You are on page 1of 28

Makalah

Tugas struktur Dosen pengempu


Pengantar filsafat Dr. Ahmad Syazali

Oleh:
KELOMPOK 7 AKSIOLOGI
Dina: 220103010216
Nabila:22010
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI ANTASARI
FAKULTAS USLUHUDDIN DAN HUMANIORA
JURUSAN STUDI AGAMA AGAMA
BANJARMASIN
2022
Kata Pengantar
Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan Rahmat Dan karunianya. Sehingga
kami Dapat menyelasaikan makalah ini Guna memenuhi Tugas
kelompok untuk mata kuliah Pengantar Filsafat. Dengan judul
Aksiologi.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas
dari bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, Saran
Dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna dikarenakan terbatas nya pengalaman dan pengetahuan
yang kami Miliki. Oleh karena itu, Kami mengharapkan Segala
Bentuk Dan saran Serta Masukan serta kritik Yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami Berharap semoga makalah ini Dapat
memberi Manfaat bagi perkembangan pendidikan dunia saat ini
maupun kapanpun.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan
mendalami mengenai ketuhanan, alam manusia, dan manusia
Sehingga dalpat mengasilkan pengetahuan tentang bagaimana
hakikat nya Sejauh yang dapat dicapai akal manusia setelah
mencapai pengetahuan. Perkembangan yang terjadi dalam
pengetahuan ternyata melahirkan polemik baru karena kebebasan
pengetahuan terhadap nilai atau yang biasa kita sebut sebagai
netralitas pengetahuan (value free).
Sebliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan pada jenis
ketertarikan nilai. Sekarang mana yang lebih unggul antara
netralitas pengetahuan dan pengetahuan Yang didasarkan pada
ketertarikan nilai ? Bagian dari filsafat pengetahuan membicarakan
tentang ontologis, espitomologis Dan aksiologi. Pembahasan
aksiologi menyangkut masalah kegunaan ilmu. Artinya pada tahap
tertentu ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan
moral suatu masyarakat, sehingga nilai suatu kegunaan ilmu
tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya
meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malah
menimbulkan bencana.

B. Rumusan masalah
1. Pengertian Aksiologi
2. fungsi Aksiologi
3. Objek kajian Filsafat aksiologi
4. Kegunaan aksiologi bagi pengembangan ilmu pengetahaun
C. Tujuan pembahasan
1. Mengetahui apa itu Aksiologi
2. Mengetahui fungsi Aksiologi
3. Mengetahui Objek kajian Filsafat aksiologi
4. Mengetahui kegunaan aksiologi bagi pengembangan ilmu
pengetahuan

BAB II
PEMBAHASAN

Aksiologi
Ilmu pengetahuan
A. Pengertian Aksiologi
Istilah Aksiologi berasal dari bahasa yunani axios nilai
dan logis (Ilmu teori) Dengan demikian Aksologi
berarti teori tentang nilai (Value atau valuetion).
Aksiologi juga Diartikan teori tentang nilai yang
berkaitan Dengan kegunaan Dari pengetahuan. Berikut
Lorens Bagus merangkum beberapa pengertian Dari
Aksiologi.
1. Aksiologi adalah analisis nilai-nilai. Arti analisis
adalah membatasi arti, Ciri-ciri, asal, tipe, kriteria,
dan status espitemologis dari nilai-nilai tersebut.
2. Aksiologi merupakan Studi yang menyangkut
Dari beberapa teori umum tentang Suatu nilai atau
Studi yang menyangkut Tentang beberapa teori
atau gambaran umum tentang nilai atau studi yang
berkaitan dengan segala yang bernilai.
3. Aksiologi adalah studi Filsosofis Tentang Hakikat
Nilai-nilai

