Professional Documents
Culture Documents
Fiqih Thaharah
Fiqih Thaharah
THAHARAH
Oleh
( 12240325753 )
FEBRIAN
( 12240312041 )
YANDRA RAHMADIAN
( 12240314382 )
رب اﻟﻌﺎﻟﻤﯿﻦ واﻟﺼﻼة واﻟﺴﻼم ﻋﻠﻰ أﺷﺮف اﻷﻧﺒﯿﺎء واﻟﻤﺮﺳﻠﯿﻦ وﻋﻠﻰ اﻟﮫ اﻟﺤﻤﺪ
: أﻣﺎﺑﻌﺪ.وﺻﺤﺒﮫ أﺟﻤﻌﯿﻦ
Segala puji bagi Allah swt. atas segala limpahan rahmat pertolongan dan kasih
sayang-Nya sehingga skripsi ini dapat disusun dan diselesaikan sesuai yang
diharapkan. Salam dan salawat kepada Rasulullah Muhammad saw. Demikian juga
dengan keluarga beliau, para sahabat, dan seluruh umatnya yang tetap istiqamah di
atas ajaran Islam.
Wassalamualaikum wr.wb
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................4
1.2 Rumus Masalah.......................................................................................................................4
1.3 Tujuan Masalah.......................................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................................................6
A. THAHARAH.........................................................................................................................6
1.1 Macam-macam air.............................................................................................................9
2.1 Pembagian air....................................................................................................................9
3.1 Beberapa macam jenis air berdasrkan asal terbentuknya :.....................................................11
4.1 Sarana Melakukan Thaharah..................................................................................................14
B. Macam-Macam Thaharah......................................................................................................15
1.1 Bersuci dari dosa (bertaubat)...........................................................................................15
2.1 Bersuci menghilangkan najis.................................................................................................15
3.1 Fungsi Thaharah....................................................................................................................17
4.1 Manfaat Thaharah..................................................................................................................19
C. Bersuci dari hadas................................................................................................................19
D. HIKMAH BERSUCI.............................................................................................................21
BAB III............................................................................................................................................21
1. KESIMPULAN....................................................................................................................21
2. SARAN................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
Namun, yang terjadi sekarang adalah, banyak umat muslim hanya tahu saja bahwa
bersuci itu sebatas membasuh badan dengan air tanpa mengamalkan rukun-rukun bersuci
lainnya sesuai syariat Islam. Bersuci atau istilah dalam istilah Islam yaitu “Thaharah”
mempunyai makna yang luas tidak hanya berwudhu saja.
Pengertian thaharah adalah mensucikan diri, pakaian, dan tempat sholat dari hadas
dan najis menurut syariat islam. Bersuci dari hadas dan najis adalah syarat syahnya
seorang muslim dalam mengerjakan ibadah tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut
sebenarnya banyak sekali manfaat yang bisa kita ambil dari fungsi thaharah. Taharah
sebagai bukti bahwa Islam amat mementingkan kebersihan dan kesucian
PEMBAHASAN
A. THAHARAH
Taharah menurut bahasa berasal dari kata ( طهورThohur), artinya bersuci atau
bersih. Adakalanya suci menurut hakikat yang sebenarnya seperti bersuci dengan air,
atau menurut hukum seperti bersuci dengan tanah ketika bertayamum. Demikian juga
kesucian itu tidak hanya berarti suci dari haid, tetapi juga suci dari hadaś dan najis,
suci dari lahir dan suci dari batin. Menurut istilah adalah bersuci dari hadas, baik
hadas besar maupun hadas kecil dan bersuci dari najis yang meliputi badan, pakaian,
tempat, dan benda-benda yang terbawa di badan.
Taharah merupakan anak kunci dan syarat sah salat. Dalam kesempatan lain
Nabi SAW juga bersabda:
َوتَحْ لِ ْيلُهَا التَّ ْسلِ ْي ُمR، َوتَحْ ِر ْي ُمهَا التَّ ْكبِ ْي ُر،ُصاَل ِة َألطََّهَا َرة
َّ ِم ْفتَا ُح ال:قال عليه الصالة والسالم
Hukum taharah ialah WAJIB di atas tiap-tiap mukallaf lelaki dan perempuan.
Dalam hal ini banyak ayat Al qur`an dan hadist Nabi Muhammad saw, menganjurkan
agar kita senantiasa menjaga kebersihan lahir dan batin.
