You are on page 1of 38

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ILEUS DI


INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RUMAH SAKIT DAERAH dr.
SOEBANDI JEMBER

OLEH:

Erlina Vera Verlita, S.Kep.

NIM 192311101066

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
BAB 1. KONSEP TEORI

1.1 Anatomi Fisiologi


Usus halus merupakan bagian dari saluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Hasil pencernaan di dalam lambung dalah
mengubah bentuk fisik bolus menjadi kimus atau chyeme. Dalam proses
pencernaan usus halus (sekitar 6 m) merupakan bagian yang paling banyak
berfusngi dalam menyerap bahan makanan yang sudah diproses oleh enzim-
enzim (Diyono & Mulyanti, 2013).

Gambar 1. Usus Halus

Usus halus terdiri dari (Diyono & Mulyanti, 2013).

1. Duodenum (usus 12 jari)


Panjang sekitar 25 cm, bentuk melengkung ke kiri seperti sepatu kuda.
Pada cekungnya terdapat pankreas. Disini terdapat papilla peyery tempat
bermuaranya saluran empedu dan pankreas, 10 cm dari pilorus. Duodenum
merupakan tempat yang paling dekat dengan lambung, tetapi harus netral
dari asam lambung.

2. Jejunum
Jejunum merupakan 2/5 bagian usus halus yang terletak di bagian atas.
Jejunum adalah tempat utama proses absorbsi maka bila terjadi gangguan
seperti kolitis ulserativa, chron desease, sindrom malabsorpsi baru akan
menjad permasalahan klinis.

3. Ileum
Merupakan 3/5 bagian usus halus. Ileum merupakan proses absopsi yang
besar dan karena menjadi bagian usus halus yang paling distal maka
mudah terjadi akumulasi mikroorganisme ataupun sumbatan.

Fungsi absorbsi usus halus yaitu (Diyono & Mulyanti, 2013) :

Unit fungsional usus halus dalam proses absorpsi adalah villi. Dalam
proses lebih detail proses absorbsi adalah melibatkan mukus yang dihasilkan oleh
sel goblet, enzim hidrolase, dan hormon CCK (Cholecystokinin yang diproduksi
oleh sel epitel dan pusta absorpsi di mikrovili. Dalam 24 jam usus halus mampu
mengabsorbsi cairan sekitar 6-8 liter.

Fungsi usus halus antara lain:

1. Menerima zat-zat makanan yang telah dicerna lalu diserap melalui kaliper-
kapiler saluran limfe.
2. Menyerap protein dalam bentuk asam amino
3. Menyerap karbohidrat dalam bentuk monosakarida
4. Menyerap lemak dalam bentuk asam lemak.
1.2 Definisi Ileus
Ileus atau obstruksi usus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya
disertai dengan pengeluaran banyak aliran cairan dan elektrolit baik di dalam
lumen usus bagian oral dari obstruksi maupun oleh muntah (Sjamsuhidajat
1997). Menurut Diyono & Mulyanti (2013) ileus atau obstruksi usus adalah
suatu gangguan (apa pun penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang
saluran usus. Intestinal obstruction terjadi ketika isi usus tidak dapat melewati
saluran gastrointestinal.
Gambar 2. Perbedaan usus halus normal dan Ileus

Menurut Brunner dan Suddarth (2001) jenis obstruksi ada 2 tipe proses
yaitu

1. Obstruksi mekanis (Ileus Obstruksi). Terjadi obstruksi intramural atau


obstruksi mural dari tekanan pada dinding usus. Contoh kondisi yang
dapat menyebabkan obstruksi mekanis yang akut misalnya, hernia
strangulata, perlekatan, intususepsi, tumor kronis misal akibat karsinoma
yang melingkari.
2. Obstruksi Neurogenik (Ileus Paralitik). Terjadi karena suplai saraf otonom
mengenai endokrin seperti DM, gangguan usus berhenti. Contoh: distropi
otot, gangguan endokrin, ini juga bersifat sementara sebagaiakibat dari

penanganan selama pembedahan.


