You are on page 1of 6

TUGAS ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK

NAMA : LALU PRISMA AKBAR

KELAS : 6C

NIM : E1B019096

ANALISIS KEBIJAKAN MENGEKEMUKAKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM


YANG MANA TERTERA DI UNDANG-UNDANG 9 TAHUN 1998.

1. Sebab dan akibat

Kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum adalah hak asasi manusia yang
dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945 dan Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia.
Kemerdekaan setiap warga negara untuk menyampaikan pendapat di muka umum merupakan
perwujudan demokrasi dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Untuk membangun negara demokrasi yang menyelenggarakan keadilan sosial dan menjamin
hak asasi manusia diperlukan adanya suasana yang aman, tertib dan damai. Hak
menyampaikan pendapat di muka umum secara bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga perlu dibentuk Undang-undang
tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum. Perwujudan kehendak
warga negara secara bebas dalam menyampaikan pikiran secara lisan, tulisan dan sebagainya
harus tetap dipelihara agar seluruh tatanan sosial dan kelembagaan baik infrastruktur maupun
suprastruktur tetap terbebas dari penyimpangan atau pelanggaran hukum yang bertentangan
dengan maksud, tujuan dan arah dari proses keterbukaan dalam pembentukan dan penegakan
hukum sehingga tidak menciptakan disintegrasi sosial, tetapi justru harus dapat menjamin
rasa aman dalam kehidupan masyarakat. Dengan demikian, maka kemerdekaan
menyampaikan pendapat dimuka umum harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab,
sejalan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip hukum
internasional sebagaimana tercantum dalam Pasal 29 Deklarasi Universal Hak-hak Asasi
Manusia yang antara lain menetapkan sebagai berikut :

1. Setiap orang memiliki kewajiban terhadap masyarakat yang memungkinkan


pengembangan kepribadiannya secara bebas dan penuh;
2. Dalam pelaksanaan hak dan kebebasannya, setiap orang harus tunduk semata-mata
pada pembatasan yang ditentukan oleh undang-undang dengan maksud untuk
menjamin pengakuan dan penghargaan terhadap hak serta kebebasan orang lain, dan
untuk memenuhi syarat-syarat yang adil bagi moralitas, ketertiban, serta kesejahteraan
umum dalam suatu masyarakat yang demokratis;

3. Hak dan kebebasan ini sama sekali tidak boleh dijalankan secara bertentangan
dengan tujuan dan asas PBB.

2. Tujuan

Kebijakan dibuat dengan tujuan untuk membuat masyarakat yang sejahtera. Hal ini
dilakukan agar membuat masyarakat mendapatkan kesejahteraan, maka banyak berbagai
peraturan pemerintah yang dibuat pemerintah agar masyarakatnya menjadi tertib sehingga
bisa menjalankan kehidupan baik dan mencapai kesejahteraan. Perwujudan kehendak warga
negara secara bebas dalam menyampaikan pikiran secara lisan dan tulisan dan sebagainaya
harus tetap dipelihara agar seluruh tatanan sosial dan kelembagaan baik infrastruktur maupun
suprastruktur tetap terbebas dari penyimpangan atau pelanggaran hukum yang bertentangan
dengan maksud, tujuan dan arah dari proses keterbukaan dalam pembentukan dan penegakan
hukum sehingga tidak menciptakan disintegrasi sosial, tetapi justru harus dapat menjamin
rasa aman dalam kehidupan masyarakat. Dengan demikian, maka kemerdekaan
menyampaikan pendapat di muka umum harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab,
Tujuan pengaturan tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum adalah :

a.mewujudkan kebebasan yang bertanggung jawab sebagai salah satu pelaksanaan


hak asasi manusia sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;

b.mewujudkan perlindungan hukum yang konsisten dan berkesinambungan dalam


menjamin kemerdekaan menyampaikan pendapat;

c.mewujudkan iklim yang kondusif bagi berkembangnya partisipasi dan kreativitas


setiap warga negara sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab dalam kehidupan
berdemokrasi;

d.menempatkan tanggung jawab social dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,


dan bernegara, tanpa mengabaikan kepentingan perorangan atau kelompok.

