Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN MAGANG - Qurrota Aini-Rev1-Rev2
LAPORAN MAGANG - Qurrota Aini-Rev1-Rev2
Oleh:
Qurrota Aini
150510170187
Diajukan untuk menyelesaikan tugas Mata Kuliah Magang pada Program Studi
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERTANIAN
Puji dan syukur kehadirat Allah S.W.T. atas karunia-Nya, penulis dapat
melaksanakan program magang serta dapat menyelesaikan laporan magang yang
berjudul “Pertumbuhan Tunas In Vitro dan Aklimatisasi Sorgum Var. Super 2
Hasil Radiasi Sinar Gamma”. Penulisan laporan ini merupakan tugas dan prasyarat
untuk menyelesaikan program magang dari Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran.
Dalam penyelesaian kegiatan dan laporan magang ini, tidak sedikit hambatan dan
tantangan, maka penulis mengucapkan banyak terimakasih dan memohon maaf yang
setulus-tulusnya kepada banyak pihak yang telah memberikan masukan, dukungan, doa,
bantuan, serta motivasi yang begitu tinggi yang telah membantu dan melancarkan
kegiatan Magang, yakni:
1. Bapak Nono Carsono, S.P., M.Sc., Ph.D., selaku Ketua Program Studi Agroteknologi
Universitas Padjadjaran yang telah memfasilitasi mahasiswa dalam kegiatan
magang.
2. Ibu Santika Sari, S.P, M.P., selaku Dosen Pembimbing Magang atas bimbingan dan
arahannya kepada penulis,
3. Prof. Dr. Dra. Endang Gati Lestari, M.Si., selaku Pembimbing Lapangan Magang
yang telah mendukung, membimbing dan mengajari penulis selama berlangsungnya
magang,
4. Bapak Ir. Mastur, M.Si., Ph.D., selaku Kepala Balai Besar Bioteknologi dan Genetika
Pertanian beserta jajaran staff yang mengizinkan dan memfasilitasi penulis dalam
pelaksanaan magang,
5. Ibu Dr. Ika Rostika Tambunan, S.P., M.Si., selaku Ketua Kelompok Peneliti Biologi
Sel Jaringan,
6. Ibu Suci Rahayu, S.Si., MS., selaku Bagian Administratif Magang Kelti Biologi Sel
Jaringan, BB Biogen,
i
7. Bapak Wawan Sukmawan dan Bapak Anto, selaku teknisi laboratorium dan
lapangan BB Biogen, Kelti Biologi Sel dan Jaringan,
8. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan moril dan materiil selama
kegiatan magang.
9. Windi Safitri, Vias Aulia, Alwa, Izza Karina, Maya dan teman-teman magang yang
telah bekerja sama selama kegiatan magang berlangsung.
10. Mba Duma, Mba Dinar, Mba Puji, Mba Nur, Mas Wira dan kakak-kakak yang sedang
melakukan penelitian studi dan menyusun tugas akhir yang telah membimbing
penulis saat magang, dan banyak lagi yang belum bisa saya sebutkan satu per satu.
Akhir kata, penulis mengharapkan laporan magang ini dapat memberikan manfaat
bagi siapa saja yang membacanya. Terima kasih.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
hal
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................v
DAFTAR TABEL...........................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................................vii
BAB I : PENDAHULUAN................................................................................................1
3.1 Waktu Magang, Tempat Magang, dan Realisasi Kegiatan Magang ...................12
3.2 Kegiatan Magang yang Dilakukan..................................................................12
3.2.1 Sterilisasi Alat........................................................................................12
3.2.2 Pembuatan Media..................................................................................13
3.2.3 Membuat Bahan Komponen Steril...........................................................21
3.2.4 Menyiapkan Eksplan...............................................................................22
iii
3.2.5 Penanaman Eksplan...............................................................................24
3.2.6 Aklimatisasi...........................................................................................25
3.2.7 Pengamatan dan Analisis Data...............................................................26
iv
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 11. Pertumbuhan Sorgum Perlakuan Taraf Radiasi Media B 0,1 pada 7 HST......35
v
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 10. Jumlah Planlet Aklimatisasi dan Presentase kematian Planlet Hasil Kultur
Sorgum Super 2 Perlakuan Radiasi..............................................................................36
vi
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 3. Dokumentasi...........................................................................................48
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2010; dan Soedjono 2003). Teknik mutasi dapat mempercepat dihasilkannya varietas
baru dengan berbagai sifat atau karakter yang diinginkan (Soeranto 2003).
2
pengembangan pertanian, Kementrian Pertanian Republik Indonesia. BB Biogen
juga dinilai memiliki fasilitas yang memadai sehingga menunjang tercapainya
tujuan magang. Adapun pemilihan Laboratorium Biologi Sel dan Jaringan karena
kultur in vitro merupakan salah satu keahlian dasar yang sangat diperlukan dan
menunjang dalam pemuliaan tanaman. Pembelajaran terhadap kompetensi dasar
kultur in vitro di BB Biogen dilakukan melalui pengembangan komoditas sorgum.
BAB II
3
2.1 Situasi dan Kondisi tempat Magang
Pada tahun 1918 Algemeen Proefstation voor den Landbouw (Balai Besar
Penyelidikan Pertanian) didirikan dan mengalami tujuh kali perubahan dan reorganisasi
hingga didirikannya Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber
Daya Genetik Pertanian (BB Biogen) 30 Desember 2003.
4
(Balitbio)
Sumber: https://goo.gl/maps/nsPi7qzMRhyPXbRF8
Gambar 1. Peta lokasi BB Biogen
2.1.3 Status Kelembagaan dan Struktur Organisasi
Sumber: http://www.litbang.pertanian.go.id/profil/organisasi
Gambar 2. Status kelembagaan Badan Litbang Pertanian
5
Keterangan:
6
LOLITTUNGRO : Loka Penelitian Penyakit Tungro
LOLITSAPI : Loka Penelitian Sapi Potong
LOLITKAMBING : Loka Penelitian Kambing Potong
Struktur organisasi BB Biogen berdasarkan SK Menteri Pertanian
No.631/Kpts/OT.140/12/2003 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian.
Sumber: http://biogen.litbang.pertanian.go.id/struktur-organisasi/
Gambar 3. Struktur Organisasi BB Biogen
2.1.4 Sarana dan Prasarana
Fasilitas yang dimiliki Laboratorium Biologi Sel dan Jaringan, yaitu: Laminar air
flow (import), Laminar air flow (lokal), Autoclave, Oven, pH meter, Inverted microscope,
Stereo microskope with digital camera, Timbangan analitik (4 digit), Timbangan analitik
(3 digit), Distiling unit, Orbital shaker, Hot plate magnetic stirrer , Growth chamber, Rak
kultur, dan Sentrifuse.
