You are on page 1of 5

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Politik Islam


Kata sistem berasal dari bahasa asing (Inggris), yaitu system, artinya perangkat
unsur yang secara teratur saling berkaitan, sehingga membentuk suatu totalitas atau
susunan yang teratur dengan pandangan, teori, dan asas. Sedangkan, kata politik
berasal dari bahasa latin yaitu politicus yang berarti hubungan warga negara. Dalam
bahasa arab politik diartikan dengan siyasah yang artinya mengemudi, mengendalikan
dan mengatur. Menurut Abdul Qadir Zallum, menyatakan bahwa politik atau siyasah
mempunyai makna mengatur urusan rakyat, baik dalam maupun luar negeri. Politik
dilaksanakan oleh pemerintah dan rakyat. Negara adalah institusi yang mengatur
urusan tersebut secara praktis sedangkan rakyat mengoreksi pemerintah dalam
melakukan tugasnya.
Politik dalam Islam menjurus pada kegiatan umat mengenai usaha untuk
mendukung dan melaksanakan syari'at Allah melalui sistem kenegaraan dan
pemerintahan. Pengertian ini bertepatan dengan firman Allah yang mafhumnya:
"Dan katakanlah: Ya Tuhan ku, masukkanlah aku dengan cara yang baik dan
keluarkanlah aku dengan
cara yang baik dan berikanlah kepadaku daripada sisi Mu kekuasaan yang
menolong." (AI Isra': 80)
Berdasarkan landasan tersebut para ulama' menyatakan bahwa:
"Allah menghapuskan sesuatu perkara melalui kekuasaan negara apa yang tidak
dihapuskan Nya meIaiui al Qur'an"
Di sisi lain, terdapat persamaan makna antara kata hikmah dan politik.
Sementara ulama mengartikan hikmah sebagai kebijaksanaan, atau kemampuan
menangani suatu masalah, sehingga mendatangkan manfaat atau menghindarkan
mudharat.

B. Prinsip-Prinsip Dasar Politik Islam


Al-Qur’an sebagai sumber ajaran utama dan pertama Agama Islam
mengandung ajaran tentang prinsip-prinsip dasar yang harus diaplikasikan dalam
pengembangan sistem politik Islam.
Prinsip-prinsip dasar sistem politik Islam yaitu sebagai berikut :
1. Mewujudkan persatuan dan kesatuan umat (Al-Mu’minun 52)
2. Keharusan bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah-masalah ijtidaiyah
(As-Syura 38 dan Ali Imran 159)
3. Selalu amanah dan menetapkan hukum secara adil (An-Nisa 58)
4. Mentaati Allah SWT, Rasul SAW dan ulil amri pemegang kekuasaan (An-Nisa
59)
5. Mendamaikan konflik antar kelompok dalam masyarakat islam (Al-Hujarat 9)
6. Mempertahankan kedaulatan negara dan larangan melakukan agresi dan invasi
7. (Al-Baqarah 190)
8. Mementingkan perdamaian daripada permusuhan (Al-Anfal 61 dan Al-Hujarat
13)
9. Meningkatkan kewaspadaan dalam bidang pertahanan dan keamanan (Al-
Anfal 60)
10. Menepati janji (An-Nahl 91)
11. Beredarnya harta pada seluruh lapisan masyarakat (Al-Hasyr 7)
12. Mengikuti prinsip-prinsip pelaksanaan hukum seperti menyedikitkan beban
(taqlilal-takalif), berangsur-angsur (al-tadarruj), tidak menyulitkan (‘adam al-
haraj)

C. Prinsip-prinsip Hukum Antar agama atau Hukum Internasional


Hukum dalam artinya yang umum adalah sekumpulan dasar-dasar yang
mengatur hubungan-hubungan antara orang yang tercakup dalam hukum itu. Hukum
Internasional adalah suatu sistem yang mengatur hak-hak dan kewajiban-kewajiban
antar negara. Unsur pokok dari sistem tersebut diwakili oleh kaidah-kaidah yang
mengikat, yang membebankan kewajibankewajiban dan memberikan hak-hak kepada
negara-negara yang ada.

