You are on page 1of 10

A.

PENGERTIAN BAIK DAN BURUK

Pada hakekat nya di dunia ini berisi dua hal, yaitu perbuatan atau tingkah laku manusia
Yang baik dan yang buruk. Menilai yang baik dan yang buruk dari segi tinjauan yang berbeda ;
Menurut siapa yang menyaksikan dan siapa yang menilai nya, maka hal ini merupakan masalah.
Mungkin sebagian orang beranggapan bahwa sesuatu itu baik, tetapi sebagian lagi mengatakan
Sesuatu itu tidak baik atau buruk.

Adapun pengertian baik menurut ilmu ahlak adalah sesuatu yang berharga atau cocok
dengan peraturan-peraturan yang telah di sah kan atau di benar kan untuk suatu
Tujuan. Sebaliknya yang tidak berharga, tidak berguna untuk tujuan, apalagi yang merugikan,
Atau yang menyebabkan tidak tercapai nya tujuan adalah buruk. 1

Setiap tindakan seseorang atau golongan dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari pasti
Mempunyai tujuan tertentu, dimana tujuan itu satu sama lain adalah berbeda, namun pada
akhirnya mempunyai beberapa tujuan yang sama, yaitu menginginkan kebaikan. Kebaikan untuk
Dirinya sendiri ataupun orang lain yang ada di sekitarnya. Akan tetapi untuk mencapai suatu
tujuan atau keinginan itu tidak di perbolehkan untuk menghalalkan segala cara. Oleh sebab itu
Cara atau sarana untuk sampai kepada tujuan itu harus tetap menggunakan sifat yang baik dan
benar.

Di dalam beberapa buah kamus dan enslokpedia di proleh pengertian baik dan buruk ini
Sebagai berikut:
1. Baik (khair, bahasa arab/good bahasa inggris).
a. Sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan. 2
b. Sesuatu yang menimbulkan rasa keharuan dalam kepuasaan, kesenangan, persesuaian dan
Seterusnya.3
c. sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai yang di harapkan, yang memberikan
kepuasaan.4
d. Sesuatu yang sesuai dengan keinginan dan kemauan. 5
e. Sesuatu hal dikatakan baik, bila ia mendatangkan rahmat, yang memberikan perasaan
senang dan bahagia. Jadi sesuatu yang dikatakan baik bila ia dihargai secara positif. 6
2. Buruk (syarr, bahasa arab/bad, bahasa inggris):
a. Tidak baik tidak seperti seharus nya, tak sempurna dalam kualitas, di bawah standart,
Kurang dalam nilai, tak mencukupi atau kurang. (new Twintieth century dictionary of english

1
Rahmad Djatmika, sistem etika islami (surabaya:pustaka islam, 1985),33.
2
( AL-munjid, hlm. 198);
3
(Webster’s new twintieb century Dictionary, hlm.789);
4
(the advenced learner’s Dictionary of current english, hlm.430);
5
(webster’s world universty Dictionary, hlm. 401);
6
(ensiklopedi indonesia, I, hlm.362)
Langue, hlm. 138):
b. Keji, jahat, tidak bermoral, tidak menyenangkan, tidak dapat di setujui dan merugikan
(the advenced learner’s of current english, hlm.63);
c. Merupakan segala sesuatu yang tercela, lawan baik, pantas, bagus dan sebagi nya.
Perbuatan buruk berarti perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat
yang berlaku (enslokpedi indonesia, 1, hlm. 557).

Dari beberapa pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa sesuatu yang di katakan baik
apabila ia memberikan kesenangan, kelezatan, kebahagiaan yang terjadi dengan apa yang di inginkan
nya, atau dengan kata lain sesuatu yang dinilai positif oleh orang yang menginginkanya. Sedangkan
buruk adalah sesuatu yang berlawanan dengan baik. disini terlihat jelas sekali pengertian itu, karna
tergantung pada sikap dan cara manusia itu masing-masing. Jadi nilai baik atau buruk menurut
pengertian di atas bersifat subyektif, karena tergantung pada setiap masing masing individu yang
menilainya.
B. Ukuran baik dan buruk.
Untuk memproleh ketepatan dan kepastian yang baik dan yang buruk, tidak mungkin
dapat di temukan selama hanya di dapatkan dari kesimpulan manusia, sebab setiap orang
mempunyai pendapat dan alasan pikiran yang berbeda satu sama lain. Penilaian baik dan buruk
yang dilakukan manusia bersifat relatif, bukan merupakan penilaian yang mutlak dan tidak
memiliki kepastian.
Namun tidak demikian menurut agama islam, bahwa sesuatu yang baik dan buruk harus
di tinjau dari kacamata islam sebagai “ad-Din” dengan berlandaskan undang-undang tuhan.
Dengan demikian apa yang di sebut baik dan buruk akan mendapatkan kepastianya yang mutlak.
Apabila dari segi agama telah dinyatakan baik, maka pastilah kebaikanya, begitu juga sebaliknya,
apabila dinyatakan tidak baik dari segi agama, maka sudah dapat di pastikan keburukanya.
Dalam al-Qura’an Allah SWT. Berfirman:

