You are on page 1of 10

PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN DI INDONESIA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemberdayaan Ekonomi

Di susun oleh 1 Manajemen Bisnis Syariah 3C :

1. Nadiatul Haq Alifah (126405212128)

2. Nissa Azzillatul Latifah (126405212133)

3. Qurrota A’yun (126405212140)

4. Rosa Furoida (126405212146)

JURUSAN MANAJEMEN BISNIS SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH


TULUNGAGUNG

SEPTEMBER 2022
Pembangunan Ekonomi Pedesaan di Indonesia

Pembangunan ekonomi adalah cabang dari Ilmu Ekonomi yang bertujuan


untuk menganalisis dan mengatasi masalah-masalah yang khususnya dihadapi
oleh negara -negara sedang berkembang supaya negara tersebut dapat membangun
ekonominya dengan lebih cepat lagi. Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu
upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah
kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang
paling manusiawi.

A. Pembangunan Ekonomi Desa

Pengembangan basis ekonomi di pedesaan sudah semenjak lama dijalankan


oleh Pemerintah melalui berbagai program. Namun upaya itu belum membuahkan
hasil yang memuaskan sebagaimana diinginkan bersama. Terdapat banyak faktor
yang menyebabkan kurang berhasilnya program-program tersebut.

Pembangunan pedesaan adalah sebuah proses yang multi level, multi aktor
dan multi aspek. Menurut Haeruman, ada dua sisi pandang untuk menelaah
pedesaan, yaitu:

(a) Pembangunan perdesaan dipandang sebagai suatu proses alamiah yang


bertumpu pada potensi yang dimiliki dan kemampuan masyarakat desa itu
sendiri. Pendekatan ini meminimalkan campur tangan dari luar sehingga
perubahan yang diharapkan berlangsung dalam rentang waktu yang
panjang.

(b) Sisi yang lain memandang bahwa pembangunan pedesaan sebagai suatu
interaksi antar potensi yang dimiliki oleh masyarakat desa dan dorongan
dari luar untuk mempercepat pembangunan pedesaan.

Pembangunan desa mempunyai peranan penting dalam konteks pembangunan


nasional karena mencakup bagian terbesar wilayah nasional. Sekitar 65%
penduduk Indonesia bertempat tinggal di daerah pedesaan. Oleh karena itu
pembangunan masyarakat pedesaan harus terus ditingkatkan melalui
pengembangan kemampuan SDM yang ada di pedesaan sehingga kreativitas dan
aktivitasnya dapat semakin berkembang, serta kesadaran lingkungannya semakin
tinggi.

Kawasan Perdesaan memiliki peran yang penting dalam mendukung


pembangunan nasional. Kemandirian pembangunan kawasan perdesaan
merupakan salah satu pendekatan dalam pembangunan kawasan perdesaan dalam
mendorong perkembangan ekonomi di kawasan desa dengan memanfaatkan
potensi yang ada di wilayah tersebut. Perkembangan ekonomi kawasan perdesaan
diharapkan dapat mengurangi ketergantungan kawasan perdesaan terhadap kota,
dan menguatkan peran desa sebagai pusat produksi dan kebutuhan sumberdaya
pembangunan.

Membangun hubungan keterkaitan desa-kota juga merupakan salah satu cara


yang ditempuh sebagai upaya pembangunan wilayah perdesaan, dimana peran
desa dikuatkan sebagai pusat produksi dan sumberdaya. Keterkaitan tersebut
dapat mengurangi ketergantungan kawasan perdesaan terhadap perkotaan, dan
mengurangi angka urban masyarakat dari desa ke kota. Diharapkan pola tersebut
mendorong perkembangan ekonomi desa dan mendorong permerataan ekonomi
antara desa dan kota. Hubungan desa-kota tersebut dapat berupa interaksi spasial
antar subsistem rantai agribisnis atau agroindustri.

Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di pedesaan pada umumnya


masih tertinggal jauh dibandingkan yang tinggal di perkotaan. Hal ini merupakan
konsekuensi dari perubahan ekonomi dan proses industrialisasi, dimana investasi
ekonomi oleh swasta maupun pemerintah cenderung terkonsentrasi di perkotaan.
Selain itu kegiatan ekonomi yang dikembangkan di daerah perkotaan masih
banyak yang tidak sinergis dengan yang dikembangkan di daerah perdesaan.
Akibatnya, peran kota yang diharapkan dapat mendorong perkembangan
perdesaan, justru memberikan dampak yang merugikan pertumbuhan perdesaan.

