You are on page 1of 60

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Coronavirus 2019 (Covid-19) merupakan penyakit infeksi

yang sedang menjadi pandemi global. Pada tahun 2020, jutaan orang akan

jatuh sakit dan meninggal akibat penyakit ini setiap hari. Di antara kasus yang

dikonfirmasi, tingkat kematian Covid-19 sekitar 2,67%. Cara penularannya

terutama melalui droplet dari hidung atau mulut pada saat batuk atau bersin.

Setiap orang biasanya rentan terhadap virus ini (Deng and Peng, 2020).

Covid-19 saat ini menjadi masalah yang serius di seluruh dunia,

dan jumlah kasusnya meningkat setiap hari. Menyerang semua orang, tanpa

memandang usia atau jenis kelamin, dianggap sebagai pandemi global.

Pandemi global Covid-19 pertama kali diumumkan pada 11 Maret 2020,

menandakan bahwa virus tersebut telah menginfeksi banyak orang di

berbagai negara (World Health Organization, 2020). Pada 25 Maret 2020,

total 414.179 kasus yang dikonfirmasi telah dilaporkan, termasuk 18.440

kematian (CFR 4,4%), di mana 192 negara / wilayah telah melaporkan kasus.

Dalam kasus ini, beberapa petugas kesehatan dilaporkan terinfeksi virus

corona (Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, 2020).

Coronavirus disease dilaporkan pertama kali pada 31 Desember

2019, yaitu penyakit yang sedang mewabah hampir di seluruh dunia dengan

nama virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2

(SARS-COV- 2). Infeksi berawal di Wuhan, provinsi Hubei, Tiongkok, yang


2

melaporkan pertama kali mengenai kasus Pneumonia yang tidak diketahui

penyebabnya. Kasus konfirmasi sebanyak 90.870 dengan total kematian

3.112 kasus (3,4%) (WHO, 2020).

Penelitian Goldstein and Lee (2020) menunjukkan angka kematian

Covid-19 lebih tinggi dibandingkan dengan kematian penyakit lain.

Berdasarkan data per tanggal 14 Februari 2020, angka mortalitas di seluruh

dunia sebesar 2,1%, secara khusus di kota Wuhan sebesar 4,9% dan provinsi

Hubei sebesar 3,1%. Kasus di Indonesia per tanggal 14 Maret 2020

menunjukkan adanya 96 kasus yang terkonfirmasi Covid-19 dengan jumlah

kematian 6 orang dan menjadi negara ke-65 yang positif terkonfirmasi Covid-

19 (Depkes RI, 2020).

Indonesia salah satu negara yang terkonfirmasi Covid-19. Pada 2

Maret 2020, Indonesia melaporkan 2 kasus terkonfirmasi Covid-19. Berawal

dari kasus tersebut, jumlah kasus masyarakat Indonesia yang terinfeksi virus

corona semakin bertambah setiap harinya, Sampai dengan tanggal 13 Juli

2021, kasus Covid-19 di Indonesia sudah mencapai 2.615.529 kasus

konfirmasi dengan jumlah kematian akibat Covid-19 adalah sebesar 68.219

kasus (2,6%). Indonesia merupakan negara dengan tingkat kasus konfirmasi

tertinggi di Asia Tenggara (Kemenkes RI, 2020).

Penelitian Ye et al. (2020), menyebutkan bahwa penularan Covid-

19 terjadi melalui droplet yang mempermudah penularannya dari penderita

satu ke penderita lainya. Penelitian Tay et al.(2020) menunjukkan bahwa

infeksi SARS-COV-2 dan Covid-19 merupakan penyakit

immunophatogenesis. Kajian kasus terkonfirmasi, kematian dan insiden


3

kematian Covid-19 sangat penting untuk dilakukan guna untuk melihat trend,

kajian faktor risiko, dan penyebab kematian. Hal tersebut dapat menjadi

indikator penting dalam penanganan masalah kesehatan, khususnya Covid-19.

Fasilitas pelayanan yang dibuka merupakan salah satu faktor

terjadinya peningkatan penularan Covid-19. Adanya perubahan kebijakan

dari masa lockdown ke new normal berdampak pada perbedaan angka

konfirmasi kasus, angka kematian, dan insiden kematian Covid-19, sehingga

pendekatan dan mekanisme pencegahan dapat berbeda pada kondisi

lockdown dan new normal (Susanto, 2021).

Upaya memutus mata rantai penularan Covid-19 dapat dilakukan

dengan berbagai cara, seperti karantina penderita, penerapan protokol

kesehatan, dan jaga jarak. Undang-undang nomor 6 (enam) tahun 2018

tentang kekarantinaan kesehatan pada pasal 39 (tiga puluh sembilan) ayat 2

(dua) menyebutkan bahwa orang yang ditemukan gejala klinis sesuai dengan

jenis penyakit kedaruratan kesehatan masyarakat dilakukan isolasi (Susanto,

2021).

Penelitian Chu et al. (2020) menemukan bahwa physical distancing

satu meter menurunkan penularan Covid-19. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui perbedaan kasus terkonfirmasi, angka kematian dan case fatality

rate akibat Covid-19 antara penerapan lockdown dan new normal di

Indonesia.

Vaksinasi adalah bentuk imunitas aktif yang sederhana, aman, dan

efektif yang dapat melindungi orang dari penyakit berbahaya. Vaksinasi


4

menggunakan pertahanan alami tubuh untuk membangun ketahanan terhadap

infeksi tertentu dan membuat sistem kekebalan kelompok (herd immunity)

atau sistem imun tubuh lebih kuat (Kemenkes, 2020). Vaksinasi tidak hanya

dapat melindungi diri kita sendiri, tetapi juga orang-orang di sekitar kita.

Orang yang memiliki sakit parah disarankan untuk tidak mendapatkan vaksin

tertentu, sehingga mereka bergantung pada orang yang mendapatkan

vaksinasi dan membantu mengurangi penyebaran penyakit (WHO, 2020).

Vaksinasi booster adalah vaksinasi Covid-19 setelah seseorang

mendapat vaksinasi primer dosis lengkap yang ditujukan untuk

mempertahankan tingkat kekebalan serta memperpanjang masa perlindungan

(Kemenkes RI, 2022).

Vaksinasi booster diberikan kepada individu berusia 65 tahun ke

atas, tenaga kesehatan, dan pekerja yang berada di sektor penting seperti

polisi, pemadam kebakaran, guru, pekerja di bidang pangan dan pertanian,

manufaktur, dan kurir. Selain itu, masyarakat dengan usia 18-64 tahun yang

memiliki tingkat risiko tinggi terpapar Covid-19 atau memiliki kondisi medis

tertentu bisa diprioritaskan untuk mendapat vaksin booster (Centers for

Disease Control and Prevention, 2021).

Perawat menurut UU RI No.23 tahun 1992 tentang kesehatan,

perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan

melakukan tindakkan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki diperoleh

melalui pendidikan keperawatan (La Ode, 2012).

Tenaga keperawatan adalah salah satu dari tenaga pelayanan

Kesehatan yang paling sering berinteraksi dengan pasien dibandingkan


5

dengan komponen tenaga kesehatan lainnya (Sutianik R. dan Evi W, 2017).

Perawat mempunyai peran yang sangat penting sebab perawat selalu

berhubungan dan berinteraksi dengan pasien kurang lebih 24 jam berada

disamping pasien (Wong et al, 2009).

Tenaga medis seperti perawat berada di posisi teratas jenis pekerjaan

yang paling sering terpapar penyakit dan infeksi seperti risiko menghadapi

paparan dari Covid-19 (Tiasari R, 2020). Perawat merupakan seseorang yang

menjadi garda terdepan dalam melawan pandemi Covid-19, perawat menjadi

korban terpaparnya Covid-19 karena merawat langsung pasien Covid-19.

Perawat menjadi uji coba pertama saat vaksin sebelum vaksin diberikan ke

masyarakat (Azalita dkk, 2021).

Berdasarkan uraian diatas peneliti ingin mencoba melakukan

penelitian tentang Hubungan pengetahuan dan sikap perawat terhadap

vaksinasi booster dengan penyakit Covid-19 di RS-BLUD Kota

Tanjungpinang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan pengetahuan dan sikap perawat

terhadap vaksinasi booster dengan penyakit Covid-19 di RS-BLUD Kota

Tanjungpinang?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
6

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap perawat

terhadap vaksinasi booster dengan penyakit Covid-19 di RS-BLUD Kota

Tanjungpinang.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik responden : usia, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, pekerjaan, riwayat vaksinasi, riwayat Covid-19.

b. Menganalisis hubungan pengetahuan dan sikap perawat terhadap

vaksinasi booster dengan penyakit Covid-19 di RS-BLUD Kota

Tanjungpinang.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk semua, yaitu :

1. Manfaat Aplikasi

a. Bagi Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi dalam

penanganan pada Covid-19 dan manfaat vaksinasi untuk

meningkatkan imunitas.

b. Bagi Pelayanan Kesehatan

Sebagai upaya salah satu program yang harus dilaksanakan untuk

meningkatkan imunitas bagi tenaga kesehatan khususnya perawat

karena sangat beresiko terpaparnya dengan virus Covid-19.

c. Bagi Peneliti
7

Dapat digunakan sebagai bahan masukan bahwa penelitian ini bisa

menjadi salah satu referensi atau bisa dikembangkan lagi dengan

variabel lain sehingga didapatkan sesuatu yang lengkap variabelnya.