Hadaś; dikenal dengan dua macam; pertama hadaś kecil (asghar); yaitu akibat
mengeluarkan sesuatu dari qubul (kelamin; vagina maupun penis) atau dubur (anus)
meskipun yang keluar itu dalam bentuk angin, termasuk juga akibat menyentuh
kelamin dengan telapak tangan. Adapun yang dikatakan Hadaś besar (akbar); yaitu
akibat mengeluarkan mani, bersenggama, haid, nifas, wiladah dan bagi orang kafir
yang masuk Islam. Dengan kata lain, disebut hadaś kecil, yang apabila keadaan
seseorang itu mesti disucikan dengan wuḑu‟ atau tayamum sebagai pengganti
daripada wuḑu‟. 0rang yang tidak berwuḑu‟ atau tayamum disebut berhadaś kecil.
Sedangkan hadaś besar adalah suatu keadaan seseorang yang mesti disucikan dengan
mandi dan/atau tayamum2
Bersuci dari hadaś diperlukan tiga cara, yaitu dengan berwuḑu‟, mandi (janab)
dan tayamum sebagai pengganti dari wuḑu‟ dan mandi, sedangkan bersuci dari
kotoran yaitu dengan cara menghilangkan kotoran itu pada tempat ibadah; pakaian
yang dipakai dan pada badan seseorang.
Thaharah menurut bahasa ialah bersih dan bersuci dari segala kotoran, baik
yang nyata seperti najis, maupun yang tidak nyata seperti aib. Menurut istilah para
fuqaha’ berarti membersihkan diri dari hadas dan najis, seperti mandi berwudlu dan
bertayammum. (Saifuddin Mujtaba’, 2003:1)
Ajaran kebersihan dan kesucian dalam Islam antara lain terlihat dari
disyari‟atkannya ibadah şalat yang dilakukan lima waktu dalam setiap harinya. Untuk
melaksanakan şalat, diawali dengan berwuḑu‟ dan atau mandi janab yang merupakan
syarat sebelum melakukan şalat; dan dapat juga dilakukan dengan mensucikan
batiniyah melalui pengesaan Allah swt, seperti menghindarkan diri dari
menyekutukan-Nya (syirik, kufur), juga menghindarkan diri dari sifat-sifat tercela
seperti dengki, iri hati, riya‟ dan lain sebagainya.
Kesucian secara lahiriyah adalah menghindarkan diri dari terkena najis hakiki
(seperti kotoran manusia yang mengenai badan, pakaian ataupun tempat dimana akan
şalat), maupun najis hukmi (seperti menimpa badan atau dengan kata lain dalam
keadaan junub); jadi, secara umum kesucian lahiriyah dan batiniyah ini merupakan
hakikat țaharah, sehingga dengan demikian orang yang dalam keadaan suci, dapat
melakukan ibadah kepada Allah sesuai dengan perintah dan ajarannya; sedangkan
fungsi țaharah merupakan syarat untuk keabsahan dari suatu ibadah.
Suci dari hadas ialah dengan mengerjakan wudlu, mandi dan tayammum. Suci
dari najis ialah menghilangkan najis yang ada di badan, tempat dan pakaian.
Urusan bersuci meliputi beberapa perkara sebagai berikut:
a. Alat bersuci seperti air, tanah, dan sebagainya.
b. Kaifiat (cara) bersuci.
c. Macam dan jenis-jenis najis yang perlu disucikan.
d. Benda yang wajib disucikan.
e. Sebab-sebab atau keadaan yang menyebabkan wajib bersuci.
c. Air suci tetapi makhruh hukumnya yaitu air Musyammas (air yang dijemur
di tempat logam yang bukan emas)
d. Air mutanajis Adalah air yang terkena najis. Apabila airnya kurang dari 2
kollah, terkena najis, maka hukumnya menjadi najis. Akan tetapi jika
airnya lebih dari 2 kollah, maka hukumnya tidak najis dan bisa digunakan
untuk bersuci selama tidak berubah warna, bau, maupun rasanya.
1. Tanah, boleh menyucikan jika tidak digunakan untuk sesuatu fardhu
dan tidak bercampur dengan sesuatu.
2. Debu, dapat digunakan untuk tayamum sebagai pengganti wudu atau
mandi.