1.3 Klasifikasi
Berdasarkan mekanisme terjadinya obstruksi, ileus obstruksi dibagi menjadi

1. Obstruksi pada lumen usus (intra luminer)


- Polipoid tumor, intususepsi, gallstone ileus, fekolit, bezoar
2. Kelainan pada dinding usus (intramural)
- Bayi: atresia, stenosis, duplikasi
- Dewasa: neoplasma, radang, Crohn disease, post radiasi
3. Kelainan diluar usus (ekstra mural)
- Adhesi, hernia, neoplasma, abses

Berdasarkan lokalisasinya ileus obstruksi dibagi menjadi


1. Ileus obstruksi letak rendah (dari sekum-anorektal)
- Paling banyak disebabkan oleh tumor ganas.
2. Ileus obstruksi letak tinggi. Menurut letaknya dibedakan menjadi
- Obstruksi di atas pilorus
Gejala yang menonjol adalah muntah (rasa asam lambung, sering
nyeri, distensi abdomen)

- Obstruksi di bawah pilorus sampai Ileocaecal Junction


Muntah faeculent (feses, warna kuning seperti tinja, nyeri perut
jarang).

1.4 Etiologi
1. Adhesi (perlekatan usus halus) merupakan  penyebab
tersering ileus obstruktif, sekitar 50-70% dari semua kasus. Adhesi bisa
disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal sebelumnya atau proses
inflamasi intra abdominal. Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi
berkembang sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi abdomen
dalam hidupnya. Perlengketan kongenital juga dapat menimbulkan ileus
obstruktif di dalam masa anak-anak.
2. Hernia  inkarserata  eksternal (inguinal, femoral, umbilikal, insisional, 
atau  parastomal) merupakan yang terbanyak kedua sebagai penyebab ileus
obstruktif, dan merupakan penyebab tersering pada pasien yang tidak
mempunyai riwayat operasi abdomen. Hernia interna (paraduodenal,
kecacatan mesentericus, dan hernia foramen Winslow) juga bisa
menyebabkan hernia.
3. Neoplasma, tumor primer usus halus dapat menyebabkan obstruksi
intralumen, sedangkan tumor metastase atau tumor intra abdominal dapat
menyebabkan obstruksi melalui kompresi eksternal.
4. Intususepsi usus halus menimbulkan obstruksi dan iskhemia terhadap
bagian usus yang mengalami intususepsi. Tumor, polip, atau pembesaran
limphanodus mesentericus dapat sebagai petunjuk awal adanya
intususepsi.
5. Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder sampai inflamasi
akut selama masa infeksi atau karena striktur yang kronik.
6. Volvulus sering  disebabkan oleh  adhesi  atau  kelainan  kongenital,
seperti  malrotasi  usus. Volvulus lebih sering sebagai penyebab obstruksi
usus besar.
7. Batu empedu yang masuk ke ileus. Inflamasi yang berat dari kantong
empedu menyebabkan fistul dari saluran empedu ke duodenum atau usus
halus yang menyebabkan batu empedu masuk ke traktus gastrointestinal.
Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada
bagian ileum terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi.
8. Striktur yang  sekunder yang berhubungan dengan  iskhemia, inflamasi, 
terapi radiasi, atau trauma operasi.
9. Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma, intususepsi, atau
penumpukan cairan.
10. Benda asing, seperti bezoar.
11. Divertikulum Meckel yang bisa menyebabkan volvulus, intususepsi, atau
hernia Littre.
12. Fibrosis kistik dapat menyebabkan obstruksi parsial kronik pada ileum
distalis dan kolon kanan sebagai akibat adanya benda seperti mekonium
(Rahayu & Bahar, 2007).

1.5 Patofisiologi
Penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya mekanik
yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan
penyempitan/penyumbatan bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga
menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen usus. Hal tersebut
menyebabkan pasase lumen usus terganggu. Akan terjadi pengumpulan lumen
usus yang berupa gas dan cairan pada bagian proximal tempat penyumbatan,
yang menyebabkan pelebaran dinding usus (distensi) akibat peningkatan
tekanan intralumen yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen
ke darah. Karena sekitar 8 liter cairan liter diekskresikan ke dalam saluran
cerna setiap hari, tidak adanya absorpsi dapat mengakibatkan penimbunan
intralumen dengan cepat. Sumbatan yang terjadi menyebabkan gerakan usus
yang meningkat (hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga
terjadi gerakan antianti peristaltik. Hal ini menyebabkan serangan kolik
abdomen dan muntah-muntah. Muntah merupakan sumber kehilangan utama
cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan ini adalah penciutan ruang
cairan ekstrasel yang mengakibatkan syok hipotensi, pengurangan curah
jantung, penurunan perfusi jaringan dan asidosis metabolik. Peregangan usus
yang terus menerus mengakibatkan penurunan absorpsi cairan dan
peningkatan sekresi cairan ke dalam usus. Efek lokal peregangan usus adalah
iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas nekrosis, disertai
absorpsi toksin-toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi
sistemik untuk menyebabkan bakteriemia.