               
                
                
   

Artinya: Dan jika mereka memproleh kebaikan, mereka mengatakan: ini adalah dari sisi Allah,
dan kalau mereka di timpa sesuatu bencana mereka mengatakan: ini (datangya) dari sisi kamu
(muhammad). Katakanlah semuanya (Datang) dari sisi allah. Maka mengapa orang- orang itu
(orang munafik) Hampir-hampir tidak mememahami pembicaraan sedikitpun ?.
Apa saja nikmat yang kamu proleh adalah dari allah, dan apa saja bencana yang menimpa
mu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutus mu menjadi rasul segenap manusia.
Dan cukuplah Allah menjadi saksi. (Q,S. an-Nisa’ :78-79)

Ayat di atas telah memberikan pedoman bagi ummat manusia dalam menempuh
perjalanan hidup nya, agar mereka tidak tersesat dan meraba-raba dalam kegelapan. Di
tunjukan jalan yang lurus dan di perlihatkan jalan yang serong dan bengkok, Di perlihatkan yang
baik dan buruk , agar manusia dapat memilih sendiri dengan menggunakan akal pikiranya.
Ditunjukan apa yang membawa kebaikan dan di perlihatkan apa yang mengakibatkan keburukan
dan kejahatan.

1. Presepsi manusia tentang baik dan buruk.


Banyak orang berselisih pendapat dan keyakinan untuk menilai sesuatu perbuatan, ada yang
melihat nya baik dan ada juga yang menilainya buruk. Di pandang baik oleh masyrakat atau
suatu bangsa, dan di pandang buruk oleh yang lain. Di pandang baik pada waktu sekarang, dan
dinilai buruk pada waktu lain. Sekarang dengan apakah kita dapat memberikan hukum ke pada
suatu perbuatan dengan baik atau buruk?

Dalam menjawab pertanyaan ini ada beberapa pendapat yang di kemukakan:


a. Adat kebiasaan
Tiap suku atau bangsa punya adat-istiadat tertentu yang diwariskan langsung oleh nenek
moyang mereka. Dan di pandang baik bagi orang yang mengikuti nya dan di pandang buruk
bagi siapa yang melanggarnya/ tidak mau mengikuti dengan aturan yang telah berlaku. Oleh
karena itu setiap orang tua berusaha mendidik anak mereka agar dapat mengikuti aturan-
aturan yang telah di tetapkan nenek moyang mereka, dan berusah menjauhi larangan-
larangan, serta pantanganya.
Oleh karena itu lah, menurut pendapat ini, suatu perbuatan dapat di lakukan baik bila ia
sesuai atau benar dengan adat istiadat yang ada di masyarakat dan dikatakan buruk bila ia
menyalahinya.

Jika di selidiki secara seksama adat-istiadat itu tidak dapat sepenuhnya di gunakan sebagai
ukuran untuk menetapkan buruk baik nya perbuatan manusia, karena ada perintah atau
larangan yang berdasarkan adat kebiasaan yang tidak bisa di terima oleh akal yang sehat.
Pada orang jahiliyah (bangsa arab), umpamanya kebiasaan menguburkan anak perempuan
yang masih bernyawa di perbuatan yang mulia, tetapi di pandang sebagai perbuatan yang
sangat keliru(tercela) oleh orang lain. Pada masa sekarang ini kita tidak dapat membenarkan
adanya perbuatan (adat-istiadat) semacam itu bahkan mengingkari nya. Apabila adat
istiadat itu banyak salah nya, maka tepat dijadikan sebagai ukuran baik dan buruk suatu
perbuatan.

b. Kebahagian(hedonisn)
Seperti di terangkan di atas bahwa kebanyakan para filosof berpendapat, tujuan akhir
dari hidup dan kehidupan manusia adalah untuk mencapai kebahagiaan. Karena itu,
perbuatan manusia dapat dikatakan baik bila ia mendatangkan
kebahagian/kenikmatan/kelezatan.

