cerita tersebut ditransmisikan (kritik ben- baca masa kini tidak memiliki akses yang memadai
tuk dan kritik redaksi) (Walton, 2015, p. 85). untuk mengetahui penulis yang sebenarnya (Green,
Dalam perkembangan berikutnya, interes 1972, p. 21). Hal ini serupa dengan unsur-unsur his-
terhadap analisa historis menjadi lebih intens dan toris lainnya seperti penerima, tanggal dan historisi-
ekstensif dengan menerapkan metode dari displin tas peristiwa. Sebagaimana dijelaskan oleh Burridge
ilmu sosial. Dengan pendekatan tersebut, analisa his- bahwa kitab-kitab Injil tidak mengindikasikan ada-
toris meluaskan fokusnya pada suasana ekonomi, po- nya data-data yang memadai bagi pembaca untuk
litik dan kehidupan sosial di balik kitab-kitab Injil. mengetahui dengan pasti semua unsur-unsur yang
Dalam studi terhadap bagian-bagian tertentu mendorong penulis untuk menuliskan karyanya dan
dari kitab Injil, dimensi historis dan sosial menjadi ditujukan kepada siapa karya tersebut (Burridge,
sorotan utama. Sebagai contoh, investigasi terhadap 2005, p. 108). Dengan demikian apa yang dimiliki
Lukas 4:16–30 yang menjadi dasar banyak pemikir- dari kitab-kitab Injil tidak cukup untuk membangun
an teologi pembebasan, lebih banyak berkonsentrasi sebuah rekonstruksi sejarah yang komprehensif.
pada dimensi sosial dan historis. Contoh dari karya- Fakta ini memperlihatkan bahwa analisa historis me-
karya tersebut dapat dilihat dalam tulisan oleh Prior miliki kelemahan bila digunakan sebagai metode
(1995); Abogunrin (2003); Finkel (1994); Hill utama dalam mempelajari naratif Injil. Oleh sebab
(1971); Kimball (1994); Poirier (2009); Ringe itu analisa historis tidak bisa menjadi satu-satunya
(1981); Siker (1992). alat yang menolong penafsir untuk menggali isi teks.
Dalam perkembangan studi terhadap Injil- Di samping itu, analisa historis juga menga-
Injil kanonik, pendekatan historis telah berkontribusi baikan natur dari tulisan Injil kanonik sebagai naratif
banyak. Analisa historis telah menolong banyak kuno. Penting untuk dipahami bahwa tulisan Injil
pembaca Alkitab menelusuri asal-usul teks dan ben- kanonik tidak didesain sebagai tulisan sejarah, seka-
tuknya sebelum dituangkan dalam bentuk tulisan. lipun memberikan laporan tentang hidup dan pela-
Penelusuran unsur historis teks, dalam batas tertentu, yanan Yesus Kristus. Dalam kaca mata historiografi
telah menolong pembaca masa kini untuk memper- kuno, laporan sejarah adalah alat retorika (lih.

Herry Susanto, Implikasi Hermeneutis Membaca Injil-Injil Kanonik sebagai Tulisan Yunani-Romawi 77
Marshall, 1970; Ommeren, 1991; Uytanlet, 2014). dasar dalam penerapan kritik naratif, yaitu: (1) teks
Dalam konteks ini, detail-detail yang melatarbela- dipahami sebagai satu kesatuan; (2) tidak berkonsen-
kangi cerita belum tentu menjadi elemen penting trasi pada historisitas cerita, melainkan artistik litera-
dalam memahami teks. Dengan asumsi bahwa unsur turnya.
retorik sangat penting dalam historiografi kuno, ma- Maka, ada dua kelebihan dari kritik naratif.
ka pertanyaan mendasar yang perlu dijawab dalam Pertama, pendekatan ini menolak ide fragmentasi
proses eksegesa adalah mengapa penulis menuliskan naratif Alkitab (Resseguie, 2015, p. 38). Menurut
naratifnya; atau apa tujuan dari teks. Tannehill (1986, p. xiii), tema utama dari cerita
mengikat seluruh adegan-adegan yang berbeda. Da-
Injil dan Kritik Naratif lam kritik naratif, kesatuan teks adalah keniscayaan.
Pada tahun 1980an, dalam dunia studi bibli- David E. Aune (2003, p. 315) menjelaskan bahwa
ka, kritik naratif hadir sebagai penyeimbang bagi kesatuan teks merupakan core value bagi pendekatan
metode yang lebih fokus pada analisa historis. Bila kritik naratif. Dengan melihat teks cerita sebagai sa-
pendekatan seperti kritik bentuk, kritik redaksi dan tu kesatuan, pembaca akan tetap mengaitkan bagian-
kritik sosial-historis berupaya melakukan rekonstruk- bagian cerita dengan tema besar yang mengikat teks.
si sejarah, maka kritik naratif memberikan perhatian Kedua, kelebihan yang lain adalah kritik na-
pada elemen-elemen internal teks. Karena meman- ratif menolong pembaca melihat Injil kanonik seba-
dang naratif Alkitab sebagai cerita, maka kritik na- gai cerita. Memahami teks Alkitab sebagai cerita sa-
ratif berfokus pada unsur-unsur literer teks. Kritik ngat menolong para pembaca masa kini mendalami
naratif sendiri merupakan kelanjutan dari kritik teks dalam konteks mereka. Ketika menelusuri isi
literatur yang terlebih dahulu diterapkan dalam studi kitab Injil dengan berorientasi pada naturnya sebagai
teks (Banks, 1992; Bartchy, 1998; McKnight, 1992). cerita, maka teks tidak hanya dilihat sebagai tulisan
Dengan natur tersebut, kritik naratif tidak historis, melainkan tulisan yang memiliki makna
membangun gagasannya dengan mengandalkan da- bagi umat di segala generasi.
ta-data eksternal, melainkan membangunnya berda- Dalam konteks Perjanjian Baru, Tarmedi
sarkan informasi internal cerita. Salah satu karya (2013, pp. 339–340) menjelaskan sebagai berikut:
yang memberikan kontribusi penting bagi studi ter- Dalam Perjanjian Baru, distansi sejarah menjadi
hadap kitab-kitab Injil dengan menggunakan pende- ranah pemberian makna atas pengalaman, yakni
pengalaman iman akan Allah melalui pergaulan
katan kritik naratif adalah tulisan Rhoad dan Michie,
dengan Yesus, Sang Sabda yang menjadi da-
Mark as Story (1982). Buku ini kemudian diikuti ging. Para murid dan jemaat Kristen perdana,
oleh ahli biblika lainnya seperti Kingsbury (1988), misalnya, mereka kemudian dibawa pada me-
Culpepper (1983) dan Tannehill (1986). Kesamaan mori akan ramalan para nabi ketika melihat apa
yang terjadi dengan Yesus Kristus. Kelahiran
dari kesemua tafsir tersebut adalah mereka tidak ber-
Yesus dari Perawan Maria mengingatkan mere-
gantung pada investigasi historis untuk mencapai tu- ka akan apa yang diramalkan nabi Yesaya, de-
juan dari tafsir mereka, melainkan mengandalkan mikian juga dengan kisah sengsara Yesus yang
elemen-elemen literatur yang membangun cerita. mengingatkan mereka tentang hamba Tuhan
yang menderita (Yes. 52:13-53:12). Ketika Para
Secara praktis, kritik naratif menerapkan stra-
Rasul berkumpul, pasca kematian dan kebang-
tegi modern dalam membaca naratif-naratif Alkitab kitan Yesus, kita bisa mengandaikan bahwa me-
(Resseguie, 2015, p. 19; lihat juga Bartchy, 1998, p. reka bukan hanya berkumpul, berdoa, dan me-
787). Pengadopsian strategi tersebut berdasarkan ke- mecahkan roti (lih. Kis. 1:12-14; 2:41-47) me-
lainkan juga berdiskusi dan berkisah tentang
yakinan bahwa semua cerita memiliki kesamaan ka-
Yesus dan Kitab Suci. Mereka berkisah satu sa-
rakteristik meskipun ditulis dalam konteks waktu ma lain, mengenang sabda dan tindakan Yesus
yang berbeda. Berdasarkan strategi tersebut ada dua … mereka juga serentak membangun makna

