You are on page 1of 8

Le Fort fractures are fractures of the midface, which collectively involve separation of all or

a portion of the midface from the skull base. In order to be separated from the skull base, the
pterygoid plates of the sphenoid bone need to be involved as these connect the midface to the
sphenoid bone dorsally. The Le Fort classification system attempts to distinguish according
to the plane of injury.

Classification

The commonly used classification is as follows:

 Le Fort type I
o horizontal maxillary fracture, separating the teeth from the upper face
o fracture line passes through the alveolar ridge, lateral nose and inferior wall of
the maxillary sinus
o also known as a Guerin fracture
 Le Fort type II
o pyramidal fracture, with the teeth at the pyramid base, and nasofrontal suture
at its apex
o fracture arch passes through the posterior alveolar ridge, lateral walls of
maxillary sinuses, inferior orbital rim and nasal bones
o uppermost fracture line can pass through the nasofrontal junction or the frontal
process of the maxilla 3
 Le Fort type III
o craniofacial disjunction
o transverse fracture line passes through nasofrontal suture, maxillo-frontal
suture, orbital wall, and zygomatic arch/zygomaticofrontal suture

o because of the involvement of the zygomatic arch, there is a risk of the


temporalis muscle impingement
o unsurprisingly type III fractures have the highest rate of CSF leak

A memory aid is:

 Le Fort I is a floating palate (horizontal)


 Le Fort II is a floating maxilla (pyramidal)
 Le Fort III is a floating face (transverse)

Any combination is possible. For example, there may be type 2 on one side and contralateral
type 3, or there may be unilateral type 1 and 2 fractures. It should be noted that Le Fort
fractures are often associated with other facial fractures, neuromuscular injury and dental
avulsions.

History and etymology

They are named after René Le Fort, French surgeon (1869-1951). Le Fort conducted
experiments on 35 cadavers inflicting varying facial trauma by dropping cannon balls and
striking them with a bat. He would then boil the heads to remove soft tissue and record the
results 4,5.

Practical points
 fracture of the pterygoid plates is mandatory to diagnose Le Fort fractures
 anterolateral margin of the nasal fossa involvement
o if fractured, it is a type I fracture
o if intact, it excludes a type I fracture
 inferior orbital rim involvement
o if fractured, it is a type II fracture
o if intact, it excludes a type II fracture
 zygomatic arch involvement
o if fractured, it is a type III fracture
o if intact, it excludes a type III fracture
 nasofrontal suture involvement indicates either a type II or III fracture
 a combination of fractures may occur on the same side
 bilateral fractures may be asymmetric 2
 may occur with other non-Le Fort fractures of the face and skull
ARTI ;

Fraktur Le Fort adalah fraktur wajah tengah, yang secara kolektif melibatkan pemisahan
semua atau sebagian wajah tengah dari dasar tengkorak. Untuk dipisahkan dari dasar
tengkorak, lempeng pterigoid dari tulang sphenoid perlu dilibatkan karena ini
menghubungkan bagian tengah wajah dengan tulang sphenoid di bagian punggung. Sistem
klasifikasi Le Fort mencoba membedakan menurut bidang cedera.

Klasifikasi

Klasifikasi yang umum digunakan adalah sebagai berikut:

• Le Fort tipe I

o Fraktur maksila horizontal, memisahkan gigi dari wajah bagian atas

o Garis fraktur melewati ridge alveolar, hidung lateral dan dinding inferior sinus maksilaris

o juga dikenal sebagai fraktur Guerin

• Le Fort tipe II

o Fraktur piramidal, dengan gigi di dasar piramida, dan jahitan nasofrontal di puncaknya

o Lengkungan fraktur melewati ridge alveolar posterior, dinding lateral sinus maksilaris, tepi
orbita inferior dan tulang hidung

o Garis fraktur paling atas dapat melewati nasofrontal junction atau prosesus frontal maksila