Kebahagian disini apakah di maksudkan kebahagian untuk dirinya semata atau kah
untuk kebahagian bersama (seluruh mahluk).

c. Instiusi
merupakan kekuatan batin yang dapat mengenal sesuatu yang baik atau pun yang buruk
dengan sekilas pandang tanpa melihat buah atau akibat nya.

Paham ini berpendapat bahwa tiap manusia itu mempunyai kekuatan bathin sebagai
suatu instrumen yang dapat membedakan baik dan buruk suatu perbuatan dengan sekilas
pandang . kekuatan ini dapat berpeda antara seorang dengan lainya karne perbedaan masa
dan meliu, akan tetapi dapat berakar dalam tubuh tiap individu.
Apabila ia melihat suatu perbuatan, ia mendapat semacam ilham yang memberi tahu
nilai perbuatan itu lalu menetapkan hukum baik buruk nya, seperti kita di beri mata untuk
melihat dan di beri telinga untuk mendengar. Dengan hanya melihat sekilas pandang kita
dapat menetapkan putih atau hitam nya sesuatu dan dengan hanya sekilas mendengar
suara dapat menyatakan bahwa ia merdu atau tidak. Demikian pula kita di beri intuasi,
apabila kita melihat suatu perbuatan dapat menetapkan baik buruk nya.

Paham ini telah dikecam, yaitu yang berkata akan adanya intuisi di dalam diri manusia
yang dapat membedakan antara baik dan buruk, sebagaimana panca indra yang dapat
membedakan antara macam warna dan suara, karena manusia ini berselisih dalam memberi
hukum kepada hal-hal yang sudah jelas. Di sparta, umpamanya, pencurian itu di anggap
perbuatan terpuji. Maka bagaimana dikatakan bahwa manusia itu di beri instusi yang dapat
mengetahui baik dan buruk?

d. Evolusi(evolution) cita cita


manusia dalam hidup ini-menurut paham ini-adalah untuk mecapai ke bahagian dan
kesenagan . kebahagiaan disini berkembang menurut keadaan yang mengelilinginya dan
terkadang tidak. Jika perbuatanya itu sesuai dengan keadaan yang mengelilinginya dan
terkadang tidak. Jika perbuatan itu sesuai dengan keadaan di sekeliling nya, maka hidup
akan senang dan bahagia. Oleh itulah menjadi keharusan untuk mengubah dirinya menurut
keadaan yang di sekelilingnya. Sehingga dengan demikian sampai lah ia dengan
kesempurnaan atau kebahagian yang menjadi tujuanya.

Dalam sejarah paham evolusi, darwin (1809-1882) adalah seoarang ahli pengetahuan
yang paling banyak mengemukakan ahli teori nya. Dia memberi penjelasan tentang paham
ini dalam bukunya the origns of species diakatakan bahwa perkembanagan alam ini di dasari
oleh. Ketentuan-ketentuan berikut.
1. Ketentuan alam (selection of nature);
2. Perjuangan hidup (struggle for life)
3. Kekal bagi yang lebih pantas (survival for the fittest).
Ketentuan alam berarti bahwa alam ini menyaring segala yang wujud, mana yang
pantas untuk terus hidup dan mana yang tidak. Perjuangan hidup berarti suatu usaha
dalam mempertahankan hidupnya dalam melawan segala yang menjadi musuhnya.

nilai moral juga harus berkompetesi dengan nilai-nilai yang lainya bahkan dengan
segala yang ada di alam ini. Nilai moral yang bisa bertahan itulah nilai baik, sedamg
yang tidak bertahan ia akan musnah dan di pandang buruk. Jadi nilai moral yang baik
adalah ia yang dapat hidup bersama nilai-nilai lainya sesuaidengan perkembangan alam
dan budaya.
Pendapat bahwa nilai moral harus berkembang sesuai perkembangan sosial dan budaya ini
dapat menyesatkan orang, karena adanya pendapat (nilai) yang dipaksakan oleh orang yang berkuasa
pada saat itu, karenanya merupakan nilai yang universal dan hanya di pandang baik oleh seseorang atau
sekelompok orang.

1. Kriteria perbuatan baik menurut ajaran islam

Perbuatan manusia yang disengaja dalam situasi yang memungkinkan adanya pilihan dapat di beri nilai
baik atau buruk. Untuk menetapkan perbuatan seperti itu ada beberapa pendapat yang dikemukakan
menurut tolak ukurnya, seperti yang telah di kemuka kan di atas. Ukuran-ukuran di atas belum
memberikan kepastian karena hanya bersifat subyektif, lokal dan temprola. Dan oleh karena itu nilai nya

Relatif uraian. Brikut ini mencoba memberikan beberapa gambaran tentang kriteria perbuatan baik
menurut ajaran islam.