78 Volume 2, Nomor 2, Juli 2018


baru untuk masa depan. Hal itu berarti mengo- memahami sebuah isi tulisan, teks harus dibaca dan
leksi makna dan menempatkannya dalam karya dipahami sesuai dengan karakteristik literatur dalam
keselamatan Allah yang baru, Perjanjian Baru.
konteks waktu teks itu sendiri. Sekalipun naratif
Penjelasan di atas memperlihatkan bahwa dalam kon- Injil memiliki kesamaan dengan naratif modern se-
teks dunia naratif, kisah asal akan dipahami secara cara karakteristik, namun Injil-Injil kanonik tetap
progresif. Isi cerita akan dimaknai secara baru dalam merupakan tulisan yang muncul dalam konteks era
konteks yang berbeda. Secara hermeneutis, teks Al- Yunani-Romawi abad pertama, sehingga elemen-
kitab akan dibawa ke dalam situasi hidup konkret elemen budaya literatur pada masa itu melekat da-
warga gereja masa kini agar mereka memperoleh lam naratif Injil.
arah hidup (Tarmedi, 2013, p. 341).
Inilah yang menjadi perhatian praktik kritik Kitab Injil Sebagai Biografi Kuno
naratif, mencari makna kisah dalam konteks keki- Berdasarkan tinjauan di atas masih ada ke-
nian. Kemunculan makna tidak hanya terjadi dalam kurangan yang harus diatasi terkait dengan penggu-
origin event, melainkan terus muncul di dalam ge- naan pendekatan historis dan kritik naratif dalam
nerasi dan konteks waktu-geografis yang berbeda. membaca Injil-Injil kanonik. Kekurangan dari pen-
Makna akan lahir sesuai keadaan dan kebutuhan dekatan historis yang terlalu bergantung pada data-
pembaca. Praktik seperti ini menolong dalam men- data eksternal terkait dengan upaya melakukan re-
jembatani distansi antara teks dan pembaca, sehing- konstruksi sejarah telah coba diatasi dengan kritik
ga Kitab Suci memiliki makna bagi umat di segala naratif yang cenderung berfokus pada unsur-unsur in-
abad. ternal teks. Namun kritik naratif belum menghubung-
Namun bukan berarti kritik naratif tanpa ke- kan kitab Injil dengan genre tulisan yang relevan, se-
lemahan. Pendekatan yang mengadopsi metode mo- hingga tidak melihat teks sebagai tulisan kuno.
dern dalam menelaah naratif ini, telah mengabaikan Pada bagian ini akan diulas hubungan antara
natur Injil kanonik sebagai tulisan kuno. Powell Injil kanonik dengan biografi Yunani-Romawi. Sebe-
mengatakan, “… narrative critics may be charged lum itu penting untuk melihat perbedaan mendasar
with anachronistically applying modern concepts to antara biografi kuno dalam konteks dunia Helenis
ancient literature …” (1995, pp. 239–255). Kritik dengan biografi modern. Tujuannya adalah agar ki-
naratif tentu memiliki nilai manfaat, namun metode tab Injil tidak dibaca dari kaca mata kultur literatur
ini cenderung mengabaikan genre Injil kanonik se- modern. Sebagai literatur yang menceritakan kehi-
bagai tulisan kuno. dupan seorang tokoh, biografi modern dan biografi
Genre merupakan elemen prinsipil dalam kuno memiliki kesamaan. Namun terkait cara mem-
menganalisa sebuah tulisan. Genre menentukan ba- perlakukan tokoh tersebut, keduanya memiliki per-
gaimana sebuah tulisan mengomunikasikan ide, se- bedaan yang signifikan. Burridge lebih memilih isti-
hingga genrelah akan mengarahkan pembaca dalam lah bios untuk dikenakan kepada biografi Yunani-
menentukan cara memperlakukan sebuah tulisan. Romawi (Burridge, 2004, p. 60). Pemakaian istilah
Dalam kaitannya dengan konteks literer sebuah tu- ini bertujuan untuk memberi perbedaan yang jelas
lisan, genre tidak bersifat universal karena sangat di- antara kedua jenis tulisan biografi.
pengaruhi oleh konteks waktu, tempat dan budaya Tulisan biografi yang dipahami di era mo-
(Talbert, 1988, p. 54). Sehingga benar yang dikata- dern telah mengalami beberapa perubahan, khusus-
kan oleh Larry Hurtado: “In seeking to determine a nya terkait dengan fokus dari cerita. Sebagaimana
writing genre, therefore, we must work with the yang disoroti oleh Burridge:
genres and literary conventions relevant to the era ... our modern understanding of biography
of the writing” (1992, p. 277). Dengan demikian, really comes to birth in the late nineteenth
century after Freud. This is where we become