7
2.2 Tugas Pokok dan Fungsi Tempat Magang
2.2.1 Visi
2.2.2 Misi
Untuk mendukung visi dan misinya telah ditetapkan kebijakan mutu BB Biogen,
sebagai berikut:
1. Menjadi pusat penelitian bioteknologi dan SDG pertanian yang unggul dan mampu
menumbuhkembangkan teknologi keilmuan profesionalisme dan kesejahteraan
masyarakat secara luas.
2. Berkomitmen tinggi untuk senantiasa melakukan perbaikan terus menerus dalam
memberikan dan meningkatkan kepuasan stakeholder melalui hasil penelitian dan
setiap aspek terkaitnya.
3. Berkontribusi untuk menerapkan sistem manajemen mutu secara efektif dan
berupaya memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan yang relevan.
8
2. Pelaksanaan penelitian konservasi dan karakterisasi yang meliputi fisik, kimia,
biokimia, metabolisme biologis dan biomolekuler sumberdaya genetik pertanian;
3. Pelaksanaan penelitian bioteknologi sel, bioteknologi jaringan, rekayasa genetik,
dan bioprospeksi sumberdaya genetik ;
4. Pelaksanaan penelitian keamanan hayati dan keamanan pangan produk
bioteknologi;
5. Pelaksanaan pengembangan sistem informasi hasil penelitian dan pengembangan
bioteknologi dan sumberdaya genetik pertanian;
6. Pelaksanaan pengembangan komponen teknologi sistem dan usaha agribisnis
produk bioteknologi pertanian;
7. Pelaksanaan kerjasama dan pendayagunaan hasil penelitian bioteknologi dan
sumberdaya genetik pertanian;
8. Pengelolaan tata usaha dan rumah tangga BB Biogen.
9
6. Fenomena double-burden malnutrition sehingga perlu diantisipasi dengan
program diversifikasi pangan yang lebih masif; dan
7. Kemunculan teknologi-teknologi baru dalam industri bioteknologi pertanian
sehingga menuntut negara-negara yang sedang berkembang untuk
mengejar ketertinggalan dalam penguasaan teknologi baru tersebut dan
menyiapkan regulasi untuk melindungi hak atas kekayaan sumber daya
genetik yang dimiliki.
10
13. Masih rendahnya insentif dan jaminan usaha tani; dan
14. Kebijakan swasembada pangan masih belum didukung dengan komponen
teknologi yang memadai.
5. Subkuktur eksplan
7. Pengamatan
11
BAB III
Dalam kultur in vitro alat-alat yang digunakan terbuat dari logam, gelas,
aluminium foil, plastik dan karet. Alat-alat yang akan digunakan untuk kultur perlu
disterilisasi sebelum digunakan, seperti alat diseksi (pisau scapel, pinset, gunting dll),
Laminar Air Flow (LAF), botol kaca, gelas erlenmeyer, botol kultur, cawan petri dll.
12
Alat- alat yang umumnya digunakan didalam LAF seperti pinset, scapel, dan petri
disterilkan dengan dry heat method menggunakan oven secara terpisah pada suhu 150°C
dan dengan pembakaran di atas api Bunsen dalam LAF sebelum pemakaian.
a) b) c) d)
Gambar 4. Tahap Sterilisasi Alat : a) Autoclaving botol dan media yang terkontaminasi; b)
Mencuci botol; c) Mengoven botol dengan metode sterilisasi panas kering; d) Mengoven
alat kultur (petri, scapel, spatula, pinset, dll).
3.2.2 Pembuatan Media
Eksplan (berupa sel, jaringan atau irisan organ) yang ditumbuhkan secara in vitro
pada media buatan, juga membutuhkan hara untuk terjadinya morfogenesis dan
pertumbuhan (Dwiyani, 2015), sehingga media merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan dalam kultur in vitro (Lestari, 2008). Pemilihan media pun harus
dipertimbangkan karena setiap nutrisi untuk mencapai tingkat pertumbuhan maksimum
bervariasi di antara spesies.
13
Tanaman kultur bersifat heterotrof, tidak dapat melakukan fotosintesis. Sehingga
tanaman kultur melakukan respirasi untuk menghasilkan energi yang digunakan untuk
pembelahan sel tanaman. Dengan demikian karbon dan sumber energi perlu
ditambahkan pada media kultur sebagai sumber energi.
Umumnya karbon dan sumber energi yang sering digunakan adalah sukrosa/gula.
Namun, selain sukrosa, pada konsentrasi 2-5%, karbohidrat lain juga digunakan, seperti
laktosa, galaktosa, maltosa dan pati meski kurang efektif dibanding sukrosa atau glukosa
karena digunakan pada fase awal sel, kemudian diikuti fruktosa.
Sukrosa yang telah di autoclave lebih efektif daripada di sterilkan, karena sukrosa
terhidrolisis menjadi gula yang dapat dimanfaatkan lebih efisien seperti fruktosa. Sukrosa
dapat memicu morfogenetik dalam pembentukan tunas tambahan dan percabangan akar
adventif (D.BS, 2012). Sukrosa yang digunakan umumnya sebanyak 2-3% atau 20-30 g/l
(Dwiyani, 2015).
Vitamin
Vitamin yang paling banyak digunakan dalam media kultur sel dan jaringan
meliputi: tiamin (B1) 0,1- 10 mg/l, asam nikotinat 0,1-5 mg/l, dan piridoksin (B6) 0,1-10
mg/l. Selain itu vitamin seperti biotin, asam folat, asam askorbat, asam pantotenat,
tokoferol (vitamin E), riboflavin, asam p-amino-benzoat juga dapat ditambahkan ke media
kultur. Penambahan vitamin lain disarankan hanya ketika konsentrasi thiamin di bawah
tingkat yang diinginkan atau ketika sel-sel diharuskan untuk ditanam pada kepadatan
populasi yang rendah.
Asam Amino
Penambahan asam amino tertentu atau campuran asam amino sangat penting
untuk membangun kultur sel dan protoplas, meskipun sebagian besar tanaman dapat
14
mensintesis sendiri kebutuhan asam amino. Asam amino merupakan sumber nitrogen
yang mudah diasimilasi oleh jaringan dan sel lebih cepat dari sumber nitrogen anorganik.
Campuran asam amino organik yang sering ditambahkan pada media kultur
seperti kasein hidrolisat 0,25-1 g/l, L-glutamin 1-8 mM, L-asparagin 100mg/l, glisin 2 mg/l
dan adenin, glutamin hingga 8 mM, asparagin pada, L-arginin dan sistein 10 mg/l dan L-
tirosin pada 100mg/l.
