You are on page 1of 15

Tugas Kelompok Dosen Pembimbing

Studi Al Qur’an A. Ghozali Syafe’i, Drs., M.Si

ULUMUL QUR’AN

Oleh

M Hafizd Al Haqqa
NIM: (12240315682)
Andika Yudistira
NIM: (12240313196)
Ananda Rossi Alhuda
NIM: (12240314420)

Lokal: 1/F - Ilmu Komunikasi

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat
dan inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Ulumul
Qur’an untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Al Qur’an ini dengan tepat waktu.
Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak A. Ghozali Syafe’i, Drs., M.Si
yang telah membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga kami
ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga kami
bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna
menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Wassalamualaikum wr.wb

Pekanbaru, 18 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................................2
1.3. Tujuan...........................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Ulumul Qur’an............................................................................................4
2.2. Dalil dan Kaidah Ulumul Qur’an..................................................................................5
2.3. Pendapat Para Ahli atau Ulama....................................................................................6
2.4. Sejarah Perkembangan Ulumul qur’an.........................................................................7
2.5. Al Qur’an Ustmani atau Abbassiyah..........................................................................10

BAB III PENUTUP


3.1. Simpulan.....................................................................................................................11
3.2. Saran...........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar dalam sejarah ke-Rasulan Nabi Muhammad Saw.
telah terbukti mampu menampakkan sisi kemukjizatannya yang luar hiasa, bukan hanya
eksistensinya yang tidak pernah rapuh oleh tantangan zaman, tetapi Al-Qur’an selalu mampu
membaca setiap detik perkembangan zaman, sehingga membuat kitab suci yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad Saw. ini sangat absah menjadi referensi kehidupan umat manusia.
Al-Qur’an tidak hanya berbicara tentang moralitas universal kehidupan dan masalah
spiritualitas, tetapi juga menjadi sumber ilmu pengetahuan manusia yang unik dalam sepanjang
kehidupan umat manusia.
Al-Qur’an bagi kaum muslimin adalah verbun dei (kalamullah) yang diwahyukan kepada
Nabi Muhammad, Nabi yang ummi melalui perantara Jibril selama kurang lebih dua puluh tiga
tahun lamanya.1 Proses penurunan wahyu dalam kurun waktu tersebut, dilakukan dengan cara
bertahap sesuai dengan kebutuhan sosial masyarakat pada masa Nabi, sehingga terangkum
menjadi 30 juz, 114 surat dan 6666, ayat.2 Pendapat lain Al-Qur’an adalah 6216.
Sebagai firman Allah, Al-Qur’an merefleksikan firman-Nya yang memuat pesan-pesan
ilahiyah untuk umat manusia. Para 1 Permulaan turunnya Al-Qur’an pada bulan Ramadhan
malam Qodar, setelah turun secara berangsur-angsur dan berturut-turut sesuai dengan kejadian
atau peristiwa yang terjadi dalam waktu hampir 23 tahun pembaca Al-Qur’an masih melakukan
kerja-kerja penafsiran yang menemukan pesan ideal Allah di balik ayat tersurat.
Al-Qur’an artinya, tanpa ada upaya menemukan pesan tersebut, Al-Qur’an hanya akan
menjadi rangkaian ayat yang terdiam, karena Al-Qur’an yang berwujud musnaf dan tidak lebih
dari kumpulan huruf-huruf yang tidak akan mampu memberikan makna apaapa, sebelum diajak
berbicara.4 Hal ini merupakan konsekuensi rasional dari asumsi bahwa Al-Qur’an dalam
pandangan kaum hermeneutis merupakan teks diam dan tidak bisa berbicara dengan sendirinya.
Sementara Al-Qur’an dibutuhkan untuk bisa berbicara guna menjawab setiap perjalanan
zaman. Dalam pemahaman ini, penafsiran Al-Qur’an merupakan keniscayaan dan suatu
kemestian keberadaannya sebagai bagian ijtihad untuk memahami kandungan makna-makna
firman Ilahiyah.
Upaya menemukan makna ideal di balik suratan ayat Al-Qur’an tersebut membutuhkan
kerja-kerja penafsiran yang-total, karena kehadiran Al-Qur’an yang tersurat sangat
membutuhkan penginterpretasian dalam rangka untuk kemashlahatan umat manusia sebagai
hidayah yang terkandung di dalamnya. Allah sepertinya memberikan kesempatan kepada umat
manusia untuk menginterpretasikan isi Al-Qur’an sesuai dengan kemampuannya, dengan tetap
berpijak pada visi dasar Al-Qur’an sebagai rahmatan lil alamin.
Dalam pengertian tersebut, di sinilah sangat urgennya kajian Ulumul Qur’an dipelajari,
dipahami, dan diimplementasikan dalam format pola kerja tafsir. Oleh karena itu Islam, Al-
Qur’an dan penafsiran merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Dalam istilah Edward W. Said, tidak akan ada Islam tanpa Al-Qur’an; sebaliknya, tidak
akan ada Al-Qur’an tanpa Muslim yang membacanya, menafsirkannya, mencoba
menerjemahkannya ke dalam adat istiadat realitas-realitas sosial. Namun dalam hal ini menurut
hemat penulis perlu diperhatikan persyaratan-persyaratan dalam proses penafsiran supaya
meminimalisir penyimpangan dalam menginterpretasikan ayat-ayat Al-Qur’an.
Munculnya berbagai model dan metode penafsiran terhadap Al-Qur’an dalam sepanjang
sejarah umat Islam merupakan salah satu bentuk upaya membuka dan menyingkap pesan-pesan
teks secara optimal sesuai dengan kemampuan dan kondisi sosial sang mufasir. Oleh karena itu,
kompetensi Isthanthiq Al-Qur'an.
Dalam konteks ini sangat diperlukan pola kerja tafsir yang lurus. Dalam hal ini Imam al-
Suyuthi (wafat tahun 911 H) menyebutkan ilmu yang harus dimiliki yaitu: allughoh, nahwu,
sharf al-bayan, al-badi; al-qira'ah, ushuluddin, ushul alfiqh, al-fiqh, wal mansukh, al-hadits, dan
muhabah. Lihat Jalaluddln 'A, Al-Itqan fi 'Ulumil Qur'an, juz II, hlm. 180-181. para penafsir
(pemahaman Al-Qur’an) menentukan hasil pemahamannya.
Hasil pemahaman terhadap Al-Qur’an ini, dapat ditentukan oleh pengaruh kecenderungan
pribadi serta perangkat pemahaman yang dimilikinya (thaboqat al basyar).

1.2 Rumusan Masalah


Dalam perumususan masalah ini, akan membuat pembaca lebih mudah dalam memahami
isi yang akan dibahas pada makalah ini. Penulis memberikan beberapa pertanyaan mengenai
poin penting yang akan di jelaskan di isi makalah ini. Adapun rumusan masalah dari makalah
ini adalah sebagai berikut.
1) Apakah pengertian ulumul qur’an?
2) Sebutkan dalil dan kaidah ulumul qur’an?
3) Apa pendapat para ahli mengenai ulumul qur’an?
4) Bagaimana sejarah perkembangan ulumul qur’an?
5) Apa itu Al-Qur’an Ustmani atau Abbassiyah?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang akan dibahas pada makalah ini berdasarkan rumusan masalah yang
telah ada, agar menjadi wawasan yang bermanfaat bagi para pembaca dan menjadi tambahan
nilai pengetahuan bagi penulis. Para pembaca dapat mengetahui penjelasan makalah ini dengan
baik. Maka penulis membuat tujuan makalah ini sebagai berikut.
1) Mendeskripsikan pengertian ulumul qur’an
2) Menjelaskan dalil dan kaidah ulumul qur’an
3) Mendeskripsikan pendapat para ahli
4) Mendeskripsikan sejarah perkembangan ulumul qur’an
5) Menjelaskan Al Qur’an Ustmani atau Abbassiyah
2.1. Pengertian Ulumul Qur’an
Ulumul Qur’an merupakan ungkapan kata yang berasal dari bahasa Arab,
terdiri dari dua kata yakni ulum dan Al-Qur’an. Kata Ulum adalah bentuk jamak dari
kata `ilm yang berarti ilmu-ilmu.
Sedang Al-Qur’an adalah Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.
sebagai pedoman hidup manusia, bagi yang membacanya merupakan suatu ibadah dan
mendapatkan pahala. Dalam kajian Islam ungkapan Ulumul Qur’an ini telah menjadi
nama bagi suatu disiplin ilmu, dan secara bahasa artinya ilmu-ilmu Al-Qur’an.
Di Indonesia ilmu ini kadang-kadang disebut “Ulum Al-Qur’an” dan kadang-kadang
pula disebut “Ilmu-ilmu Al-Qur’an”. Secara istilah para ulama telah merumuskan
beberapa definisi Ulumul Qur’an ini. Di antaranya az-Zarqani mengemukakan sebagai
berikut:
“Pembahasan-pembahasan yang berhubungan dengan, Al-Qur’an dari segi turunnya,
urutan-urutannya, pengumpulannya, penulisannya, bacaannya, penafsirannya,
kemu’jizatannya, nasikh mansukhnya, dan penolakan hal-hal yang menimbulkan
keragu-raguan terhadap Al-Qur’an dan lain sebagainya”.
Ulumul Qur'an dan Ruang Lingkup Pembahasannya Manna al-Qaththan memberikan
definisi Ulumul Qur’an:
“llmu yang mencakup pembahasan-pembahasan yang berhubungan dengan Al-Qur’an,
dari segi pengetahuan tentang sebab-sebab turunnya, pengumpulan Al-Qur’an dan
urutan-urutannya, pengetahuan tentang ayat-ayat Makiyah dan Madaniyah, nasikh
mansukh, muhkam, dan mutasyabih dan hal-hal lain yang ada hubungannya dengan Al-
Qur’an”.
Sedangkan Ali ash-Shabuni memberikan definisi Ulumul Qur’an:
“Yang dimaksud dengan Ulumul Qur’an ialah pembahasan-pembahasan yang
berhubungan dengan kitab yang mulia ini dari segi turunnya, pengumpulannya,
penertibannya, pembukuannya, mengetahui sebab turunnya, Makiyah dan
Madaniyahnya, nasikh dan mansukhnya, muhkam dan mutasyabihnya dan lain-lain
pembahasan yang berkaitan dengan Al-Qur’an”.
Dari definisi-definisi tersebut jelaslah bahwa Ulumul Qur’an merupakan gabungan dari
sejumlah pembahasan llmu-ilmu yang pada mulanya berdiri sendiri. Pembahasan ilmu-
ilmu hubungan yang erat dengan Al-Qur’an, baik dari segi keberadaannya sebagai Al-
Qur’an maupun dari segi pemahaman kandungannya sebagai pedoman dan petunjuk
hidup bagi manusia.
2.2. Dalil dan Kaidah Ulumul Qur’an
1. Ayat yang menunjukkan tentang waktu turunnya Al-Qur’an :
‫ َو ْالفُرْ قَا ِن‬ ‫ ْالهُدَى‬  َ‫ ِّمن‬ ‫ت‬ ‫الَّ ِذ َ ُأ‬  َ‫ َر َمضَان‬ ‫َش ْه ُر‬
ِ َّ‫لِّلن‬ ‫هُدًى‬  ُ‫ ْالقُرْ آن‬ ‫فِي ِه‬ ‫نز َل‬
ٍ ‫ َوبَيِّنَا‬ ‫اس‬ ِ  ‫ي‬
Artinya  : “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda.”
(Q.S. Al-Baqarah : 185)
2. Ayat yang menunjukkan tentang hukum khamr :
‫نَّ ْف ِع ِه َما‬ ‫ ِمن‬ ‫َأ ْكبَ ُر‬ ‫ َوِإ ْث ُمهُ َما‬ ‫اس‬
ِ َّ‫لِلن‬ ‫ َو َمنَافِ ُع‬ ‫ َكبِي ٌر‬ ‫ِإ ْث ٌم‬ ‫فِي ِه َما‬  ْ‫قُل‬ ‫ َو ْال َمي ِْس ِر‬ ‫ ْالخَ ْم ِر‬ ‫ َع ِن‬ ‫ك‬
َ َ‫يَ ْسَألُون‬
Artinya  : “Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah, pada keduanya
itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih
besar daripada manfaatnya.” (Q.S. Al-Baqarah : 219)
3. Ayat yang menjelaskan tentang qira’ah ahad :
‫َأ ْعي ٍُن‬ ‫قُ َّر ِة‬ ‫ ِّمن‬ ‫لَهُم‬ ‫ُأ ْخفِ َي‬ ‫ َّما‬  ٌ‫نَ ْفس‬ ‫تَ ْعلَ ُم‬  ‫فَاَل‬
Artinya  : “Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu
yang menyedapkan pandangan mata.” (Q.S. As-Sajdah : 17)
4. Ayat yang menjelaskan tentang mujmal :

ِ ‫النِّك‬ ُ‫ ُع ْق َدة‬ ‫بِيَ ِد ِه‬ ‫الَّ ِذي‬ ‫يَ ْعفُ َو‬  ْ‫َأو‬


‫َاح‬
Artinya  : “Atau dimaafkan oleh orang yang memegang ikatan nikah.” (Q.S. Al-Baqarah :
237)
5. Ayat yang menunjukkan tentang ‘amm :
ۡ ‫َو ۡال َع‬
ۙ‫ص ِر‬
ۙ‫اِ َّن ااۡل ِ ۡنسَانَ لَفِ ۡى ُخ ۡس ٍر‬
Artinya  : “Demi masa_ Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian.”
(Q.S. Al-’Asr : 1-2)
1 . Ayat tentang perumpamaan orang-orang musyrik :
ِ ‫ ْال َعن َكبُو‬ ‫ْت‬
َ‫يَ ْعلَ ُمون‬ ‫كَانُوا‬  ْ‫لَو‬ ‫ت‬ ِ ‫ ْالبُيُو‬  َ‫َأوْ هَن‬ ‫ َوِإ َّن‬ ‫بَ ْيتًا‬ ‫ت‬
ُ ‫لَبَي‬ ‫ت‬ ِ ‫ ْال َعن َكبُو‬ ‫ َك َمثَ ِل‬ ‫َأوْ لِيَاء‬ ِ ‫هَّللا‬ ‫ُون‬
ْ ‫اتَّ َخ َذ‬ ‫ت‬ ِ ‫د‬ ‫ ِمن‬ ‫اتَّخَ ُذوا‬  َ‫الَّ ِذين‬ ‫َمثَ ُل‬
Artinya  : “Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain
Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah dan sesungguhnya rumah yang
paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.” (Q.S. Al-Ankabut: 41)

2.3 Pendapat para Ahli atau Ulama


Menurut Quraish Shihab secara harfiah berarti bacaan sempurna , al-Qur’an
berarti bacaan atau yang dibaca. Makna al-Qur’an sebagai bacaan sesuai dengan
firman Allah. Dalam QS. Al-Qiyamah/75;17-18. Artinya; “sesungguhnya kami yang akan
membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu. Apabila kami telah selesai
membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu.’’ Dalam ayat tersebut bacaan merujuk
kepada Al-Qur’an. Adapun secara terminiologi, Al-Qur’an didefinisikan menurut para
ulama5 sebagai berikut;
1. Muhammad ‘Abd al-azim al-arzaqani memmberikan pengertian sebagai berikut Al-
Qur’an adalah firman Allah SWT, yang mengandung mukjizat, yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW, yang tertulis dalam mushaf, diriwayatkan secara mutawatir
yang merupakan ibadah bagi yang membacanya.
2. Imam Jalal al-Din al-Suyuthi mengemukakan definisi al-Qur’an ialah firman Allah swt.
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. sebagai mukjizat, walaupun hanya
dengan satu surah daripadanya.
3. Mardan mendefinisikan al-Qur’an yang lebih luas, ia mendefinisikan alQur’an yaitu
firman Allah swt. yang mengandung mukjizat, yang diturunkan kepada penutup para
nabi dan Rasul dengan perantara malaikat Jibril as., yang tertulis dalam mushaf
disampaikan secara mutawatir yang dianggap sebagai ibadah bagi yang membacanya,
yang dimulai dengan surah al-Fatihah dan ditutup dengan surah al-Nas.
________________________
 Abubakar, Ahmad, and Assagaf. ‘Ulumul Qur’an. Hal. 4
 Muhammad Quraish Shihab, Wawasan Al Quran: Tafsir Maudhu’i, Cet. VIII (Bandung:
Mizan, 1998). h.3
 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran Tajwid Dan Terjemahnya Dilengkapi
Dengan Ashabul Nuzul Dan Hadits Sahih (Bandung: Syaamil Quran, 2010). h. 577
 Ahmad Abubakar, ‘Modul I Pembelajaran Ulumul Qur’an’, UIN Alauddin Makassar,
2018, http://www.ulumulquranab.com/2018/11/modul-ulumul-quran.html . Diakses
20 Juni 2019, Pukul 17.34 WITA.
 Mardan, Al-Qur’an: Sebuah Pengantar Memahami Al-Qur’an, Cet. I (Jakarta: Mapan,
2009). h. 29.
4. Muhammad ‘Abd al-Rahim mengemukakan bahwa al-Qur’an adalah kitab samawi
yang diwahyukan Allah Swt. kepada Rasul-Nya, Muhammad saw. penutup para nabi
dan rasul melalui perantaraan Jibril yang disampaikan kepada generasi berikutnya
secara mutawatir (tidak diragukan), dianggap ibadah bagi orang yang membacanya.
Berdasarkan definisi tersebut diperoleh unsur-unsur penting yang tercakup definisi al-
Qur’an yaitu:
 Firman Allah swt. yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw
 Diturunkan melalui perantaraan malaikat Jibril as
 Diterima secara mutawatir
 Ditulis dalam sebuah mushaf
 Membacanya bernilai ibadah
 Sebagai bentuk peringatan, petunjuk, tuntunan, dan hukum yang
digunakan umat manusia untuk sebagai pedoman untuk menggapai
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat

2.4 Sejarah Perkembangan Ulumul Qur’an


Sejarah perkembangan ulumul quran dimulai menjadi beberapa fase, dimana
tiap-tiap fase menjadi dasar bagi perkembangan menuju fase selanjutnya, hingga
ulumul quran menjadi sebuah ilmu khusus 3 yang dipelajari dan dibahas secara
khusus pula. Berikut beberapa fase / tahapan perkembangan ulumul quran.
A. ULUMUL QURAN pada MASA RASULULLAH SAW
Embrio awal ulumul quran pada masa ini berupa penafsiran ayat AlQuran
langsung dari Rasulullah SAW kepada para sahabat, begitu pula dengan
antusiasime para sahabat dalam bertanya tentang makna suatu ayat,
menghafalkan dan mempelajari hukum-hukumnya.
a. Rasulullah SAW menafsirkan kepada sahabat beberapa ayat. Dari Uqbah
bin Amir ia berkata : " aku pernah mendengar Rasulullah SAW berkata
diatas mimbar, "dan siapkan untuk menghadapi mereka kekuatan yang kamu
sanggupi (Anfal :60 ), ingatlah bahwa kekuatan disini adalah memanah" (HR
Muslim)
b. Antusiasme sahabat dalam menghafal dan mempelajari Al-Quran.
Diriwayatkan dari Abu Abdurrrahman as-sulami, ia mengatakan : " mereka
yang membacakan qur'an kepada kami, seperti Ustman bin A-an dan
Abdullah bin Mas'ud serta yang lain menceritakan, bahwa mereka bila
belajar dari Nabi sepuluh ayat mereka tidak melanjutkannya, sebelum
mengamalkan ilmu dan amal yang ada didalamnya, mereka berkata 'kami
mempelajari qur'an berikut ilmu dan amalnya sekaligus.'"
c. Larangan Rasulullah SAW untuk menulis selain qur'an, sebagai upaya
menjaga kemurnian AlQuran. 4 Dari Abu Saad al- Khudri, bahwa Rasulullah
SAW berkata: Janganlah kamu tulis dari aku; barang siapa menuliskan aku
selain qur'an, hendaklah dihapus. Dan ceritakan apa yang dariku, dan itu
tiada halangan baginya, dan barang siapa sengaja berdusta atas namaku, ia
akan menempati tempatnya di api neraka."(HR Muslim)
B. ULUMUL QURAN MASA KHALIFAH
Pada masa khalifah, tahapan perkembangan awal (embrio) ulumul quran mulai
berkembang pesat, diantaranya dengan kebijakankebijakan para khalifah
sebagaimana berikut :
a. Khalifah Abu Bakar :dengan Kebijakan Pengumpulan/Penulisan Al-Quran
yang pertama yang diprakarsai oleh Umar bin Khottob dan dipegang oleh
Zaid bin Tsabit
b. Kekhalifahan Usman Ra : dengan kebijakan menyatukan kaum muslimin
pada satu mushaf, dan hal itupun terlaksana. Mushaf itu disebut mushaf
Imam. Salinansalinan mushaf ini juga dikirimkan ke beberapa propinsi.
Penulisan mushaf tersebut dinamakan ar-Rosmul 'Usmani yaitu dinisbahkan
kepada Usman, dan ini dianggap sebagai permulaan dari ilmu Rasmil
Qur'an.
c. kekalifahan Ali Ra :dengan kebijakan perintahnya kepada Abu 'aswad
Ad-Du'ali meletakkan kaidah-kaidah nahwu, cara pengucapan yang tepat dan
baku dan memberikan ketentuan harakat pada qur'an. Ini juga disebut
sebagai permulaan Ilmu I'rabil Qur'an.

C. ULUMUL QURAN MASA SAHABAT & TABI'IN


a. Peranan Sahabat dalam Penafsiran Al-Quran & Tokoh-tokohnya. Para
sahabat senantiasa melanjutkan usaha mereka dalam menyampaikan makna-
makna al-qur'an dan penafsiran ayat-ayat yang berbeda diantara mereka,
sesuai dengan kemampuan mereka yang berbeda-beda dalam memahami dan
karena adanya perbedaan lama dan tidaknya mereka hidup bersama
Rasulullah SAW , hal demikian diteruskan oleh murid-murid mereka , yaitu
para tabi'in. Diantara para Mufasir yang termashur dari para sahabat adalah:
1. Empat orang Khalifah ( Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali )
2. Ibnu Masud,
3. Ibnu Abbas,
4. Ubai bin Kaab,
5. Zaid bin sabit,
6. Abu Musa al-Asy'ari dan
7. Abdullah bin Zubair.
Banyak riwayat mengenai tafsir yang diambil dari Abdullah bin Abbas,
Abdullah bin Masud dan Ubai bin Kaab, dan apa yang diriwayatkan dari
mereka tidak berarti merupakan sudah tafsir Quran yang sempurna Tetapi
terbatas hanya pada makna beberapa ayat dengan penafsiran apa yang masih
samar dan penjelasan apa yang masih global.
Peranan Tabi'in dalam penafsiran Al-Quran & Tokoh-tokohnya Mengenai
para tabi'in, diantara mereka ada satu kelompok terkenal yang mengambil
ilmu ini dari para sahabat disamping mereka sendiri bersungguh-sungguh
atau melakukan ijtihad dalam menafsirkan ayat. Yang terkenal di antara
mereka , masing-masing sebagai berikut :
1. Murid Ibnu Abbas di Mekah yang terkenal ialah, Sa'id bin Jubair,
Mujahid, 'iKrimah bekas sahaya ( maula ) Ibnu Abbas, Tawus bin kisan al
Yamani dan 'Ata' bin abu Rabah.
2. Murid Ubai bin Kaab, di Madinah : Zaid bin Aslam, abul Aliyah, dan
Muhammad bin Ka'b al Qurazi.
3. Abdullah bin Masud di Iraq yang terkenal : 'Alqamah bin Qais, Masruq al
Aswad bin Yazid, 'Amir as Sya'bi, Hasan Al Basyri dan Qatadah bin
Di'amah as Sadusi.
Dan yang diriwayatkan mereka itu semua meliputi ilmu tafsir, ilmu Gharibil
Qur'an, ilmu Asbabun Nuzul, ilmu Makki Wal madani dan imu Nasikh dan
Mansukh, tetapi semua ini tetap didasarkan pada riwayat dengan cara
didiktekan.

2.5 Al Qur’an Ustmani atau Abbassiyah


Rasm utsmani adalah jenis tulisan Al-Qur’an yang secara khusus diatur oleh
Usman bin Affan pada masanya berdasarkan pelafalan qira'ah Al-Qur'an yang
berbeda. Hingga hari ini, ada banyak pendapat tentang hukum penulisan Al-
Qur'an di Rasm Utsmani. Yang pertama adalah kewajiban, karena Rasm
Utsmani dikategorikan tauqifi, yang kedua tidak wajib berdasarkan pada Khat
Rasm Utsmani, karena itu bukan tauqifi, yang ketiga adalah bahwa itu dapat
ditulis berdasarkan peraturan arabiyyah dan sharfiyah, tetapi harus didasarkan
pada Mushaf Al-Qur'an yang ditulis dalam Khat Rasm Utsmani saat dokumen
disimpan.
Berdasarkan pernyataan di atas, penelitian ini dilakukan untuk memeriksa dan
menggambarkan konsep Rasm Utsmani dalam Mushaf al-qur'an. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dan metode yang digunakan adalah studi
literatur.
Berdasarkan hasil, penelitian ini membahas tentang sejarah, regulasi dan
penulisan Al-Qur'an dalam Rasm Utsmani. Karena diskusi sering terjadi
pendapat yang berbeda di antara para ulama 'misalnya dalam konteks kelayakan
penulisan di mana konsep penulisan Rasm Utsmani memiliki tiga kategori yaitu
kesesuaian sepenuhnya, kesesuaian pemikiran, dan kesesuaian probabilitas,
sehingga tidak sepenuhnya lengkap. sama. Prinsip itu diperlukan sebagai sumber
pembacaan-penulisan Al-Qur'an.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

3.1. Simpulan
Ulumul Qur’an adalah sejumlah pengetahuan (ilmu) yang berkaitan dengan al-Qur’an
baik secara umum seperti ilmu-ilmu agama Islam dan bahasa Arab, dan secara khusus
adalah kajian tentang al-Qur’an seperti sebab turunnya al-Qur’an, Nuzul al-Qur’an, nasikh
mansukh, I’jaz, Makki Madani, dan ilmu-ilmu lainnya.
Secara garis besar, pokok bahasan Ulumul Qur'an terbagi menjadi dua aspek utama, yaitu:
Pertama, ilmu yang berhubungan dengan riwayat semata mata, seperti ilmu yang
mempelajari tentang jenis-jenis bacaan (qira'at), tempat dan waktu turun ayat-ayat atau
surah al-Qur’an (makkiah-madaniah), dan sebab sebab turunnya al-Qur’an (asbab an-
nuzul).
Kedua, yaitu ilmu yang berhubungan dengan dirayah, yakni ilmu yang diperoleh dengan
jalan penelaahan secara mendalam, misalnya pemahaman terhadap lafazh yang gharib
(asing) serta mengetahui makna ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum. Sejarah ulumul
Qur’an secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi tiga tahap perjalanan yaitu tahap
sebelum kodifikasi, awal permulaan kodifikasi dan tahap kodifikasi yang melahirkan
banyak ulama dan karya mereka tentang Ulumul Qur’an.
Sedangkan tujuan utama Ulumul Qur’an adalah untuk mengetahui arti-arti dari untaian
kalimat al-Qur’an, penjelasan ayat-ayatnya danketerangan makna-maknanya dan hal-hal
yang samar, mengemukakan hukum hukumnya dan selanjutnya melaksanakan tuntunannya
untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.

3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah penulis jelaskan pada makalah ini, penulis
ingin memohon maaf atas segala kekhilafan dan kekurangan makalah ini dan
senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun, hal ini guna
memberikan dampak yang positif, sehingga makalah ini dapat bermanfaat serta
mampu berkontribusi secara luas bagi para pembacanya.
DAFTAR PUSTAKA

Drajat, H. A. (2017). Ulumul Qur'an: Pengantar Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Prenada


Media.
Mulazimah, E. (2020). Telaah Rasm Utsmani dalam manuskrip mushaf Alquran
koleksi Jamal Nasuhi (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).
Fitrawansah, F., Rismawati, R., Syawal, M., Ermiati, E., Saputri, A. A., &
Hisbullah, H. Kumpulan Makalah Ulumul Qur'an.
Amin, F. (2020). KAIDAH RASM UTSMANI DALAM MUSHAF AL-
QUR’AN INDONESIA SEBAGAI SUMBER BELAJAR BACA TULIS AL-
QUR’AN. Tadris: Jurnal Penelitian dan Pemikiran Pendidikan Islam, 14(1),
72-91.

You might also like