Herry Susanto, Implikasi Hermeneutis Membaca Injil-Injil Kanonik sebagai Tulisan Yunani-Romawi 79
interested in the nature of the individual human menceritakan karya publik tokoh utama. Penelitian
personality; after Marx, we want to understand oleh Burridge (2004, pp. 132–133), sangat meno-
people in their political setting; after Weber
long dalam melihat alokasi adegan-adegan dalam
and Durkheim, people are placed in their socio-
logical setting. Thus, our understanding of mo- beberapa biografi kuno. Sebagai contoh, dalam
dern biography grows and develops throughout tulisan biografi kuno Agesilaus karya Xenophon, ter-
the nineteenth and twentieth centuries (Burrid- lihat persentase struktur sebagai berikut: (1) penda-
ge, 2013, p. 14).
huluan dan kehidupan awal tokoh (4%); (2) serangan
Dari pernyataan di atas, jelas bahwa ada perubahan- ke Persia (37,4%); serangan-serangan lainnya dan
perubahan dalam mendekati tulisan biografi. Maka aktivitas tokoh (12,7%); kesalehan tokoh utama
bisa dipastikan bahwa ada perbedaan antara biografi (35,2%); dan kesimpulan (10,7%). Jelas bahwa kar-
kuno dan biografi modern. Perbedaan yang paling ya publik tokoh utama menjadi sorotan dalam tulisan
mendasar adalah biografi modern bertujuan untuk biografi kuno. Contoh yang lain yang disajikan oleh
melaporkan perkembangan personaliti tokoh utama, Burridge, yang menunjukkan hasil yang sama bahwa
sedang biografi Yunani-Romawi menggunakan to- penulis biografi lebih tertarik pada karya publik in-
koh utama sebagai media untuk menampilkan nor- dividu yang diceritakan, adalah karya berjudul Ev-
ma-norma atau nilai-nilai tertentu (Aune, 1987, pp. agoras oleh Isocrates dan Atticus oleh Nepos.
27–28). Jadi, berbeda dengan biografi modern yang Terkait dengan Injil-Injil kanonik, kembali
bertujuan melaporkan perjalanan hidup tokoh utama- mengacu pada penelitian Burridge (2004, pp. 191–
nya, biografi Yunani-Romawi merupakan tulisan re- 192), maka didapati karakteristik yang sama. Injil-
torika yang mencoba meyakinkan pembacanya akan Injil kanonik memperlihatkan bahwa pelayanan pub-
norma atau paham tertentu dengan menjadikan ba- lik Yesus menjadi sorotan penting. Sebagai contoh,
gian tertentu dari perjalanan hidup tokoh utama se- untuk Injil Lukas, Burridge melaporkan sebagai be-
bagai alat retorik—umumnya adalah karya publik- rikut: (1) pendahuluan 0,4%; (2) kisah masa kecil
nya. 11,1%; (3) persiapan dan permulaan pelayanan
Sebelumnya Injil-injil dipandang sebagai tu- 4,4%; (4) pelayanan di Galilea 23,9%; (5) perjalanan
lisan dengan genre yang unik. Kemudian oleh te- ke Yerusalem 35,3%; (6) pelayanan di Yerusalem
muan-temuan para ahli Perjanjian Baru seperti 9,3%; dan (7) perjamuan terakhir, kematian dan ke-
Talbert dan Burridge, Kitab Injil lebih dipandang se- bangkitan 15,6%. Berdasarkan persentase ini, dalam
bagai tulisan biografi kuno. Sebagaimana dijelaskan melaporkan kehidupan Yesus, penulis Injil menggu-
oleh Michael R. Licona bahwa pada mulanya keem- nakan porsi naratifnya lebih banyak untuk menceri-
pat Injil dikelompokkan sebagai tulisan sui generis. takan aktivitas di Galilea, perjalanan dan pelayanan
Kemudian Talbert melalui karyanya What is a di Yerusalem. Maka pelayanan publik Yesus adalah
Gospel (1977) mengusulkan bahwa Injil seharusnya unsur penting dalam Injil kanonik.
dikategorikan sebagai tulisan biografi. Ini kemudian Dengan demikian bisa terlihat bahwa dari
disusul oleh Burridge dalam karyanya What Are the segi karakteristik isi, Injil kanonik dan biografi
Gospels? (Licona, 2017, p. 3). Yunani-Romawi memiliki kesamaan. Keduanya
Untuk melihat keterkaitan antara Injil-Injil memberikan jumlah pelaporan yang lebih besar pada
kanonik dengan genre biografi Yunani-Romawi, ten- karya atau aktivitas publik tokoh utama.
tu perlu menemukan kesamaan-kesamaan signifikan. Kedua, tulisan biografi fokus pada satu to-
Tulisan ini fokus pada tiga kesamaan, yaitu kesa- koh utama. Berkenaan dengan sorotan biografi kuno,
maan dalam format isi, fokus cerita dan tujuan. Per- Licona mengatakan, bahwa yang menjadi fokus dari
tama, terkait dengan format isi, biografi Yunani-Ro- tulisan biografi kuno adalah satu tokoh utama (2017,
mawi menggunakan sebagian besar naratif untuk p. 3). Aune menyatakan hal yang sama bahwa satu