Suplemen Organik
Beberapa media dilengkapi dengan bahan alami atau ekstrak seperti protein
hidrolisat, santan, ekstrak ragi, ekstrak malt, pisang, jus jeruk dan jus tomat, arang aktif.
Penambahan bahan organik mungkin memiliki efek menguntungkan atau merusak. Arang
aktif didasarkan pada adsorpsi senyawa penghambat dari medium, adsorpsi zat pengatur
tumbuh dari media kultur atau penggelapan medium dan meningkatkan hidrolisis sukrosa
selama autoklaf yang menyebabkan pengasaman media kultur.
Zat Pemadat
Zat pemadat yang digunakan umumnya berupa agar, agarose dan gellan gum.
Gellan gum dijual dengan nama dagang Gellrite, Phytagel, Gelzan dan Kelcogel.
Penggunaan sediaan agar murni sangat penting terutama dalam percobaan yang
berhubungan dengan metabolisme jaringan. Kontaminan agar dapat berupa Ca, Mg, Ba,
Si, Cl, SO4-, N, Fe, Cu.
15
sitokinin yang lebih tinggi dari auksin akan menginduksi terbentuknya tunas. Jika auksin
dan sitokinin pada konsentrasi yang sama (rasio 1) maka akan terbentuk kalus. Untuk
pembentukan kalus juga dapat digunakan 2,4-D (Dwiyani, 2015).
Gibberelin terdiri lebih dari dua puluh senyawa, dimana GA3 adalah giberelin yang
paling sering digunakan. Regulator pertumbuhan lainnya kadang-kadang ditambahkan ke
media kultur jaringan tanaman sebagai asam absisat, suatu senyawa yang biasanya
ditambahkan untuk menghambat atau merangsang pertumbuhan kalus, tergantung pada
spesiesnya.
Terdapat beberapa jenis media kultur in vitro, dengan jenis, konsentrasi dan rasio
setiap komponennya berbeda-beda, sehingga pemilihan media menjadi penting sesuai
dengan tanaman dan tujuan yang akan dicapai. Berikut beberapa jenis media dasar kultur
in vitro.
16
Tabel 3. Jenis dan Komposisi Media In vitro
Medium MS G5 W LM VW Km M NN
Components
(mg/l)
Ca3(PO4)2 - - - - 200.0 - - -
Na2SO4 - - 200.0 - - - - -
KCl - - 65.0 - - - - -
K2SO4 - - - 990.0 - - - -
Co(NO3)2.6H2O - - - - - - 0.05 -
17
Na2EDTA 37.3 37.3 - 37.3 - 74.6 37.3 37.3
Fe(C4H4O6)3.2H2O - - - - 28.0 - - -
Ca-panthothenate - - 1.0 - - - - -
V 1 x N 1=V 2 x N 2
Keterangan:
18
N1 = Konsentrasi media yang akan dibuat
N2 = konsentrasi stok
Stok dibuat sebanyak 1000 mL untuk pemakaian 20x, maka pengambilan larutan
untuk setiap pembuatan media 1000 mL adalah 50 mL. Mula-mula satu per satu bahan
ditimbang dan dilarutkan dalam 700 mL menggunakan magnetic stirer dalam beaker
glass. Setiap bahan harus dipastikan larut sebelum ditambahkan hara makro selanjutnya.
Setelah semua larut, larutan ditera menggunakan tabung ukur 1000 mL dan ditambahkan
aquades hingga 1000 mL. Banyak hara makro yang ditimbang dan dilarutkan adalah hara
makro (lihat tabel 3) dikali 20. Larutan stok hara makro disimpan dalam botol kuning
tanpa dimasukkan ke lemari pendingin.
Pembuatan stok hara mikro mirip dengan pembuatan larutan stok hara makro.
Stok dibuat dalam 1000 mL untuk pemakaian 100x, maka pengambilan larutan untuk
setiap pembuatan 1000 mL media adalah 10 mL. Banyak bahan hara makro yang
ditimbang dan dilarutkan adalah jumlah kebutuhan pembuatan media untuk 1 L dikali
100. Larutan stok hara mikro disimpan dalam botol kuning tanpa dimasukkan ke lemari
pendingin.
Pembuatan stok Fe EDTA mirip dengan pembuatan larutan stok hara mikro yaitu
dibuat dalam 1000 mL untuk pemakaian 100x, maka pengambilan larutan untuk setiap
pembuatan 1000 mL media adalah 10 mL. Banyak bahan hara makro yang ditimbang dan
dilarutkan adalah jumlah kebutuhan pembuatan media untuk 1 L dikali 100. Larutan stok
Fe EDTA disimpan dalam botol yang dilapisi aluminium foil dan dimasukkan ke lemari
pendingin pada suhu min. 4°C.
19
yang berarti penimbangan myo-inositol adalah kebutuhan untuk 1 L media dikalikan 100.
Penggunaan myo-inositol untuk setiap 1000 mL media adalah 10 mL. Larutan stok myo-
inositol disimpan dalam botol bening dan dimasukkan ke lemari pendingin pada suhu min.
4°C.
Pembuatan laruran stok ZPT berbeda dengan larutan lain. ZPT tidak dapat
langsung dilarutkan dengan aquades melainkan dengan bahan kimia pelarut, tergantung
pada jenis ZPT. Bahan kimia pelarut yang biasa dipakai seperti NaOH 1N, HCL 1 N,
etanhol 95% dan DMSO. Kemudian setelah larut volume ditera dalam labu ukur 100 mL
dengan penambahan aquades. Pengambilan larutan stok disesuaikan dengan kebutuhan
media.
Larutan stok dilarutkan dengan aquades, setiap zat dimasukkan secara bertahap
sambil diaduk dengan stirer agar menghindari pengendapan. Setelah semua komponen
larut tambahkan aquades sampai volume akhir yang ingin dibuat. Simpan larutan stok
dalam botol berwarna gelap atau dibungkus aluminium foil.
