You are on page 1of 8

Warna

Teori ataupun difinisi tentang warna banyak jumlahnya, diantaranya menurut


Teori Sir Isaac Newton bahwa warna adalah suatu kesan yang ditimbulkan
oleh cahaya terhadap mata. Warna terjadi karena getaran cahaya putih.

Sedangkan menurut Herbert Ivens, dengan teori lingkaran warnanya, membagi


warna menjadi warna primer
(merah,kuning dan biru), warna sekunder (hijau, oranye dan violet), serta
warna tertier (percampuran warna primer dan sekender).

Gambar 132. Lingkaran warna


Sumber: Foto Banu Arsana

Pada gambar lingkaran warna di atas tampak ada tiga warna primer, tiga
warna sekender dan enam warna tersier. Warna menurut teori ilmu bahan
adalah pigmen yang dihasilkan dari percampuran bahan alam dengan zat
kimia.

Dimensi warna.

(a) Hue, adalah suatu istilah untuk menunjukkan nama warna, misalnya
merah, kuning, biru, hijau dan sebagainya. Warna merah berbeda dengan
warna kuning karena keduanya berbeda huenya, warna hijau berbeda
dengan warna biru karena keduanya memiliki hue yang berbeda, begitu
juga dengan warna-warna yang lain.
(b) Value, adalah istilah untuk menunjukkan terang gelapnya warna. Suatu
warna apabila ditambah dengan warna putih akan menjadi lebih terang
dari warna aslinya, sedangkan untuk mendapatkan warna yang lebih
gelap dari warna aslinya dapat ditambahkan dengan sedikit warna hitam.
Apabila sebuah warna ditambah secara berangsur-angsur dengan warna
putih maka akan terjadi beberapa tingkatan warna yang mengarah ke
warna terang, yang sering disebut dengan istilah ‘tint’, namun bila suatu
warna ditambah secara berangsur-angsur dengan sedikit warna hitam,
maka akan terjadi beberapa tingkatan warna yang mengarah ke gelap
yang sering disebut dengan istilah ‘shade’.
(c) Intensity, adalah suatu istilah untuk menyebut cerah suramnya warna.
Warna cerah memiliki intensitas yang tinggi, sedangkan warna suram
memiliki intensitas yang rendah. Hitam, putih dan abu-abu adalah warna-
warna yang tidak memiliki intensitas hue. Warna-warna ini berperan
sebagai warna netral, sehingga sering dipakai untuk menetralisasikan
sebuah komposisi warna yang terdiri banyak warna.

Setelah memahami tentang teori warna, berikut adalah contoh beberapa


komposisi warna, yang terdiri dari komposisi warna primer, sekunder dan
tersier. Kesemua komposisi dibuat dalam bentuk susunan bidang-bidang
geometris.

Gambar 133. Komposisi warna primer


Sumber: Foto Banu Arsana
Gambar 134 Komposisi warna sekunder
Sumber: Foto Banu Arsana

Gambar 135. Komposisi warna tersier


Sumber: Foto Banu Arsana

6) Tekstur
Tekstur adalah nilai raba dari suatu pemukaan sebuah benda, misalnya kertas,
kanvas, kayu, batu, logam, kain dan sebagainya, masing-masing memiliki
tekstur yang berbedabeda. Dari beberapa jenis gambar yang dikerjakan di atas
kertas yang sama dapat memiliki tekstur yang berbeda apabila dalam
pengerjaannya menggunakan bahan dan alat yang berbeda, misalnya
menggunakan pensil berbeda dengan charcoal, pastel dan sebagainya,
sehingga terjadilah permukaan itu menjadi kasap, licin atau kasar.

Tekstur dibedakan menjadi dua, yaitu: a) Tekstur


Nyata
Disebut dengan tekstur nyata apabila kualitas permukaan atau nilai raba
dari sebuah permukaan benda tersebut betul-betul nyata sesuai
penglihatan mata: kasar, bergerigi, tidak rata, bergelombang dan
seterusnya.

Gambar 136. Tekstur nyata


Sumber: Koleksi studio lukis PPPPTK-SB Yogyakarta

b) Tekstur Semu
Disebut dengan tekstur semu apabila kualitas permukaan atau nilai raba
dari sebuah permukaan benda tidak sesuai penglihatan mata, misalnya
kelihatannya kasar, bergerigi, tidak rata, bergelombang dan seterusnya,
akan tetapi ketika diraba ternyata halus, licin, lembut dan sebagainya.
Gambar 137. Tekstur semu
Sumber: Koleksi studio lukis PPPPTK-SB Yogyakarta

Teknik Pewarnaan dengan Pensil Warna


Gambar di atas menunjukkan enam teknik dasar menggunakan pensil warna untuk mewarnai.
Penjelasannya sebagai berikut:
HATCHING
Teknik ini adalah teknik yang paling umum. Sering kita kenal juga dengan nama
teknik mengarsir. Teknik ini cukup mudah diterapkan karena pada dasarnya kite
membuat garis-garis lurus untuk mewarnai. Kuncinya adalah penerapan teknik ini
harus dilakukan SEARAH, jadi pewarnaan terlihat rapi. Oh iya satu lagi, semakin
dekat tingkat kerapatan garis-garisnya maka semakin terlihat tebal dan padat
pewarnaan tersebut. (lihat gambar di atas ya)

CROSS HATCHING
Teknik Cross hatching ini adalah pengembangan dari teknik Hatching sebelumnya.
Jika Teknik hatching membuat arsiran secara searah saja, Cross Hatching
mengharuskan kita untuk menimpali garis arsiran tersebut dengan arsiran lain yang
berbeda arah sehingga kedua teknik arsiran tersebut saling berpotingan (Crossing).
STIPPLING
Teknik ini juga dikenal dengan teknik titik-titik atau pointing (kalau tidak salah
hahaha). Jadi seperti namanya, teknik ini menggunakan titik-titik halus untuk
mewarnai. Hampir sama seperti teknik Hatching, semakin rapat jarak antar titik maka
pewarnaan jadi terlihat padat dan tebal.
LAYERING
Teknik satu ini juga cukup populer untuk mencampur dan membuat gradasi antara 2
warna atau lebih. Teknik ini seperti teknik Hatching yang ditumpuk dengan warna lain
dengan teknik Hatching juga, tetapi lebih sering pengarsirannya konstan dengan
arsiran yang lembut dan tidak terlalu ditekan.
SCRIBBLING
Teknik ini cukup jarang digunakan para artis yang belum profesional. Jadi
pengaplikasian teknik ini seperti mencoret-coret secara halus dengan pola
lengkungan yang random (biasanya bukan berupa garis lurus). Tingkat penekanan
pensil warna menentukan ketebalan warna juga. (lihat gambar di atas untuk jelasnya).
BURNISHING
Teknik Burnishing ini adalah teknik Layering yang kemudian diratakan dengan pensil
warna putih dengan penekanan yang cukup sehingga kudua warna hasil teknik
layering itu menyatu dengan gradasi yang lebih lembut. (lihat perbedaan antara teknik
Layering dan Burnishing pada gambar di atas).

Contoh Gambar Pemandangan Alam

You might also like