80 Volume 2, Nomor 2, Juli 2018


tokoh utama menjadi perhatian dari asal mulanya dengan konteks masyarakat Helenis: retorika me-
sampai dengan kematiannya (1987, p. 33). Melalui mainkan peran penting. Retorika menjadi bagian da-
tokoh utama ini, penulis biografi akan menampilkan lam sistem pendidikan pada masa itu (Stamps, 2008,
ideologi yang ingin disampaikan (Kloppenborg, p. 506). Tentu tidak bisa dijelaskan secara detail
2011, p. 342). Oleh sebab itu tokoh-tokoh yang sampai sejauh mana retorika secara formal mempe-
diangkat ke dalam cerita adalah orang-orang yang ngaruhi tulisan biografi. Namun, sebagaimana dije-
terhormat atau memiliki peran penting di dalam ma- laskan oleh Aune (1987, p. 31) bahwa menampilkan
syarakat, misalnya tokoh pembangunan atau filsuf sesosok tokoh sebagai representasi adalah salah satu
(Aune, 1987, p. 33). Berkaitan dengan hal ini, bentuk praktik beretorika di zaman kuno. Di sam-
Burridge menjelaskan lebih spesifik dengan meng- ping itu, cara tulisan biografi kuno digunakan meng-
gunakan contoh. Salah satu contohnya adalah Agesi- indikasikan natur retorikanya. Aune (1987, p. 35)
laus, karya Xenophon. Agesilaus yang menjadi to- mengatakan bahwa tulisan biografi kuno adalah alat
koh utama dalam biografi tersebut, dalam 370 kali- propaganda yang efektif.
mat atau frasa-frasa penting, ditemukan kemunculan Terkait dengan fungsi retorikal biografi
namanya sebanyak 69 kali, yang bila dibandingkan Yunani-Romawi, penting untuk membahas tentang
dengan tokoh yang lain, ini sebesar 18,7%. Kemun- bentuk retorika chreia, khusus dalam konteks kaitan
culan kedua terbesar adalah orang-orang Yunani antara biografi kuno dan Injil kanonik. Chreia meru-
yang hanya 10%; tentu tokoh-tokoh yang lain di juk kepada perkataan dan tindakan tokoh tertentu
bawah persentase ini. Di samping itu, jumlah ke- yang diungkapkan atau dituliskan kembali karena di-
munculan nama Agesilaus dalam bentuk nominatif, anggap bermakna (lih. Hock & O’Neil, 1986, p. 26;
juga yang terbesar dibanding tokoh-tokoh yang lain, Watson & Hauser, 1994, p. 177). Sebagaimana di-
yaitu 9,5%. Tepat di bawah Agesilaus adalah orang- tunjukkan oleh Watson dan Hauser (1994, p. 117):
orang Persia yang hanya sebesar 1,6% (Burridge, “The chreia is the basis of many rhetorical exercise
2004, p. 311). Maka dapat dilihat tulisan biografi described in progymnasmata (preliminary exercise),
kuno menyoroti satu karakter utama. the rhetorical textbook written from the 1st to the 5th
Berkenaan dengan Injil-Injil, Burridge me- centuries A.D.” Dalam biografi kuno, chreia adalah
nunjukkan bahwa dalam Injil-Injil Sinoptik, Yesus salah satu alat retorika yang digunakan (lih. Stamps,
menjadi subjek dari 24,4% kata kerja dalam Injil 2008, p. 508; Watson, 1992, pp. 104–106).
Matius; untuk Markus dan Lukas 17,2 % dan 17,9% Di atas dijelaskan bahwa biografi kuno me-
(2004, p. 190). Dengan persentase yang demikian miliki komponen retorika yang mendukung tujuan
Yesus lebih dominan dari tokoh-tokoh lain. Injil Yo- persuasif dari tulisan tersebut. Injil-Injil kanonik ju-
hanes menunjukkan karakteristik yang sama. Yesus ga memiliki fungsi persuasif sebagaimana halnya
menjadi subjek bagi 20,2% kata kerja (Burridge, dengan biografi kuno. Secara retoris, penulis kitab
2004, p. 216). Berdasarkan hal ini Injil memiliki ke- Injil mencoba untuk meyakinkan pembacanya ten-
samaan dengan biografi kuno dalam cara menampil- tang perspektif teologis terkait dengan identitas
kan tokoh-tokoh dalam naratifnya, yaitu adanya satu Yesus. Oleh sebab itu Aune (1987, p. 59) menyebut
tokoh yang menjadi sorotan dan berperan penting. bahwa Kitab Injil bisa dikatakan sebagai “propagan-
Ketiga, kesamaan lain yang terdapat antara distic Christian writings”. Dalam Injil sinoptik, tu-
Injil kanonik dan biografi kuno terletak pada fung- juan persuasif terekspresi secara implisit. Namun da-
sinya. Dengan unsur retorika yang dimiliki, kedua li- lam Injil Yohanes, tujuan tersebut terlihat secara
teratur digunakan sebagai instrumen persuasif untuk eksplisit:
meyakinkan pembacanya untuk menerima atau me- Memang masih banyak tanda lain yang dibuat
nolak ideologi tertentu. Natur retorika ini selaras Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang ti-
dak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang

Herry Susanto, Implikasi Hermeneutis Membaca Injil-Injil Kanonik sebagai Tulisan Yunani-Romawi 81
tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu jikan informasi saja, biografi Yunani-Romawi meng-
percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, ajak pembaca untuk menerima konsep tertentu yang
dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hi-
disajikan melalui narasi yang ada. Sehingga bukan
dup dalam nama-Nya (Yoh. 20:30–31).
detail informasi yang menjadi tujuan, melainkan
Maka bisa dilihat bahwa Injil kanonik memiliki un-
ajakan terhadap pembaca.
sur retorik yang bertujuan persuasif.
Ketika Injil kanonik dibaca dengan pende-
Sebelumnya sudah dijelaskan tentang peng-
katan demikian, maka penafsir akan menggali gagas-
gunaan format retorik chreia dalam biografi Yunani-
an-gagasan teologis yang penulis Injil inginkan un-
Romawi. Vernon K. Robbins dan D. F. Watson juga
tuk diterima oleh pembaca. Respons yang diharap-
mengaitkan chreia dengan Kitab Injil sebagai salah
kan penulis terhadap pembacanya adalah sasaran
satu gaya retorik yang terdapat dalam Injil kanonik
penggalian melalui pendekatan naratif biografi
(Robbins, 1988; lihat juga Stamps, 2008; Watson,
Yunani-Romawi.
1992). Maka, dari segi fungsi, bisa dipahami bahwa
Kedua, pembaca dapat fokus pada tokoh
Injil kanonik dan biografi Yunani-Romawi memiliki
yang menjadi sorotan dalam teks. Tulisan biografi ku-
kesamaan. Keduanya digunakan secara persuasif un-
no tidak didesain menceritakan seluruh kejadian se-
tuk meyakinkan pembaca agar menerima atau meno-
cara detail. Tokoh utama cerita merupakan pusat na-
lak ide-ide tertentu. Untuk Injil tentu fungsi retorik
ratif yang merefleksikan gagasan yang akan disam-
tersebut bertujuan membawa pembaca menerima
paikan. Sebab itu, analisa yang berpusat pada tokoh
konsep Kristologis dan nilai-nilai yang termuat di
utama, penting untuk mendalami Injil-Injil kanonik.
dalamnya, yang dipresentasikan penulis melalui to-
Injil-Injil kanonik menyajikan tentang Yesus
koh Yesus Kristus.
Kristus. Dengan menyoroti laporan terkait dengan
Dari uraian kesamaan antara biografi kuno
Yesus Kristus, penafsir telah melihat inti dari teks
dan Injil kanonik, maka ada dasar untuk mengatego-
Injil. Dalam mendiskusikan dampak hermeneutis
rikan kitab-kitab Injil sebagai tulisan biografi Yuna-
membaca Injil sebagai tulisan biografi kuno, Burrid-
ni-Romawi. Dengan pemahaman genre seperti ini,
ge memahami bahwa studi terhadap Injil harus me-
maka ini akan menentukan bagaimana Injil-Injil ka-
nempatkan Yesus sebagai pusat bagi proses penaf-
nonik harus diperlakukan, yaitu selaras dengan peng-
siran (Burridge, 2004, pp. 248–250). Dengan mema-
gunaan tulisan-tulisan biografi dalam konteks Hele-
hami keberpusatan naratif pada Yesus, maka penafsir
nistik.
akan bisa sedekat mungkin dengan tujuan yang ingin
dicapai oleh para penulis Injil.
Kelebihan Membaca Injil Kanonik Sebagai
Ketiga, membaca Injil sebagai tulisan yang
Biografi Kuno
bersifat persuasif akan menolong penafsir untuk me-
Terkait dengan keuntungan membaca Injil-
lihat naratif Yesus Kristus sebagaimana fungsinya.
Injil kanonik sebagai tulisan biografi kuno. Makalah
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa tulisan biografi
ini mencoba melihat hal ini dalam dua aspek, per-
kuno memiliki fungsi retoris. Dalam menekankan
tama, fakta bahwa teks diperlakukan sesuai dengan
fungsi tersebut, Aune menjelaskan bahwa kitab-kitab
sistem historiografi di abad pertama. Ada perbedaan
Injil berfungsi meneguhkan keyakinan para pengikut
mendasar cara manusia modern menggunakan infor-
Kristus, dengan secara persuasif menunjukkan iden-
masi historis bila dibandingkan pada masa Yunani-
titas Yesus Kristus (Aune, 1987, pp. 59–60).
Romawi. Bagi sejarawan kuno, cerita adalah alat re-
Secara umum naratif Alkitab mengajak pem-
torika. Tulisan mereka bertujuan propaganda.
baca untuk memberi respons. Ini dilakukan dengan
Di atas telah diulas bahwa unsur retorik dari
menggunakan teknik retorika tertentu. Maka dengan
teks sangat penting dalam konteks biografi kuno. Ti-
menyadari adanya elemen-elemen retorik dalam
dak seperti biografi modern yang cenderung menya-