Desa-kota (rural-urban) dalam perspektif spasial merujuk pada suatu daerah


periurban yang muncul akibat adanya perluasan pembangunan pada daerah kota
yang sebelumnya merupakan suatu daerah desa. Di daerah semacam ini potensial
sekali terjadi proses transformasi spasial dan sosio-ekonomi wilayah yang
mengakibatkan peningkatan kegiatan ekonomi yang relatif cepat dari pertanian ke
non pertanian; perubahan pemanfaatan lahan ke arah perumahan urban, industri
dan non pertanian lainnya; peningkatan kepadatan penduduk serta kenaikan harga
lahan yang tanpa dibarengi adanya instrumen pengendalian yang memadai.

B. Potensi Desa

Potensi desa adalah segenap sumber daya alam dan sumber daya manusia
yang dimiliki desa, potensi desa ini meliputi sumber sumber alami dan sumber
manusiawi yang tersimpan dan yang dapat diharapkan manfaatnya bagi
kelangsungan dan perkembangan desa. Potensi desa yang ada meliputi potensi
fisik yaitu:

a. Unsur tanah, dimana tanah ini merupakan faktor terpenting bagi


penghidupan warga desa
b. Unsur air, yang menentukan bagi kepentingan sehari-hari dan pengairan
c. Cuaca dan iklim yang menjadi peranan penting bagi desa agraris

d. Ternak, yang berfungsi sebagai sumber tenaga hewan, sumber bahan


makanan dan sumber keuangan

e. Manusia, dalam arti tenaga kerja sebagai pengolah, produsen dan konsumen
Disamping potensi fisik, potensi non fisik tidak dapat diabaikan.

Potensi non fisik meliputi:

a. Masyarakat desa, yang hidup berdasarkan gotong-royong dan dapat


merupakan suatu kekuatan berproksi dan kekuatan membangun.

b. Lembaga sosial, lembaga pendidikan dan lembaga lain yang dapat


memberikan bantuan sosial serta bimbingan dalam dalam arti positif.

c. Aparatur dan pamong desa, yang menjadi sumber kelancaran dan tertib
jalannya roda pemerintahan desa.
Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di pedesaan pada umumnya
masih tertinggal jauh dibandingkan mereka yang tinggal di daerah perkotaan. Hal
ini merupakan konsekuensi dari perubahan ekonomi dan proses industrialisasi,
dimana investasi ekonomi oleh swasta maupun pemerintah cenderung
terkonsentrasi di daerah perkotaan. Selain itu, kegiatan ekonomi yang
dikembangkan di daerah perkotaan masih banyak yang tidak sinergis dengan yang
dikembangkan di daerah perdesaan. Akibatnya peran kota yang diharapkan dapat
mendorong perkembangan perdesaan, justru memberikan dampak yang
merugikan pertumbuhan perdesaan.

Desa-kota (rural-urban) dalam perspektif spasial merujuk pada suatu daerah


periurban yang muncul akibat adanya perluasan pembangunan pada daerah kota
yang sebelumnya merupakan suatu daerah desa. Di daerah semacam ini potensial
sekali terjadi proses transformasi spasial dan sosio-ekonomik wilayah yang
mengakibatkan peningkatan kegiatan ekonomi yang relatif cepat dari pertanian ke
non pertanian; perubahan pemanfaatan lahan ke arah perumahan urban, industri
dan non pertanian lainnya; peningkatan kepadatan penduduk; serta kenaikan harga
lahan yang tanpa dibarengi adanya instrumen pengendalian yang memadai.

Menurut Douglass, keterkaitan desa-kota (rural-urban lingkage) dapat dilihat


dari lima type aliran yaitu orang atau penduduk, produksi, komoditas, modal dan
informasi. Tipe keterkaitan antar dua wilayah oleh Rondinelli dibedakan menurut
bidang-bidang seperti terlihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Keterkaitan Utama Dalam Pembangunan Spasial