Lalu pertanyaan nya apa yang dimaksud dengan


Nilai itu sendiri ? Nilai bisa kita samakan dengan
kata benda Abstrak yang bisa diartikan sebagai
sesuatu Yang baik, Menarik, Dan bagus. Bisa juga
yang berarti kewajiban, kebenaran, Dan
kesucian.Dalam pengertian ini, Aksiologi
Merupakan Beberapa bagian Dari etika. Kata
Nilai juga bisa berarti dengan Kata yang Konkrit.
Misalnya, Misalnya kita Menyatakan Nilai Yang
dicapai oleh seorang Mahasiswa Yang berkategori
baik atau tidak baik. Nilai Dalam pengertian ini
menunukkan sesuatu yang Konkrit Sehingga
Dapat dinilai baik atau Tidak baik. Nilai Juga
berarti kata kerja seperti Kegiatan menilai atau
Dinilai. Dalam pengertian Sebagai kata kerja,
Kegiatan Menilai berarti memberikan
penghargaan atau Kegiatan Evaluasi.
Dalam pembahasan Filsafat, Aksiologi
Berkaitan Dengan pertanyaan; Seperti Apakah
Kegunaan Ilmu itu? Pertanyaam ini penting
karena Sejujurnya Ilmu banyak Memberi manfaat
Dalam Kehidupan Umat Manusia. Dengan Ilmu
yang Dimiliki, Manusia Dapat memberantas
penyakit, Kelaparan, kemiskinan dan berbagai
wajah Kehidupan Yang membuat Kita berduka.

Dalam Beberapa Konteks Dan pengertian ini


Dikatakan Bahwa Mengenai pemanfaatan Ilmu
Apakah untuk Kebaikan Hidup Manusia atau
sebaliknya Sangat bergantung pada orang yang
menguasai Ilmu tersebut. Oleh karena itulah
Dalam perspektif Aksiologi, Terjadi perdebatan
berkaitan Dengan apakah ilmu itu bebas nilai
(value Free) atau tidak. Dalam kaitan ini
pandangan Yang mengatakan bahwa pada
dasarnya ilmu itu netral. Bahwa ilmu tidak pernah
mengenal Sifat baik dan buruk. Pemilik itulah
yang berkuasa untuk memutuskan. Apakah ia
akan menggunakan Ilmu untuk kebaikan manusia
atau sebaliknya.
Akan tetapi secara ontologi dan aksiologi, Si
empunya harus mampu menilai antara yang baik
dan buruk. Oleh karena itu beberapa ilmuwan
Diharuskan memiliki kaidah-Kaidah moral yang
kuat agar mampu memutuskan Yang terbaik bagi
kehidupan Manusia.

Dari definisi-definisi Aksiologi di atas, Terlihat


dengan jelas bahwa Permasalahan Utama adalah
mengenai Nila. Nilai yang Dimaksud adalah
Sesuatu yang Dimiliki manusia untuk Melakukan
berbagai Pertimbangan tentang apa yang dinilai.
Teori Tentang nilai Yang dalam Filsafat mengacu
Pada permasalahan Etika dan Estetika. Etika
menilai perbuatan Manusia, Maka lebih Tepat
kalau dikatakan Bahwa objek Formal etika Adalah
norma-norma kesusilaan Manusia, dan dapat
Dikatakan pula bahwa etika mempelajari tingkah
laku manusia ditinjau dari segi baik dan tidak baik
di dalam Suatu kondisi Yang normative, Yaitu
suatu kondisi Yang melibatkan Norma-Norma.
Sedangkan Estetika berkaitan dengan Nilai
tentang Pengalaman keindahan Yang dimiliki oleh
manusia Terhadap lingkungan Dan Fenomana
disekeliling nya. Aksiologi adalah bagian dari
filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan
buruk (good and bad ), Benar dan salah (right and
wrong), Serta tentang cara dan Tujuan (means and
and). Aksiologi mencoba merumuskan Suatu teori
yang konsisten untuk prilaku etis.

