Professional Documents
Culture Documents
1 Fix Kualitatif Lalu Prisma Akbar "Analisis Perilaku Cyberbullying Di Kalangan Remaja " Fix
1 Fix Kualitatif Lalu Prisma Akbar "Analisis Perilaku Cyberbullying Di Kalangan Remaja " Fix
PROPOSAL KUALITATIF
DISUSUN OLEH
NIM: E1B019124
UNIVERSITAS MATARAM
BAB I
PENDAHULUAN
Dengan semakin pesat majunya era teknologi pada masa sekarang, maka
kebutuhan dan kehidupan sehari hari tidak lepas dari teknologi. Teknologi tidak
lepas dari media sosial sehingga alat untuk berkomusikasipun seperti whatsapp,
Instagram, twitter dll menjadi konsumsi setiap hari. Tentunya ada sisi positif
maupun negative dalam menggunakan media sosial tersebut karena setiap orang
yang menggunakan media sosial bebas untuk berpendapat hingga
mengekspresikan diri di platform yang siukai. Peran teknologi seharusnya
digunakan untuk yang positif t. (Hamzah, 2016) mengatakan bahwa fitur media
sosial yang berupa “group chat” dapat dimaksimalkan untuk sharing materi kuliah
maupun untuk diskusi internal mengenai materi perkuliahan. Tentunya media
sosial identic dengan remaja, sehingga pelaku maupun korban kebanyakan para
remaja.
Sedangkan menurut (Utami, 2012) media sosial dapat menjadi media untuk
pengembangan diri.Tetapi tentunya kelebihan kelebihan dan sisi positif tentu ada
kelemahannya. (Rahayu, 2012; Handono et al., 2019) tersebarnya salah satu sikap
perilaku agresi yaitu bulying ke media sosial yang menciptakan suatu intimidasi
bullying yaitu yang sisebut dengan cyberbullying”. Hal tersebut didukung hasil
penelitian oleh (Margono et al., 2014) yang mengungkapkan bahwa internet
khususnya media sosial turut menjadi media yang berpotensi untuk melakukan
tindakan cyberbullying. Menurut (Chadwick, 2014) Cyberbullying dapat
didefinisikan sebagai “penggunaan teknologi untuk melecehkan, mengancam,
mempermalukan, atau menargetkan orang lain. Cyberbullying memiliki banyak
kesamaan dengan tradisional bullying namun pelakunya bisa jadi anonim (tidak
diketahui)”. Sedangkan menurut (Kowalski et al., 2014) cyberbullying
didefinisikan sebagai “agresi secara sengaja dan berulang kali dilakukan dalam
konteks (e-mail, blog, pesan instan, pesan teks) kepada orang yang tidak dapat
dengan mudah membela dirinya sendiri.
Cyberbullying merupakan tindakan seseorang ataupun sekelompok orang
yabng berupa intimidasi fisik maupun verbal kepada korbannya sehingga merasa
di ancam dan diintimidasi, seperti di ranah pendidikan keluarga politik maupun
olahraga. Cyberbullying sebenrnya adalah bullying yang bedanya kejadiannya ada
di dunia maya. Cyberbullying merupakan istilah yang ditambahkan ke dalam
kamus OED (Oxford English Dictionary) pada tahun 2010. Istilah ini merujuk
kepada penggunaan teknologi informasi untuk menggertak orang dengan
mengirim atau memposting teks yang bersifat mengintimidasi atau mengancam.
OED menunjukkan penggunan pertama dari istilah ini di Canberra pada tahun
1998, tetapi istilah ini sudah ada pada sebelumnya di Artikel New York Times
1995.8. Cyberbullying is the use of technology to intimidate, victimize, or bully
an individual or group. yaitu penggunaan teknologi untuk mengintimidasi,
menjadikan korban, atau menggangu individuatau sekelompok orang. Pengertian
di atas dapat disimpulkan bahwa cyberbulying adalah intimidasi, pelecehan atau
perlakuan kasar secara verbal yangdilakukan di dunia maya.
Cyberbullying di Indonesia merupakan hal yang tabu karena mamang istilah
ini baru berlaku pada tahun 2010. Pemerintah Indonesia tentunya bergerak cepat
dalam menangani kasus kasus tentang cyberbullying seperti diperbaharuinya
dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Tetapi itu saja belum cukup karena kasus dalam ranah teknologi tidaklah begitu
cepat diselesaikan dan rentan salah kaprah. Pentingnya pendidikan moral dalam
menangani kasus cyberbullying ialah harus di beri pendidikan dalam anak usia
dini, seperti pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di sekolah sekolah
menjadi bekal bagi anak untuk bagaimana cara beretika di dunia maya maupun di
sosial mereka, sehingga meminimalisir kejadian cyberbullying di kalangan
remaja.
BAB III
METODE PENELITIAN
Setelah
menegaskan
definisi
cyberbullying
dalam UU ITE,
maka langkah
selanjutnya
untuk
menguatkan
perlindungan
terhadap korban
anak-anak adalah
perumusan pasal
baru dalam
Undang-Undang
Perlindungan
Anak.
Hal ini
mengingat
praktik bullying
dan
cyberbullying
banyak menimpa
anak-anak.
Menyusun ulang
definisi
cyberbullying
dalam hukum
Indonesia
merupakan
langkah yang
tepat. Dengan
definisi yang
lebih tepat
diharapkan
aturan hukum
akan lebih bisa
melindungi
mereka yang
lemah dan
mengalami
penindasan.