Tipe Elemen- Elemen Pendukung


Keterkaitan
Fisik 1. Jaringan jalan
2. Jaringan transportasi sungai dan air
3. Jaringan kereta api
4. Ketergantungan ekologis
Ekonomi 1. Pola-pola dasar
2. Arus barang baku
3. Arus modal, keterkaitan produksi, bacwardforwardndan
lateral
4. Pola konsumsi dan belanja
5. Arus pendapatan
6. Arus komoditi sectoral dan interregional “crosstab
lingkages”
Pergerakan 1. Migrasi temporer dan permanen
Penduduk 2. Perjalanan kerja
Teknologi 1. Ketergantungan teknologi
2. Sistem irigasi
3. Sistem telekomunikasi
Interaksi 1. Pola visiting
Sosial 2. Pola kinship
3. Kegiatan rites, ritual dan keagamaan
4. Interaksi social
Delivery 1. Arus dan jaringan energi
Pelayanan 2. Jaringan kredit dan finansial
3. Pendidikan, Training dan pengembangan
4. Sistem delivery pelayanan Kesehatan
5. Pola pelayanan professional, komersial dan Teknik
6. Sistem pelayanan transportasi
Politik, 1. Hubungan struktural
administrasi 2. Arus budget pemerintahan
dan organisasi 3. Kebergantungan organisasi
4. Pola otoritas oproval supervise
5. Pola transaksi inter-yuridiksi
6. Rantai keputusan politik formal
C. Bentuk Pembangunan Ekonomi Pedesaan
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas–batas
wilayah yuridis yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan untuk berdasarkan asal – usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Nasional dan
berada di Kabupaten, ini berarti desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakatnya dalam segala aspek kehidupan di desa, baik
dalam bidang pelayanan, pengaturan dan pemberdayaan masyarakat. Disamping
itu pengakuan terhadap kesatuan masyarakat hukum berdasarkan hak asal – usul
dan adat istiadat mengandung makna pemeliharaan terhadap hak – hak asasi dan
pemberdayaan masyarakat sebagaimana tertuang dalam Undang – Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Desa yang sejahtera itu memiliki unsur – unsur potensi klasifikasi terdiri
dari: tanah, air, iklim, ternak, manusia itu termasuk fisik sedangkan nonfisiknya
terdiri dari masyarakat desa, lembaga-lembaga sosial, aparatur atau pamong desa
berdasarkan tigkat perkembangannya. Dan desa memiliki karakteristik tersendiri,
seperti mata pencahrian penduduk agraris, perbandingan lahan dengan jumlah
penduduk besar, hubungan antar warga relatif akrab, tradisi masih kuat meliputi
jumlah, pertumbuhan, kepadatan, persebaran, dan mata pencaharian penduduk
desa setempat daerah penduduk tata kelakuan berupa pola pergaulan masyarakat,
adat istiadat, ikatan kekeluargaan, dan juga menyangkut seluk beluk kehidupan
masyarakat terdapat lahan produktif dan tidak produktif, beserta pemanfaatannya
termasuk juga unsur lokasi, luas, dan batas yang merupakan lingkungan geografis
setempat.
Pendapat R. Bintarto Unsur yang terkait dengan kondisi fisik desa
diantaranya tanah, air dan udara yang terkait dengan berbagai aktivitas manusia
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dapat diartikan sebagai aktivitas manusia
dalam pengaturan hidup bersama. Desa memiliki budaya atau kebudayaan yang
sangat kuat, baik berupa adat kebiasaan maupun kebendaan. Dalam rangka
perencanaan pembangunan Nasional, Pemerintah Daerah harus memperhatikan
kewenangan yang diberikan oleh Pemerintah pusat. Oleh karena itu tujuan dan
sasaran pembangunan daerah harus memperhatikan permasalahan yang menjadi
lingkup Nasional maupun amanat pembangunan yang diberikan oleh Pemerintah
pusat. Alokasi sumber daya daerah harus mendukung penyelesaian masalah
Nasional maupun penyelesaian masalah yang ada di daerah masing–masing. Desa
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas – batas Wilayah Yuridis,
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dibentuk dalam
sistem Pemerintah Nasional dan berada di Kabupaten atau Kota. Landasan
Pemikiran dalam pengaturan mengenai Desa adalah keanekaragaman, partisipasi,
otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat.