1.6 Manifestasi klinis


Manifestasi klinis menurut Indriyani (2013) yaitu sebagai berikut

1. Obstruksi sederhana
Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya
disertai dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam lumen
usus bagianoral dari obstruksi,maupun oleh muntah. Gejala penyumbatan usus
meliputinyeri kram pada perut, disertaikembung. Pada obstruksi usus halus
proksimalakan timbul gejala muntah yangbanyak, yangjarang menjadi muntah
fekalwalaupun obstruksi berlangsung lama. Nyeri bisa berat danmenetap.
Nyeriabdomen sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut bagian
atas. Semakin distal sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakin
fekulen.
Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengandehidrasi
akibatkehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampaidemam.
Distensi abdomendapat dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi proksimal
dan semakin jelas padasumbatandi daerah distal. Bising usus yang timbulnya
nyeri pada obstruksi di daerah distal.

2. Obstruksi disertai proses strangulasi


Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai
dengan nyeri hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas
operasi atau hernia. Bila dijumpai tanda-tanda strangulasi berupa nyeri
iskemik dimana nyeri yang sangat hebat, menetap dan tidak menyurut,
maka dilakukan tindakan operasi segera untuk mencegah terjadinya
nekrosis usus.

3. Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan-lahan dengan nyeri akibat


sumbatan biasanya terasa di epigastrium.
Nyeri yang hebat dan terus menerus menunjukkan adanya iskemia atau
peritonitis. Borborygmus dapat keras dan timbul sesuai dengan nyeri.
Konstipasi atau obstipasi adalah gambaran umumobstruksi komplit.
Muntah lebih sering terjadi pada penyumbatan usus besar. Muntah timbul
kemudian dan tidak terjadi bila katup ileosekal mampu mencegah refluks.
Bila akibat refluks isi kolon terdorong ke dalam usus halus, akan tampak
gangguan pada usus halus. Muntah fekal akan terjadi kemudian. Pada
keadaan valvula Bauchini yang paten, terjadi distensi hebat dan sering
mengakibatkan perforasi sekum karena tekanannya paling tinggi dan
dindingnya yang lebih tipis. Pada pemeriksaan fisis akanmenunjukkan
distensiabdomen dan timpani, gerakan usus akan tampak pada pasien yang
kurus, dan akan terdengar metallic sound pada auskultasi. Nyeri yang
terlokasi, dan terabanya massa menunjukkan adanya strangulasi.
1.7 Pemeriksaan penunjang
1. Foto Polos Abdomen 3 Posisi
Foto polos abdomen sangat bernilai dalam menegakkan diagnosis ileus
obstruksi. Dengan posisi terlentang, lateral dekubitus dan tegak
memperlihatkan dilatasi lengkung usus halus disertai adanya batas antara
air dan udara atau gas (air-fluid level) yang membentuk pola bagaikan
tangga, posisi setengah duduk untuk melihat gambaran udara cairan dalam
usus atau di luar usus, misalnya pada abses, gambaran udara bebas di
bawah diafragma, gambaran cairan di rongga pelvis atau abdomen bawah.

Gambar 3. Foto Polos Abdomen Ileus Obstruktif

2. Pemeriksaan Radiologi dengan Barium Enema


Mempunyai suatu peran terbatas pada pasien dengan obstruksi usus halus.
Pengujian Enema Barium terutama sekali bermanfaat jika suatu obstruksi
letak rendah yang tidak dapat pada pemeriksaan foto polos abdomen. Pada
anak-anak dengan intussuscepsi, pemeriksaan enema barium tidak hanya
sebagai diagnostik tetapi juga mungkin sebagai terapi.
Gambar 4. Pencitraan Barium Enema Ileus Obstruktif

3. Kolonoskopi
Kemampuan diagnostik kolonoskopi lebih baik dibandingkan pemeriksaan
bariumkontras ganda. Kolonoskopi lebih sensitif dan spesifik untuk
mendiagnosis neoplasma dan bahkan bisa langsung dilakukan biopsi.

Gambar 5. Kolonoskopi Ileus Obstruktif

4. CT-Scan
Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto polos abdomen
dicurigai adanya strangulasi. CT–Scan akan mempertunjukkan secara lebih
teliti adanya kelainan-kelainan dinding usus, mesenterikus, dan
peritoneum. CT–Scan harus dilakukan dengan memasukkan zat kontras
kedalam pembuluh darah. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat
dan lokasi dari obstruksi.