• Le Fort tipe III

o disjungsi kraniofasial

o Garis fraktur transversal melewati sutura nasofrontal, sutura maxillo-frontal, dinding orbita,
dan sutura zygomatic arch/zygomaticofrontal

o karena keterlibatan arkus zygomatikus, ada risiko pelampiasan otot temporalis

o Fraktur tipe III yang tidak mengejutkan memiliki tingkat kebocoran CSF tertinggi

Bantuan memori adalah:

• Le Fort I adalah langit-langit yang melayang (horizontal)

• Le Fort II adalah rahang atas yang mengambang (piramidal)

• Le Fort III adalah wajah mengambang (melintang)


Kombinasi apa pun dimungkinkan. Misalnya, mungkin ada tipe 2 di satu sisi dan tipe 3
kontralateral, atau mungkin ada fraktur tipe 1 dan 2 unilateral. Patut dicatat bahwa fraktur Le
Fort sering dikaitkan dengan fraktur wajah lainnya, cedera neuromuskular, dan avulsi gigi.

Sejarah dan etimologi

Mereka dinamai René Le Fort, ahli bedah Prancis (1869-1951). Le Fort melakukan
eksperimen pada 35 mayat yang menimbulkan berbagai trauma wajah dengan menjatuhkan
bola meriam dan memukulnya dengan tongkat pemukul. Dia kemudian akan merebus kepala
untuk menghilangkan jaringan lunak dan mencatat hasilnya.

Poin praktis :

 fraktur lempeng pterigoid wajib untuk mendiagnosis fraktur Le Fort


 margin anterolateral dari keterlibatan fossa hidung

o jika patah, itu adalah patahan tipe I

o jika utuh, tidak termasuk fraktur tipe I

 keterlibatan tepi orbital inferior

o jika retak, itu adalah fraktur tipe II

o jika utuh, tidak termasuk fraktur tipe II

 keterlibatan arkus zigomatikus

o jika retak, itu adalah fraktur tipe III

o jika utuh, tidak termasuk fraktur tipe III

 keterlibatan jahitan nasofrontal menunjukkan fraktur tipe II atau III


 kombinasi fraktur dapat terjadi pada sisi yang sama
 fraktur bilateral mungkin asimetris
 dapat terjadi dengan fraktur non-Le Fort lainnya pada wajah dan tengkorak

Sumber : https://radiopaedia.org/articles/le-fort-fracture-classification?lang=us

Fraktur I-e Fort I adalah fraktur melintang rendah pada maksila yang hanya melibatkan
palatum, dan dicirikan oleh mobilitas atau pergeseran arkus dentalis maksila dan palaturn;
maloklusi geligi biasanya te{adi. Fraktur [r Fort II atau fraktur pirarnid, merupakan fraktur en
bloc pada palatum dan sepertiga tengah wajah termasuk hidung. Fraktur ini dicirikan oleh
trobilitas palatun dan hidung en bloc,juga epistaksis yang jelas. Biasanya terjadi pula
maloklusi gigi dan pergeseran palatum ke belakang. Fraktur Le Fort III merupakan cedera
yang paling berat, di mana seluruh perlekatan rangka wajah pada kranium terputus.
Ref : Adams, Geprge L, dkk. 1997. BOIES Buku Ajar Penyakit THT ED-6. EGC : Jakarta

Fraktur maksila Le Fort I

Fraktur Le Fort I (fraktur Guerin) meliputi fraktur horizontal bagian bawah antara maksila
dan palatum/arkus alveolar kompleks. Garis fraktur berjalan ke belakang melalui lamina
pterigoid. Fraktur ini bisa uni lateral atau bilateral. Kerusakan pada fraktur Le Fort akibat
arah trauma dari anteroposterior bawah yang dapat mengenai

1. nasomaksila dan zigomatikomaksila vertikal buttress

2. bagian bawah lamina pterigoid

3. anterolateral maksila

4. palatum durum.

5. dasar hidung

6. septum

7. apertura piriformis

Gerakan tidak normal akibat fraktur ini dapat dirasakan dengan menggerakkan dengan jari
pada saat pemeriksaan palpasi. Garis fraktur yang mengarah ke vertikal, yang biasa nya
terdapat pada garis tengah, membagi muka menjadi dua bagian (palatal split)

Fraktur maksila Le Fort II

Garis fraktur Le Fort II (fraktur piramid) berjalan melalui tulang hidung dan diteruskan ke
tulang lakrimalis, dasar orbita, pinggir infraorbita dan menyeberang ke bagian atas dari sinus
maksila juga ke arah lamina pterigoid sampai ke fossa pterigopalatina. Fraktur pada lamina
kribriformis dan atap sel etmoid dapat merusak sistem lakrimalis.

Fraktur maksila Le Fort III

Fraktur Le Fort III (craniofacial dysjunc tion) adalah suatu fraktur yang memisahkan se cara
lengkap antara tulang dan tulang kranial. Garis fraktur berjalan melalui sutura nasɔfrontal
diteruskan sepanjang taut etmoid (ethmoid junction) melalui fisura orbitalis superior
melintang kearah dinding lateral ke orbita, sutura zigomatiko frontal dan sutura temporo-
zigomatik. Fraktur Le Fort III ini biasanya bersifat kominutif yang disebut kelainan dishface.
Fraktur maksila Le Fort III ini sering menimbulkan komplikasi intra kranial seperti timbulnya
pengeluaran cairan otak melalui atap sel etmoid dan lamina kribriformis.

Penanggulangan

Penanggulangan fraktur maksila (mid facial fracture) sangat ditekankan agar rahang atas dan
rahang bawah dapat menutup. Dilakukan fiksasi inter-maksilar sehingga oklusi gigi menjadi
sempurna. Pada tindakan ini banyak digunakan kawat baja atau mini-plate sesuai garis
fraktur.
Jika terjadi fraktur maksila maka harus segera dilakukan tindakan untuk mendapatkan fungsi
normal dan efek kosmetik yang baik. Tujuan tindakan penanggulangan ini adalah untuk
memperoleh fungsi normal pada waktu menutup mulut atau oklusi gigi dan memperoleh
kontur muka yang baik. Harus diperhatikan juga jalan napas serta profilaksis kemungkinan
terjadinya infeksi.

Edema faring dapat menimbulkan gangguan pada jalan napas sehingga mungkin di lakukan
tindakan trakeostomi. Perdarahan hebat yang berasal dari arteri maksilaris interna atau arteri
ethmoidalis anterior sering terdapat pada fraktur maksila dan harus segera diatasi. Jika tidak
berhasil, dilakukan pengikatan arteri maksilari interna atau arteri karotis ekstema atau arteri
etmoidalis anterior.

Jika kondisi pasien cukup baik sesudah trauma tersebut, reduksi fraktur maksila biasa nya
tidak sulit dikerjakan kecuali kerusakan pada tulang sangat hebat atau terdapatnya infeksi.
Reduksi fraktur maksila mengalami kesulitan jika pasien datang terlambat atau kerusakan
sangat hebat yang disertai dengan fraktur servikal atau terdapatnya kelainan pada kepala yang
tidak terdeteksi. Garis fraktur yang timbul harus diperiksa dan dilakukan fiksasi.

Fiksasi yang dipakai pada fraktur maksila ini dapat berupa :

1. fiksasi inter maksilar menggunakan kawat baja untuk mengikat gigi.

2. fiksasi inter maksilar menggunakan kom binasi dari reduksi terbuka dan pema sangan
kawat baja atau mini plate.

3. fiksasi dengan pin

REF : Soepardi, Efiati Arsyad, dkk. 2007. BUKU AJAR ILMU KESEHATAN TELINGA,
HIDUNG, TENGGOROK, KEPALA & LEHER ED-6. FKUI : Jakarta.

from the case : le fort fracture type 1 (CT SCAN)

sagittal bone window


Coronal bone window

Axial bone window

Le fort type 2 fracture (CT SCAN)


Bilaterals le fort fracture (CT SCAN)

Coronal bone window

Sumber : https://radiopaedia.org/articles/le-fort-fracture-classification?lang=us

You might also like