1. Pipet dan masukkan larutan stok sesuai volume yang telah ditentukan
kedalam erlenmeyer dengan urutan; hara makro, hara mikro, Fe EDTA,
Vitamin, Myo-inositol, ZPT,
2. Tambahkan gula 30 g/L,
3. Tambahkan aquades hingga ¾ volume yang akan dibuat,
4. Ukur pH hingga 5,7-5,8. Bila pH rendah tambahkan NaOH dan bila pH
tinggi tambahkan HCl,
20
5. Pindahkan ke tabung ukur dan tambahkan aquades sampai volume media
yang akan dibuat kemudian tuang kembali ke erlenmeyer,
6. Tambahkan zat pemadat atau agar,
7. Aduk dengan magnetic stirer dan panaskan diatas hot plate
8. Setelah mendidih tuang kedalam botol atau petri,
9. Tutup dengan aluminuim foil, tutup plastik, plastik PE dan karet, atau
untuk petri bungkus dengan kertas
10. Beri nama kemudian autoclave pada 121°C selama 15 menit
d)
a) b) c)
f) g) h
e)
Gambar 5. Pembuatan Media dan Alat Laboratorium : a) Bahan media MS (larutan stok,
gula dan agar); b) Alat pembuatan media; c) Pipeting dan memasukan larutan stok dan
bahan-bahan media kedalam erlemeyer; d) Alat ukur pH (pH meter) untuk media; e)
Mengaduk media diatas hot plate dengan magnetic stirer; f) Autoclave otomatis; g)
Destilator aquades; h) Timbangan digital
3.2.3 Membuat Bahan Komponen Steril
Dalam kultur in vitro metode, alat dan bahan yang digunakan adalah aseptik.
Umumnya bahan-bahan yang digunakan dalam LAF adalah bahan yang steril. Komponen
steril yang umumnya diperlukan ialah aquades, klorox, botol steril, larutan ZPT, antibiotik.
Bahan-bahan tesebut dapat dibuat dengan cara disterilisasi metode moist heat
menggunakan autoclave selama 15 menit pada suhu 121°C. Moist heat sterilization
dengan steam under pressure melibatkan penggunaan uap untuk menghasilkan suhu
21
tinggi yang diperlukan untuk sterilisasi (Sultana, 2007). Prinsip autoclave adalah koagulasi
protein. Sterilisasi dengan autoclave teruji lebih efektif membunuh mikroorganisme
termasuk pada alat-alat berbentuk tabung yang sulit disterilisasi (Sezdi & Yoleri, 2014).
Metode autoclave tidak dapat digunakan untuk komponen sensitive panas, maka
selain dengan itu sterilisasi dapat dilakukan dengan sterilisasi saring/filter untuk membuat
larutan steril. Larutan dibuat dalam LAF menggunakan aquades steril dan disaring
umumnya dengan filter berdiameter pori 0,22 mikrometer, tergantung pada jenis cairan
korosif, cairan kental dan pelarut organik, nilai reduksi titer, kedalaman membran,
muatannya dan tortuositas saluran (Sultana, 2007).
Untuk mendapatkan konsentrasi dan waktu perendaman yang tepat pada awal
kultur umumnya didapatkan dari percobaan ( trial and error) terlebih dahulu. Secara
umum metode sterilisasi yang sering digunakan adalah sterilisasi bakar untuk eksplan
buah yang akan diambil bijinya dan sterilisasi perendaman bertahap yang dapat
diaplikasikan pada semua jenis ekplan. Berikut sterilisasi yang dikerjakan oleh penulis
selama magang:
Jeruk
Sterilisasi biji jeruk apabila masih dalam buahnya, umumnya dilakukan dengan
sterilisasi bakar. Tahap sterilisasi bakar pada buah jeruk:
22
2. Masukkan kedalam LAF. Tusuk buah dengan pinset steril dan Celupkan buah jeruk
kedalam alkohol 96%,
3. Bakar buah diatas lampu bunsen, dan
4. Potong buah dan pisahkan biji dari kulit dan bulir jeruk.
a) b) c)
Gambar 6. Sterilisasi Bakar pada Eksplan Jeruk : a) Jeruk dibakar diatas bunsen, yang
sebelumnya dicelupkan ke alkohol 96%; b) Pemilihan dan pemisahan biji jeruk dari
daging dan kulitnya; c) Kultur biji, pengujian kontaminasi.
Sorgum
Untuk mencari konsentrasi perendaman yang tepat sterilisasi benih sorgum
dilakukan dengan 8 pelakuan metode perendaman bertahap. Sterilisasi dilakukan didalam
tube ukutan 50 mL sebanyak 50 butir/ tube. Sterilisasi dilakukan diluar LAF dan didalam
LAF secara aseptik. Sterilisasi yang dilakukan diluar LAF yaitu cuci bersih dengan sabun
dan air mengalir sebanyak 3 kali, perendaman dengan fungisida benlox 50 WP selama 15
menit sambil dikocok sesekali lalu bilas dengan air mengalir. Setelah itu dilakukan
kedalam LAF secara aseptik. Setiap jeda setelah perendaman komponen dibuang tanpa
dibilas setelahnya.
1. Alkohol 70% 5 5 5 5 5 5 5 5
2. HgCl 0,2% - - - - 2 1 2 1
3. Klorox 30% 15 10 10 10 15 15 15 15
4. Klorox 20% 10 10 7 15 15 15 10 10
6. Betadine + aquades 20 20 20 20 20 20 20 20
23
steril
a) b) c) d)
e) f) g) h)
i) j) k)
Gambar 7. Sterilisasi Eksplan Sorgum : a) Rinso sebagai sabun pencuci tahap awal
sterilisasi; b) Benlox: Fungisida sterilan; c) Tempat sterilisasi: tube ; d) Alkohol 70%:
sterilan ; e) Aquades steril: sterilan; f) HgCl2 0,2% : sterilan; g) Benih sorgum var.
Numbu ; h) Klorok 30% dan 20%; i) Sterilisasi rendaman benlox; j) Sterilisasi rendaman
alkohol; k) Sterilisasi rendaman betadhine.
3.2.5 Penanaman Eksplan
24
2. Subkultur sorgum perlakuan radiasi pada media BAP 0,1 dan MS kontrol
3. Subkultur media MS untuk pemulihan pertumbuhan sorgum akibat radiasi dan
media BAP 0,1
4. Subkultur media perakaran (IBA 0,1)
Penanaman eksplan dilakukan dalam LAF ( Laminar Air Flow) secara aseptik.
Prinsip aseptik LAF karena LAF memiliki pad filter, kipas, dan filter HEPA (High Efficiency
Particulates Air). Kipas menghisap udara melalui saringan tempat debu terperangkap.
Setelah itu udara yang disaring harus melewati filter HEPA di mana jamur, bakteri, debu,
dan kontaminan lain dihilangkan, setelah itu udara steril mengalir ke area kerja (flasking)
sehingga menghilangkan resiko kontaminasi.
a) b) c)
d) e) f)
Gambar 8. Sub-Kultur Sorgum Radiasi : a) Eksplan sorgum sebelum radiasi pada 2 HST;
b,c) Persiapan radiasi sorgum dengan wrapping plastik untuk melingungi dalam
perjalanan; d,e) Penampakan sorgum setelah radiasi; f) Sorgum perlakuan radiasi setelah
subkultur
3.2.6 Aklimatisasi
25
stomata tidak berfungsi sehingga sangat riskan jika langsung ditanam di lapang (Dwiyani,
2015).
c)
a) b)
f)
d) e)
Kontaminasi terdiri dari 2 data, yaitu kontaminasi dihitung dari jumlah botol dan
persentase jumlah benih terkontaminasi. Pengamatan dilakukan sejumlah dengan eksplan
benih yang telah disterilisasi dan ditanam. Data kontaminasi dianalisa secara deskriptif.