Setiap perbuatan lahir dari kehendak dan setiap kehendak lahir dari keyakinan yang telah tertanam di
dalam batinya, karena sangat sulit di bayangakan ada suatu perbuatan yang lahir dan telah muncul di
luar kehendak dan keyakinanya.7 Memang dalam kenyataanya ada perbuatan yang lahir dari kehendak
yang bertentangan dengan keyakinanya. Dalam hal ini untuk memberi nilai suatu perbuatan, faktor
kehendak dan tujuan perbuatan tersebut menjadi tolak-ukur penilaian. Atau niat seseorang sebagai
dasar terbitnya perbuatan adalah menjadi standart pengukurnya.

Jadi sebenarnya perbuatan itu dapat diberi nilai naik atau buruk. Karena dilihat dari nilai orang yang
melakukanya, tidak dilihat dari hasil sebagai kegiatannya itu. Maka perbuatan itu haruslah di sertai
dengan niat yang baik, berniat baik meskipun mengakibatkan keburukan. Dan perbuatan dengan niat
buruk, tetap bernilai buruk meskipun menghasilkan kebaikan. Rasullah SAW bersabda:

INNAMAL A’MATU BIN NIYATI

“Segala perbuatan selalu mempunyai niat. Dan perbuatan itu dinilai sesuai dengan niatnya”. (H.R
Bukhari-Mualim):

Pada dasar nya setiap oerbuatan tidak dapat dinilai baik atau buruk sebelum diketahui niat orang
yang melakukan nya. Seperti orang yang membakar harta suapan, tidaklah dapat dinilai perbuatan itu
sebelum diketahui yang mendasari nya. Perbuatan ini bisa bernilai baik bila niat nya untuk menginsafkan
orang yang memberi dan tidak ada jalan lain yang lebih baik dari itu. Juga bernilai buruk bila dengan
niat balas dendam kepadanya.

7
Skinner, About Bebaviornm, vintage books, new york, 1976, hlm. 11
Oleh karena itu, dalam memberi hukum terhadap perbuatan seseoarang tidak dilihat dari segi
manfaat atau mudhrat (keburukan) dari perbuatan itu, melainkan dari niat nya. Dengan istilah lain nilai
moral itu tergantung dengan niat orang yang melakukan perbuatan tersebut.

Selanjut nya dalam menetapkan nilai perbuatan manusia, selain memperhatikan niat yang
mendasari nya , kriteria lain yang harus di perhatikan adalah cara melakukan perbuatan itu. Meskipun
seorang mempunyai niat baik, tetapi dia lakukan dengan cara yang salah, dia dinilai tercela karena salah
dalam melakukanya, bukan tercela karena niat nya.

Contoh nya adalah, bersedekah itu adalah hal yang baik, tetapi jika itu ia diberikan dengan cara
-yang dapat menyakitkan hati si penerima, maka telah dinilai buruk. Allah swt berfirman dalam surah Al

           

Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan
(perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun. (QS.263)

Kadang kadang tercelanya perbuatan manusia itu dapat terpengaruh melalui keyakinan yang salah, bukan
karena niat ya. Orang-orang mesir kuno, umpamanya tidak tercela atas perbuatan mereka melemparkan anak
gadis mereka ke sungai nil, karena niat mereka baik hanya tercela atas kepercayaan mereka bahwa sungai nil itu
tidak adapasang airnya bila tidak mengorbankan seorang gadis.

Dari uraian di atas, dapat dikhulashahkan, bahwa:


1. ukuran baik adalah sesuatu yang mengandung kriteria kebaikan. Sedang kriteria baik itu adalah
sesuatu yang di anjurkan oleh islam untuk melakukanya.
2. ukuran buruk adalah sesuatu yang mengandung kriteria keburukan. Sedang kriteria buruk itu
adalah sesuatu yang dilarang oleh islam untuk dilakukan.

Ukuran tersebut datang nya dari Allah SWT. Yang tidak berubah oleh perubuhan situasi
dan kondisi. Berbeda dengan ukuran-ukuran lain yang di berikan oleh para ahli yang terdiri dari
bermacam-macam ukuran yang berbeda, dan masing-masing menurut penilaian mereka sendiri-sendiri.
Mereka akan terus mempertahankanya selaras ukuran itu dapat di jadikan pedoman.

You might also like