2. Manfaat Akademik

a. Sebagai upaya meningkatkan pengetahuan hubungan pengetahuan dan

sikap perawat terhadap vaksinasi booster dengan penyakit Covid-19 di

RS-BLUD Kota Tanjungpinang.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk

mengembangkan hubungan pengetahuan dan sikap perawat terhadap

vaksinasi booster dengan penyakit Covid-19 di RS-BLUD Kota

Tanjungpinang.
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Konseptual

1. Covid-19

a. Definisi Covid-19

Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang

menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia

biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai

flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East

Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernapasan Akut

Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Penyakit ini

terutama menyebar di antara orang- orang melalui tetesan

pernapasan dari batuk dan bersin. Virus ini dapat tetap bertahan

hingga tiga hari dengan plastik dan stainless steel SARS CoV-2

dapat bertahan hingga tiga hari,atau dalam aerosol selama tiga

jam4. Virus ini juga telah ditemukan di feses, tetapi hingga Maret

2020 tidak diketahui apakah penularan melalui feses mungkin, dan

risikonya diperkirakan rendah (Doremalen et al, 2020).


9

b. Sejarah singkat Covid-19

Corona virus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak

kejadian luar biasa muncul di Wuhan China, pada Desember 2019,

kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome

Coronavirus 2 (SARS- COV2), dan menyebabkan penyakit

Coronavirus Disease-2019 (Covid-19). Covid-19 termasuk dalam

genus dengan flor elliptic dan sering berbentuk pleomorfik, dan

berdiameter 60- 140 nm.

Virus ini secara genetic sangat berbeda dari virus SARS-

CoV dan MERS-CoV. Homologi antara Covid-19 dan memiliki

karakteristik DNA coronavirus pada kelelawar-SARS yaitu dengan

kemiripan lebih dari 85%. Ketika dikultur pada vitro, Covid-19

dapat ditemukan dalam sel epitel pernapasan manusia setelah 96

jam. Sementara itu untuk mengisolasi dan mengkultur vero E6 dan

Huh-7 garis sel dibutuhkan waktu sekitar 6 hari. Paru-paru adalah

organ yang paling terpengaruh oleh Covid-19, karena virus

mengakses sel inang melalui enzim ACE2, yang paling melimpah

di sel alveolar tipe II paru-paru. Virus ini menggunakan

glikoprotein permukaan khusus, yang disebut “spike”, untuk

terhubung ke ACE2 dan memasuki sel inang (Letko et al, 2020).

Kepadatan ACE2 di setiap jaringan berkorelasi dengan

tingkat keparahan penyakit di jaringan itu dan beberapa ahli

berpedapat bahwa penurunan aktivitas ACE2 mungkin bersifat

protektif. Dan seiring perkembangan penyakit alveolar, kegagalan


10

pernapasan mungkin terjadi dan kematian mungkin terjadi (Xu et

al, 2020).

c. Klasifikasi

Sub-family virus corona dikategorikan ke dalam empat

genus; α, β, γ, d an δ. Kebanyakan virus corona menyebabkan

infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), tetapi Middle East

Respiratory Syndrome Coronavirus (MERSr CoV), severe acute

respiratory syndrome associated coronavirus (SARSr CoV) dan

novel coronavirus 2019 (Covid-19) dapat menyebabkan pneumonia

ringan dan bahkan berat, serta penularan yang dapat terjadi antar

manusia. Virus corona sensitif terhadap sinar ultraviolet dan panas,

dan dapat di nonaktifkan (secara efektif dengan hampir semua

disinfektan kecuali klorheksidin). Oleh karena itu, cairan

pembersih tangan yang mengandung klorheksidin tidak

direkomendasikan untuk digunakan dalam wabah ini (Safrizal dkk,

2020).

Tim teknis WHO yang bertugas memantau perkembangan

mutasi varian, Technical Advisory Group on SARS-CoV-2 Virus

Evolution (TAG-Ve), menetapkan varian sebagai berikut :

1) Varian Alphacoronavirus (Nomenklatur Pongo: B.1.1.7) yang

terdeteksi di Inggris pada September 2020. Karakterisasi

genom telah menunjukkan bahwa mungkin kelelawar dan tikus

sumber gen alphaCoVs


11

2) Varian Betacoronavirus (Nomenklatur Pongo: B.1.351,

B.1.351.2, B.1.351.3) yang terdeteksi di Afrika Selatan pada

Mei 2020. Karakterisasi genom telah menunjukkan bahwa

mungkin kelelawar dan tikus sumber gen betaCoVs.

3) Varian Deltacoronavirus (Nomenklatur Pongo: B.1.617.2,

AY.1, AY.2, AY.3) yang terdeteksi pertama kali di India pada

Oktober 2021. Karakterisasi genom telah menunjukkan bahwa

mungkin spesies burung mewakili sumber gen deltaCoVs.

4) Varian Gammacoronavirus (Nomenklatur Pongo: P.1, P.1.1,

P.1.2) yang terdeteksi di Brazil pada November 2020.

Karakterisasi genom telah menunjukkan bahwa mungkin

kelelawar dan tikus sumber gen gammaCoVs.

d. Etiologi Covid-19

Dalam diagnosis awal dari Rencana Perawatan Penyakit

Virus Corona 2019 (yang disusun Pemerintah China), deskripsi

etiologi Covid-19 didasarkan pada pemahaman sifat fisikokimia

dari penemuan virus corona sebelumnya. Dari penelitian lanjutan,

edisi kedua pedoman tersebut menambahkan “coronavirus tidak

dapat dinonaktifkan secara efektif oleh chlorhexidine”, juga

kemudian definisi baru ditambahkan dalam ed isi keempat, “nCov-

19 adalah genus b, dengan envelope, bentuk bulat dan sering

berbentuk pleomorfik, dan berdiameter 60-140 nm. Karakteristik

genetiknya jelas berbeda dari SARSr- CoV dan MERSr-CoV.

Homologi antara nCoV2019 dan bat-SL-CoVZC45 lebih dari 85%.


12

Ketika dikultur in vitro, nCoV-2019 dapat ditemukan dalam sel

epitel pernapasan manusia setelah 96 jam, sementara itu

membutuhkan sekitar 6 hari untuk mengisolasi dan membiakkan

VeroE6 dan jaringan sel Huh-7“, serta ”corona virus sensitif

terhadap sinar ultraviolet” (Safrizal dkk, 2020).

e. Tanda dan gejala

Covid-19 memiliki beberapa tanda dan gejala. Bahkan

belakangan ini tanda dan gejala Covid-19 makin bervariasi, apalagi

semenjak semakin bermutasinya virus tersebut dengan beberapa

varian. Namun demikian, WHO menyebutkan bahwa Covid-19

memengaruhi orang yang berbeda dengan cara yang berbeda.

Kebanyakan orang yang terinfeksi akan berkembang menjadi

penyakit ringan sampai sedang dan sembuh tanpa rawat inap.

Namun demikian, ada juga sebagian kecil orang yang mengalami

gejala sedang dan dalam waktu singkat mengalami gejala berat,

kritis, dan ada yang meninggal.

WHO menyebutkan beberapa gejala yang paling umum

pada pasien Covid-19, yaitu :

1) Demam

2) Batuk kering

3) Kelelahan.

Gejala yang kurang umum :

1) Sakit dan nyeri


13

2) Sakit tenggorokan

3) Diare

4) Konjungtivitas

5) Sakit kepala

6) Kehilangan rasa atau indra penciuman

7) Ruam pada kulit atau perubahan warna pada jari tangan atau

kaki.

Gejala serius Covid-19, yaitu :

1) Kesulitan bernapas atau sesak napas

2) Nyeri dada atau tekanan

3) Kehilangan bicara atau tekanan.

f. Patofisiologi

Coronavirus hanya bisa memperbanyak diri melalui sel

host-nya. Virus tidak bisa hidup tanpa sel host. Siklus dari

Coronavirus setelah menemukan sel host sesuai tropismenya.

Pertama, penempelan dan masuk virus ke sel host diperantarai oleh

Protein S yang ada dipermukaan virus. Protein S penentu utama

dalam menginfeksi spesies host-nya serta penentu tropisnya

(Wang, 2020).