Gambar 6. Pencitraan CT-Scan Ileus Obstruktif

5. USG
Pemeriksaan ini akan mempertunjukkan gambaran dan penyebab dari
obstruksi.

6. MRI
Walaupun pemeriksaan ini dapat digunakan, tetapi tehnik dan kontras yang
ada sekarang ini belum secara penuh mapan. Teknik ini digunakan untuk
mengevaluasi iskemia mesenterik kronis.

7. Angiografi
Angiografi mesenterik superior telah digunakan untuk mendiagnosis
adanya herniasi internal, intussuscepsi, volvulus, malrotation, dan adhesi.

1.8 Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami
obstruksi untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu
diperlukan.Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-
kadang suatu penyumbatan sembuh dengansendirinya tanpa pengobatan,
terutama jika disebabkan oleh perlengketan. Pasien dengan penyumbatan usus
harus di rawat dirumah sakit.

1. Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah
aspirasi dan mengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien
dipuasakan, kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk
perbaikan keadaan umum.Setelah keadaan optimum tercapai bisa
dilakukan laparatomi. Pada obstruksi parsial atau karsinomatosis abdomen
dengan pemantauan dan konservatif.

2. Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-
organvitalberfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering
dilakukan adalahpembedahansesegera mungkin. Tindakan bedah
dilakukan bila :-Strangulasi-Obstruksi lengkap-Hernia inkarserata-Tidak
ada perbaikan dengan pengobatan konservatif (dengan pemasangan NGT,
infus,oksigen dan kateter).

3. Pasca Bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan
danelektrolit.Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus
memberikankalori yang cukup.Perlu diingat bahwa pasca bedah usus
pasien masih dalam keadaan paralitik
Pathways - Karsioma Adesi
- Diverti kulitis Hernia
- Striktur rektum Intususepsi
- Stenosis Anus Volvulus sigmoid
- Hirschprung

Obstruksi usus

Insufisiensi katup
Tekanan intrallumen meningkat
Distensi
Menurunkan pengaliran air dan Refluk dari kolon ke
natrium dari ileum
Konstipasi
lumen usus ke darah
Gangguan
Penimbunan air dan natrium absorbi
intralumen Ileum membesar

Tindakan operatif Risiko Dinding usus tipis


Defisit
nutrisi

Pembedahan Ruptur
Gangguan
absorbi
Diskontinuitas jaringan Penurunan peristaltik usus Nyeri
Keterbatasan/ Terdapat luka insisi
kelemahan fisik
Adanya luka jahitan Risiko
Port de entry ketidakseimb
Intoleransi Anoreksia angan cairan
aktifitas Risiko
Nyeri infeksi
Risiko defisit nutrisi
BAB 2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian/Assesment
1. Identitas, meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor rekam medis,
tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosa medis.
2. Keluhan utama
Identifikasi keluhan seperti nyeri pada abdomennya, biasanya terus
menerus, demam, nyeri tekan dan nyeri lepas, abdomen tegang, dan kaku.
3. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya terjadi nyeri yang ditandai dengan hasil pengkajian nyeri
PQRST.
4. Riwayat penyakit dahulu
Identifikasi riwayat penyakit pencernaan terdahulu atau riwayat prosedur
operatif pada sistem pencernaan.
5. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit keluarga pada umumnya kasus ileus obstruktif.

Pemeriksaan Fisik
1. Sistem Pernapasan : peningkatan frekuensi napas, napas pendek dan
dangkal.
2. Sistem Kardiovaskuler : takikardi, pucat, hipotensi (tanda syok).
3. Sistem Persyarafan : Normal
4. Sistem Perkemihan : retensi urin akibat tekanan distensi abdomen, anuria,
dan/atau oliguria.
5. Sistem Pencernaan : distensi abdomen; muntah; bising usus meningkat,
lemah, atau tidak ada; ketidakmampuan defekasi; dan flatus.
6. Sistem Muskuloskeletal – Integumen : kelelahan, kesulitan ambulasi,
turgor kulit buruk, dan membran mukosa pecah.
7. Sistem Endokrine : Normal
8. Sistem Sosial / Interaksi : Normal
9. Spiritual : Normal
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
keperawatan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri I. 08238
selama ... x 24 jam menunjukkan kriteria hasil Observasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Tingkat Nyeri (L. 08066) frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
No Indikator Skala 2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
Awal Akhir
Terapeutik
1 Keluhan nyeri
4. Berikan teknik nonfarmakologi untuk
2 Meringis mengurangi nyeri
Edukasi
3 Frekuensi nadi 5. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri
4 Gelisah
Kolaborasi
6. Kolaborasi pemberian analgetik
2 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Energi I. 05178
aktivitas selama ... x 24 jam menunjukkan kriteria hasil Observasi
1. Identifikasi gangguan fugsi tubu yang
Toleransi aktivitas (L. 05047) mengakibatkan kelelahan
No Indikator Skala 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
Awal Akhir Terapeutik
3. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
1 Frekuensi nadi
2 Saturasi oksigen stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
4. Lakukan latihan rentang gerak pasif atau
3 Kemudahan aktif
dalam Edukasi
melakukan 5. Anjurkan melakukan aktivitas secara
aktivitas sehari- bertahap
hari Kolaborasi
6. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
3 Resiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Cairan L. 03098
ketidakseimbangan selama ... x 24 jam menunjukkan kriteria hasil Observasi
cairan 1. Monitor status hidrasi (mis. frekuensi nadi,
Keseimbangan cairan L. 03020 kekuatan nadi, akral, tekanan darah, turgor
No Indikator Skala kulit)
2. Monitor hasil pemeriksaan Laboratorium
Awal Akhir
(mis. hematokrit, Na, K,Cl, berat jenis urine)
1 Asupan cairan
Terapeutik
2 Kelembaban 3. Catat intak dan output dan hitung balance
membran cairan 24 jam
mukosa 4. Berikan asupan cairan
5. Berikan cairan intravena
3 Dehidrasi Kolaborasi
6. Kolaborasi pemberian diuretik
4 Membran
mukosa
4 Konstipasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen konstipasi I. 04155
selama ... x 24 jam menunjukkan kriteria hasil Observasi
1. Periksa tanda dan gejala infeksi
Eliminasi fekal (L. 04033) 2. Periksa pergerakan usus, karakteristik feses
No Indikator Skala (konsistensi, bentuk, volume, dan warna)
3. Identifikasi faktor resiko konstipasi (mis.
Awal Akhir
obat-obatan, tirah baring, dan diet rendah
1 Kontrol
serat)
pengeluaran
Terapeutik
feses
4. Anjurkan diet tinggi serat
2 Keluan defekasi 5. Lakukan mesase abdomen
lama dan sulit Edukasi
6. Anjurkan peningkatan asupan cairan
3 Distensi 7. Ajarkan cara mengatasi konstipasi
abdomen Kolaborasi
8. Kolaborasi penggunaan obat pencahar
4 Konsistensi feses

5 Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan infeksi (I.14359)


selama ... x 24 jam menunjukkan kriteria hasil Observasi
1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
Tingkat infeksi (L. 14137) sistemik
No Indikator Skala Terapeutik
2. Batasi jumlah pengunjung
Awal Akhir
3. Berikan perawatan kulit pada area edema
1 Kebersihan
tangan 4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan lingkungan
2 Demam 5. Pertahankan teknik aseptik
3 Kemerahan Edukasi
6. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
4 Nyeri 7. Anjurkan mieningkatkan asupan nutrisi
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian imunisasi

6. Resiko defisit Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nutrisi I. 03119


nutrisi selama ... x 24 jam menunjukkan kriteria hasil Observasi
1. Identifikasi status nutrisi
Status nutrisi (L. 03030) 2. Monitor asupan makan
No Indikator Skala 3. Monitor BB
Terapeutik
Awal Akhir
4. Lakukan oral hygiene sebelum makan
1 Porsi makan
5. Fasilitasi menentukan pedoman diet
yang dihabiskan
6. Berikan makanan tinggi serat untuk
2 Berat badan mencegah konstipasi
Edukasi
3 IMT 7. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
4 Nafsu makan
8. Kolaborasi pemebrian medikasi sebelum
makan (mis. pereda nyeri, antlemetik)
9. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan
Daftar pustaka

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta:
EGC

Diyono & Mulyanti, 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Sistem
Pencernaan (dilengkapi contoh studi kasus dengan aplikasi Nanda Nic Noc.
Jakarta: Kencana

Indrayani, M. N. 2013. Ileus Obstruction, Diagnosis, and Management [online


version]. E-Jurrnal Universitas Udayana. 637-658.