B. Fungsi Aksiologi
Aksiologi adalah Ilmu pengetahuan Yang
merupakan Strategi untuk mengantisipasi
Perkembangan dan teknologi (IPTEK) yaitu agar tetap
berjalan pada jalur Kemanusiaan. Oleh karena itu Daya
kerja Aksiologi antara lain :
1. Menjaga dan memberi arah agar proses keilmuan
menemukan kebenaran Yang hakiki.
2. Dalam pemilihan objek penelaahan dapat
dilakukan Secara etis, Tidak mengubah kodrat
manusia, Dan tidak juga merendahkan Martabat
manusia.
3. Pengembangan Ilmu pengetahuan Diarahkan
Untuk dapat meningkat kan Taraf Hidup yang
memperhatikan Kodrat dan martabat manusia
serta memberikan Keseimbangan alam lewat
Pemanfaatan ilmu.

C. Objek kajian filsafat aksiologi


Objek Kajian Filsafat Aksiologi Dalam aksiologi
dibicarakan tentang kegunaan ilmu pengetahuan bagi
kehidupan manusia dan juga nilai-nilai yang harus
dilembagakan pada setiap dominannya. 1 Aksiologi pada
dasarnya bersifat ide dan karena itu ia abstrak dan tidak
dapat disentuh oleh panca indra. Yang dapat ditangkap dari
aspek aksiologi adalah materi atau tingkah laku yang
mengandung nilai. Karena itu nilai bukan soal benar atau
salah karena ia tidak dapat diuji . Ukurannya sangat
subjektif dan objek kajiannya adalah soal apakah suatu nilai
dikehendaki atau tidak. 2 berbeda dengan fakta yang juga
abstrak namun dapat diuji dan argumentasi rasional dapat
memaksa orang untuk menerima kebenarannya.
Pengukuran benar dan salah dari suatu fakta dapat
dilakukan secara objektif dan empiris.
Landasan aksiologi ilmu berkaitan dengan dampak ilmu
bagi umat manusia. Persoalan utama yang mengedepan di
sini adalah: ”Apa manfaat (untuk apa) ilmu bagi manusia?”
(dalam psikologi, lihat juga ”The New Science of
Axiological Psychology” oleh Leon Pomeory). Dalam
konteks ini, dapat ditambahkan pertanyaan: ”Sejauh mana
pengetahuan ilmiah dapat digunakan?”. Dalam hal ini,
persoalannya bukan lagi kebenaran, melainkan kebaikan.
Secara epistemologis, persoalan ini berada di luar batas
pengetahuan sains. Menurut Bertens, (Magnis-Suseno,
1995: 49), pertanyaan ini menyangkut etika: ”Apakah yang
bisa dilakukan berkat perkembangan ilmu pengetahuan,

1Tim KKBI, 1996:159)


2 Sidi Gazalba, (1978: 471),
pada kenyataannya boleh dipraktikkan juga?”. Pertanyaan
aksiologi ini bukan merupakan pertanyaan yang dijawab
oleh ilmu itu sendiri, melainkan harus dijawab oleh manusia
di balik ilmu itu. Jawabnya adalah bahwa pengetahuan
ilmiah harus dibatasi penggunaannya, yaitu sejauh
ditentukan oleh kesadaran moral. Namun, jadi, sejauh mana
hak kebebasan untuk meneliti? Hal ini merupakan
permasalahan yang pelik.
b. Pedoman untuk Menguji Nilai
Pedoman untuk menguji nilai dipengaruhi oleh psikologi
maupun teori logika. Para hedonis menemukan pedoman
mengenai jumlah atau besarnya kenikmatan yang dirasakan
seseorang atau masyarakat sebagai barometer dari sistem
nilai. Kaum Idealis menjadikan sistem objektif mengenai
norma-norma rasional atau yang paling ideal sebagai
kriteria. Dari berbagai corak aliran ini maka hubungan
antara nilai dan fakta, menrut A. Amyo (1990: 225) dapat
diselidiki melalui tiga hal.
1) Aliran naturalis positivisme yang menyatakan tidak ada
kaitan antara pengalaman manusia dengan sistem nilai.
2) Objektivisme logis yang menyatakan bahwa nilai
merupakan esensi logis dan substnatif yang tidak ada
kaitannya dengan status atau tindakan eksistensi dalam
realitas.
3) Aliran objektif metafisis yang menyatakan nilai adalah
norma ideal yang mengandung unsur integral objektif dan
aktif dari kenyataan metafisik.
Dengan demikian dalam filsafat aksiologi pembicaraan
utama terkait erat dengan kaitan ilmu dan moral. Hal ini
telah lama menjadi bahan pembahasan para pemikir antara
lain Merton, Popper, Russel, dan pemikira lainnya.
Pertanyaan umum yang sering muncul berkenaan dengan
hal tersebut adalah : apakah itu itu bebas dari sistem nilai ?
Atakah sebaliknya, apakah itu itu terikat pada sistem nilai?
(Jujun S. Suriasumantri, 1996: 2). Ternyata pertanyaan
tersebut tidak mendapatkan jawaban yang sama dari para
ilmuwan. Ada dua kelompok ilmuwan yang masing-masing
punya pendirian terhadap masalah tersebut. Kelompok
pertama menghendaki ilmu harus bersifat netral terhadap
sistem nilai. Menurut mereka tugas ilmuwan adalah
menemukan pengetahuan ilmiah. Ilmu ini selanjutnya
dipergunakan untuk apa, terserah pada yang
menggunakannya,ilmuwan tidak ikut campur. Kelompok
kedua sebaliknya berpendapat bahwa netralitas ilmu hanya
terbatas pada metafisik keilmuan, sedangkan dalam
penggunaannya, bahkan pemilihan objek penelitian, maka
kegiatan keilmuan harus berlandaskan azas azas moral 3.