82 Volume 2, Nomor 2, Juli 2018


teks, akan menolong pembaca memahami kisah da- baik bila diterapkan. Pendekatan biografi kuno akan
lam Injil-Injil kanonik secara lebih komprehensif. menjadi tambahan berarti bagi pembacaan naratif In-
Resseguie menjelaskan bahwa, retorika sebagai un- jil, karena teks akan dilihat sesuai naturnya sebagai
sur integral dari naratif adalah “alat yang digunakan tulisan bergenre biografi yang hadir dalam konteks
oleh para penulis untuk meyakinkan kita tentang dunia Yunani-Romawi di abad pertama.
pandangan ideologi, norma, keyakinan dan nilai-ni- Kedua, gagasan-gagasan teologis dalam ki-
lai mereka” (Resseguie, 2015, p. 41). Dengan meng- tab-kitab Injil berpusat pada Yesus Kristus. Pada
gunakan alat retorika, penulis meletakkan dasar bagi prinsipnya, Injil-Injil kanonik bercerita tentang Yesus.
ideologinya dan alasan mengapa itu signifikan bagi Secara umum mereka menampilkan kehidupan Ye-
pembacanya. Dalam konteks tulisan Injil kanonik, je- sus dari kelahiran sampai dengan kematian dan ke-
las bahwa penulis menyajikan konsepsi berkaitan de- bangkitan-Nya. Sesuai dengan naturnya sebagai tu-
ngan Yesus Kristus. Maka dengan sistem retorika yang lisan biografi Yunani-Romawi, maka keberadaan Ye-
dibangunnya, penulis membuktikan bahwa konsepsi sus sebagai tokoh utama harus menjadi perhatian.
tersebut memiliki dasar yang kuat. Jadi dengan meli- Tokoh utama adalah media bagi penulis biografi
hat sistem retorika, seorang penafsir tidak hanya me- untuk menyampaikan ideologinya.
nangkap makna cerita, melainkan juga dapat menja- Pada prinsipnya, dari sudut pandang biografi
wab pertanyaan mengapa bisa demikian dan apa arti kuno, menelusuri secara mendalam perkataan dan
penting bagi kehidupan. Mendalami retorika tulisan perbuatan tokoh utama adalah penting, karena dari
menolong untuk melihat dimensi lain dari makna. situlah didapat gagasan teologis yang ingin disam-
paikan penulis Injil (Licona, 2017, p. 4). Maka da-
Implikasi Hermeneutis lam membaca Injil-Injil kanonik, Yesus adalah kun-
Berdasarkan uraian di atas, kitab-kitab Injil ci. Tentu tidak salah mendalami tokoh-tokoh lain,
memiliki kesamaan dengan tulisan biografi kuno. selain Yesus. Namun perlu diingat bahwa Yesus
Kesamaan ini mengindikasikan bahwa kedua jenis Kristus adalah sumber bagi gagasan teologis dalam
tulisan berasal dari bentuk genre tulisan yang sama. kitab Injil.
Maka ada beberapa implikasi hermeneutis yang per- Sebagai contoh, ketika membaca naratif Za-
lu untuk dipikirkan agar kitab Injil bisa didalami se- kheus dalam Lukas 19:1–10, pembaca harus bisa
bagaimana naturnya. membedakan Yesus sebagai tokoh utama dan Za-
Pertama, penting terlebih dahulu meletak- kheus sebagai karakter pelengkap. Gagasan teologis
kan fondasi bahwa memahami genre tulisan Injil- dari perikop tersebut seharusnya terletak pada ele-
Injil kanonik tidak cukup berhenti pada bentuk tulis- men cerita yang berkaitan dengan tokoh utama. Ma-
an naratif. Lebih jauh, penafsir harus memahami ka dalam hal ini, pernyataan Yesus dalam ayat 9, 10
Injil sebagai bagian dari tulisan kuno. Sebagaimana menjadi kunci dan sumber gagasan teologis yang
dijelaskan sebelumnya, kritik naratif telah menjadi ingin disampaikan melalui perikop tersebut. Dalam
penyeimbang bagi metodologi yang berorientasi ba- kedua ayat tersebut dituliskan sebagai berikut:
nyak pada pendekatan historis. Namun kritik naratif Kata Yesus kepadanya [Zakheus]: “Hari ini te-
masih memperlakukan teks Alkitab sebagai naratif lah terjadi keselamatan kepada rumah ini, kare-
na orang ini pun anak Abraham. Sebab Anak
modern. Sistem literer kuno pada teks diabaikan.
Manusia datang untuk mencari dan menyela-
Tapi bukan berarti pendekatan naratif tidak matkan yang hilang.”
berguna sama sekali. Kritik naratif adalah langkah
Berdasarkan pernyataan ini, sangat mungkin penulis
penting dalam analisa Injil-Injil kanonik. Pendekatan
bertujuan menegaskan karya Sang Mesias dan dam-
ini melihat natur cerita dari setiap Injil. Maka analisa
paknya yang bersifat universal: Dia datang untuk se-
terhadap unsur-unsur yang membangun naratif Injil
mua orang, termasuk mereka yang terpinggirkan (lih.