3. Alternatif yang disuguhkan


Undang-undang tentang Kemerdekaan menyampaikan Pendapat Di Muka Umum,
merupakan ketentuan peraturan perundang-undangan yang bersifat regulatif, sehingga di satu
sisi dapat melindungi hak warga negara sesuai dengan Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945,
dan di sisi lain dapat mencegah tekanan-tekanan, baik fisik maupun psikis, yang dapat
mengurangi jiwa dan makna dari proses keterbukaan dalam pembentukan dan penegakan
hukum. Undang-undang ini mengatur bentuk dan atau cara penyampaian pendapat di muka
umum, dan tidak mengatur penyampaian pendapat melalui media massa, baik cetak maupun
elektronika dan hak mogok pekerja di lingkungan kerjanya.

4. Proses pembuatan kebijakan

Bertitik tolak dari pendekatan perkembangan hukum, baik yang dilihat dari sisi
kepentingan nasional maupun dari sisi kepentingan hubungan antar bangsa maka pelaksanaan
kemerdekaan menyampaikan pendapat dimuka umum diatur dalam Undang-undang Nomor 9
Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum.

- Undang-Undang ini mulai berlaku sejak diundangkan pada tanggal 26 Oktober 1998.
- Segala ketentuan peraturan perundang-undangan yang telah ada dinyatakan tetap berlaku
sepanjang tidak diatur khusus atau bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dalam Undang-
undang ini.
- Undang-undang ini terdiri dari 7 Bab dan 20 Pasal.

Adapun pelaksanaan menyampaikann pendapat di muka umum harus dilaksanakan


sesuai dengan Undang-undang ini ( Pasal 2 ayat (2) ), dan berlandaskan ketentuan Pasal 3 UU
Nomor 9 Tahun1998 sebagai berikut :

1. Asas keseimbangan antara hak dan kewajiban;

2. Asas musyawarah dan mufakat

3. Asas kepastian hukum dan keadilan

4. Asas proporsionalitas

5. Asas manfaat

Kelima asas tersebut merupakan landasan kebebasan yang bertanggung jawab dalam
berpikir dan bertindak untuk menyampaikan pendapat di muka umum. Berlandaskan atas
kelima asas kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum tersebut maka
pelaksanaannya diharapkan dapat mencapai tujuan untuk :
1. Mewujudkan kebebasan yang bertanggung jawab sebagai salah satu hak asasi
manusia sesuai dengan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

2. Mewujudkan perlindungan hukum yang konsisten dan berkesinambungan dalam


menjamin kemerdekaan menyampaikan pendapat.

3. Mewujudkan iklim yang kondusif bagi berkembangnya partisipasi dan kreativitas


setiap warga negara sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab dalam kehidupan
berdemokrasi.

4. Menempatkan tanggung jawab sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa


dan bernegara, tanpa mengabaikan kepentingan perorangan atau kelompok

Kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum merupakan salah satu hak


yang dimiliki warga negara dalam suatu negara yang berdasarkan atas hukum. Indonesia
sebagai negara hukum telah menjamin hak kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka
umum dalam Undang-Undang No. 9 Tahun 1998. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya masih
belum dapat berjalan dengan baik dan terkadang menimbulkan konflik antar kelompok
masyarakat. Kasus Monas yang terjadi pada tanggal 1 Juni 2008 adalah salah satu peristiwa
yang menunjukkan hal tersebut. Penulis merumuskan masalah tentang bagaimana batasan
dalam tata cara menyampaikan di muka umum dan bagaimana sanksi yang dikenakan
terhadap para pelanggarnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui batasan
penyampaian pendapat di muka umum dan pelaksanaannya dalam kasus Monas. Penelitian
ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis bagi pihak-pihak
yang membacanya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif dengan
pendekatan perundang-undangan dan pendekatan sejarah. Aparat kepolisian juga dirasa
masih belum tegas dalam menerapkan sanks·i terhadap para pelanggar Undang-Undang No. 9
Tahun 1998. Hal ini menjadi salah satu alcibat terjadinya kontlik dan pertikaian antar
kelompok masa khususnya dalam kasus Monas tanggal 1 Juni 2008. Oleh karena itu,
pemerintah dan Polri perlu berperan aktif dalam mensosialisasikan serta mengawasi
pelaksanaan Undang-Undang No.9 Tahun 1998 agar proses penyampaian pendapat di muka
umum dapat berjalan dengan baik sesuai tujuan demokrasi bangsa Indonesia.

