Perkenalkan, saya Mia. Saya tinggal di Riau saat ini,
tetapi masa remaja sebagian besar saya habiskan di Banten. WHO mengklasifikasikan usia remaja berada di rentang 11- 19 tahun. Pada rentang itu, saya berada di penghujung kelas VI SD hingga tahun pertama kuliah. Dari kecil, saya selalu diajarkan untuk menciptakan lingkungan positif oleh kedua orang tua saya. Pertemanan akan membawa kita ke dalam kebaikan atau keburukan. Apalagi, masa remaja menjadi ajang mencari jati diri. Pertama kali saya suka seseorang saat kelas VI SD. Tapi, tidak ada teman saya yang pacaran sehingga membuat saya tidak tertarik untuk pacaran. Saya tidak pernah pacaran karena orang tua saya disiplin dan selalu membuat saya berada di lingkungan yang positif. Dahulu, mungkin saya merasa terkekang, tetapi sekarang saya bersyukur karena orang tua selalu melarang saya dan tidak mengizinkan saya melakukan kegiatan yang sia-sia. Saya tidak pernah pacaran hingga menikah, dan saya bersyukur karenanya. Pacaran membuat kita membandingkan manusia yang satu dengan yang lainnya, apalagi dengan suami yang akan menemani hidup kita selamanya.
Kebaikan terarah itu lahir dari lingkungan yang diciptakan.
Saya menciptakan lingkungan dengan menjalin pertemanan bersama orang yang rajin dan aktif. Dari sejak SD hingga SMA saya mengaktifkan diri dalam ekstrakulikuler Pramuka. Pramuka identik dengan keterampilan dan berkemah. Selama berkemah, saya membatasi diri dengan lawan jenis. Saat SMP, saya mengikuti tes untuk masuk ke dalam kelas bahasa Inggris atau Bilingual Class. Alhamdulillah, saya dan teman dekat saya lulus sehingga saya belajar Matematika dan SAINS menggunakan pengantar bahasa Inggris, termasuk buku dan tugas saya juga dalam bahasa Inggris. Saya mendapatkan juara II Umum saat saya berada duduk di kelas III SMP, selisih 5 poin dengan juara I Umum. Saya suka belajar dan mencari hal-hal baru. Saya juga ikut kegiatan rohis saat SMP dan sejak saat itu saya rutin melakukan salat duha.
Untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA, saya
memilih sekolah milik pemerintah untuk siswa berprestasi se- provinsi Banten. Yang paling menarik, sekolah ini gratis, biaya hidup gratis, dan sistemnya semi pesantren (Boarding School). Saya berharap kehidupan saya terarah dengan kedisiplinan agama. Selama positif, orang tua selalu mendukung. Dengan kuasa Allah, saya lulus seleksi. Tes yang diujikan adalah tes admnistrasi, tes kemampuan IPA, TPA, wawancara, dan tes mengaji.
Saya adalah orang yang extrovert dan memiliki jiwa
kebebasan yang tinggi. Berada di sekolah yang menanamkan nilai-nilai islami bukan berarti terbebas dari pergaulan yang sia-sia. Namanya mencari jati diri, ada saja teman-teman yang berpacaran dengan sembunyi-sembunyi. Karena berkah doa orang tua, Allah arahkan saya agar selalu dalam kebaikan. Saya terpilih menjadi kismul amn atau seksi keamanan, dimana saya harus tegas untuk melarang orang terindikasi pacaran dan disiplin dengan tata tertib sekolah yang sudah kita sepakati bersama. Di sekolah, kami berkompetisi. Saya memang tidak sepintar teman-teman saya yang selalu mengikuti lomba dan mengalungkan juara, tetapi setidaknya saya pernah mengikuti lomba nasional Pesta SAINS IPB saat saya duduk di kelas XI. Hasilnya? Saya belum beruntung, hehe. Saya memutuskan untuk memanjangkan kerudung saya hingga menutupi dada dan bagian belakang badan saya saat kelas XI. Saya diajak guru matematika saya untuk mengikuti liqo’. Liqo’ adalah kegiatan mengaji dengan membentuk lingkaran, di mana akan ada tausiyah dari guru mengaji atau murobbi dan ia akan mengevaluasi kegiatan ibadah harian. Rangkaian kegiatan liqo yang paling saya suka adalah pembacaan doa dimana dalam doa tersebut hati-hati kita sebagai saudara seiman terikat. Saya juga dikenalkan amalan puasa Daud oleh guru saya. Puasa Daud adalah puasa yang diamalkan oleh Nabi Daud, yaitu puasa seling sehari. Hari ini puasa, keesokan harinya tidak puasa. Begitu seterusnya. Dalam hadis riwayat Bukhari No. 1131, puasa Daud adalah sebaik-baiknya puasa. Alhamdulillah, selama 5 tahun saya menjalankan puasa daud, sebelum akhirnya saya berhenti karena hamil dan menyusui.
Saya meneruskan kuliah jurusan Biologi di Universitas
ternama di kota Depok. Qadarullah, Allah pertemukan saya dengan orang-orang yang satu misi. Saya mengikuti kajian- kajian Islam resmi di kampus tersebut. Saya menempuh kuliah dari pagi hingga sore, dilanjutkan dengan kegiatan bimbel hingga malam hari dalam rangka mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi ulang. Alhamdulillah, saya lulus seleksi nasional untuk menempuh pendidikan kedokteran di Padang. Rupanya Allah takdirkan saya kuliah di Padang untuk menjemput jodoh saya dengan cara yang Allah ridhoi.
Saya berpikir kenapa Allah arahkan saya pada jalan
kebaikan dari dahulu hingga sekarang, padahal pergaulan yang cukup bebas pun berdampingan dengan saya. Saya ingat sekali, saya dan teman saya pernah mengikuti kegiatan konvoi ke pegunungan tanpa izin orang tua. Qadarullah, salah satu teman kami menabrak tukang bakso sehingga konvoi dibatalkan di pertengahan jalan. Setelah diusut, teman kami membawa minuman yang memabukan. Saya sangat menyesal dan bersyukur karena Allah membatalkan acara konvoi tersebut dengan kuasa-Nya. Firasat saya mengatakan bahwa berkah amalan dan doa orang tua turut membawa dan menjaga saya ke dalam kebaikan. Kedua orang tua saya rutin melakukan salat duha dan tahajjud. Saya juga teringat saat ayah saya mengaji di kala saya terlelap sambil mengelus kepala saya. Sekarang saya sebagai orang tua berusaha agar amalan dan doa saya bisa menjadi berkah agar anak saya dikelilingi dengan kebaikan terarah. Dalam hadist riwayat At- Tirmidzi no. 946, Allah akan bertanya tentang masa muda seseorang dalam apa ia habiskan. Selagi sehat dan kuat, jalanilah setiap peluang kebaikan yang ada di depan mata. Tidak ada perbuatan yang sia-sia apabila disertai niat karena Allah.
Ya Allah, ampunilah segala dosaku dan dosa kedua orang
tuaku. Sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku sewaktu aku masih kecil. Berilah mereka kesehatan selalu dan jadikanlah akhir kami akhir yang baik, husnul khotimah. Aamiin ya Rabb...