Herry Susanto, Implikasi Hermeneutis Membaca Injil-Injil Kanonik sebagai Tulisan Yunani-Romawi 83
Glanville, 2009; Rodriguez, 2012; Byrne, 2015). Ini p. 83). Tentu fungsi yang sama berlaku bagi Injil-
selaras dengan kerangka teologis keseluruhan Injil Injil kanonik. Sebelumnya telah dijelaskan unsur-un-
Lukas. Injil Lukas menegaskan bahwa kedatangan sur yang terdapat dalam kitab-kitab Injil yang meng-
Yesus adalah untuk semua orang, termasuk kaum indikasikan dimensi retorika Injil.
marginal. Di awal tulisannya, Lukas menempatkan Hal yang perlu ditekankan adalah keberada-
fondasi teologis karya Yesus dalam Lukas 1:53, bah- an tokoh utama Yesus bukanlah sekadar pelaporan,
wa Allah melimpahkan kebaikan kepada mereka melainkan media untuk meyakinkan pembaca terha-
yang miskin (lapar). Sebagai Sang Utusan, Yesus me- dap nilai hidup dan pelayanan Kristen. Sebagai con-
miliki tugas yang selaras dengan karakter Allah ter- toh, dalam Lukas 4:18, 19 dituliskan:
sebut, sesuai dengan pernyataan dalam Lukas 4:18, Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah
19 bahwa Dia diutus untuk orang-orang miskin, ta- mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar
baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah
wanan, buta dan tertindas. Kelompok orang yang
mengutus Aku untuk memberitakan pembebas-
termarginalkan ini muncul beberapa kali dalam Injil an kepada orang-orang tawanan, dan pengli-
Lukas dengan beberapa variasi (6:20; 7:22; 14:13; hatan bagi orang-orang buta, untuk membebas-
14:21; 16:20, 22). Dengan demikian, Kristologi Injil kan orang-orang yang tertindas, untuk membe-
ritakan tahun rahmat Tuhan telah datang.
Lukas menegaskan tentang datangnya Sang Mesias
yang peduli terhadap mereka yang terpinggirkan. Tentu pernyataan di atas menjelaskan siapa Yesus
Berkaitan dengan konteks sosial orang-orang Yahudi dan karakter pelayanan-Nya. Namun dari sudut pan-
di tanah Palestina, Zakheus yang adalah pemungut dang biografi Yunani-Romawi, gagasan yang ada pa-
cukai termasuk di dalamnya—pemungut cukai di- da pernyataan tersebut tidak berhenti pada laporan
anggap sebagai orang berdosa karena telah menjadi tentang keberadaan Yesus, tetapi juga memiliki un-
kaki tangan Romawi, di samping banyak yang ber- sur retoris yang bertujuan meyakinkan pembaca ten-
tindak curang menekan masyarakat. Jadi kisah Za- tang ideologi tertentu. Dan ini dapat dibawa kepada
kheus, dalam kaca mata biografi Yunani-Romawi, prinsip pelayanan Kristen. Jadi Yesus dalam naratif
sebaiknya dibaca dalam terang identitas tokoh Injil tidak hanya dilaporkan, tetapi juga dijadikan se-
utama, yaitu Yesus Kristus. bagai landasan bagi nilai-nilai hidup dan pelayanan
Ketiga, Injil harus dilihat lebih dari sekadar Kristiani. Maka pernyataan dalam Lukas 4:18, 19
laporan, melainkan tulisan yang memiliki unsur reto- bisa dijadikan sebagai dasar untuk mengajak gereja
rika yang bertujuan untuk meyakinkan pembaca ter- membangun sebuah pelayanan yang bersifat holistik.
hadap pandangan teologis tertentu. Sebelumnya te- Berdasarkan karya dan perkataan Yesus dalam Injil
lah dibahas bahwa tulisan biografi Yunani-Romawi Lukas, pelayanan Kristen harus menyentuh seluruh
bersifat persuasif. Tulisan tersebut bahkan bisa men- dimensi kehidupan warga gereja, termasuk kebutuh-
jadi alat propaganda. Maka teks Injil memiliki unsur an sosial mereka.
persuasif.
Keberadaan elemen retoris dalam tulisan KESIMPULAN
naratif-historis Injil merupakan hal yang lumrah da- Dari uraian di atas jelas bahwa Injil-Injil
lam konteks literatur dunia Yunani-Romawi. Dengan kanonik, berkaitan dengan genrenya, sebaiknya di-
sejarawan yang pada umumnya mendapatkan pen- baca sebagai tulisan biografi kuno. Ada kesamaan-
didikan beretorika, maka historiografi Yunani-Ro- kesamaan yang jelas terlihat antara teks-teks Injil de-
mawi sangat dipengaruhi oleh retorika. Karakter ngan tulisan biografi Yunani-Romawi. Ketika mem-
yang menjadi tokoh utama dalam naratif dijadikan perlakukan Injil-Injil sesuai dengan naturnya yang
sebagai alat retorika oleh para sejarawan Helenistik adalah tulisan kuno, maka ada implikasi-implikasi
untuk mempengaruhi pembaca mereka (Aune, 1987, hermenautis yang patut untuk diperhatikan.

84 Volume 2, Nomor 2, Juli 2018


Mengingat pentingnya mendalami teks-teks dan pelayanan Yesus yang dilaporkan oleh penulis
Injil sesuai dengan naturnya, maka dibutuhkan studi- Injil akan memiliki makna bagi warga jemaat, kare-
studi yang lebih komprehensif terkait dengan peng- na tidak hanya sekedar dilihat sebagai laporan, ka-
gunaan biografi Yunani-Romawi dalam konteks du- rena salah satu kunci utama dalam literatur biografi
nia Helenis di masa penulisan kitab-kitab Injil. Tu- Yunani-Romawi adalah tokoh utama yang ditampil-
juannya adalah agar teks-teks Injil kanonik dapat kan adalah alat retorika untuk mengegaskan nilai
dibaca sesuai dengan fungsinya. Dengan mengguna- atau ideologi tertentu.
kan pendekatan naratif-biografi, kisah kehidupan