5. Kriteria kebijakan
Dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1998 yang mengatur mengenai masalah
kemerdekaan menyampaikan pendapat dimuka umum didasarkan atas pertimbangan
pertimbangan : xiii

1. Terjadinya gelombang unjuk rasa diberbagai tempat yang seringkali cenderung tidak
terkendali disertai dengan tindakan-tindakan yang bersifat melawan hukum berupa
pengrusakan, pembakaran dan penjarahan, yang menimbulkan kerugian baik materiil maupun
immaterial serta mengakibatkan perasaan tidak aman pada masyarakat.

2. Keadaan tersebut diatas pada butir 1 mempunyai dampak yang luas antara lain
menurunnya kepercayaan luar negeri terhadap pemerintah Indonesia di bidang ekonomi,
sehingga dapat menghambat pembangunan nasional.

3. Agenda reformasi pembangunan sangat padat dan harus dilaksanakan dalam waktu yang
relatif singkat, sehingga harus segera diciptakan suasana yang kondusif berupa ketertiban,
ketentraman dan keamanan tanpa meninggalkan prinsip-prinsip umum demokrasi.

Dalam poin – poin di atas dapat di simpulkan bahwa kebijakan tersebut merupakan kriteria
kebijakan kearah kemanusian dan kemanan negara yang bertujuan dan membuat kondusi
yang kondusif. Sehingga sebagaimana mestinya kebijakan yang di buat dapat memperbaiki
situasi yang kurang baik.

6. Penilaian terhadap alternatif kebijakan

Hukum memiliki hubungan timbal balik dengan masyarakatnya, karena hukum itu
sendiri merupakan sarana pengatur masyarakat dan bekerja di dalam masyarakat. Itulah
sebabnya hukum tidak terlepas dari gagasan maupun pendapat masyarakat. Pada dasarnya
masyarakat / peserta aksi unjuk rasa tidaklah mengetahui dan memahami, atau lebih
mengambil sikap acuh tak acuh terhadap prosedur hukum yang berlaku. Yang penting bagi
mereka adalah bahwa mereka harus berjuang bersama-sama untuk memperbaiki nasib mereka
itu sendiri. Dalam kaitan ini timbulnya aksi unjuk rasa dengan pengerahan sejumlah massa
disebabkan antara lain adanya ikatan emosional dan dorongan solidaritas / kesetiakawanan
pada rekan / teman / kelompok sangat tinggi. Keikut sertaan sebagai peserta aksi lebih
terdorong pada adanya rasa solidaritas terhadap nasib yang sama, adanya ketergantung nasib
pada kelompok tertentu. Terkadang para peserta aksi bahkan tidak mengetahui dan
memahami misi dan materi yang tengah diperjuangkan, yang penting bagi mereka dapat
mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Disisi lain pada umumnya masyarakat tidak
mengetahui prosedur yang harus ditempuh dalam menyuarakan dan memperjuangkan nasib
mereka, dan menganggap bahwa semakin terlalu panjangnya prosedur biokrasi membuat
mereka tidak dapat lebih lama menahan emosi. Disisi lain terjadinya unjuk rasa dipicu oleh
keadaan / kondisi sosial ekonomi yang terjadi ditengah masyarakat, akibat adanya kenaikan
harga BBM, bahan-bahan kebutuhan pokok, sulitnya lowongan kerja dan sebagainya,

7. Rekomendasi

Untuk mengantisipasi pelaksanaan kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum,


tidaklah berlebihan apabila UU Nomor 9 Tahun 1998 tersebut direvisi / dirubah /
diamandemen, khususnya yang menyangkut sanksi-sanksi yang dapat dijatuhkan apabila
terjadi pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 10, Pasal 11 dan Pasal 12 UU ini, dan tidak
sekedar sanksi pembubaran aksi unjuk rasa semata. Hal ini diperlukan karena ketentuan
Pasal-pasal tersebut merupakan ketentuan awal yang dapat mempengaruhi unsur ketaatan /
kepatuhan masyarakat / peserta aksi, sehingga dapat mengantisipasi hal-hal yang dapat
menimbulkan tindakan-tindakan anarkhis dan ketidaktertiban

You might also like