3. Batu bata, tisu atau benda atau benda yang dapat untuk menyerap bisa
digunakan untuk istinjak.
d. Air Mażi
Dimaksud dengan air mażi adalah air (cairan) putih dan lengket yang
keluar dari kemaluan ketika dimulai bangkitnya syahwat, atau karena
bercumbu tetapi tidak dengan syahwat yang tinggi (memuncak), atau
karena mengingat senggama, atau karena sedang bercanda porno; kadang-
kadang keluarnya tidak terasa5. Mażi ini terdapat pada laki-laki dan
perempuan, hukumnya najis, sementara bendanya juga najis; artinya bila ia
menimpa badan wajib dicuci.
Lebih lanjut dalam sebuah hadis riwayat Abu Daud, Ibnu Majah dan
Tirmizi dari Sahl bin Hanif ditegaskan yang artinya: “Aku mendapat
kesusahan disebabkan mażi dan sering mandi karenanya. Lalu
kusampaikan hal itu kepada Rasulullah; jawab Rasulullah: cukuplah kamu
berwudhu‟ karena itu; Lalu kataku pula bagaimana bila mengenai kainku?
Ujar Rasulullah: cukup kau ambil air dan percikkan kekainmu hingga jelas
olehmu mengenainya”.
e. Air Wadi
Air wadi, adalah air putih yang keluar mengiringi buang air kecil atau
karena membawa Sesuatu yang terlampau berat. Dan air wadi ini
dipandang sebagai najis karena ia keluar mengiringi air kencing. Dalam
sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Munżir dari „Aisyah
diceritakan bahwa: “Wadi adalah setelah kencing, maka hendaklah
seseorang mencuci kemaluannya lalu berwudhu‟ dan tidak usah mandi”.
f. Khamar
Khamar (arak), adalah jenis minuman (keras) yang memabukkan
(menutupi kesehatan akal). Sebagian ulama, seperti Imam Hanafi,
memberikan pengertian khamar sebagai nama (sebutan) untuk jenis
minuman yang dibuat dari perasan anggur sesudah dimasak sampai
mendidih serta mngeluarkan buih dan kemudian menjadi bersih kembali.
Sari dari buih itulah yang mengandung unsur yang memabukkan. Ada pula
yang memberi pengertian khamar dengan lebih menonjolkan unsur yang
memabukkannya. Artinya segala jenis minuman yang memabukkan
disebut khamar.6
Khamar adalah bahan yang mengandung alkohol yang memabukkan,
sungguh benar apa yang dikatakan oleh salah seorang peneliti, bahwa tidak
ada bahaya yang lebih parah yang diderita manusia selain bahaya arak.
Kalau diadakan penelitian secara cermat di rumah-rumah sakit,
kebanyakan orang yang mendapatkan gangguan saraf disebabkan oleh arak
tersebut. Termasuk juga oranng yang mengadukan dirinya karena diliputi
kebangkrutan dan menghabiskan miliknya disebabkan oleh arak. Minum
khamar termasuk dosa besar, karena menghilangkan akal, dengan
hilangnya akal, orang akan berbuat tanpa kesadaran yang baik.