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Rahayu, Rejeki handayani & Bahar, Asril. 2007. Buku ajar ilmu penyakit Dalam.
Jakarta: Departemen Pendidikan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

Sjamsuhidajat, R & Win de Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
LAPORAN RESUME PADA PASIEN DENGAN PERITONITIS
DI INSTALASI GAWAT DARURAT(IGD)
RSD dr. SOEBANDI JEMBER

Oleh
Erlina Vera V, S.Kep.
NIM 192311101066

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
(INSTALASI GAWAT DARURAT)
Nama Mahasiswa : Erlina Vera Verlita
NIM : 192311101066
Tempat Pengkajian : Ruang IGD RSD dr. Soebandi
Tanggal : 29 April 2021

I. Identitas Pasien
1. Nama : Tn.S
2. No. RM : 316xxx
3. Tanggal lahir/ Umur : 01-04-1957/ 64 tahun
4. Alasan masuk RS : Klien datang dengan keluhan nyeri di seluruh lapang perut
5. Diagnosa medis : Peritonitis

II. Pengkajian
A. Primary Survey
1. Respon
Klien sadar penuh (alert)
2. Airway
Airway baik, tidak ada sumbatan jalan nafas
3. Breathing
RR 26x/menit, SpO2 93%, pengembangan dada simetris, tidak menggunakan otot bantu
napas, tidak terdapat suara nafas tambahan, irama nafas reguler, terpasang oksigenasi NRBM
10 lpm
4. Circulation
Warna kulit kemerahan, Akral hangat, CRT < 2 detik, Suhu 36,3oC, Teraba denyut nadi
radialis kuat, Nadi 118x/menit
5. Disability
Kesadaran composmentis dengan GCS E4V5M6
6. Exposure
Tidak ada cedera

B. Secondary Survey
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang ke IGD RSD dr. Soebandi dengan diantar oleh keluarganya yaitu anak dan
istrinya pada hari Kamis, 29 April 2021 pukul 21.45 WIB dengan keluhan nyeri di seluruh
lapang perut P: Peritonitis, Q: nyeri perut yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk, R: di seluruh
lapang perut, S: skala nyeri 10, T: nyeri perut yang dirasakan terasa terus menerus. Keluarga
mengatakan klien nyeri perut sejak 3 hari yang lalu. Klien mengatakan perutnya seperti
kembung, keluarga mengatakan makan hanya 1 sendok, dan minum sedikit. Keluarga
mengatakan bisa BAK, BAB sedikit, terakhir BAB jam 17.00 dan bisa buang angin. Klien
tampak sering mual. Hasil pemeriksaan saat di IGD RSD dr. Soebandi TD 122/78 mmHg,
Nadi 118x/menit, RR 26 x/menit, SpO2 93%, Suhu 36,3°C, terdapat nyeri tekan di seluruh
lapang perut, perut tampak keras saat ditekan.

2. Riwayat Kesehatan Terdahulu:


a. Penyakit yang pernah dialami
Keluarga mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit terdahulu
b. Alergi (Obat, Makanan, dll).
Keluarga mengatakan tidak memiliki alergi makanan dan alergi terhadap obat.
c. Obat-obat yang digunakan
Keluarga mengatakan tidak menggunakan obat-obatan

3. Pengkajian Head To Toe


Keadaan Umum
Pasien dalam keadaan sadar (composmentis, GCS E4V5M6), tampak meringis kesakitan,
lemah.
Tanda-tanda Vital & Nyeri
TD : 122/78mmHg
Nadi : 118x/menit
RR : 26x/menit
Suhu : 36,3 °C
SpO2 : 93%

a. Kepala
Inspeksi : warna rambut hitam, bentuk kepala simetris, tidak tampak luka, mata simetris,
konjungtiva anemis, sklera putih, hidung bersih, telinga bersih, bibir kering dan membran
mukosa pucat.
Palpasi : tidak teraba benjolan

b. Leher
Inspeksi : warna merah (sama dengan kulit lain), tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak
terdapat pembesaran pada vena jugularis
Palpasi : tidak teraba benjolan

c. Dada
Jantung
Inspeksi : bentuk dada simetris
Palpasi : gerakan dada kanan kiri simetris
Perkusi : suara pekak
Auskultasi : suara S1 S2 tunggal
Paru
Inspeksi : proses mengembang dan mengempis saat inspirasi dan ekspirasi normal, tidak
terdapat luka pada bagian dada, terpasang oksigenasi NRBM 10 lpm
Palpasi : gerakan dinding dada normal
Perkusi : suara sonor
Auskultasi : bunyi nafas vesikular