26
Rata-rata perkecambahan sorgum dihitung 3 kali, yaitu pada: (1) 4 hari setelah tanam
(HST), (2) 7 HST dan (3) 15 HST. Pengambilan sampel dalam pengamatan berjumlah 10-
20 tanaman. Analisis varians data dilakukan dengan bantuan aplikasi R statistik, hasil
dianalisis secara deskriptid dan statistik anova.
27
7 N7 50 7 26
8 N8 50 7 33
Kontaminasi berdasarkan botol menunjukkan hasil yang beragam. Kontaminasi
terbanyak terjadi pada perlakuan N1, N4 dan N8 dengan kontaminasi pada ke lima botol.
Kemudian pada perlakuan N2, N3, N5 kontaminasi terjadi pada empat dari lima botol.
Perlakuan N7 kontaminasi terdapat pada tiga dari lima botol dan N6 dengan kontaminasi
paling sedikit yaitu dua dari lima botol. Dalam data harian kontaminasi botol
menunjukkan munculnya kontaminan bermacam-macam dan tidak bergantung pada hasil
akhir kontaminasi yang terjadi.
Dari data diatas disimpulkan perlakuan sterilisasi terbaik adalah N6 dengan total
kontaminasi dua dari lima botol dan 11% kontaminasi dari total benih. Sedangkan
perlakuan sterilisasi dengan kontaminasi terbanyak adalah N1 dan N4 dengan total
kontaminasi 5 dari 5 botol dan 100% dari total benih. Sterilisasi sorgum dianjurkan
menggunakan HgCl2 0,2% karena mengurangi jumlah kontaminan.
28
a) b) c) d) e)
f) g) h) i) j)
Faktor penting dalam sterilisasi antara lain permukaan bahan eksplan, konsentrasi
sterilan, komponen yang digunakan, lama perendaman, waktu sterilisasi. Konsentrasi
yang terlalu tinggi akan menyebabkan kematian pada sel-sel tanaman, sedangkan
konsentrasi yang terlalu rendah tidak efektif karena tidak mampu membunuh
mikroorganisme yang ada di permukaan eksplan.
Pemutih cucian komersial adalah 5,25% natrium hipoklorit. Cairan pemutih ini
dicairkan dalam 20% dan 30% aquades, menghasilkan konsentrasi akhir 0,5 - 1,0%
29
natrium hiperklorit. Keseimbangan antara konsentrasi dan waktu harus ditentukan secara
empiris untuk setiap jenis eksplan, karena dapat menyebabkan fitotoksisitas.
Alkohol adalah agen sterilisasi yang kuat tetapi juga sangat fitotoksik. Semakin
lunak jaringan, semakin banyak itu akan rusak oleh alkohol. Konsentrasi yang digunakan
adalah 70% dengan lama perendaman 5 menit. Pemilihan waktu perendaman yang
tergolong cukup lama karena permukaan biji sorgum yang keras sehingga kuat dalam
perendaman dan mengoptimalisasi sterilan dalam mematikan kontaminan.
HgCl2 sangat beracun bagi tanaman dan manusia sehingga harus dibuang dengan
hati-hati. Bersifat fitotoksik, karsinogenik dan korosif. HgCl2 0,2% yang digunakan secara
hati-hati menggunakan sarung tangan latex. Penggunaan HgCl2 bila menurut hasil
kontaminasi merupakan sterilan efektif menurunkan jumlah kontaminasi, karena HgCl2
memiliki sifat sterilan yang sangat keras, namun berbahaya.
3.3.2 Pertumbuhan Tunas In Vitro Sorgum Var. Super 2 Hasil Radiasi Sinar
Gamma
30
Pada umur 2 hari, bakal kecambah sorgum var. super 2 diinduksi dengan
sinar gamma. Radiasi dilakukan di Batan (Badan Tenaga Nuklir Nasional),
Jakarta. Perlakuan radiasi sorgum dilakukan dalam 4 taraf (40 Gy, 50 Gy, 60 Gy,
70 GY). Subkultur mutan sorgum dilakukan pada hari yang sama dengan hari
radiasi. Mutan sorgum dipindah ke media MS sebagai kontrol dan perlakuan
media pertunasan BAP 0,1 ppm. Pertumbuhan selanjutnya dihitung mulai dari
subkultur pasca radiasi.
31
kematian 50% populasi tanaman dan akan menentukkan radiosensitivitas. Tingkat
sensitivitas pada setiap tanaman sangat bervariasi bergantung pada jenis dan genotipe.
Tabel 8. Rata-Rata Pertumbuhan Kecambah Mutan Sorgum Var. Super 2 pada Umur 7
HST dan 15 HST
32
Tabel 9. Statistik ANOVA Rata-Rata Pertumbuhan Mutan Sorgum (a) Panjang kecambah 7
HST, (b) Panjang akar 7 HST, (c) Panjang kecambah 15 HST dan (d) Panjang akar 15
HST
Source Df Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F)
(a)
MEDIA 1 0.3 0.26 0.351 0.554
RADIASI 4 473.6 118.39 160.151 <2e-16 ***
MEDIA:RADIASI 4 2.6 0.65 0.884 0.475
Residuals 190 140.5 0.74
(b)
MEDIA 1 2.69 2.69 3.977 0.0476 *
RADIASI 4 180.71 45.18 66.757 <2e-16 ***
MEDIA:RADIASI 4 3.85 0.96 1.422 0.2281
Residuals 190 128.58 0.68
(c)
MEDIA 1 6.6 6.61 1.227 0.2718
RADIASI 4 250.2 62.55 11.608 2.76e-07 ***
MEDIA:RADIASI 4 47.1 11.78 2.186 0.0794 .
Residuals 70 377.2 5.39
(d)
MEDIA 1 7.94 7.938 2.881 0.094085 .
RADIASI 4 66.32 16.581 6.017 0.000321 ***
MEDIA:RADIASI 4 12.37 3.094 1.123 0.352857
Residuals 70 192.88 2.755
Keterangan : Signif. codes: 0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05 ‘.’ 0.1 ‘ ’ 1, koefisien variasi
(a) 33.19636, (b) 45.70312, (c) 46.75403, dan (d) 74.52166
Berdasarkan hasil analisis ragam data rata-rata pertumbuhan kecambah
mutan sorgum varietas Super 2 memiliki besaran nilai koefisien variasi yang besar. Nilai
koefisien variasi menggambarkan range variasi pada data. Semakin kecil nilai koefisien
variasi data semakin homogen dan ketika nilai semakin besar range variasi angka
semakin luas. Nilai koefisien variasi yang lebih besar dari 20 berarti data yang diperoleh
memiliki range variasi yang sangat luas, tidak homogen dan data tidak dapat dipakai.