D. Kegunaan aksiologi Bagi pengembangan Ilmu


pengetahuan.
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai
kegunaan ilmu.Ilmu tidak bebas nilai.Artinya pada
tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan
dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat;
sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan
oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan
kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malahan
menimbulkan bencana. Menurut (Samad, 2012), dalam
aksiologi, ada dua penilain yang umum digunakan yaitu;
(a) Etika
Etika adalah cabang filsafat yang membahas secara
kritis dan sistematis masalah-masalah moral.
Kajian etika lebih fokuspada prilaku, norma dan
adat istiadat manusia. Etika merupakan salah-satu
cabang filsafat tertua. Setidaknya ia telah menjadi
pembahasan menarik sejak masa Sokrates dan para
kaum shopis. Di situ dipersoalkan mengenai
masalah kebaikan, keutamaan, keadilan dan
3(Jujun S. Suriasumantri. 2005:
235).
sebagianya. Etika sendiri dalam buku Etika Dasar
yang ditulis oleh Franz Magnis Suseno diartikan
sebagai pemikiran kritis, sistematis dan mendasar
tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan
moral. Isi dari pandangan-pandangan moral ini
sebagaimana telah dijelaskan di atas adalah norma-
norma, adat, wejangan dan adat istiadat manusia.
Berbeda dengan norma itu sendiri, etika tidak
menghasilkan suatu kebaikan atau perintah dan
larangan, melainkan sebuah pemikiran yang kritis
dan mendasar.Tujuan dari etika adalah agar
manusia mengetahui dan mampu
mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan.
Didalam etika, nilai kebaikan dari tingkah laku
manusia menjadi sentral persoalan. Maksudnya
adalah tingkah laku yang penuh dengan tanggung
jawab, baik tanggung jawab terhadap diri sendiri,
masyarakat, alam maupun terhadap tuhan sebagai
Sang Pencipta.
(b) Estetika
Estetika merupakan bidang studi manusia yang
mempersoalkan tentang nilai keindahan.
Keindahan mengandung arti bahwa didalam diri
segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata
secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan
hubungan yang utuh menyeluruh. Maksudnya
adalah suatu objek yang indah bukan semata-mata
bersifat selaras serta berpola baik melainkan harus
juga mempunyai kepribadian. Aksiologi berkenaan
dengan nilai guna ilmu,baik itu ilmu umum
maupun ilmu agama, tak dapat dibantah lagi bahwa
kedua ilmu itu sangat bermanfaat bagi seluruh umat
manusia, dengan ilmu sesorang dapat mengubah
wajah dunia.Berkaitan dengan hal ini,menurut
Francis Bacon seperti yang dikutip oleh Jujun
(1996: 137) yaitu bahwa “pengetahuan adalah
kekuasaan” apakah kekuasaan itu merupakan
berkat atau justru malapetaka bagi umat manusia.
Memang kalaupun terjadi malapetaka yang
disebabkan oleh ilmu, bahwa kita tidak bisa
mengatakan bahwa itu merupakan kesalahan ilmu,
karena ilmu itu sendiri merupakan alat bagi
manusia untuk mencapai kebahagiaan lagi pula
ilmu memiliki sifat netral, ilmu tidak mengenal
baik ataupun buruk melainkan tergantung pada
pemilik dalam menggunakannya. Nilai kegunaan
ilmu, untuk mengetahui kegunaan filsafat
ilmu atau untuk apa filsafat ilmu itu digunakan,
dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai
tiga hal,yaitu:

(a) Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan


memahami dan
mereaksi dunia pemikiran, jika seseorang hendak
ikut
membentuk dunia atau ikut mendukung suatu ide
yang
membentuk suatu dunia, atau hendak menentang
suatu
sistem kebudayaan atau sistem ekonomi, atau
sistem politik,
maka sebaiknya mempelajari teori-teori
filsafatnya. Inilah
kegunaan mempelajari teori-teori filsafat ilmu.
(b) Filsafat sebagai pandangan hidup; Filsafat
dalam posisi yang kedua ini semua teori ajarannya
diterima kebenaranya dan dilaksanakan dalam
kehidupan. Filsafat ilmu sebagai pandangan hidup
gunanya ialah untuk petunjuk dalam menjalani
kehidupan.
(c) Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan
masalah; Dalam hidup ini kita menghadapi banyak
masalah. Bila ada batui didepan pintu, setiap keluar
dari pintu itu kaki kita tersandung, maka batu itu
masalah. Kehidupan akan dijalani lebih enak bila
masalah masalah itu dapat diselesaikan. Ada
banyak cara menyelesaikan masalah, mulai dari
cara yang sederhana sampai yang paling rumit. Bila
cara yang digunakan amat sederhana maka
biasanya masalah tidak terselesaikan secara
tuntas.penyelesaian yang detail itu biasanya dapat
mengungkap semua masalah yang berkembang
dalam kehidupan manusia, (Bakhtiar, 2007:165)
Nilai itu bersifat objektif, tapi kadang-kadang
bersifat subjektif.Dikatakan objektif jika nilai-nilai
tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang
menilai. Tolak ukur suatu gagasan berada pada
objeknya, bukan pada subjek yang melakukan
penilaian. Kebenaran tidak tergantung pada
kebenaran pada pendapat individu melainkan pada
objektivitas fakta. nilai menjadi subjektif, apabila
subjek berperan dalam memberi penilaian;
kesadaran manusia menjadi tolak ukur
penilaian.Dengan demikian nilai subjektif selalu
memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki
akal budi manusia, seperti perasaan yang akan
mengasah kepada suka atau tidak suka, senang atau
tidak senang.4

4 (Bakhtiar, 2007:166).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Aksiologi adalah teori mengenai nilai atau guna. Nilai
yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk
melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai
yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang
diperoleh. Masalah moral dalam menghadapi ekses ilmu dan
teknologi para ilmuwan terbagi ke dalam dua golongan
pendapat. Golongan pertama menginginkan bahwa ilmu harus
bersifat netral terhadap nilai-nilai. Golongan kedua berpendapat
bahwa netralitas ilmu terhadap nilai-nilai hanyalah terbatas
pada metafisik keilmuan, sedangkan dalam penggunaannya,
bahkan pemilihan objek penelitian, maka kegiatan keilmuan
harus berlandaskan asas-asas moral. Masalah moral tak bisa
dilepaskan dengan tekad manusia untuk menemukan kebenaran
(Ilmu pengetahuan).
DAFTAR PUSTAKA

You might also like