d. Abdomen
Inspeksi : perut tampak besar, tidak ada lesi, distensi abdomen
Auskultasi: Bising usus menurun
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada seluruh lapang perut
Perkusi :Timpani

e. Urogenital
Pasien terpasang kateter saat di IGD, urin tampak pekat.
f. Ekstremitas
Atas
Look : tidak terdapat luka ditangan kanan dan kiri
Feel : tidak terdapat pembengkakan, CRT <2 detik
Move : kekuatan otot 5/5
Bawah
Look : tidak terdapat luka dikaki kanan dan kiri
Feel : tidak terdapat memar di kaki kanan dan kiri
Move : kekuatan otot 5/5

g. Punggung
I : tidak ada luka
P : tidak ada benjolan

h. Keadaan lokal
Sadar penuh, GCS E4V5M6 (composmentis)

i. Tindakan Pre-Hospital
Sebelum dibawa ke Rumah Sakit keluarga hanya merawat dirumah

7. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan darah
- Pemeriksaan Elektrokardiogram

Jember, 29 April 2021


Pengambil data,

Erlina Vera Verlita


NIM. 192311101066
Analisa data

No. Data Penunjang Masalah Etiologi Paraf

1. DS: Nyeri akut Peritonitis Erlina


(D.0077)
Klien mengatakan nyeri ↓
diarea seluruh perut
Obstruksi usus
Klien mengatakan perut
seperti kembung ↓

Pengkajian nyeri : Peradangan


peritoneum
P: Peritonitis, Q: nyeri
dada yang dirasakan ↓
seperti ditusuk-tusuk, R:
di seluruh lapang perut, Nyeri akut
S: skala nyeri 10, T:
nyeri perut yang
dirasakan terasa terus
menerus
DO:
- TD : 122/78 MmHg
- Nadi 118 x/menit
- Tampak meringis
kesakitan
- terdapat nyeri tekan di
seluruh lapang perut,
- perut tampak keras saat
ditekan.
- Perut tampak besar

2 DS Pola nafas tidak Peritonitis Erlina


efektif (D.0005)
Klien mengatakan dada ↓
sesak
Obstruksi usus
DO

- RR 26x/menit,
- SpO2 93%, Penurunan ekspansi
paru
- Klien terpasang
oksigenasi NRBM 10 ↓
lpm
Sesak nafas

Pola nafas tidak


efektif

3 DS Nausea (D.0076) Peritonitis Erlina


- Klien mengatakan ↓
seperti kembung
Obstruksi usus
- Keluarga mengatakan
hanya makan 1 sendok ↓
dan sedikit minum
Refluk makanan ke
DO
atas
- Klien tampak mual

- Nadi 118x/m
Nausea
- Bibir kering dan
membran mukosa
pucat
IV. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Nyeri akut (D.0077) Setelah dilakukan perawatan selama 3 jam, Manajemen Nyeri (I.08238)
masalah nyeri akut dapat membaik dengan Observasi
kriteria hasil :
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Tingkat Nyeri (L.08066) frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Indikator Skor Saat Skor yang 2. Identifikasi skala nyeri
Ini Ingin di 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
Terapeutik
Capai
1. Berikan teknik non farmakologi untuk
Keluhan 1 5
mengurangi rasa nyeri dengan relaksasi
nyeri nafas dalam
Meringis 1 5 2. Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri
Frekuensi 1 5
Edukasi
nadi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
Keterangan : pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
1 : Meningkat
3. Anjurkan teknik non farmakologis
2 : Cukup Meningkat untuk mengurangi rasa nyeri dengan
3 : Sedang nafas dalam dan kompres hangat
Kolaborasi
4 : Cukup Menurun
5 : Menurun 1. Kolaborasi pemberian analgesic, jika
perlu
2. Pola nafas tidak efektif (D.0005) Setelah dilakukan perawatan selama 3 jam, Manajemen jalan nafas (I.01011)
masalah pola nafas membaik dapat Observasi
membaik degan kriteria hasil :
1. Monitor pola nafas (frekuensi,
Indikator Skor Saat Skor yang kedalaman, usaha napas)
Ini Ingin di Terapeutik
Capai
2. Posisikan semi fowler atau fowler
Frekuensi 1 5
3. Berikan oksigen
napas
Edukasi
Dispnea 1 5
4. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
Keterangan :
1 : Memburuk Kolaborasi