Meskipun nilai menunjukkan signifikansi atau pengaruh nyata pada perlakuan yang
dilakukan. Koefisien variasi yang besar ini dapat terjadi karena sorgum merupakan mutan
33
yang memiliki perubahan bersifat acak, tidak terarah dan berbeda setiap individu. Maka
angka yang didapat akan sangat bervariasi. Solusi yang dapat dilakukan dalam penelitian
mutan adalah analisis data harusnya menggunakan analisis Student’s T-Test. Analisis
Student’s T-Test merupakan uji komparatif dengan satu sampel yang berfungsi untuk
menilai perbedaan antara nilai tertentu dengan rata-rata kelompok populasi.
Pada 7 HST menunjukkan reduksi panjang kecambah dan panjang akar yang
signifikan antara perlakuan radiasi dan kontrol, namun reduksi tidak berbeda
nyata antar taraf dosis radiasi. Pada 15 HST pertumbuhan panjang kecambah
sangat bervariasi. Penggunaan BAP 0,1 pada media kultur tidak menunjukkan
adanya pengaruh pada pertumbuhan panjang akar baik pada 7 HST maupun 15
HST. Penggunaan BAP nyatanya menyebabkan reduksi panjang dan jumlah akar,
warna akar menjadi tua dan coklat, mengeluarkan senyawa fenol sehingga media
akan menjadi staining . BAP dihararapkan dapat mendorong pertumbuhan tunas
sorgum, namun respon yang dihasilkan pada percobaan ini tidak demikian. Benzyl
adienine dan benzyl aminopurine dilaporkan menghambat pertumbuhan akar
pada padi (Liu, Goto, & Nishiyama, 2000) dan tanaman herbaceous (Grossman,
Freebon, Scoggins, & Latimer, 2012).
d)
34
a) b) c)
e)
Gambar 11. Pertumbuhan Sorgum Perlakuan Taraf Radiasi Media B 0,1 pada 7 HST, dari
kiri ke kanan: a) Dosis radiasi 0 gy dan 40 gy; b) Dosis radiasi 0 gy dan 50 gy; c) Dosis
radiasi 0 gy dan 60 gy; d) Dosis radiasi 0 gy dan 70 gy; e) Dosis radiasi 0 gy, 40 gy, 50
gy, 60 gy, 70 gy.
d) e)
a) b) c)
Gambar 12. Pertumbuhan Sorgum Perlakuan Radiasi Media MS 0 pada 7 HST: a) 0 gy; b)
40 gy; c) 50 gy; d) 60 gy; e) 70 gy.
a) b) c) d) e)
35
Gambar 13. Penampakan akar pada media BAP 0,1 (7 HST): a) 0 gy; b) 40 gy; c) 50 gy;
d) 60 gy; e) 70 gy
Sorgum dengan perlakuan radiasi menunjukkan kematian planlet pada
umur 15 HST dengan gejala terhambatnya pertumbuhan kecambah, munculnya
plumula kemudian bercak merah perlahan muncul dan menjadi browning pada
planlet dan staining pada media. Hal ini terjadi baik pada media MS dan BAP 0,1.
Berdasarkan penelitian sebelumnya dosis radiasi sorgum dengan sinar gamma
diketahui sebesar 800 gy telah mengalami kematian lebih dari 50%. Maka
hipotesis awal pengambilan taraf radiasi 40, 50, 60, dan 70 gy diharapkan
menghasilkan keragaman yang tinggi dengan semakin tinggi dosis angka
kematian benih semakin besar.
Jumlah planlet yang diaklimatisasi menunjukkan hasil kultur planlet sehat dan baik
setiap perlakuannya, karena dalam parameter keberhasilan planlet siap aklimatisasi
adalah akar yang cukup minimal 0,5 cm, memiliki plumula atau daun sehat dan segar,
dan tinggi tanaman minimal 2 cm. Jumlah total planlet aklimtisasi menggambarkan
persentase kematian pada setiap perlakuan radiasi, kecuali pada kontrol.
Tabel 10. Jumlah Planlet Aklimatisasi dan Presentase kematian Planlet Hasil Kultur
Sorgum Super 2 Perlakuan Radiasi
AKLIMATISASI TOTAL 20/02/2020 25/02/2020
RADIAS
10/0 13/0 14/0 19/0 20/0 TANAMA MAT HIDU %MAT HIDU
I MATI %MATI
2 2 2 2 2 N I P I P
0 GY 10 10 0 30 0 50 0 50 0% 0 50 0%
40 GY 5 5 15 12 8 45 2 43 4% 9 36 20%
50 GY 4 5 15 5 3 32 2 30 6% 2 30 6%
60 GY 5 5 20 10 4 44 0 44 0% 5 39 11%
70 GY 5 5 16 5 3 34 2 32 6% 3 31 9%
36
BAB IV
4.1 Kesimpulan
Metode sterilisasi yang diujikan adalah metode bertahap dengan benlox, klorok,
alkohol dan HgCl2 0,2%. Hasil percobaan menunjukkan penggunaan HgCl2 dalam
metode sterilisasi bertahap efektif sebagai sterilan benih sorgum. Kepekatan sterilan,
durasi perendaman dan jumlah benih yang disterilisasi perlu diperhatikan dan disesuaikan
agar sterilan tidak bersifat toksik bagi eksplan tanaman.
4.2 Saran
Dalam dunia kerja sebagai peneliti, dasar penelitian seperti memahami dan
mengetahui metode dan teknik pengambilan data, penyusunan rancangan percobaan,
pemilihan parameter pengamatan, pembuatan tabel dan olah data, penarikan kesimpulan
dan analisis sangatlah diperlukan. Sehingga sangat disarankan matakuliah penunjang
seperti MIPKI, Rancangan Percobaan, dll telah dilaksanakan ataupun mahasiswa
diberikan arahan dan pembekalan yang mendalam terkait dunia kerja yang akan dijadikan
lokasi magang.
37
DAFTAR PUSTAKA
D.BS, V. (2012). Micropropagation of Dracaena sp. Biotechnology in agriculture and
forestry 40, High-tech. and Micropropagation VI Springer , 1997131146 .
Das, M. P., L. , J., S., S., & Chatt, S. (2012). Study on the effect of mercury (II) chloride
as disinfectant on mixed culture. Journal of Chemical and Pharmaceutical
Research, 4(12):4975-4978.