Berikut adalah prinsip-prinsip hukum antaragama :


1. Siyasah “dusturiyah” (hukum tata negara), menjelaskan hubungan pemimpin
dengan rakyatnya serta institusi yang ada di negara itu sesuai dengan
kebutuhan rakyat untuk kemaslahatan dan pemenuhan kebutuhan rakyat itu
sendiri. Seperti persoalan imamah, hak dan kewajibannya, persoalan rakyat,
status, hak dan kewajibannya, persoalan bai’at, persoalan perwakilan, wizarah
dan pembagiannya, dll.
2. Siyasah “dauliyah” (hukum internasional), hukum internasional menurut islam
meliputi kesatuan umat, keadilan, persamaan, kehormatan manusia, toleransi,
kerjasama kemanusiaan, kebebasan dan kemerdekaan berfikir, beragama,
menyatakan pendapat, menuntut ilmu, memiliki harta benda, perilaku moral
yang baik.
Pembahasan siyasah dauliyah dalam islam berorientasi pada :
1. Damai adalah azas hubungan internasional
2. Memperlakukan tawanan perang secara manusiawi
3. Kewajiban suatu negara terhadap negara lain
4. Perjanjian internasional
5. Perjanjian yang berjangka panjang (mu’abbad) dan jangka menengah atau
sementara (muaqqat)
6. Perjanjian terbuka dan tertutup
7. Perjanjian dengan orang asing
3. Siyasah “maaliyah” (hukum yang mengatur pemasukan, pengelolaan dan
pengeluaran uang milik negara) seperti zakat, harta karun, pajak, ghanimah
dan fa’i, beacukai barang import, dll.

D. Kontribusi Umat Islam terhadap Politik di Indonesia


Di kehidupan masa kini sebut saja beberapa organisasi politik Islam yang telah
berkontribusi untuki umat Islam seperti PDI Perjuangan yang mempunyai Baitul
Muslimin untuk mengakomodasi umat Islam. Golkar dan Partai Demokrat yang
walaupun tak berasas Islam pun juga menjadi Promotor UU Antipornografi dan
Antipornoaksi.
Di beberapa daerah, penerapan peraturan daerah bernuansa Islam juga di
dukung oleh partai-partai nasionalis. Partai-partai Islam pun, seperti PKS, sudah
berwacana menerima kader nonmuslim untuk di Indonesia Timur. Hal ini menandakan
bahwa Umat Islam sejatinya tetap menghargai adanya pluralitas antaragama di dalam
kehidupan sehari-hari.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan demikian, sistem politik Islam adalah suatu konsepsi yang berisikan
antara lain ketentuan-ketentuan tentang siapa sumber kekuasaan Negara, siapa
pelaksana kekuasaan tersebut, apa dasar, dan bagaimana cara untuk menentukan
kepada siapa kewenangan melaksanakan kekuasaan itu diberikan, kepada siapa
pelaksana kekuasaan itu bertanggung jawab, dan bagaimana bentuk tanggung jawab
berdasarkan nilai-nilai agama Islam (sesuai dengan sumber ajaran Islam, yaitu Al
Qur’an, Hadits dan Ijtihad).

Prinsip-prinsip politik dalam Islam, menurut Abdul Qadir Audah dalam


bukunya Al-A’mal al-Kamilah: Al-Islam wa Audha’una al-Qanuniyah (1994: 211-
223) mensistematisir sebagai berikut:
1) Persamaan yang komplit;
2) Keadilan yang merata;
3) Kemerdekaan dalam pengertian yang sangat luas;
4) Persaudaraan;
5) Persatuan;
6) Gotong royong (saling membantu);
7) Membasmi pelanggaran hukum;
8) Menyebarkan sifat-sifat utama;
9) Menerima dan mempergunakan hak milik yang dianugerahkan Tuhan;
10) Meratakan kekayaan kepada seluruh rakyat, tidak boleh menimbunnya;
11) Berbuat kebajikan dan saling menyantuni; dan
12) Memegang teguh prinsip musyawarah.

Prinsip-prinsip hukum internasional menurut islam meliputi kesatuan umat,


keadilan, persamaan, kehormatan manusia, toleransi, kerjasama kemanusiaan,
kebebasan dan kemerdekaan berfikir, beragama, menyatakan pendapat, menuntut
ilmu, memiliki harta benda, perilaku moral yang baik. Islam telah menyumbang
banyak pada Indonesia, demikian kata Kuntowijoyo. Islam membentuk “civic culture”
atau budaya bernegara, “national solidarity”, ideologi jihad, dan kontrol sosial.
Sumbangan besar Islam pada bidang Politik yaitu berkaitan dengan kedaulatan negara,
misalnya melalui perjuangan Muhammad Natsir yang pernah menyerukan umat Islam
agar tidak mempertentangkan Pancasila dengan Islam.

You might also like