2 : Cukup Memburuk 5. Kolaborasi pemberian bronkodilator,


jika perlu
3 : Sedang
4 : Cukup Membaik
5 : Membaik
3. Nausea (D.0076) Setelah dilakukan perawatan selama 3 jam, Manajemen mual (I.03117)
masalah nausea menurun dengan kriteria
Observasi
hasil :
1. Identifikasi dampak mual terhadap
Indikator Skor Saat Skor yang
kualitas hidup (mis. nafsu makan,
Ini Ingin di
aktivitas, tidur)
Capai
2. Monitor mual
Nafsu 1 5
makan Terapeutik

Keluhan 1 5 3. Kendalikan faktor lingkungan


mual penyebab mual (mis. bau tak sedap,
suara)
Keterangan :
4. Kurangi atau hilangkan keadaan
1 : Memburuk
penyebab mual
2 : Cukup Memburuk
Edukasi
3 : Sedang
5. Anjurkan istirahat dan tidur yang
4 : Cukup Membaik
cukup
5 : Membaik
6. Anjurkan penggunaan teknik non
farmakologis untuk mengatasi mual
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian antlemetik,
jika perlu
CATATAN PERKEMBANGAN

Diagnosa Waktu Implementasi Paraf Evaluasi

Nyeri akut 21.50WIB 1. Monitor Tanda-tanda vital S : Klien mengatakan nyeri mulai
(D.0077) Respon : D 122/78 mmHg, Nadi EV berkurang, P: Peritonitis, Q: nyeri perut
118x/menit, RR 26 x/menit, SpO2 93%, yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk, R:
Suhu 36,3°C. di seluruh lapang perut, S: skala nyeri 6,
21.55 2. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, T: nyeri perut yang dirasakan terasa
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas terus menerus.
nyeri O : klien tampak meringis kesakitan
Respon : P: Peritonitis, Q: nyeri perut berkurang, tam pak pucat
yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk, A : Masalah nyeri akut teratasi sebagian
R: di seluruh lapang perut, S: skala P : Pasien masih berada di IGD,
nyeri 10, T: nyeri perut yang dirasakan Lanjutkan Intervensi :

22. 00 terasa terus menerus. 1. Monitor tanda-tanda vital


3. Memberikan teknik non farmakologi 2. Identifikasi lokasi, karakteristik,
untuk mengurangi rasa nyeri dengan durasi, frekuensi, kualitas,
relaksasi nafas dalam intesnsitas nyeri
Respon : Klien melakukan tarik nafas 3. Beri teknik non farmakologi
dalam nafas dalam
22.05
4. Kolaborasi pemberian analgesic 4. Kolaborasi pemberian analgesik
Respon: santagesik 1 gr, antrain 3x1
Pola nafas tidak 22. 05 1. Memonitor pola nafas (frekuensi, EV S: Klien mengatakan sudah nyaman
kedalaman, usaha napas) ketika diberi oksigenasi
efektif (D.0005)
Respon : RR 26x/m O: - Klien terpasang oksigenasi NRBM
10 lpm
22.10 2. Memposisikan semi fowler atau fowler
A: Masalah pola nafas tidak efektif
Respon : klien tampak posisi semi
teratasi sebagian
fowler
22.13 3. Memberikan oksigen P: Pasien masih berada di IGD

Respon : klien terpasang oksigenasi lanjutkan intervensi


NRBM 10 lpm
- Monitor pola nafas

- Posisikan klien semi fowler / fowler

- Berikan oksigen

Nausea (D.0076) 22.15 1. Memonitor mual S : Keluarga mengatakan mual


Respon : klien tampak sering mual EV berkurang
tim O : Klien terpasang NGT, klien

2. Mengurangi atau hilangkan keadaan dipuasakan


22.18 A : Masalah nausea teratasi sebagian
penyebab mual
Respon : klien tampak menggunakan P : Pasien masih berada di IGD

minyak kayu putih Lanjutkan Intervensi :


22.20
3. Menganjurkan istirahat dan tidur 1. Monitor mual

yang cukup 2. Anjurkan istirahat dan tidur


Respon : klien tampak lebih tenang 3. Kolaborasi pemberian
22.25 untuk istirahat antlemetik
4. Berkolaborasi pemberian antlemetik
Respon : ondansentron 3x1 intravena,
Ranitidin 2x1 intravena, terpasang
NGT

You might also like