Para Ulama khususnya Imam yang empat (Syafi‟i, Hanafi, Maliki dan
Hambali) sepakat bahwa khamar itu najis, “meskipun dalam masalah ini
banyak sekali perbedaan pendapat dilingkungan ahli hadis”9; hal ini berdasar
firman Allah dalam (QS.Al-Mȃidah (5): 90): Artinya: “Hai orang-orang yang
beriman, sesungguhnya minuman keras (khamar), berjudi (berkorban untuk)
berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan
termasuk perbuatan sețan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan”
ٍ ِارى َحتَّى تَ ْعلَ ُموا َما تَقُولُونَ َوال ُجنُبًا ِإال عَابِ ِري َسب
يل َحتَّى َ يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ال تَ ْق َربُوا الصَّالةَ َوَأ ْنتُ ْم ُس َك
ضى َأوْ َعلَى َسفَ ٍر َأوْ َجا َء َأ َح ٌد ِم ْن ُك ْم ِمنَ ْالغَاِئ ِط َأوْ ال َم ْستُ ُم النِّ َسا َء فَلَ ْم تَ ِجدُوا َما ًء َ ْتَ ْغتَ ِسلُوا َوِإ ْن ُك ْنتُ ْم َمر
ص ِعيدًا طَيِّبًا فَا ْم َسحُوا بِ ُوجُو ِه ُك ْم َوَأ ْي ِدي ُك ْم ِإ َّن هَّللا َ َكانَ َعفُ ًّوا َغفُورًا
َ فَتَيَ َّم ُموا
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu solat, sedang kamu dalam
keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan
pula menghampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan berjunub), terkecuali
sekadar berlalu sahaja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau dalam
bermusafir atau kembali dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh
perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu
dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya
Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. ”
(Surah Al-Nisa’, 4:43)
B. Macam-Macam Thaharah
f. Hadas besar
adalah sesuatu yang keluar atau terjadi sehingga mewajibkan mandi
besar atau junub Contoh-contoh terjadinya hadas besar adalah :
1. Bersetubuh (hubungan suami istri)
2. Keluar mani, baik karena mimpi maupun hal lain
3. Keluar darah haid
4. Nifas
5. Meninggal dunia
Hadas menurut makna bahasa “peristiwa”. Sedangkan menurut syara’ adalah
perkara yang dianggap mempengaruhi anggora-anggota tubuh sehingga menjadikan
sholat dan pekerjaan-pekerjaan lain yang sehukum dengannya tidak sah karenanya,
karena tidak ada sesuatu yang meringankan. Hadas dibagi menjadi dua :
1. Hadas kecil, adalah perkara-perkara yang dianggap mempengaruhi empat anggota
tubuh manusia yaitu wajah, dua tangan dan dua kaki. Lalu menjadikan sholat dan
semisalnya tidak sah. Hadas kecil ini hilang dengan cara berwudlu.
2. Hadas besar, adalah perkara yang dianggap mempengaruhi seluruh tubuh lalu
menjadikan sholat dan pekerjaan-pekerjaan lain yang sehukum dengannya tidak
sah. Hadas besar ini bisa hilang dengan cara mandi besar.
D. HIKMAH BERSUCI
1. Thaharah termasuk tuntutan fitrah.
2. Memelihara kehormatan dan harga diri orang Islam.
3. Memelihara kesehatan.
4. Menghadap Allah dalam keadaan suci dan bersih.
5. Thaharah berfungsi menghilangkan hadas dan najis juga berfungsi sebagai
penghapus dosa kecil dan berhikmah membersihkan kotoran indrawi.
BAB III
1. KESIMPULAN
Syarat wajib melakukan thaharah yang paling utama adalah beragama Islam dan
sudah akil baligh. Sarana yang digunakan untuk melakukan thaharah adalah air suci, tanah,
debu serta benda-benda lain yang diperbolehkan. Air digunakan untuk mandi dan berwudhu,
debu dan tanah digunakan untuk bertayamum jika tidak ditemukan air, sedangkan benda lain
seperti batu, kertas, tisur dapat digunakan untuk melakukan istinja’.
Thaharah memiliki fungsi utama yaitu membiasakan hidup bersih dan sehat
sebagaimana yang diperintahkan agama. Thaharah juga merupakan sarana untuk
berkomunikasi dengan Allah Swt. Manfaat thaharah dalam kehidupan sehari-hari yaitu
membersihkan badan, pakaian, dan tempat dari hadas dan najis ketika hendak melaksanakan
suatu ibadah.
2. SARAN
1. Dalam kehidupan sehari-hari tentu umat muslim tidak terlepas dari thaharah atau bersuci
yang didalamnya terdapat macam-macamnya seperti wudlu, mandi dan tayamum, untuk itu
aplikasikan ilmu sesuai dengan syariat islam, dan tentunya menyempurnakan ibadah kita
terhadap Allah swt.
2. Dalam kehidupan tidaklah semuanya sefaham, dalam ilmu fiqh pun mengenal beberapa
mazhab yang terkenal seperti Mazhab Hanafi, Mazhab Maliki, Mazhab Syafi’I dan Mazhab
Hanbali. Hal ini menyebabkan beberapa perbedaan didalam mazhabnya termasuk perbedaan
dalam fiqh ibadah, namun semua itu kembali pada diri setiap individu umat muslim mana
yang dipilihnya, karena setiap mazhab sama-sama bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist, dan
dibantu pula dengan Ijma’ dan Qiyas.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :