You are on page 1of 5

UNIVERSITAS SANGGA BUANA YPKP

PROGRAM PASCASARJANA

Jl. Surapati No. 189 Bandung – 40123

Telp. 022-21000307 – email : usbypkp.mm@gmail.com

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) GENAP TA. 2021/2022

REGULER PAGI ( KELAS KHUSUS MMRS)

Mata Kuliah/Kode :StrategiManajemenRumahSakitSemester : Genap2021-2022

SoalManajemenMutuLayanan RS

SKS : 2 sks Hari,tanggal : April 2022

Dosen Pembina :dr.Widjajanti U, Sp.M.,MMRS Waktu :

Program Studi : Program Pascasarjana/S2 SifatUjian :

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

NAMA : FATHIR QUR ANIYYAH

NPM : 1211201090

I. Soal Manajemen Mutu Layanan RS


1. Terangkan secara jelas dan singkat mengenai Manajemen kendali Mutu yang
dikaitkan dengan kendali Biaya ditempat kerja saudara, faktor2 internal dan external
apa saja yang mempengaruhinya.
JAWABAN

Manajemen kendali Mutu yang dikaitkan dengan kendali Biaya RS ialah

Mutu dalam pelayanan kesehatan BPJS Kesehatan harus bertanggung jawab


pada mutu yang mana? Faskes harus bertanggung jawab pada mutu yang mana?
Apakah keduanya bertanggung jawab pada mutu yang sama? Bagaimana mutu
pelayanan yang sebenarnya dirasakan langsung oleh pasien? keluarga pasien? bahkan
pemangku kepentingan yang lain seperti pemasok? perusahaan asuransi? dan lain-
lain? Bisa dibayangkan jika objek pembicaraannya saja belum jelas, bagaimana
mungkin kita bisa mengelolanya (mengendalikannya)? Dalam disiplin manajemen
mutu, mutu dapat dilihat dari berbagai perspektif. Barangkali yang paling populer
adalah pemahaman Total Quality Management (TQM) yang mengatakan mutu adalah
kesesuaian penggunaan (fitness for use). Ada juga pemahaman tentang dimensi mutu
yang disampaikan Prof. Garvin dari Harvard,bahwa dimensi mutu ada 8
(Performance, Features, Reliability, Conformance, Durability, Serviceability,  Aesth
etics,  Perceived Quality). Ada yang menggunakan dimensi mutu dari Parasuraman,
Zeithaml dan Berry dengan Servqual-nya (Reliability, Assurance, Tangibles,
Emphaty, Responsiveness). Jangan lupa dengan perspektif Six Sigma yang
mengatakan bahwa mutu itu berbanding terbalik dengan variabilitas.
Regulasi tentang Teknis Pelayanan Kesehatan di era JKN (Permenkes
71/2013) mengatur perihal kendali mutu dan kendali biaya ini pada Bab VI pasal 33-
38. Menjadi bab tersendiri, menunjukkan pentingnya pengendalian tersebut. Untuk
menerapkannya, Menkes memiliki wewenang untuk (pasal 33):
A. penilaian teknologi kesehatan (health technology assessment);

B. pertimbangan klinis (clinical advisory);

C. penghitungan standar tarif;

D. monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pelayanan jaminan kesehatan.

Direktur di RS maupun pejabat di Kemkes, diharuskan mendasarkan pada hasil


penilaian. Aspek cakupan pertimbangannya berangkat dari prinsip evidence-based medicine,
kemudian dipadukan dengan aspek utilization review, segmentasi pasien maupun renstra RS.
Dokter sebagai user dalam pelayanan, memiliki kelebihan pengetahuan dan pengalaman.
Sedangkan seorang Ahli Elektromedis (dan Teknis Perumahsakitan) memiliki kelebihan
dalam hal aspek teknis dan komparasi antar alat. Di sisi lain, manajemen memiliki wawasan
lebih terkait utilization review dan segmentasi pengguna. Juga Kementerian Kesehatan
memiliki pertimbangan dalam hal optimalisasi dan pemerataan akses pelayanan. Di tingkat
RS, ada Tim di bawah direktur. Sedangkan Tim secara nasional, dibentuk oleh Menkes.
Kepada Menkes, Tim nasional memberikan hasil penilaian terhadap pelayanan kesehatan
yang dikategorikan dalam teknologi baru, metode baru, obat baru, keahlian khusus, dan
pelayanan kesehatan lain dengan biaya tinggi. Selanjutnya merekomendasikan apakah
sebaiknya masuk dalam cakupan jaminan kesehatan.

Bagi Direktur RS, pertimbangan menjadi dasar pemilihan alat yang paling sesuai
dengan kebutuhan pelayanan di RS. Bagi Kemkes, pertimbanganya tingkat nasional,
menyertakan pula aspek pembinaan dan pemenuhan kebutuhan pelayanan nasional. Dengan
demikian, diharapkan tidak perlu lagi terjadi sinyalemen “kongkalikong” yang berujung
gratifikasi pada dokter. Kewenangan lain yang dipegang Menkes untuk tujuan pengendalian
adalah pertimbangan klinis (pasal 35) dengan maksud agar pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada pasien efektif dan sesuai kebutuhan. Tim yang memberikan rekomendasi
terdiri dari organisasi profesi dan akademisi kedokteran. Tugasnya memberikan rekomendasi
terkait dengan permasalahan teknis medis pelayanan kesehatan. Harapannya adalah pelayanan
memenuhi standar sesuai prinsip ilmiah. Terkait dengan hal ini, bila terjadi perbedaan
pendapat antara pemberi layanan dengan BPJSK, akan diputuskan oleh

Di tingkat fasilitas kesehatan, kendali mutu dan kendali biaya dilaksanakan melalui
(pasal 36):

a. pengaturan kewenangan tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik profesi


sesuai kompetensi;
b. utilization review dan audit medis;
c. pembinaan etika dan disiplin profesi kepada tenaga kesehatan; dan/atau
d. pemantauan dan evaluasi penggunaan obat, Alat Kesehatan, dan bahan medis
habis pakai dalam pelayanan kesehatan secara berkala yang dilaksanakan
melalui pemanfaatan sistem informasi kesehatan.
Dalam hal alkes, prinsip dasarnya sama: sesuai yang tercantum dalam ketetapan
Menkes. Pengecualian hanya untuk beberapa alat khusus, yang dimasukkan dalam
kategori Top Up dalam sistem klaim BPJSK. Penetapannya tentu harus menyertakan
prinsip sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Di lapangan, untuk optimalisasi, BPJSK
juga menetapkan aturan sesuai wilayah masing-masing. Misalnya, khusus untuk alkes
tertentu atau tindakan tertentu (yang berbiaya tinggi) hanya akan dilayani di RS
tertentu. RS lain harus merujuk pasien ke RS yang ditentukan tersebut. Kalau RS lain
tetap melayani, maka tidak akan diganti klaim-nya oleh BPJSK. Dalam hal tertentu,
bisa saja memang RS memberikan obat di luar Formularium Nasional. Untuk itu
diperlukan persetujuan Komite Medik dan Direktur RS. Namun, walaupun
menggunakan obat di luar Fornas sampai seberapapun, tetap saja BPJSK akan
memberikan klaim yang sama, tanpa penambahan untuk obat di luar Fornas tersebut.

Upaya menjaga mutu pelayanan perlu terus diupayakan dan salah satu aset
terpenting adalah sumber daya manusianya. Sehubungan dengan sumber daya
manusia ini faktor internal yang meliputi pengetahuan, sikap, dan keyakinan serta
faktor eksternal yang meliputi sistem pemberian penghargaan, sistem informasi, dan
juga pedoman atau sanksi yang berpengaruh terhadapnya dalam menjalankan
pekerjaan perlu mendapat perhatian yang serius sehingga dapat terjadi keharmonisan
dalam berperilaku organisasi di rumah sakit .

 Faktor internal adalah faktor-faktor yang diyakini oleh tiap individu bahwa
mereka dapat mengendalikan tujuan mereka karena memiliki kekuatan
dalam diri mereka hal ini berkaitan dengan kegiatan penulisan resep yang
harus dilakukan.
 faktor eksternal adalah faktor-faktor yang mempengaruhi individu dan
diyakini bahwa yang terjadi dalam diri mereka dikendalikan oleh kekuatan
luar, hal ini ditujukan kepada faktor-faktor yang disediakan oleh
manajemen rumah sakit dalam upaya pencapaian kinerja individu yang
optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut tidak terlepas dari pengaruh
faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seseorang dalam 24
organisasi yaitu faktor internal atau individu, dan faktor eksternal atau
lingkungan

You might also like