Pada studi SARS-CoV protein S berikatan dengan reseptor

di sel host yaitu enzim ACE-2 (angiotensin-converting enzyme 2).

ACE-2 dapat ditemukan pada mukosa oral dan nasal, nasofaring,

paru, lambung, usus halus, usus besar, kulit, timus, sumsum tulang,

limpa, hati, ginjal, otak, sel epitel alveolar paru, sel enterosit usus
14

halus, sel endotel arteri vena, dan sel otot polos. Setelah berhasil

masuk selanjutnya translasi replikasi gen dari RNA genom virus.

Selanjutnya replikasi dan transkripsi dimana sintesis virus RNA

melalui translasi dan perakitan dari kompleks replikasi virus. Tahap

selanjutnya adalah perakitan dan rilis virus (Fehr, 2015).

Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran napas atas

kemudian bereplikasi di sel epitel saluran napas atas (melakukan

siklus hidupnya). Setelah itu menyebar ke saluran napas bawah.

Pada infeksi akut terjadi peluruhan virus dari saluran napas dan

virus dapat berlanjut meluruh beberapa waktu di sel gastrointestinal

setelah penyembuhan. Masa inkubasi virus sampai muncul

penyakit sekitar 3-7 hari (PDPI, 2020).

g. Mekanisme Penularan

Covid-19 paling utama ditransmisikan oleh tetesan aerosol

penderita dan melalui kontak langsung. Aerosol kemungkinan

ditransmisikan ketika orang memiliki kontak langsung dengan

penderita dalam jangka waktu yang terlalu lama. Konsentrasi

aerosol di ruang yang relatif tertutup akan semakin tinggi sehingga

penularan akan semakin mudah (Safrizal dkk, 2020).

h. Karakteristik Klinis

Menurut Safrizal dkk, (2020) berdasarkan penyelidikan

epidemiologi saat ini, masa inkubasi Covid-19 berkisar antara 1

hingga 14 hari, dan umumnya akan terjadi dalam 3 hingga 7 hari.

Demam, kelelahan dan batuk kering dianggap sebagai manifestasi


15

klinis utama. Gejala seperti hidung tersumbat, pilek, pharyngalgia,

mialgia dan diare relative jarang terjadi pada kasus yang parah,

dispnea atau hipoksemia biasanya terjadi setelah satu minggu

setelah onset penyakit, dan yang lebih buruk dapat dengan cepat

berkembang menjadi sindrom gangguan pernapasan akut, syok

septik, asidosis metabolik sulit untuk dikoreksi dan disfungsi

perdarahan dan batuk serta kegagalan banyak organ, dll. Pasien

dengan penyakit parah atau kritis mungkin mengalami demam

sedang hingga rendah, atau tidak ada demam sama sekali. Kasus

ringan hanya hadir dengan sedikit demam, kelelahan ringan dan

sebagainya tanpa manifestasi pneumonia Dari kasus yang ditangani

saat ini, sebagian besar pasien memiliki prognosis yang baik.

Orang tua dan orang-orang dengan penyakit kronis yang mendasari

biasanya memiliki prognosis buruk sedangkan kasus dengan gejala

yang relatif ringan sering terjadi pada anak-anak. Beberapa gejala

yang mungkin terjadi, antara lain :

1) Penyakit Sederhana (ringan)

Pasien-pasien ini biasanya hadir dengan gejala infeksi virus

saluran pernapasan bagian atas, termasuk demam ringan, batuk

(kering), sakit tenggorokan, hidung tersumbat, malaise, sakit

kepala, nyeri otot, atau malaise. Tanda dan gejala penyakit

yang lebih serius, seperti dispnea, tidak ada. Dibandingkan

dengan infeksi HCoV sebelumnya, gejala non-pernapasan

seperti diare sulit ditemukan.


16

2) Pneumonia Sedang

Gejala pernapasan seperti batuk dan sesak napas (atau takipnea

pada anak-anak) hadir tanpa tanda-tanda pneumonia berat.

3) Pneumonia Parah

Demam berhubungan dengan dispnea berat, gangguan

pernapasan, takipnea (> 30 napas / menit), dan hipoksia (SpO2

<90% pada udara kamar). Namun, gejala demam harus

ditafsirkan dengan hatihati karena bahkan dalam bentuk

penyakit yang parah, bisa sedang atau bahkan tidak ada.

Sianosis dapat terjadi pada anak-anak. Dalam definisi ini,

diagnosis adalah klinis, dan pencitraan radiologis digunakan

untuk mengecualikan komplikasi.

4) Sindrom Gangguan Pernapasan Akut (ARDS)

Diagnosis memerlukan kriteria klinis dan ventilasi. Sindrom ini

menunjukkan kegagalan pernapasan baru-awal yang serius atau

memburuknya gambaran pernapasan yang sudah diidentifikasi.

Berbagai bentuk ARDS dibedakan berdasarkan derajat

hipoksia.

i. Pencegahan Penularan Covid-19

Menurut Kemenkes RI dalam Health Line (2020)

pencegahan penularan Covid-19 meliputi :

1) Menggunakan masker
17

Memakai makser menjadi salah satu cara efektif untuk

mencegah penularan virus penyebab Covid-19.

2) Sering-sering mencuci tangan

Sekitar 98 persen penyebaran penyakit bersumber dari tangan.

Mencuci tangan hingga bersih menggunakan sabun dan air

mengalir efektif membunuh kuman, bakteri, dan virus,

termasuk virus Corona. Pentingnya menjaga kebersihan tangan

membuat memiliki risiko rendah terjangkit berbagai penyakit.

3) Hindari menyentuh area wajah

Virus Corona dapat menyerang tubuh melalui area segitiga

wajah, seperti mata, mulut, dan hidung. Area segitiga wajah

rentan tersentuh oleh tangan, sadar atau tanpa disadari. Sangat

penting menjaga kebersihan tangan sebelum dan sesudah

bersentuhan dengan benda atau bersalaman dengan orang lain.

4) Hindari berjabat tangan dan berpelukan

Menghindari kontak kulit seperti berjabat tangan mampu

mencegah penyebaran virus Corona. Untuk saat ini

menghindari kontak adalah cara terbaik. Tangan dan wajah bisa

menjadi media penyebaran virus Corona.

5) Jangan berbagi barang pribadi

Virus Corona mampu bertahan di permukaan hingga tiga hari.

Penting untuk tidak berbagi peralatan makan, sedotan,

handphone, dan sisir. Gunakan peralatan sendiri demi

kesehatan dan mencegah terinfeksi virus Corona.


18

6) Etika ketika bersin dan batuk

Satu di antara penyebaran virus Corona bisa melalui udara.

Ketika bersin dan batuk, tutup mulut dan hidung agar orang

yang ada di sekitar tidak terpapar percikan kelenjar liur. Lebih

baik gunakan tisu ketika menutup mulut dan hidung ketika

bersin atau batuk. Cuci tangan hingga bersih menggunakan

sabun agar tidak ada kuman, bakteri, dan virus yang tertinggal

di tangan.

7) Bersihkan perabotan di rumah

Tidak hanya menjaga kebersihan tubuh, kebersihan lingkungan

tempat tinggal juga penting. Gunakan disinfektan untuk

membersih perabotan yang ada di rumah. Bersihkan permukaan

perabotan rumah yang rentan tersentuh, seperti gagang pintu,

meja, furnitur, laptop, handphone, apa pun, secara teratur. Bisa

membuat cairan disinfektan buatan sendiri di rumah

menggunakan cairan pemutih dan air. Bersihkan perabotan

rumah cukup dua kali sehari.

8) Jaga jarak sosial

Satu di antara pencegahan penyebaran virus Corona yang

efektif adalah jaga jarak sosial. Pemerintah telah melakukan

kampanye jaga jarak fisik atau physical distancing. Dengan

menerapkan physical distancing ketika beraktivitas di luar

ruangan atau tempat umum, sudah melakukan satu langkah

mencegah terinfeksi virus Corona. Jaga jarak dengan orang lain


19

sekitar satu meter. Jaga jarak fisik tidak hanya berlaku di

tempat umum, di rumah pun juga bisa diterapkan.

9) Hindari berkumpul dalam jumlah banyak

Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Kepolisian

Republik Indonesia telah membuat peraturan untuk tidak

melakukan aktivitas keramaian selama pandemi virus Corona.

Tidak hanya tempat umum, seperti tempat makan, gedung olah

raga, tetapi tempat ibadah saat ini harus mengalami dampak

tersebut. Tindakan tersebut adalah upaya untuk mencegah

penyebaran virus Corona. Virus Corona dapat ditularkan

melalui makanan, peralatan, hingga udara. Untuk saat ini,

dianjurkan lebih baik melakukan aktivitas di rumah agar

pandemik virus Corona cepat berlalu.

10) Mencuci bahan makanan

Selain mencuci tangan, mencuci bahan makanan juga penting

dilakukan. Rendam bahan makanan, seperti buah-buah dan

sayur-sayuran menggunakan larutan hidrogen peroksida atau

cuka putih yang aman untuk makanan. Simpan di kulkas atau

lemari es agar bahan makanan tetap segar ketika ingin

dikonsumsi. Selain untuk membersihkan, larutan yang

digunakan sebagai mencuci memiliki sifat antibakteri yang

mampu mengatasi bakteri yang ada di bahan makanan.

2. Vaksinasi

a. Definisi Vaksinasi
20

Vaksinasi adalah pemberian Vaksin yang khusus diberikan

dalam rangka menimbulkan atau meningkatkan kekebalan

seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila

suatu saat terpajang dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau

hanya mengalami sakit ringan dan tidak menjadi sumber penularan

(Menkes RI, 2020).

Vaksin sendiri adalah biologi yang berisi antigen berupa

mikroorganisme yang sudah mati atau masih hidup yang

dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, atau berupa toksin

mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid atau protein

rekombinan, yang ditambahkan dengan zat lainnya, yang bila

diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik

secara aktif terhadap penyakit tertentu (Menkes RI, 2017). Di

Indonesia, prioritas vaksin Covid-19 adalah dokter dan petugas

kesehatan lainnya. Prioritas penerima vaksin selanjutnya adalah

usia produktif (Lestari, 2021).

b. Jenis-jenis Vaksin Covid-19

Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto mengatakan

bahwa pemerintah sudah menetapkan ada 6 jenis vaksin Covid-19

yang akan digunakan di Indonesia (Kemenkes RI, 2020a) di

antaranya ialah :

1) Vaksin Merah Putih

Vaksin merah putih tersebut merupakan hasil kerjasama

BUMN PT Bio Farma (Persero) dengan Lembaga Eijkman.


21

Pemerintah berharap vaksin merah putih selesai pada akhir

2021. Bio Farma juga bekerja sama dengan perusahaan vaksin

China Sinovac Biotech.

2) AstraZeneca

AstraZeneca Pengujian yang dilakukan oleh AstraZeneca

dan Oxford University menunjukkan bahwa efisiensi rata-rata

produksi vaksin virus corona adalah 70%. Saat ini, uji coba

masih berlanjut pada 20.000 relawan. Vaksin AstraZeneca

dianggap mudah untuk dikeluarkan karena tidak perlu disimpan

pada suhu yang sangat dingin.

3) China National Pharmaceutical Group Corporation

(Sinopharm)

Perusahaan Grup Farmasi Nasional China. Meskipun tahap

pengujian terakhir belum selesai, di Cina, sekitar 1 juta orang

telah divaksinasi berdasarkan izin penggunaan darurat.

Sebelum Sinopharm terbukti benar-benar sukses, itu hanya

digunakan untuk pejabat China, pekerja keliling dan pelajar.

Pada September 2020, Uni Emirat Arab adalah negara pertama

di luar China yang menyetujui penggunaan vaksin tersebut.

4) Moderna

Moderna mengklaim tingkat efektif produksi vaksinnya

adalah 94,5%. Di penghujung November, Moderna mengaku

telah mengajukan permohonan penggunaan darurat vaksin

Covid-19 ke badan regulasi di Amerika Serikat dan Eropa.


22

Moderna yakin bahwa vaksinnya memenuhi persyaratan

penggunaan darurat yang ditetapkan oleh Food and Drug

Administration (FDA) AS.

5) Pfizer Inc and BioNTech

Vaksin Pfizer dan BioNTech telah menyarankan BPOM di

Amerika Serikat dan Eropa untuk segera menggunakan vaksin

virus korona mereka. Dalam uji coba terakhir pada 18

November 2020, mereka mengklaim bahwa 95% vaksin

tersebut efektif melawan virus corona dan tidak ada bahaya

keamanan.

6) Sinovac Biotech Ltd

Saat ini, CoronaVac sedang memasuki uji coba fase 3.

Sinovac sedang menguji vaksinnya di Brasil, Indonesia dan

Bangladesh. Seperti yang ditunjukkan pada hasil awal pada

monyet yang dipublikasikan di jurnal Science, antibodi yang

dihasilkan oleh vaksin tersebut dapat menetralkan 10 strain

Sars-coV-2.

c. Definisi Vaksin Booster

Vaksin booster merupakan vaksin yang diberikan untuk

memperpanjang kekebalan protektif. Hal ini didasarkan adanya

kemungkinan penurunan efektivitas perlindungan vaksin terhadap

varian baru. Seiring berjalannya waktu, antibodi yang dirangsang

dari pemberian vaksin Covid-19 dapat berkurang sehingga perlu

pemantauan tingkat antibodi dalam darah untuk mengetahui


23

efektivitas vaksin. Pemberian vaksin booster dapat mengaktifkan

sel memori yang lebih kuat dari sebelumnya berupa respons

antibodi dan sel T atau T limfosit (Macmillan, 2021).

d. Tujuan Vaksin Booster

Vaksin booster bertujuan untuk membantu individu dengan

sistem kekebalan tubuh lemah yang tidak dapat

merespons/menerima efek pemberian dosis pertama atau kedua,

sehingga akan diberikan dosis ketiga 28 hari setelah pemberian

dosis kedua (Maragakis dan Kelen, 2021). Injeksi dosis vaksin

ketiga ini juga berlaku bagi para tenaga kesehatan yang mengalami

penurunan efektivitas vaksin Covid-19, yang disebabkan oleh

menurunnya tingkat perlindungan oleh vaksin dosis sebelumnya

dengan tingkat penularan virus yang jauh meningkat. Dengan

pemberian dosis booster ini, para nakes diharapkan dapat terhindar

dari infeksi Covid-19, termasuk di dalamnya varian delta dari

SARS-CoV-2 (Centers for Disease Control and Prevention, 2021).

e. Kelompok Prioritas Penerima Vaksin Booster

Vaksin booster diberikan kepada individu berusia 65 tahun

ke atas, tenaga kesehatan, dan pekerja yang berada di sektor

penting seperti polisi, pemadam kebakaran, guru, pekerja di bidang

pangan dan pertanian, manufaktur, dan kurir. Selain itu,

masyarakat dengan usia 18-64 tahun yang memiliki tingkat risiko

tinggi terpapar Covid-19 atau memiliki kondisi medis tertentu bisa


24

diprioritaskan untuk mendapat vaksin booster (Centers for Disease

Control and Prevention, 2021).

3. Perawat

a. Definisi Perawat

Perawat adalah orang yang telah lulus pendidikan

keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri, sesuai

ketentuan perundang undangan yang berlaku (Republik Indonesia

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2020). Menurut

Wardah, Febrina, Dewi (2017) berpendapat bahwa perawat adalah

tenaga yang bekerja secara professional memiliki kemampuan,

kewenangan dan bertanggung jawab dalam melaksanakan asuhan

keperawatan.

b. Peran perawat

Peran perawat dapat diartikan sebagai tingkah laku dan

gerak gerik seseorang yang diharap oleh orang lain sesuai dengan

kedudukan dalam system, tingkah laku dan gerak gerik tersebut

dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial di dalam maupun di luar

profesi perawat yang bersifat konstan (Potter & Perry, 2010).

1) Peran perawat menurut Potter & Perry (2010)

Pemberi perawatan, perawat membantu klien untuk memenuhi

kebutuhan dasarnya dan mendapatkan kesehatannya kembali

melalui proses penyembuhan dengan pemberian asuhan

keperawatan
25

2) Pembuat keputusan klinis, perawat membuat keputusan

sebelum mengambil tindakan keperawatan dan menyusun

rencana tindakan yang berhubungan dengan pengkajian,

pemberian perawatan, evaluasi hasil, dengan menggunakan

pendekatan terbaik bagi pasien. Pembuatan keputusan dapat

dilakukan secara mandiri, ataupun kolaborasi dengan tenaga

kesehatan lain dan keluarga klien.

3) Pelindung dan advokat klien, perawat bertugas

mempertahankan lingkungan yang aman, mencegah terjadinya

kecelakaaan dan hal yang merugikan bagi klien. Sebagai

advokat, perawat membantu klien mengutarakan hak-haknya,

melindungi hak-hak klien sebagai manusia dan secara hukum.

4) Manajer kasus, perawat beperan mengkoordinasi aktivitas

anggota tim, mengatur waktu kerja serta sumber yang tersedia

di lingkungan kerjanya.

5) Rehabilitator, perawat dengan segenap kemampuan membantu

klien kembali meningkatkan fungsi maksimal dirinya setelah

mengalami kecelakaan, sakit ataupun peristiwa lain yang

menyebabkan klien kehilangan kemampuan dan menyebabkan

ketidakberdayaan.

6) Pemberi kenyamanan, kenyamanan serta dukungan emosional

yang diberikan perawat selama melaksanakan asuhan

keperawatan secara utuh kepada klien, dapat memeberikan


26

pengaruh positif berupa kekuatan untuk mencapai kesembuhan

klien.

7) Komunikator, perawat bertugas sebagai komunikator yang

menghubungkan klien dan keluarga, antar perawat maupun

tenaga kesehatan lainnya. Faktor terpenting dalam memenuhi

kebutuhan klien, keluarga dan komunitas adalah kualitas

komunikasi.

8) Penyuluh, dalam hal ini perawat menjelaskan kepada klien

tentang pentingnya kesehatan, memberi contoh prosedur

perawatan dasar yang dapat digunakan klien untuk

meningkatkan derajat kesehatannya, melakukan penilaian

secara mandiri apakah klien memahami penjelasan yang

diberikan dan melakukan evaluasi untuk melihat kemajuan

dalam pembelajaran klien.

9) Peran karier, perawat berkarier dan mendapatkan jabatan

tertentu, hal ini memberikan perawat kesempatan kerja lebih

banyak baik sebagai seorang perawat pendidik, perawat

pelaksana tingkat lanjut, dan tim perawatan kesehatan.

c. Faktor Resiko Terpaparnya Covid-19 Bagi Perawat

Tenaga kesehatan khususnya perawat berada pada tingkat

risiko tinggi terpaparnya Covid-19 padahal mereka memegang

peran penting dalam penanganan kasus Covid-19. Perawat sebagai

salah satu tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit atau


27

fasilitas lainnya sangat beresiko terpaparnya Covid-19 (Nova N,

Adisasmito, 2021).

Faktor risiko tenaga kesehatan di rumah sakit selama

Covid-19 seperti :

1) Ketersediaan alat pelindung diri (APD)

2) Paparan pasien yang terinfeksi

3) Beban kerja yang berlebihan

4) Pelatihan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)

5) Kondisi medis yang sudah ada sebelumnya dan faktor

psikologis.

Tingkat pengetahuan petugas kesehatan tentang Covid-19

tergolong baik, namun faktor seperti kategori pekerjaan,

pengalaman kerja mempengaruhi sikap dan perilaku mereka

sehingga faktor kecemasan, kelelahan dan stres cukup bervariasi.

Dibutuhkan upaya dan strategi yang cukup matang terutama dari

tempat kerja agar faktor risiko dari tenaga kesehatan dapat diatasi

(Nova N, Adisasmito, 2021).

4. Pengetahuan

a. Definisi pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian


28

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2012).

Seseorang harus dapat menyerap, mengolah dan

memahami informasi yang didapat dari penginderaannya. Sumber

pengetahuan dapat berasal dari media informasi cetak, elektronik,

penyuluhan atau seminar dan pengalaman pribadi maupun orang

lain (Hutauruk, 2009).

Pengetahuan memiliki kemampuan prediktif terhadap

sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu pola. Pengetahuan

bukanlah fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari,

melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap obyek,

pengalaman maupun lingkungannya. Pengetahuan adalah sebagai

suatu pembentukan yang terus-menerus oleh seseorang yang setiap

saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-

pemahaman baru (Budiman dan Riyanto, 2012)

Pengetahuan sangat diperlukan untuk membentuk suatu

sikap dan tindakan meskipun tindakan tidak selalu didasari oleh

pengetahuan. Sikap yang didasari oleh pengetahuan akan bertahan

lama dibandingkan yang tidak didasari oleh pengetahuan

(Notoatmodjo, 2012).

b. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior)”.

Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang tidak di


29

sadari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan yang

cukup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat

ini adakah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima. Pengukuran yang menjabarkan bahwa seseorang tahu

tentang apayang dipelajari antara lain menyebutkan,

mengurikan, dan sebagainya. Contoh: Dapat menyebutkan

pengertian glaucoma.

2) Memahami (comprehension)

Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan secara materi tersebut secara benar. Orang

yang paham tentang obyek atau materi harus dapat menjelaskan

dan menyebutkan contoh terhadap obyek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata.

Aplikasi ini dapat diartikan penggunaan hukum-hukum dan

rumus, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang

lain.

4) Analisis (Analysis)
30

Analisis merupakan kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tapi masih

dalam suatu struktur organisasi tersebut dan ada kaitannya satu

sama lain.

5) Sintesis (Synthesis)

Kemampuan untuk meletakkan dan menghubungkan bagian

bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan

kata lain sintesis ini adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi dari formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.

Penilaian tersebut berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri

atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

c. Cara memperoleh pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo 44

(2007) yaitu:

1) Cara tradisional

a) Cara coba dan salah (trial and error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya

kebudayaan. Apabila seseorang menghadapi persoalan

atau masalah, upaya pemecahannya dilakukan dengan

coba-coba.

b) Cara kekerasan atau otoriter


31

Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas

atau tradisi, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas

pimpinan agama maupun ahli pengetahuan.

Pengetahuan tersebut diperoleh tanpa mengetahui

terlebih dahulu, menguji atau membuktikan

kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun

berdasarkan penalaran sendiri.

c) Berdasarkan pengalaman pribadi

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.

2) Cara modern

Cara ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan

langsung terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan,

kemudian hasil tersebut dikumpulkan, diklasifikasikan dan

akhirnya diambil kesimpulan umum.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

1) Faktor internal

a) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang berikan

seseorang terhadap perkembangan orang lain

menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan

manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan

untuk mencapai keselamatan dan kebahagian.


32

Pendidikan di perlukan untuk mendapat informasi

misalanya: hal-hal yang menunjang kesehatan

sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.

b) Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus di

lakukan terutama untuk menunjang kehidupannya

dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah

sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan

cara mencari nafkah yang membosankan, berulang

dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya

merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja

bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap

kehidupan keluarga.Menurut Thomas yang di kutip

oleh (Wawan & Dewi, 2011)

c) Umur

Menurut Elisabelth BH yang di kutip

Nursalam (2003) dalam Wawan A dan Dewi M,

(2011), usia adalah umur individu yang terhitung

mulai saat di lahirkan sampai berulang tahun.

Sedangkan menurut Huclok (1998) dalam Wawan

A& Dewi M, (2011), semakin cukup umur, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih

matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi

kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih


33

dewasa di percaya dari orang yang belum tinggi

kedewasaanya. Hal ini akan sebagian dari

pengalaman dan kematangan jiwa.

2) Faktor eksternal

a) Faktor lingkungan

Menurut Ann. Mariner yang dikutip dari

Nursalam dalam Wawan A dan Dewi M, (2011;18)

lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di

sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat

mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang

atau kelompok.

b) Social budaya

System social budaya yang ada pada

masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam

menerima informasi.

e. Kriteria tingkat pengetahuan

Menurut Arikunto (2006) dalam Wawan A dan

Dewi M, (2011) pengetahuan seseorang dapat di ketahui

dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif,

yaitu:

1) Baik : Hasil presentase 76-100%


34

2) Cukup : Hasil presentase 56-75%

3) Kurang : Hasil presentase <56%

5. Sikap

a. Definisi sikap

Sikap adalah predisposisi emosional yang dipelajari untuk

merespons secara konsisten terhadap suatu objek”. Sedangkan

menurut Secord dan Backman dalam Saifuddin Azwar (2012)

“Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi),

pemikiran (kognitif), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang

terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya”. Menurut Randi

dalam Imam (2011) mengungkapkan bahwa “Sikap merupakan

sebuah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya

sendiri atau orang lain atas reaksi atau respon terhadap stimulus

(objek) yang menimbulkan perasaan yang disertai dengan tindakan

yang sesuai dengan objeknya”.

Selanjutnya Menurut Ahmadi dalam Aditama (2013)

“Orang yang memiliki sikap positif terhadap suatu objek psikologi

apabila ia suka (like) atau memiliki sikap yang favorable,

sebaliknya orang yang dikatakan memiliki sikap negative terhadap

objek psikologi bila tidak suka (dislike) atau sikapnya unfavorable

terhadap objek psikologi”. Sikap yang menjadi suatu pernyataan

evaluatif, penilaian terhadap suatu objek selanjutnya yang

menentukan tindakan individu terhadap sesuatu.


35

Menurut Azwar S(2012) struktur sikap dibedakan atas 3

komponen yang saling menunjang, yaitu:

1) Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai

oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi

kepercayaan stereotype yang dimiliki individu mengenai sesuatu

dapat disamarkan penanganan (opini) terutama apabila

menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversal.

2) Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek

emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar

paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek

yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang

mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif

disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap

sesuatu.

3) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku

tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan

berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak/ bereaksi

terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu dan berkaitan dengan

objek yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan

bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk

tendensi perilaku.

b. Ciri-ciri sikap

Ciri-ciri sikap menurut Purwanto dalam Rina (2013) adalah:


36

1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau

dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan

objeknya. Sifat ini yang membedakannya dengan sifat motif-

motif biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.

2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan

sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat

keadaankeadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah

sikap orang itu.

3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai

hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain sikap

itu terbentuk dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan

dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan

jelas.

4) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga

merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan,

sifat alamiah yang membedakan sikap dan

kecakapankecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang

dimiliki orang.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Menurut Azwar (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi

sikap terhadap objek sikap antara lain:

1) Pengalaman pribadi
37

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap,

pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat.

Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila

pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang

melibatkan faktor emosional.

2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap

yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap

penting Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh

keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari

konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

3) Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis

pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.Kebudayaan

telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karna

kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-

individu masyarakat asuhannya.

4) Media massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media

komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual

disampaikan secara objektif cenderung dipengaruhi oleh sikap

penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap

konsumennya.

5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama


38

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan

lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaa tidaklah

mengherankan jika pada gilirannya konsep tersebut

mempengaruhi sikap.

6) Faktor emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan

yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam

penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme

pertahanan ego.

d. Fungsi sikap

Daniel Katz dalam Rina (2013) membagi fungsi sikap

dalam 4 kategori sebagai berikut:

1) Fungsi utilitarian

Melalui instrumen suka dan tidak suka, sikap positif atau

kepuasan dan menolak yang memberikan hasil positif atau

kepuasan.

2) Fungsi ego defensive

Orang cenderung mengembangkan sikap tertentu untuk

melindungi egonya dari abrasi psikologi. Abrasi psikologi bisa

timbul dari lingkungan yang kecanduan kerja. Untuk melarikan

diri dari lingkungan yang tidak menyenangkan ini, orang

tersebut membuat rasionalisasi dengan mengembangkan sikap

positif terhadap gaya hidup yang santai.

3) Fungsi value expensive


39

Mengekspresikan nilai-nilai yang dianut fungsi itu

memungkinkan untuk menngkspresikan secara jelas citra

dirinya dan juga nilai-nilai inti yang dianutnya.

4) Fungsi knowledge-organization

Karena terbatasnya kapasitas otak manusia dalam

memproses informasi, maka orang cendrung untuk bergantung

pada pengetahuan yang didapat dari pengalaman dan informasi

dari lingkungan.

e. Perubahan sikap

Menurut Kelman dalam Azwar S (2012) ada tiga proses

yang berperan dalam proses perubahan sikap yaitu :

1) Kesedihan (Compliance)

Terjadinya proses yang disebut kesedihan adalah ketika

individu bersedia menerima pengaruh dari orang lain atau

kelompok lain dikarenakan ia berharap untuk memperoleh

reaksi positif, seperti pujian, dukungan, simpati, dan

semacamnya sambil menghindari hal – hal yang dianggap

negatif. Tentu saja perubahan perilaku yang terjadi dengan cara

seperti itu tidak akan dapat bertahan lama dan biasanya hanya

tampak selama pihak lain diperkirakan masih menyadari akan

perubahan sikap yang ditunjukkan.

2) Identifikasi (Identification)

Proses identifikasi terjadi apabila individu meniru perilaku

tau sikap seseorang atau sikap sekelompok orang dikarenakan


40

sikap tersebut sesuai dengan apa yang dianggapnya sebagai

bentuk hubungan menyenangkan antara lain dengan pihak

yang dimaksud. Pada dasarnya proses identifikasi merupakan

sarana atau cara untuk memelihara hubungan yang diinginkan

dengan orang atau kelompok lain dan cara menopang

pengertiannya sendiri mengenai hubungan tersebut.

3) Internalisasi (Internalization)

Internalisai terjadi apabila individu menerima pengaruh dan

bersedia menuruti pengaruh itu dikarenakan sikap tersebut

sesuai dengan apa yang ia percaya dan sesuai dengan system

nilai yang dianutnya. Dalam hal ini, maka isi dan hakekat sikap

yang diterima itu sendiri dianggap memuaskan oleh individu.

Sikap demikian itulah yang biasnya merupakan sikap yang

dipertahankan oleh individu dan biasanya tidak mudah untuk

berubah selama sistem nilai yang ada dalam diri individu yang

bersangkutan masih bertahan.

f. Tingkatan sikap

1) Menerima (receiving).

Menerima di artikan bahwa orang (subjek) mau dan

memparhatikan stimulus yang di berikan (objek).

2) Merespon (responding).
41

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengejarkan dan

menyeesaikan tugas-tugas yang di berikan adalah suatu

indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab

pertanyaan atau mengerjakan tugas yang di berikan. Lepas

pekerjaan itu benar atau salah adalah orang itu menerima orang

itu menerima ide tersebut.

3) Menghargai (valuing).

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seseorang

mengajak ibu yang lain (tetangga, saudara, dsb) untuk

menimbang anak ke posyandu atau mendiskusikan tentang Gizi

adalah bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif

terhadap Gizi anak.

4) Bertanggung jawab (responsible).

Bertanggung jawab atas semua yang telah di pilihnya

dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang tinggi.

Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun

mendapat tantangan atau orang tua sendiri (Wawan A dan

Dewi M, 2011).

g. Sifat sikap

Menurut (Heri purwanto, 1998 Dalam Wawan A dan Dewi M,

2011) sifat sikap ada 2 yaitu:


42

1) Sifat positif

Kecenderungan tindakan mendekat, menerima,

menyayangi, menghargai objek tertentu.

2) Sifat negatif

Kecenderungan untuk menjauhi, menolak, menghindari,

membenci, tidak menyukai objek tertentu.

h. Cara pengukuran sikap

Pengukuran sikap dapat di lakukan dengan menilai

pertanyaan sikap seseorang. Pertanyaan sikap adalah

rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu engenai obyek

sikap yang hendak di ungkap. Peryataan sikap mungkin berisi

atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai obyek sikap,

yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihap pada

obyek sikap. Penyataaan ini di sebut dengan peryataan yang

favourable. Sebaliknya peryataan sikap mungkin pula berisi

hal-hal negatif mengenai obyek sikap yang bersifat tidak

memdukung maupun kentra terhadap obyek sikap.

Pernyataan seeti ini di sebut dengan peryataan yang tidak

favourable. Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan

agar terdiri atas peryataan favourable dan tidak favourable

dalam jumlah yang seimbang. Dengan demikian peryataan

yang di sajikan tidak semua positif dan tidak semua negatif

yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung


43

sama sekali obyek sikap (Azwar, 2005 Dalam Wawan A dan

M, 2011).

Menurut (Hadi, 1971 Dalam Wawan A dan Dewi M,

2011) ada beberapa factor yang mempengaruhi hasil

pengukuran sikap yaitu:

1) Keadaan obyek yang di ukur.

2) Situasi pengukuran.

3) Alat ukur yang di gunakan.

4) Penyelengaraan pengukuran.

5) Pembacaan atau penilaian hasil pengukuran.

i. Pengukuran sikap

Salah satu problem metodologi dasar dalam

psikologis social adalah bagaimana mengukur sikap

seseorang. Beberapa tehnik pengukuran sikap (Notoadmodjo.

S, 2012) antara lain:

1) Skala Thurstone (method of equal-appearing intervals).

Metode ini mencoba menepatkan sikap seseorang

pada rentangan kontinumdar yang sangan unfaforable

hingga sangat favourable terhadap suatu obyek sikap.

Caranya dengan memberikan orang tersebut sejumlah

aitem sikap yang telah di tentukan derajat

faforabilitasnya. Tahap yang paling kritis dalam

menyusun alat ini seleksi awal terhadap peryataan sikap

dan penghitungan ukuran yang mencerminkan derajat


44

faforabilitas dari masing-masing pernyataan. Derajat

(ukuran) faforabilitasnya dan di sebut nilai skala.

2) Skala likert (method of summateds ratings).

Likert (1932) mengajukan metodenya sebagai

alternative yang lebih sederhana di bandingkan dengan

skala Thurstone. Skala Thurstone yang terdiri dari 11

point di sederhanakan menjadi dua kelompok, yaitu yang

favorable dan yang unfavorable. Sedangkan aitem yang

netral tidak di sertakan. Untuk mengatasi hilangnya netral

tersebut, likert mengunakan tehnik konstruksi tes yang

lain. Masing-masing aitem dalam skala yang terdiri dari 5

point (sangat setuju, setuju, ragu-ragu tidak setuju sangat

tidak setuju). Semua aitem yang favorable kemudian di

ubah nilainya dalam angka, yaitu untuk sangat setuju

nilai 5 sedangkan untuk yang sanagat tidak setuju

nilainya 1. Sebaliknya, untuk aitem yang unfaforable nilai

skala sanagat setuju adalah 1 sedangkan yang untuk

sangat tidak setuju nilainya 5. Seperti halnya Thurstone,

skala likert di susun dan di beri skor sesuai dengan skala

interfal sama(equal- interfal scale).

3) Skala Guttman.

Skala pengukuran dengan tipe ini akan di dapat

jawaban yang tegas, yaitu “ya-tidak”; “pernah-tidak

pernah”; positif negative” dan lain-lain. Data yang di


45

peroleh dapat berupa interval atau rasio dikotomi (dua

alternatif). Dalam skala guttman di lakukan bila ingin

mendapatkan jawaban yang tegas terdapat suatau

permasalahan yang ingin di tanyakan.

4) Unobstrusive Measures.

Metode ini berakar dari suatu situasi di mana

seseorang dapat mencatat aspek-aspek perilakunya

sendiri atau yang berhubungan sikapnya dalam

pernyataan.

5) Multidimensional Scaling.

Tehnik ini dapat memberikan deskripsi seseorang

lebih kaya bila di bandingkan dengan pengukuran sikap

yang bersifat inidimensional. Namun demikian,

pengukuran ini kadangkala menyebabkan asumsi-asumsi

mengenai stabilitas struktur dimensional kurang valid

terutama apabila di terapkan pada lain orang, lain isu, dan

lain skala, aitem (Wawan & Dewi, 2011).

6) Pengukuran Involuntary behavior (pengukuran terselubung).

Pengukuran dapat di lakukan jika memang di

inginkan atau dapat di lakukan oleh responden. Dalam

banyak situasi, akurasi pengukuran sikap di pengaruhi

oleh kerelaan reponden. Pendekatan ini merupakan

pendekatan observasi terhadap reaksi-reaksi fisiologis


46

yang terjadi tanpa disadari dilakukan oleh individu yang

bersangkutan.

Menurut (Saam Zukfa, Wahyuni Sri, 2013),

pengukuran sikap di golongkan pada dua gelongan yaitu

pengukuran secara langsung tidak berstruktur dan secara

berstruktur.

1) Pengukuran langsung tidak berstruktur.

Caranya dengan melakuan wawancara bebas

(free interview) tetapi berpedoman pada panduan

wawancara.

2) Pengukuran secara langsung berstruktur

Pengukuran sikap secara langsung berstruktur

artinya mengunakan pertanyaan-pertanyaan yang

telah di susun secara sistematis dan berstruktur yang

di tanyakan langsung kepada responden baik secara

lisan atau tertulis. Salah satu alat pengukuran sikap

yang cukup terkenal dan praktis adalah pengukuran

sikap dengan skala Likert. Skala pengukuran ini di

sebut juga “Sumated Ratings”.

Skala Likert mengukur sikap dengan sejumlah

pernyataan berupa berilah tanda (√) pada alternaif

jawaban yang cocok dengan pendapat atau diri anda

masing-masing pernyataan di bawah ini. Alternatif


47

jawaban adalah SS= sangat setuju, S=setuju,

RR=ragu-ragu, TS=tidak setuju, STS=sangat tidak

setuju.

d. Kerangka teori

Masuk di dalam
Covid-19 tubuh Vaksin Covid-19

Perawat

Sel host (manusia) Mencegah masuknya virus


menempel pada sel host
Faktor yang mempengaruhi
pengetahuan

1. Pendidikan Berikatan dengan


2. Pekerjaan Antibodi dan antigen
reseptor sudah terbentuk sehingga
3. Umur
4. Lingkungan mampu melawan virus
5. Social Budaya yang telah masuk di dalam
tubuh
Enzim ACE 2
Faktor yang mempengaruhi Yang di teliti :
sikap
Yang tidak di teliti :
1. Pengalaman pribadi Proses transmisi
2. Pengaruh orang lain virus masuk ke
3. Pengaruh pernapasan atas
kebudayaan
4. Media massa
5. Lembaga Pendidikan Gejala umum
dan Lembaga agama
1. Demam
6. Factor emosional 2. Batuk kering
3. Kelelahan Terpapar Covid-19
Gejala serius
1. Kesulitan bernapas
atau sesak napas
2. Nyeri dada Tidak terpapar
3. Kehilangan bicara Covid-19
48

e. Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada penelitian ini menggambarkan hubungan

vaksinasi booster dengan penyakit Covid-19. Variabel yang diteliti

dalam penelitian ini meliputi variabel bebas (independent variabel)

adalah vaksinasi booster dan variabel terikatnya (dependent variabel)

adalah penyakit Covid-19. Kerangka konsep pada penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Vaksinasi Booster Penyakit Covid-19

f. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian yang

kebenarannya dibuktikan dalam penelitian setelah melalui pembuktian

dari hasil penelitian maka hipotesis dapat benar atau juga salah, dapat

diterima atau ditolak (Notoatmodjo, 2018). Menurut Rosjidi dkk (2017)

hipotesis adalah pernyataan dugaan tentang hubungan antara dua

variabel atau lebih yang selalu mengambil bentuk kalimat pernyataan

dan secara umum maupun khusus menghubungkan variabel yang satu

dengan variabel yang lain. Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ha : Ada hubungan vaksinasi booster dengan penyakit Covid-19

pada perawat RS-BLUD Kota Tanjungpinang.

Ho : Tidak ada hubungan vaksinasi booster dengan penyakit

Covid-19 pada perawat RS-BLUD Kota Tanjungpinang.


49

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis

pendekatan studi Correlation dan pendekatan Cross Sectional.

Correlation merupakan jenis pendekatan untuk menentukan adanya

hubungan antara variabel independen (vaksinasi booster) dan variabel

dependen (penyakit Covid-19) pada objek penelitian yang diukur dan

dikumpulkan secara stimulant atau dalam waktu yang bersamaan

(Notoadmojo, 2018).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu

Dari penjelasan tersebut, penelitian ini akan dilaksanakan selama

bulan April 2022 sampai Juni 2022.

2. Tempat

Tempat penelitian ini akan dilaksanakan di RS-BLUD Kota

Tanjungpinang.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah subjek yang memenuhi

kriteria yang ditetapkan (Nursalam, 2020). Populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai


50

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2018).

Populasi pada penelitian ini adalah perawat yang telah melakukan

vaksinasi dosis 3 (vaksinasi booster) di RS-BLUD Kota

Tanjungpinang. Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah perawat di

RS-BLUD Kota Tanjungpinang sebanyak 162 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan objek yang diteliti dan di anggap mewakili

seluruh populasi (Notoatmodjo, 2018). Dalam menentukan jumlah

sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus slovin (Nursalam,

2016) sebagai berikut:

N
¿ 2
1+ N (d)

Keterangan :

N= Besar Populasi

d= Tingkat Signifikansi

n = Besar Sampel

Berdasarkan rumus Slovin diatas dapat dihitung jumlah sampel

minimum sebagai berikut :

N
n= 2
1+ N (d)

162
n= 2
1+162 ( 0,20 )

162
n=
1+ 162(0,20)2
51

162
n= 2
1+ 162( 0,04)

162 162
n= = = 21,65 = 22
1+ 648 7,48

Teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel pada penelitian ini

adalah probability sampling dengan teknik simple random sampling

dimana metode pengambilan sampel secara acak sederhana dengan

asumsi bahwa karakteristik tertentu yang dimiliki oleh populasi tidak

dipertimbangan dalam penelitian.

Jadi Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini

sebanyak 22 orang perawat di RS-BLUD Kota Tanjungpinang. Agar

karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya, maka

sebelum pengambilan sampel di tentukan kriteria:

a. Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi adalah kriteria atau ciri – ciri yang perlu di

penuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat di ambil sebagai

sampel (Notoatmodjo, 2018). Berikut kriteria sebagai berikut :

1) Perawat RS-BLUD yang bertugas di ruang Covid-19

2) Perawat yang telah di vaksinasi I dan II

3) Perawat yang telah melakukan vaksinasi booster

b. Kriteria Ekslusi

Kriteria ekslusi adalah ciri – ciri anggota populasi yang tidak

dapat diambil sebagai sampel. Berikut kriteria ekslusi pada penelitian

ini :
52

1) Perawat yang baru di vaksinasi I

2) Perawat yang bertugas di ruang anak dan maternitas

3) Perawat dengan comorbid

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

a) Variabel Independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi

atau nilainya menentukan variabel lain (Nursalam, 2020). Variabel

bebas dalam penelitian ini adalah vaksinasi booster.

b) Variabel Dependen (tergantung) adalah variabel yang diamati dan

diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh

dari variabel bebas (Nursalam, 2020). Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah penyakit Covid-19.

2. Definisi Operasional

Definisi oprasional adalah uraian tentang batasan variabel

yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang

bersangkutan, (Notoadmodjo, 2018). yang dimaksud, atau tentang

apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan, (Notoadmodjo,

2018).
53

Variabel Definisi Alat Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur

Vaksinasi Vaksinasi booster Sertifikat - - -


Booster merupakan vaksin
vaksinasi ketiga
yang diberikan
setelah vaksinasi
kedua

Penyakit Coronavirus yang Kuisioner Terdiri dari 27 0-40 = tidak Nominal


Covid-19 masuk ke dalam pertanyaan terpapar
tubuh menyerang Covid-19
pernapasan atas
41-81 =
dengan tanda gejala Kriteria : terpapar
seperti kehilangan
Covid-19
rasa atau indra 0 = sangat stuju
penciuman serta
1 = setuju
kesulitan bernapas
2 = tidak setuju

3= sangat tidak
setuju

Tabel 3.1 Definisi Operasional

A. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek

dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2020).

Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu


54

melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Membuat surat izin penelitian dari institusi Stikes Hang Tuah

Tanjungpinang.

2) Meminta data jumlah perawat yang sudah divaksinasi dosis ketiga

(booster) di RS-BLUD Kota Tanjungpinang.

3) Meminta persetujuan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian.

4) Meminta responden mengisi kuesioner.

5) Setelah responden mengisi kuesioner yang diberikan, selanjutnya

peneliti melakukan pengolahan data.

E. Alat Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data diperlukan adanya alat dan cara

pengumpulan data yang baik sehingga data yang dikumpulkan merupakan

data yang valid, andal, dan aktual (Nursalam, 2020). Alat pengumpulan

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan kuesioner

kepada responden.

Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang sudah tersusun

dengan baik, matang, dimana responden (dalam hal angket) tinggal

memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu

(Notoadmojo, 2018). Kuesioner pada penelitian memuat pertanyaan-

pertanyaan berkaitan dengan variabel independen berupa vaksinasi

booster, konvensional dan variabel dependen merupakan penyakit Covid-

19.
55

Penelitian ini, menggunakan instrumen berupa kuesioner.

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang berisi sejumlah

pertanyaan dan akan dijawab oleh responden (Masturoh, 2018: 205).

F. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas (Keakuratan/Keandalan)

Validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip

kendalan instrument dalam mengumpulkan data (Nursalam, 2017).

Pada penelitian ini, uji coba instrument menggunakan perangkat lunak

teknik uji korelasi pearson untuk mengetahui apakah ada pertanyaan

valid atau tidak. Dikatakan valid jika uji nilai r hitung ≥ r tabel. Uji

validitas akan dilakukan pada 10 orang perawat di RS-BLUD Kota

Tanjungpinang dengan nilai r tabel 0.4973 (α 5%).

1. Uji Reliabilitas (Kekonsistensian)

Reabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat

ukur dapat dipercayai atau dapat diandalkan. Uji reabilitas adalah uji

yang dilakukan untuk mengetahui sebuah instrumen yang digunakan

telah reliable. Suatu instrumen dianggap reliable apabila instrument

tersebut dapat dipercaya sebagai alat ukur data penelitian. Uji realibitas

dilakukan dengan menggunakan rumus roanbach’s Alpha

(Notoadmojo, 2018). Instrumen dapat dikatakan reliable apabila

didapatkan nilai alpha > nilai konstanta (0,80).

G. Teknik Analisa Data

1. Prosedur Pengolahan Data


56

Pengelolaan data adalah salah satu langkah yang penting, hal ini

disebabkan karena data yang diperoleh langsung dari penelitian masih

mentah, belum memberikan informasi, dan belum siap disajikan.

(Notoadmodjo, 2018). Setelah data terkumpul melalui format

pengumpulan data, maka dilakukan pengolahan data yang melalui

beberapa tahapan sebagai berikut:

a. Editing (Penyunting Data)

Hasil wawancara, atau angket yang diperoleh atau

dikumpulkan melalui kuesioner perlu disunting (edit) terlebih

dahulu kalau ternyata masih ada data atau informasi yang tidak

lengkap, dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang, maka

kuesioner tersebut dikeluarkan (drop out).

b. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya

dilakukan peng”kodean” atau “Coding”, yakni mengubah data

berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

Koding atau pemberian kode ini sangat berguna dalam

memasukkan data (data entry).

c. Entry Data

Mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembaran kode atau

kartu kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.

d. Scoring
57

Data yang diolah telah dimasukkan dan diberikan penilaian

angka masing-masing sehingga data tersebut dapat dianalisa.

e. Cleaning

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden

selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat

kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode,

ketidak lengkapan, dan sebagainya. kemudian dilakukan

pembetulan atau koreksi.

2. Teknik Analisa Data

a. Analisa Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk uji

univariat tergantung dari jenis datanya (Notoatmodjo, 2018).

Univariat dengan melihat hasil perhitungan frekuensi dan

persentasi hasil yang nanti dapat dipergunakan sebagai tolak ukur

pembahasan dan kesimpulan.

Adapun analisa univariat yang akan dideskipsikan

karakteristik setiap variabel penelitian meliputi : penyakit Covid-

19 dan vaksinasi booster.

b. Analisa Bivariat

Dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan

atau berkorelasi (Notoadmodjo, 2018). Bivariat untuk melihat

hubungan antara vaksinasi booster dengan penyakit Covid-19 pada

tenaga kesehatan di RS-BLUD Kota Tanjungpinang. maka penulis


58

menggunakan uji korelasi spearman dengan bantuan komputer. Jika

rs hitung > rs tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima artinya

terdapat antara variabel x dan variabel y. Jika rs hitung < rs tabel

H0 diterima dan H1 ditolak artinya tidak terdapat hubungan antara

variabel x dengan variabel y.

H. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan persetujuan komite etik

dan ijin penelitian dari Stikes Hang Tuah Tanjungpinang dengan

mempertimbangkan prinsip-prinsip etika penelitian yaitu The five right of

human subjects in research (Polit & Beck dalam Kurniawan, 2015) lima

hak tersebut adalah:

1. Respect for Autonomy

Responden memiliki hak untuk membuat keputusan secara sadar

untuk menerima atau menolak menjadi partisipan. Peneliti menjelaskan

kepada responden tentang proses penelitian yang meliputi pengisan

koesioner pre and post berupa data dan pernyataan serta melakukan

tindakan lalu selanjutnya responden diberi kebebasan untuk

menentukan apakah bersedia atau menolak berpartisipasi dalam

penelitian.

2. Privacy atau Dignity

Responden memiliki hak untuk dihargai tentang apa yang mereka

lakukan dan apa yang dilakukan terhadap mereka serta untuk

mengontrol kapan dan bagaimana informasi tentang mereka dibagi

dengan orang lain. Peneliti hanya melakukan wawancara pada waktu


59

yang telah disepakati dengan partisipan. Setting pemberian koesiner dan

tindakan dibuat berdasarkan pertimbangan terciptanya suasana santai,

tenang dan kondusif serta tidak diketahui oleh orang lain, kecuali

keluarga responden.

3. Anonymity dan Confidentialy

Peneliti menjelaskan kepada responden bahwa identitasnya

terjamin kerahasiaannya dengan menggunakan pengkodean sebagai

pengganti identitas dari responden. Selain itu peneliti menyimpan

seluruh dokumen hasil pengumpulan data berupa lembar persetujuan

mengikuti penelitian, biodata, hasil transkip koesioner pre and post

dalam tempat khusus yang hanya dapat diakses oleh peneliti. Semua

bentuk data hanya digunakan untuk keperluan proses analisis sampai

penyusunan laporan penelitian sehingga responden tidak perlu takut

data yang bersifat rahasia dan pribadi diketahui orang lain.

4. Justice

Peneliti memberikan kesempatan yang sama bagi responden yang

memenuhi kriteria untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Selain itu,

peneliti memberikan kesempatan yang sama dengan responden untuk

mengungkapkan perasaannya baik sedih maupun senang dan

mengungkapkan seluruh pengalamannya terkait hubungan vaksinasi

booster dengan penyakit Covid-19.

5. Beneficence dan Nonmaleficence

Penelitian ini tidak membahayakan responden dan peneliti telah

berusaha melindungi responden dari bahaya ketidak nyamanan


60

(protection from discomfort). Peneliti menjelaskan tujuan, manfaat,

penggunaan koesiner, prosedur tindakan dan penggunaan data

penelitian sehingga dapat dialami oleh partisipan dan bersedia

menandatangani surat ketersediaan berpartisipasi atau Informed

Consent. Selama proses penelitian berlangsung peneliti memperhatikan

beberapa hal yang dapat merugikan partisipan antara lain kenyamanan,

dan perubahan perasaan. Apabila kondisi tersebut membahayakan

kondisi partisipan maka peneliti menghentikan tindakan terlebih dulu

dan memulainya lagi ketika kondisi sudah stabil dan partisipan siap

untuk melakukan tindakan.

You might also like