DAFTAR RUJUKAN
Abogunrin, S. O. 2003. “Jesus’ Sevenfold Program- Culpepper, R. A. 1983. Anatomy of the Fourth Gos-
matic Declaration at Nazareth: An exegesis pel: A Study in Literary Design. Philadel-
of Luke 4.15-30 From an African Perspec- phia: Fortress.
tive.” Black Theology, 1(2), 225–249. Finkel, A. 1994. “Jesus’ Preaching in the Synagogue
Aune, D.E. 1987. The New Testament in Its Literary on the Sabbath (Luke 4. 16-28).” In C. A.
Environment. Philadelphia: Westminster Press. Evans & W. R. Stegner (Eds.), The Gospels
Aune, D. E. 2003. The Westminster Dictionary of and the Scriptures of Israel (pp. 325–341).
New Testament and Early Christian Litera- Sheffield: Sheffield Academic Press.
ture and Rhetoric (1st ed.). Louisville, Ky: Glanville, E. 2009. “Missiological Reflections on
Westminster John Knox Press. Difference: Foundations in the Gospel of
Banks, R. J. 1992. “Narrative Exegesis.” In J. B. Luke.” Mission Studies, 26 (1), 64–79.
Green, S. McKnight, & I. H. Marshall (Eds.), Green, J. B. 1972. The Gospel of Luke. Grand Ra-
Dictionary of Jesus and the Gospels (pp. pids: Eerdmans.
570–571). Downers Grove, Ill: InterVarsity. Hill, D. 1971. Rejection of Jesus at Nazareth (Luke
Bartchy, S. S. 1998. “Narrative Criticism.” In P. H. 4:16-30). Novum Testamentum, 13 (3), 161-
Davids & R. P. Martin (Eds.), Dictionary of 180.
the Later New Testament and Its Develop- Hock, R. F., & O’Neil, E. N. 1986. The Chreia in
ment (pp. 787–792). Downers Grove, IL: Ancient Rhetoric: The Progymnasmata. At-
InterVarsity. lanta, Ga: Scholars.
Burridge, R. A. 2004. What are the Gospels?: A Hurtado, L. W. 1992. “Gospel (Genre).” In J. B.
Comparison with Graeco-Roman Biography Green, S. McKnight, & I. H. Marshall
(2nd ed). Grand Rapids, Mich.: Eerdmans. (Eds.), Dictionary of Jesus and the Gospels.
Burridge, R. A. 2005. “Who Writes, Why, and for Downers Grove, Ill: InterVarsity Press.
Whom?” In M. Bockmuehl & D. A. Hagner Kimball, C. A. 1994. Jesus’ Exposition of the Old
(Eds.), Written Gospel (pp. 99–115). Cambrid- Testament in Luke’s Gospel. Sheffield:
ge; New York: Cambridge University Press. JSOT.
Burridge, R. A. 2013. “Biography as the Gospels’ Kingsbury, J. D. 1988. Matthew as story (2nd ed.).
Literary Genre.” Revista Catalana de Teo- Philadelphia: Fortress Press.
logia, 38 (1), 9–30. Kloppenborg, J. S. 2011. Gospels. In M. Coogan
Byrne, B. 2015. The Hospitality of God: A Reading (Ed.), The Oxford Encyclopedia of the Books
of Luke’s Gospel. Collegeville: Liturgical of the Bible (Vol. 1, pp. 334–349). Oxford:
Press. Oxford University Press.

Herry Susanto, Implikasi Hermeneutis Membaca Injil-Injil Kanonik sebagai Tulisan Yunani-Romawi 85
Licona, M. R. 2017. Why Are There Differences In Siker, J. S. 1992. “First to the Gentiles”: A Literary
The Gospels? What We Can Learn From Analysis of Luke 4:16-30. Journal of Bibli-
Ancient Biography. New York: Oxford Uni- cal Literature, 111 (1), 73–90.
versity Press. Stamps, D. 2008. Rhetoric. In C. A. Evans (Ed.), En-
Marshall, I. H. 1970. Luke: Historian and Theolo- cyclopedia of the Historical Jesus (pp. 506–
gian. Grand Rapids: Zondervan. 509). New York: Routledge.
McKnight, E. V. 1992. Literary Criticism. In J. B. Talbert, C. H. 1988. “Once Again: Gospel Genre.”
Green, S. McKnight, & I. H. Marshall Semeia, (43), 53–73.
(Eds.), Dictionary of Jesus and the Gospels Tannehill, R. C. 1986. The Narrative Unity of Luke-
(pp. 473–481). Downers Grove, Ill: Inter- Acts: A Literary Interpretation (Vol. 1). Phi-
Varsity. ladelphia: Fortress.
Ommeren, N. M. van. 1991. “Was Luke an Accurate Tarmedi, P. A. D. 2013. “Analisis Naratif: Sebuah
Historian.” Bibliotheca Sacra, 148 (589): Metode Kristiani Hermeneutika Kitab Suci.”
57–71. Melintas, 29 (3).
Poirier, J. C. 2009. Jesus as an Elijianic Figure in Travis, S. H. 1977. Form Criticism. In I. H. Marshall
Luke 4:16-30. Catholic Biblical Quarterly, (Ed.), New Testament interpretation: Essays
71 (2): 349–363. on Principles and Methods (pp. 153–164).
Prior, Michael. 1995. Jesus the Liberator: Nazareth Carlisle: The Paternoster.
Liberation Theology (Luke 4. 16-30). Shef- Uytanlet, S. 2014. Luke-Acts and Jewish Historio-
field: Sheffield Academic Press. graphy: a Study on the Theology, Literature,
Resseguie, J. L. 2015. Narrative Criticism of the and Ideology of Luke-Acts. Tübingen, Ger-
New Testament: An Introduction. Grand Ra- many: Mohr Siebeck.
pids: Baker Academic. Walton, S. 2015. “What are the Gospels: Richard
Rhoads, D. M., & Michie, D. 1982. Mark as Story: Burridge’s Impact on Scholarly Understand-
An Introduction to the Narrative of a ding of the Genre of the Gospels.” Currents
Gospel. Philadelphia: Fortress. in Biblical Research, 14 (1): 81–93.
Ringe, S. H. 1981. “Luke 4:16-44: A portrait of Watson, D. F. 1992. Chreia/Aphorism. In J. B. Green
Jesus as Herald of God’s Jubilee.” Procee- & S. McKnight (Eds.), Dictionary of Jesus
dings, 1, 73–84. and the Gospels (pp. 104–106). Downers
Robbins, V. K. 1988. The Chreia. In D. E. Aune Grove, IL; Leicester: InterVarsity.
(Ed.), Greco-Roman Literature and the New Watson, D. F., & Hauser, A. J. 1994. Rhetorical
Testament: Selected Forms and Genre (pp. Criticism of the Bible: A Comprehensive
1–23). Atlanta, Ga: Scholars. Bibliography with Notes on History and
Rodriguez, D. L. 2012. The Liberating Mission of Method. Leiden; New York: E.J. Brill.
Jesus: The Message of the Gospel of Luke.
Eugene: Wipf and Stock Publishers.

86 Volume 2, Nomor 2, Juli 2018

You might also like