D. Kendala yang dihadapi oleh Kepala Desa di dalam Pembangunan


Ekonomi

Permasalahan yang cukup besar ditingkat Desa bukan semata-mata


disebabkan oleh internal desa, melainkan juga disebabkan permasalahan
makrobaik ditingkat Kecamatan, Kabupaten, Provinsi maupun Pemerintah pusat.
Permasalahan yang terjadiakan semakin besar manakala tidak pernah dilakukan
identifikasi permasalahan sesuai sumber penyebab masalah beserta tingkat
signifikasinya secara partisipatif, ketidak cermatan mengidentifikasi permasalahan
sesuai suara masyarakat secara tidak langsung menghambat efektifitas dan
efisiensi perencanaan program pembangunan yang pada akhirnya inefisiensi
anggaran. Di dalam kegiatan pembangunan desa, masalah akan muncul secara
terus menerus dan dalam bentuk yang bermacam-macam. Penyebabnya juga
berbeda sehingga diperlukan proses identifikasi masalah untuk menentukan mana
yang prioritas, yang mudah dipecahkan dan yang sulit dipecahkan. Prioritas
adalah masalah yang benar-benar berat dan mengganggu kehidupan masyarakat
desa sehingga seluruh masyarakat desa merasakan perlu pemecahan segera.
Pengalaman empiris menunjukkan bahwa masalah rumit di desa ternyata mudah
dipecahkan oleh masyarakat, karena faktor penyebabnya secara dini sudah
diketahui masyarakat. Sering terjadi ada kasus - kasus kecil yang sebenarnya
penting untuk mendapat perhatian tetapi masyarakat baru bertindak setelah
keadaan semakin memburuk. Hal yang sama dapat terjadi pada masalah yang
dianggap ringan. Ada masalah yang benar-benar sulit, tetapi masyarakat desa
tidak dapat bertindak, karena pemecahannya berada di luar kemampuan mereka,
sehingga diperlukan bantuan para ahli dari luar masyarakat itu. Dorodjatun
Kuncoro Jakti mengemukakan bahwa10 masalah - masalah pokok masyarakat
desa terdiri dari keterbelakangan dan kemiskinan, atau lebih tepat disebut masalah
struktur yang menampilkan diri dalam wujud makin buruknya perbandingan
antara luas tanah dan jumlah individu dan pola pemilikan atas tanah. Hal ini
mendorong meningkatnya jumlah pengangguran baik terselubung maupun
terbuka, serta berlakunya upah yang rendah. Selain itu, meningkat pula jumlah
kaum proletariat dikalangan petani. Di sisi lain, semakin kuat kekuasaan birokrasi
negara yang bersifat nepotistik dan feodal, dan makin meluas korupsi dalam
birokrasi. Menyaksikan kebobrokan ini maka keinginan untuk memperbaiki
kondisi birokrasi secara serius harus dilakukan oleh pemerintah. Perlu difungsikan
secara terus menerus semua produk hukum untuk mereformasi birokrasi. Masalah
lain adalah membesarnya kekuasaan golongan minoritas termasuk orang asing di
sector perdagangan dan penanaman modal, dan adanya dualisme sosial, ekonomi,
dan teknologi.
Di Indonesia terdapat beberapa masalah nasional mendasar yang menjadi
pangkal problema pembangunan pedesaan yang perlu mendapat perhatian, yaitu:
a. Pemikiran mendasar tentang dua titik tolak strategi pembangunan desa yang
berlawanan yaitu pola strategi yang bersifat perencanaan dari atas dengan pola
strategi perencanaan dari bawah.
b. Masyarakat desa menghadapi masalah kemiskinan, keterbelakangan, dan
ketidaktahuan.
c. Masalah kepemilikan tanah yang semakin sempit dan terbatasnya peluang
kesempatan kerja di luar sektor pertanian yang mendorong tingginya tingkat
pengangguran dan urbanisasi.
d. Potensi pembangunan Indonesia yang terdapat di desa, yang apabila
dilaksanakan dengan konsisten, maka pembangunan desa akan mampu
mendorong akselerasi pemecahan masalah nasional yang multidimensi.
DAFTAR PUSTAKA

Supanto, Fajar. 2020. Model Pembangunan Ekonomi Desa Berbasis Agro


Ekowisata Sebagai Strategi Pengembangan Ekonomi Kawasan.
Malang: Media Nusa Creative
Nini Marliana.2017.Pembangunan Ekonomi Pedesaan Menuju Desa
Sejahtera,Dihubungkan dengan Undang-Undang Nomor 6 tahun
2014 tentang Desa.Universitas Pamulang-Tanggerang
Selatan:Jurnal Surya Kencana Dua

You might also like