Dwiyani, R. (2015). Kultur Jaringan Tanaman . Denpasar: Pelawasari.
38
Grossman, M., Freebon, J., Scoggins, H., & Latimer, J. (2012). Benzyladenine Increases
Branching but Reduces Root Growth of Herbaceous Perennial Liners. American
Society for Horticultural Science, 1085-1090.
Lestari, D. E. (2008). Kultur Jaringan. Bogor: Akademia.
Liu, Z., Goto, Y., & Nishiyama, I. (2000). Effects of Benzylaminopurine on Shoot and Root
Development and Growth of Rice (cv. North Rose) Grown Hydroponically with
Different Nitrogen Forms. Plant Production Science, 349-353.
Nur, A., Syahruddin, K., & Herawati. (2015). PENGARUH RADIOSENSIVISITAS IRADIASI
SINAR GAMMA TERHADAP PERKEMBANGAN KECAMBAH DAN PERTUMBUHAN
VEGETATIF TANAMAN M1 SORGUM MANIS (Sorghum bicolor L.). Prosiding
Seminar Nasional Serealia (hal. 131-139). Sulawesi Selatan: Balai Penelitian
Tanaman Serealia.
Plant Breeding and Genetics Section International Atomic Energy Agency. (2002). Low
cost options for tissue culture technology in developing countries. FAO/IAEA
Division of Nuclear Techniques in Food and Agriculture (hal. 102). Vienna:
International Atomic Energy Agency.
R., d. F. (1976). Tissue culture for plant propagation. Armidale: University of New
England.
Saad, A. I., & Elshashed, A. M. (2012). Plant Tissue Culture Media. Intechopen.
Tamami, D. (2013). Keragaman dan Cara Eleminasi pada Kegiatan Kultur jaringan.
Prosiding Temu Teknis Jabatan Fungsional Non Peniliti (hal. 101-105). Bogor:
Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian .
Sihono, Wijaya, M. I dan Soeranto Human. 2010. Perbaikan Kualitas Sorgum Manis
Melalui Teknik Mutasi untuk Bioetanol. ISBN : 978-979-8940-29-3. Jakarta
Selatan : Prosiding Pekan Serealia Nasional.
Surya, M. Imam dan Soeranto R. 2006. PENGARUH IRADIASI SINAR GAMMA TERHADAP
PERTUMBUHAN SORGUM MANIS (Sorghum bicolor L.). Depok : Risalah Seminar
Ilmiah Aplikasi lsotop don Radiasi
Subagio, Herman dan Muh. Aqil. 2014. Perakitan dan Pengembangan Varietas Unggul
Sorgum untuk Pangan, Pakan, dan Bioenergi. Maros : Balai Penelitian Tanaman
Serealia.
Sumarno, et.al. 2013. Jurnal Sorgum : Inovasi Teknologi dan Pengembangan. Jakarta :
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian.
39
Sirappa, M.P. 2003. PROSPEK PENGEMBANGAN SORGUM DI INDONESIA SEBAGAI
KOMODITAS ALTERNATIF UNTUK PANGAN, PAKAN, DAN INDUSTRI, 22(4).
Sulawesi Selatan : Jurnal Litbang Pertanian.
LAMPIRAN
40
Lampiran 1 Lembar Pengesahan
LOGBOOOK MAGANG
41
Nama : Qurrota Aini
NPM : 150510170187
Tempat Magang : Laboratorium Kelompok Peneliti
Biologi Sel & Jaringan, Balai Besar
Bioteknologi dan Genetika Pertanian (BB
BIOGEN)
Dosen Pembimbing Akademik : Santika Sari, S.P., M.P.
Dosen Pembimbing Lapangan : Prof. Dr. Endang Gati L., M.Si
42
5. MS + BA 5 + arang aktif 2 gr/l
4 Selasa, 07 Januari Membantu persiapan pembuatan media kultur :
2020 Mencuci botol kultur dan mengoven botol kultur
Membantu pengamatan dan pengambilan data
kultur in vitro penyimpanan Ludwigia sp. varietas
Red Malang dengan perlakuan berbagai
konsentrasi BA dan Paclobutrazol (10 perlakuan)
5 Rabu, 08 Januari Membantu persiapan pembuatan media kultur :
2020 Mencuci botol kultur dan mengoven botol kultur
Membuat media kultur :
1. MS
2. MS + VMW + KH2PO4 + 2,4-D 0,1 + BA 3
3. MS + VMW + BAP 0,1
4. MS + VMW + kinetin 0,01
Membantu sterilisasi eksplan jeruk nipis (biji dalam
buah)
6 Kamis, 09 Membantu membuat media kultur :
Januari 2020 1. MS + VMW
2. MS + BAP 2 + NAA 0,5
3. MS + BAP 4 + NAA 0,5
Membantu sterilisasi eksplan jeruk nipis (biji dalam
buah)
7 Jum’at, 10 Membantu membuat media kultur :
Januari 2020 1. MS + VMW + 2,4-D 0,1
2. MS + NaCl 50
3. MS + NaCl 100
4. MS + NaCl 150
5. MS + NaCl 200
6. MS + VMW cair
7. MS + VMW
8. MS
Mencari literatur di Perpustakaan BB Biogen
8 Senin, 13 Membantu persiapan pembuatan media kultur :
Januari 2020 Mencuci botol kultur dan mengoven botol kultur
43
Membuat media kultur :
1. MS petridish
2. MS (Fe x2 tanpa EDTA)
3. MS (Fe x3 tanpa EDTA)
9 Selasa, 14 Januari Membuat media kultur :
2020 1. MS petridish
2. MS + BAP 0,1
Melakukan sterilisasi benih sorgum (2 perlakuan)
Melakukan kultur eksplan sorgum
Membantu subkultur eksplan jeruk nipis
10 Rabu, 15 Membantu membuat media MS + VMW + BAP 3 +
Januari 2020 ekstra malt
Membuat aquades steril
Melakukan sterilisasi benih sorgum (2 perlakuan)
11 Kamis, 16 Januari Membantu membuat media kultur :
2020 1. MS + VMW
2. MS + CH3 3 + 2,4-D 1
3. MS + CH3 3 + 2,4-D 3
4. MS + CH3 3 + 2,4-D 5
5. MS + BAP 2 + NAA 0,5
6. MS + BAP 4 + NAA 0,5
Membantu persiapan pembuatan media kultur :
Mencuci botol kultur dan mengoven botol kultur
12 Jum’at, 17 Pengamatan kultur sorgum perlakuan sterilisasi
Januari 2020 Persiapan eksplan sorgum varietas Super 2
Membuat media kultur :
1. MS
2. MS + BAP 0,1
13 Senin, 20 Januari Pengamatan kultur sorgum perlakuan sterilisasi
2020 Melakukan sterilisasi benih sorgum (2 perlakuan)
Penanaman eksplan sorgum varietas numbu
perlakuan sterilisasi
Membantu persiapan pembuatan media kultur :
Mencuci botol kultur dan mengoven botol kultur
Membantu membuat media kultur :
44
1. MS
2. MS + VMW
3. MS +CH3 3 + 2,4-D 5
14 Selasa, 21 Januari Membantu persiapan pembuatan media kultur :
2020 Mencuci botol kultur dan mengoven botol kultur
Membuat media kultur :
1. MS
2. MS + IBA 0,1
3. MS + VMW
4. MS + VMW + arang aktif 2 gr/l
Melakukan sterilisasi benih sorgum (2 perlakuan)
Pengamatan kultur sorgum perlakuan sterilisasi
15 Rabu, 22 Januari Membuat media kultur MS + VMW
2020 Pengamatan kultur sorgum perlakuan sterilisasi
16 Kamis, 23 Januari Membuat media kultur :
2020 1. MS
2. MS + 2,4-D 3 + CH3 3
Pengamatan kultur sorgum perlakuan sterilisasi
17 Jum’at, 24 Membuat media kultur :
Januari 2020 1. MS + VMW
2. MS + VMW + arang aktif 2 gr/l
3. MS + 2,4-D 3 + CH3 3 + CeFO 250 mg
4. MS + BA 2 + NAA 0,5 + CeFO 250 mg
5. MS + BA 4 + NAA 0,5 + CeFO 250 mg
Pengamatan kultur sorgum perlakuan sterilisasi
18 Senin, 27 Januari Pengamatan kultur sorgum perlakuan sterilisasi
2020
19 Selasa, 28 Januari Membantu persiapan pembuatan media kultur :
2020 Mencuci botol kultur dan mengoven botol kultur
Sterilisasi sorgum varietas Super 2 dengan metode
N6 (hasil terbaik sterilisasi numbu)
20 Rabu, 29 Januari Pengamatan kultur sorgum perlakuan sterilisasi
2020 Membantu persiapan pembuatan media kultur :
Mencuci botol kultur dan mengoven botol kultur
45
21 Kamis, 30 Januari Subkultur mutan sorgum pada media MS dan MS +
2020 BAP 0,1
22 Jum’at, 31 Jum’at bersih : sterilisasi alat, membersihkan rak
Januari 2020 penyimpanan kultur, membersihkan ruang kultur
Aklimatisasi sorgum varietas Numbu perlakuan
sterilisasi di rumah kaca
23 Senin, 03 Pengamatan mutan sorgum varietas Super 2
Februari 2020
24 Selasa, 04 Membuat media kultur :
Februari 2020 1. MS
2. MS + BAP 0,1
3. MS + BAP 0,3 + IBA 0,5 + PVP 0,1
Subkultur sorgum perlakuan radiasi kontrol pada
media MS
25 Rabu, 05 Februari Membantu persiapan pembuatan media kultur :
2020 Mencuci botol kultur dan mengoven botol kultur
Pengamatan dan pengambilan foto sorgum
perlakuan radiasi dan media
26 Kamis, 06 Pengamatan sorgum perlakuan radiasi dan media
Fabruari 2020
27 Jum’at, 07 Pengamatan aklimatisasi sorgum varietas numbu
Februari 2020 Jum’at bersih : sterilisasi alat, membersihkan rak
penyimpanan kultur, membersihkan ruang kultur
28 Senin, 10 Aklimatisasi mutan sorgum varietas Super 2
Februari 2020 perlakuan media BAP 0,1
Pengamatan awal planlet sorgum untuk
aklimatisasi
29 Selasa, 11 Pengamatan 7 HST sorgum varietas Super 2 MS
Februari 2020 tanpa radiasi
Subkultur sorgum varietas super 2 perlakuan
radiasi media BAP 0,1 ke media MS dengan tujuan
menguji hipotesis recovery pertumbuhan dan
perkembangan planlet sorgum
Pengamatan awal hasil subkultur mutan sorgum
46
varietas Super 2 media BAP 0,1 ke MS
Membuat media kultur MS IBA 0,1
30 Rabu, 12 Februari Mencuci botol dan melakukan tahap sterilisasi alat
2020 kultur
Subkultur sorgum varietas super 2 perlakuan
radiasi ke media perakaran (IBA 0,1)
Memilih planlet sorgum varietas super 2 media MS
untuk keperluan aklimatisasi
31 Kamis, 13 Aklimatisasi sorgum varietas super 2 perlakuan
Februari 2020 radiasi MS 0
Membuat larutan IBA 0,1 dalam sprayer untuk
disemprotkan pada tanaman hasil aklimatisasi
sorgum agar memicu pengaktifan akar
32 Jum’at, 14 Pengamatan kultur sorgum varietas super 2
Februari 2020 perlakuan radiasi
Mencuci botol dan melakukan tahap sterilisasi alat
kultur
Bimbingan dan konsultasi penulisan laporan
magang
33 Senin, 17 Pengamatan kultur sorgum varietas super 2
Februari 2020 perlakuan radiasi dan pengambilan foto
34 Selasa, 18 Membuat media kultur :
Februari 2020 1. MS
2. MS + BAP 0,1
Pengamatan subkultur sorgum varietas super 2
perlakuan radiasi ke media IBA 0,1
35 Rabu, 19 Februari Aklimatisasi sorgum varietas super 2 perlakuan
2020 radiasi
Pengambilan foto subkultur sorgum varietas super
2 perlakuan radiasi media IBA 0,1
36 Kamis, 20 Aklimatisasi sorgum varietas super 2 perlakuan
februari 2020 radiasi
Pengamatan sorgum hasil aklimatisasi perlakuan
radiasi
47
37 Jum’at, 21 Pengamatan sorgum aklimatisasi perlakuan radiasi
Februari 2020 media B 0,1
Melakukan tahap sterilisasi alat : mencuci botol
38 Senin, 24 Melakukan tahap sterilisasi alat : mencuci botol
Februari 2020 Menulis laporan magang
39 Selasa, 25 Pengamatan sorgum aklimatisasi perlakuan radiasi
Februari 2020 Menulis laporan magang
Mempersiapkan eksplan sorgum merah
40 Rabu, 26 Februari Membuat media petri MS
2020 Pengamatan sorgum media IBA 0,1
41 Kamis, 27 Menulis laporan magang
Februari 2020 Mencuci botol kultur
42 Jum’at, 28 Menyelesaikan administrasi magang
Februari 2020
43 Senin, 02 Menyelesaikan administrasi magang
Februari 2020 Sterilisasi sorgum merah
Lampiran 3. Dokumentasi
48